• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi

Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

TOMY TAMBA 110904039

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Tomy Tamba

NIM : 110904039

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : PENGARUH YOGA TERHADAP KONSEP DIRI

(Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)

Medan, November 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Nurbani, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, MA

NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281987012001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

(3)

iii

Nama : Tomy Tamba

Nim : 110904039

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : PENGARUH YOGA TERHADAP KONSEP DIRI

(Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep

Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

Ditetapkan di : Medan

(4)

iv

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Tomy Tamba

NIM : 110904039

Tanda Tangan :

(5)

v

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Pembuatan Skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis,

sehingga penulis mohon maaf jika dalam karya ini banyak kekurangan, baik isi

maupun cara pembuatan yang masih banyak kekurangan. Skripsi ini merupakan

hasil dari ilmu yang peneliti peroleh selama mengikuti proses perkuliahan di

Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara dan hasil penelitian yang peneliti peroleh selama di lapangan,

buku-buku perpustakaan dan internet. Adapun penyusunan skripsi ini sudah

peneliti mulai sejak bulan April 2015 hingga bulan November 2015. Tentunya

selama masa pengerjaannya, peneliti banyak mendapat dukungan serta bantuan

dari orang-orang di sekeliling peneliti.

Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis, Guntar Tamba dan Ria Br. Habeahan (†), untuk kasih sayang

dan didikan yang sangat berharga dan tidak ternilai, terkhusus ucapan terima kasih

untuk mama atas nasihat, motivasi dan semangat mama yang tidak akan pernah

mati mengikuti ragamu. Terima kasih juga kepada kakak-kakak tersayang, Waiti

Tio Masli dan Donita Paskalina yang tetap bersabar terhadap adik nakalnya ini

dan maaf pengerjaan skripsi ini selesainya terlalu lama.

Dalam penulisan skripsi ini pun, saya menyadari banyak dukungan serta

bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk segala

pengalaman membahagiakan yang takkan terbalas itu pada kesempatan ini saya

juga ingin mengucapkan Terima Kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Dra. Fatma Wardy Lubis, MA serta

Ibu Dra. Dayana Manurung selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi.. Terima Kasih atas segala ilmu yang Ibu berikan. Semoga

(6)

vi

arahan bahkan nasihat yang ibu berikan. Segala ilmu yang ibu bagi

benar-benar membekas bagi saya, juga untuk segala pengertian yang ibu berikan

selama membimbing saya. Untuk waktu yang akan saya kenang seumur

hidup saya, saya hanya dapat menghaturkan maaf sedalam-dalamnya dan

terima kasih sebanyak-banyaknya.

4. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Ilmu Komunikasi USU, yang telah

memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan berlangsung.

Terima Kasih atas segalanya.

5. Seluruh pegawai Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu proses

administrasi, terkhusus kak Maya.

6. Kepada geng Melati Khaidir, Boy, Rizaldi, Irend, Kevin, Sandy, Adam,

Dedi, Haris, Aldo, Yohan terima kasih sudah menjadi teman

mengahabiskan hari-hari selama perjuangan masa kuliah.

7. IN TEAM Organizer, Nurhayati Noeg, Aisyah Icak, M. Zahrawi Awik,

Chyiona, Irend Botak, Boy, Rizaldi Bebeb, Yohan O’ang dan Khaidir

Ane. Terimakasih untuk pengalaman yang telah kita punya bersama.

8. Terima kasih kepada bang Menik dan kawan-kawan di Jus Kuphi tempat

penulis banyak menghabiskan waktu selama pengerjaan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada 121 mahasiswa Ilmu Komunikasi USU stambuk

2011 (ANTO), kalian luar biasa.

10.Terima kasih untuk semua teman, abang, kakak dan adik mahasiswa Ilmu

Komunikasi dan jurusan lainnya di FISIP USU.

11.Semua responden yang telah membantu dalam pengumpulan data untuk

skripsi ini, semoga hasil usaha kita dapat bermanfaat.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum mencapai

kesempurnaan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati, saya sangat

mengharapkan kritik dan saran guna membangun penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya saya ucapkan selamat membaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi

(7)

vii

(8)

viii

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :Tomy Tamba

NIM : 110904039

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non

Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul

“Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri” (Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)”. Dengan

Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di: Medan, November 2015

(9)

ix

Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga di Kamalini Yoga Studio Medan)”. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi di Kamalini Yoga Studio Medan. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi intra pribadi, pengelolaan kesan, konsep diri serta teori pendukung mengenai kegiatan yoga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah praktisi yoga yang melakukan kegiatan yoga di Kamalini Yoga Studio Medan yang berjumlah 176. Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, dengan rumus Slovin maka didapat 63 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal dan tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS-19. Berdasarkan analisis SPSS 19, maka diperoleh koefisien korelasi rs sebesar 0,601. Sesuai kaidah dalam Spearman rs koefisien bahwa jika rhasil > rtabel maka hipotesis

diterima, artinya hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah Ha, yaitu terdapat pengaruh antara kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 36,1% dan terdapat 63,9% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.

