• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1.4 Konsep Diri

Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari mahkluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konesp diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu bersangkutan.

Semakin berkembang seseorang, semakin lebih mampu dia mengatasi lingkungannnya. Namun, sementara dia mengetahui lingkungannya, dia pun akan semakin mengatahui siapa dirinya, dan dia

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

pun mengembangkan sikap terhadap dirinya sendiri dan perilakunya. Pengetahuan dan sikap inilah dikenal sebagi konsep diri (self concept).

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan dan orang lain pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2001 : 27). Sedangkan menurut William D. Brooks, konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2007:105).

Konsep diri berarti segala yang seseorang ketahui tentang dirinya sendiri, semua apa yang dipercayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup anda terekam dalam metal hard drive kepribadian seseorang, yaitu dalam self concept seseorang. Self concept seseorang mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakannya. Tingkah laku nyata seseorang akan selalu konsisten dengan self concept yang terdapat didalam dirinya.

The self for Herbert Mead is at once individuality and generality, agent and recipient, sameness and difference. Bluntly put, what this means is that the self is the agency through which individuals experience themselves in relation to others, but also an object or fact dealt with by its individual owner he or she sees fit.

To possess a ‘self’ then necessarily implies an ability to take one’s actions, emotions and beliefs as a unfied structure, viewed from the perspective of significant others, as others would view and interpret actions of the self. Seen from this angle, the self is a social product through and through, an creation, thinking, feeling, the building of attitude structures, the taking on of roles, all in a quest for coherence and orientated to the social world (Elliott, 2007:32).

Fitts mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya. Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri adalah sebagai suatu keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh seorang individu. Dengan demikian, sudah tentu

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

setiap individu akan memiliki perincian yang sangat banyak dan bervariasi mengenai dirinya. Fitts membagi konsep diri ke dalam 2 (dua) dimensi pokok, yaitu :

1. Dimensi Internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah bila seorang individu melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri atau dunia dalam dirinya sendiri terhadap identitas dirinya, perilaku dirinya, dan penerimaan dirinya. Dimensi internal terdiri dari :

a. Diri sebagai obyek/identitas (identity self)

Identitas diri ini merupakan aspek konsep diri yang paling mendasar. Konsep ini mengacu pada pertanyaan "siapakah saya ?", dimana di dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Identitas diri akan mempengaruhi cara individu mempersepsikan dunia fenomenalnya, mengobservasinya, dan menilai dirinya sendiri sebagaimana ia berfungsi. Identitas diri sangat mempengaruhi tingkah laku seorang individu, dan sebaliknya identitas diri juga dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku.

b. Diri sebagai pelaku (behavior self)

Diri pelaku merupakan persepsi seorang individu tentang tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai "apa yang dilakukan oleh diri". Selain itu, bagian ini sangat erat kaitannya dengan diri sebagai identitas. Diri yang kuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri sebagai pengamat dan penilai (judging self)

Diri penilai ini berfungsi sebagai pengamat, penentu standart serta pengevaluasi. Kedudukannya adalah sebagai

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

perantara (mediator) antara diri, identitas dengan diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan seseorang individu akan dirinya atau seberapa jauh ia dapat menerima dirinya sendiri. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang miskin dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar kepada dirinya, sehingga menjadi senantiasa penuh kewaspadaan. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya akan lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan lebih memfokukan energi serta perhatiannya ke luar diri, yang pada akhirnya dapat berfungsi secara lebih konstruktif. Diri sebagai penilai erat kaitannya dengan harga diri (self esteem), karena sesungguhnya kecenderungan evaluasi diri ini tidak saja hanya merupakan komponen utama dari persepsi diri, melainkan juga merupakan komponen utama pembentukan harga diri.

Penjelasan mengenai ketiga bagian dari dimensi internal, memperlihatkan bahwa masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda namun ketiganya saling melengkapi, berinteraksi, dan membentuk suatu diri (self) serta konsep diri (self concept) secara utuh dan menyeluruh.

2. Dimensi Eksternal, yang terdiri dari :

Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktifitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain yang berasal dari dunia di luar diri individu. Sebenarnya, dimensi eksternal merupakan suatu bagian yang sangat luas, namun yang dikemukakan oleh Fitts adalah bagian dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang. Bagian-bagian dimensi eksternal ini, dibedakan Fitts atas 5 (lima) bentuk, yaitu :

a. Diri fisik (physical self)

Diri fisik, menyangkut persepsi seorang individu terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini, terlihat persepsi seorang individu

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).

b. Diri moral-etik (moral-ethical self)

Diri moral, merupakan persepsi seseorang individu terhadap dirinya sendiri, yang dilihat dari standart pertimbangan nilai-moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seorang individu mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seorang individu akan kehidupan agamanya, dan nilai-nilai moral yang dipegang seorang individu yang meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seorang individu terhadap keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungannya dengan individu lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana seorang individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauhmana seorang individu merasakan dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan pada perasaan dan harga diri seorang individu dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian diri ini menunjukkan seberapa jauh seorang individu merasa kuat terhadap dirinya sendiri sebagai anggota keluarga dan terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya selaku anggota dari suatu keluarga.

e. Diri sosial (social self) Diri sosial merupakan penilaian seorang individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya.

Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini, sangat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seorang individu tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki diri fisik yang baik, tanpa adanya reaksi dari individu lain yang menunjukkan bahwa secara fisik ia memang baik dan menarik. Demikian pula halnya, seorang individu tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki diri pribadi yang baik, tanpa adanya tanggapan atau

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

reaksi dari individu lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa ia memang memiliki pribadi yang baik.

Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian mengenai diri memengaruhi prilaku adalah sebuah prinsip penting, Herbert Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri. Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Penting juga diingat bahwa Mead melihat diri sebagai sebuah proses, bukan struktur. Memiliki diri memaksa seseorang untuk mengkonstruksi tindakan dan responya, daripada sekedar mengekspresikannya (Richard & Lynn 2007 : 102).

Menurut Tracy (2005:48), self concept memiliki 3 bagian utama yaitu:

Self-ideal (Ideal Diri)

Self-Image (Citra Diri)

Self-Esteem (Harga Diri)

Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian seseorang, menentukan apa yang biasa seorang pikir, rasakan, dan lakukan, serta apa yang diinginkan mengenai dirinya. Hal tersebut juga akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri seseorang.

Ideal Diri

Ideal diri adalah komponen pertama dari konsep diri individu. Ideal diri terdiri dari : harapan, impian, visi, dan idaman. Ideal diri terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling individu kagumi dari diri sendiri maupun orang lain yang dihormati. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau penilaian personal tertentu. Standar tersebut dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri juga berarti sosok seperti apa yang paling seseorang inginkan untuk bisa menjadi diri

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

sendiri, di segala bidang kehidupan individu. Bentuk ideal ini akan menuntun seseorang dalam membentuk perilaku.

Citra Diri

Citra Diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan,tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart And Sundeen, 1998). Citra diri sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik.

Harga Diri

Harga diri adalah seberapa besar individu menyukai diri sendiri. Menurut Baron dan Byrne (2005 : 173), Harga Diri (Self Esteem) adalah evaluasi diri yang dibuat oleh individu; sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positif- negatif. Harga diri juga berarti penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi (Stuart and Sundeen,1998).

2.1.5 Yoga

Sachindra Kumar Majumdar dalam (Claire, 2006:1) mengungkapkan yoga pada awalnya berkembang di kalangan komunitas yang sehat, kuat, dan mandiri yang telah mencapai tingkat budaya yang tinggi. Para pendiri tradisi itu berasal dari keluarga bangsawan dan terpelajar, dari para sarjana dan ksatria. Nabi-nabi besar India adalah para raja dan pangeran, para pemikir agung dan penguasa. Mereka memiliki kualitas terbaik dizaman mereka yang dapat disumbangkan dalam bidang pendidikan dan budaya, dalam kekuasaan dan kesenangan.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Kata ’yoga’ dan ‘yogi’ begitu popular di masyarakat. Apa sesungguhnya makna kata tersebut? Indikasi yang paling jelas yang berhubungan dengan arti yoga adalah yang terdapat dalam asal usul katanya. Kata ‘yoga’ berasal dari akar kata Sansekerta yuj, yang secara harfiah berarti ‘to yoke’, kata Sansekerta ini merupakan dasar dari kata yoke dan union dalam bahasa Inggris modern. Dalam bahasa Indonesia ‘to yoke’ sama dengan mengikat atau menyatukan. Yoga sering digambarkan sebagai “penyatuan”, yaitu penyatuan antara pikiran dan tubuh, dan lebih dari itu juga penyatuan antara pikiran, dan ruh; penyatuan antara individu dan seluruh ciptaan; penyatuan antara individu dan daya kehidupan itu sendiri; dan penyatuan dengan Tuhan dan segala ciptaan-Nya.

Untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana yoga bisa berkembang seperti yang ada saat ini, maka kita perlu melihat sejenak latar belakang sejarah yang mendasarinya. Yoga merupakan suatu teknik yang telah berkembang sejak ribuan tahun, yang awalnya dikenal dengan praktek “Tantra”. Tantra pertama kali diperkenalkan di India, sekurang- kurangnya 5000 tahun yang lalu oleh seorang yogi besar Sadashiva. Yoga didesain sebagai suatu pengetahuan menyeluruh tentang kehidupan, melingkupi setiap aspek pengembangan pribadi dan sosial. Istilah Tantra mengandung makna “sesuatu yang membebaskan dari kekasaran (ketidakpedulian)”, dan oleh karenanya, latihan-latihannya didasarkan pada suatu cara yang sistematis dan ilmiah, untuk membawa setiap individu dari tingkat ketidakpedulian (ignorance) menuju tingkat pencerahan spiritual (spiritual illumination). Latihan Tantra tidak terbatas pada meditasi dan Yoga saja, namun meluas hingga mencakup bidang kesenian, musik, sastra, obat-obatan, tari-tarian, kesadaran lingkungan- singkatnya pendekatan hidup yang bersifat holistik.

Yoga menyelaraskan tubuh fisik, pikiran dan jiwa. Pada tubuh fisik, yoga memberi efek kesehatan, keseimbangan, kekuatan dan vitalitas. Pada pikiran, yoga meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

kaya dan bahagia. Pada jiwa, yoga membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan.

Yoga dalam arti luas adalah suatu disiplin khusus yang diciptakan untuk membantu manusia mengharmonisasi vibrasi diri nya dengan vibrasi yang Tunggal. Jadi sebenarnya pengertian Yoga tidak terbatas pada suatu metode yang berasal dari tradisi India kuno yang kebanyakan orang mengartikannya seperti itu. Yoga itu dikenal oleh berbagai suku bangsa. Hanya saja metodenya sedikit berbeda.

Di masa kini yoga dipandang sebagai suatu teknik yang bermanfaat untuk mencapai kebugaran dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah serta menyembuhkan berbagai macam penyakit atau gangguan tertentu.

Tujuan dari semua variasi yoga di atas sama. Sasaran ini adalah pembebasan dari siklus kelahiran kembali yang disebut mukti atau kaivalnya. Namun, metode dan isi dari masing-masing variasi berbeda.

Meskipun yoga merupakan sistem latihan yang beraneka ragam yang terdiri dari banyak pendekatan menuju kesadaran diri, banyak ahli yoga setuju bahwa ada empat cabang utama yoga yang dari waktu kewaktu telah dijadikan titik awal pengembangan latihan yoga. Seperti yang paling lazim dikemukakan, keempat cabang utama yoga itu adalah yoga bhakti, yoga jnana, yoga karma dan yoga raja yang sering juga disebut sebagai hatha yoga (Claire, 2006:17)..

1) Yoga Bhakti: Yoga Pengabdian

Bhakti secara harfiah dalam bahasa Sansekerta berarti “pengabdian”. Yoga bhakti dikenal sebagai yoga pengabdian. Mengikuti jalan yoga bhakti mensyaratkan seseorang untuk menyerahkan diri seutuhnya pada suatu kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Kekuatan ini mungkin Tuhan, orang suci, guru yang dihormati, atau suatu kualitas, misalnya cinta. Pelaku bhakti yoga mengabdikan dirinya untuk menumbuhkan kemampuan menerima, mencintai dan bertoleransi pada segala sesuatu.Bhakta adalah istilah untuk menggambarkan seorang praktisi yoga bhakti.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

2) Yoga Jnana: Yoga Ilmu Pengetahuan

Jnana secara harfiah dalam bahasa Sansekerta berarti “kearifan” atau “ilmu pengetahuan”. Dari semua cabang yoga, yoga jnana dikenal sebagai jalan yan mensyaratkan konsentrasi terbesar dari aktivitas mental. Jnanin (“yang mencari ilmu pengetahuan”) atau praktisi yoga jnana mencari pencerahan melalui kekuatan dari diskriminasi mental dan penyelidikan – belajar untuk membedakan antara yang nyata dari yang tidak nyata, dan diri pribadi yang terbatas dari diri yang mahaluas dan tidak terbatas, yang merupakan sumber kehidupan. Meditasi merupakan sarana yang paling kuat yang digunakan dalam latihan yoga jnana.

3) Yoga Karma: Yoga Tindakan

Karma secara harfiah dalam bahasa Sansekerta berarti “tindakan” atau “sebab”. Yoga karma dikenal sebagai yoga tindakan, yang melibatkan pencarian kebebasan melalui tindakan seseorang didunia ini. Setia melayani orang lain tanpa mementingkan diri sendiri dan menjalankan tugas-tugas dalam kehidupan dengan kesadaran dan kewaspadaan yang sempurna tanpa memandang keberhasilan atau kegagalan.

4) Yoga Raja: Yoga Kerajaan

Raja dalam bahasa Sansekerta berarti “bangsawan”. Yoga raja dikenal sebagai jalan para bangsawan menuju yoga atau pencerahan. Dari semua cabang yoga, yoga raja merupakan pendekatan yoga yang paling dikenal didunia barat. Para praktisi yoga raja mengikuti jalan yang sudah ditentukan, yang terdiri dari delapan latihan atau cabang yang dikenal sebagai ashtanga (“delapan cabang”) untuk mencapai kesadaran diri. Cabang-cabang ini mencakup banyak latihan yoga yang paling dikenal dan paling sering digunakan, termasuk posisi tubuh fisik, kontrol pernapasan, dan konsentrasi. Yoga raja kadang disebut juga sebagai yoga klasik karena latihan-latihannya dijelaskan dengan panjang-lebar di dalam kitab Yoga Sutras karya Patanjali, salah satu teks paling awal yang masih ada mengenai latihan yoga.

Keempat cabang utama yoga itu membentuk payung secara keseluruhan dimana dibawahnya semua latihan yoga lainnya terbagi-bagi

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

lagi. Akan tetapi, setiap cabang tidak harus dianggap eksklusif. Beberapa latihan, seperti meditasi, lazim terdapat pada lebih dari satu cabang yoga. Sementara kebanyakan ahli yoga setuju bahwa bhakti, jnana, karma, dan raja merupakan empat cabang utama yoga, ada beberapa latihan yoga atau pendekatan tradisional yoga yang telah menonjol, dan bisa dianggap sebagai bagian dari cabang-cabang utama yoga. Diantaranya ialah Kundalini, Laya, Mantra, Tantra, dan yoga Hatha. Nama terkahir mungkin menjadi pendekatan yoga yang paling banyak digunakan oleh praktisi yoga di Indonesia, walaupun seperti yang katakan oleh Swami Rama dalam (Claire, 2006:21) “dalam yoga, banyak jalan untuk dipilih, dan semua jalan sama-sama benar”.

Mendapatkan manfaat kesehatan dari kegiatan yoga merupakan alasan utama banyak orang menekuni kegiatan ini. Berikut ini manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dengan melakukank kegiatan yoga secara teratur:

1) Fleksibilitas

Gerakan-gerakan yoga dapat membantu meregangkan dan meningkatkan fleksibilitas tubuh. Seiring waktu, Anda dapat meningkatkan kelenturan paha belakang, punggung, bahu, dan pinggul dengan melakukan yoga secara teratur.

2) Kekuatan

Banyak pose yoga yang mengharuskan Anda untuk mendukung berat tubuh sendiri, termasuk menyeimbangkan tubuh pada satu kaki (seperti dalam Tree Pose) atau mendukung tubuh dengan tangan (seperti dalam pose Downward Facing Dog). Beberapa latihan mengharuskan Anda untuk berpindah dari satu pose ke pose yang lain yang juga akan meningkatkan kekuatan.

3) Mengembangkan otot

Selain melatih kekuatan tubuh, yoga juga dapat meningkatkan massa otot. Dengan yoga, otot-otot tubuh akan semakin kencang.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

4) Mencegah nyeri

Meningkatnya fleksibilitas dan kekuatan tubuh dapat membantu mencegah sakit punggung. Banyak orang yang menderita sakit punggung karena menghabiskan banyak waktu duduk di depan komputer atau mengemudi mobil. Yoga dapat melemaskan kembali tulang dan otot yang kaku sehingga mencegah nyeri punggung. 5) Memperlancar pernapasan

Kita umumnya bernapas dengan tarikan dan hembusan napas yang pendek-pendek. Latihan pernapasan Yoga, yang disebut Pranayama, memberi perhatian pada nafas dan mengajarkan bagaimana kita dapat menggunakan paru-paru untuk meningkatkan taraf kesehatan. Latihan napas juga dapat membantu membersihkan saluran hidung dan bahkan menenangkan sistem saraf pusat.

Latihan yoga menekankan pada konsentrasi yang dapat memberi pengaruh positif membawa ketenangan pikiran.

1) Ketenangan mental

Yoga juga memiliki teknik meditasi yang bermanfaat untuk membantu menenangkan pikiran.

2) Mengurangi stres

Yoga memiliki manfaat mengurangi stres. Saat berkonsentrasi, masalah sehari-hari, baik besar maupun kecil, akan mencair sehingga Anda akan terbebas dari tekanan stres. Konsentrasi bisa menjadi sarana relaksasi pikiran yang sangat dibutuhkan oleh pikiran yang sedang stres.

3) Kesiagaan tubuh

Melakukan yoga akan memberikan peningkatan kesadaran dan kesiagaan tubuh. Banyak gerakan halus yoga yang dapat meningkatkan keselarasan. Seiring waktu, Anda akan lebih nyaman dengan diri sendiri dan membuat Anda lebih percaya diri.

Diantara banyak manfaat kesehatan yoga, yang paling utama adalah kemampuannya yang telah terbukti dalam membantu mengurangi stres. Para ahli berpendapat bahwa hingga 80 persen dari semua penyakit

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

disebabkan oleh stres. Yoga membantu menimbulkan efek yang oleh Herbert Benson, M.D. sebagai “respons relaksasi”, yang dapat membantu menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan meningkatkan peredaran darah untuk membantu membuang sisa-sisa makanan yang mengandung racun dari dalam tubuh. Pada gilirannya, hal ini akan membantu meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh (Claire, 2006:6). Selain bermanfaat bagi kesehatan secara menyeluruh, yoga memiliki kegunaan lain bagi praktisinya, yaitu membantu mereka berhubungan dengan sumber-sumber batin mereka sendiri.

2.2 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan operasional penelitian adapun variabel penenelitian yang digunakan ada dua variabel yaitu sebagai berikut:

1. Variabel bebas atau independent variabel(X)

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan yoga.

2. Variabel terikat atau dependent variabel(Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagi akibat atau yang

Dokumen terkait