(10)

x

effect of yoga to yoga practitioner’s self concept at Kamalini Yoga Studio Medan). The aim of this study is to know the extent of the effect of yoga activities on yoga practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. Theories that relevan to this study are, Communication, Intrapersonal communication, impression management theory, self cocept and also supporting theory about the activities of yoga. This study using corelational method in quantitative. The population in this study are practitioner from kamalini yoga studio Medan that there are 176 practitioner. Sampling technique used was purposive sampling, with slovin formula then gained 63 as a sample. using questionaire as the tools of collecting data. Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 19. Based on the analysis of SPSS 19, the correlation coefficient of 0.601 rs. According to the rules in Spearman rs coefficients that if rhasil> rtabel then the hypothesis is accepted, it means accepted hypothesis in this study is Ha, that there is effect between doing yoga activities to yoga

practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. The survey results

revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 36.1% and 63.9% are other factors that can not be measured in this study.

.

(11)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTARGAMBAR……….…xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 6

1.3Pembatasan Masalah ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5Manfaat Penelitian ... 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 9

2.1.1 Komunikasi ... 9

2.1.2 Komunikasi Intrapribadi ... 18

2.1.3 Impression Management Theory ... 20

2.1.4 Konsep Diri ... 24

2.1.5 Yoga ... 30

2.2 Kerangka Konsep ... 35

2.3 Variabel Penelitian ... 36

2.4 Operasional Variabel ... 36

2.5 Defenisi Operasional...36

2.6 Hipotesis ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 51

3.2 Lokasi Penelitian ... 53

(12)

xii

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5 Teknik Analisis Data ... 42

3.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 42

3.5.2 Analisis Tabel Silang ... 42

3.5.3 Uji Hipotesis ... 42

3.5.4Koefisien Determinan...44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanan Penelitian ... 45

4.1.1 Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 45

4.1.2 Proses Pengolahan Data ... 45

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 47

4.2.1 Karakteristik Responden...47

4.2.2 Variabel Bebas (Kegiatan Yoga)...49

4.2.3 Variabel Terikat (Konsep Diri)...60

4.3 Analisis Tabel Silang ... 67

4.4 Uji Hipotesis ... 73

4.5 Pkoefisien Determinan ... 75

4.6 Pembahasan...75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

5.2.1 Saran responden penelitian ... 84

5.2.2 Saran dalam kaitan akademis ... 84

(13)

xiii

2.1 Operasional Variabel ... 36

4.1 Jenis Kelamain ... 47

4.2 Usia ... 48

4.3 Pekerjaan ... 48

4.4 Tahun Mengenal Yoga ... 49

4.5 Tahun Mulai Aktif Mengikuti Kegiatan Yoga ... 50

4.6 Frekuensi Melakukan Kegiatan Yoga ... 51

4.7 Yoga Menarik Perhatian ... 52

4.8 Berusaha Meningkatkan Kemampuan Yoga ... 53

4.9 Mempraktikan Kegiatan Yoga Hanya di Kamalini Yoga Studio 54 4.10 Nyaman Melakukan Kegiatan Yoga di Kamalini Yoga Studio ... 55

4.11 Instruktur Yoga di Kamalini Yoga Studio Membantu dalam Meningkatkan Kemampuan Yoga ... 56

4.12 Sudah Mahir Dalam Mempraktikan Yoga ... 57

4.13 Percaya Diri dengan Kemampuan Yoga Saat Ini ... 58

4.14 Durasi Latihan di Kamalini Yoga Sudah Cukup... 58

4.15 Kegiatan Yoga Memberikan Manfaat Positif Bagi Kesehatan .... 59

4.16 Sudah Memiliki Sifat-sifat yang Ideal ... 60

4.17 Berusaha Menjadi Sosok yang Dianggap Ideal ... 61

4.18 Merasa Cantik/Tampan Apa Adanya ... 62

4.19 Merasa Lebih Cantik/Tampan Setelah Melakukan Kegiatan Yoga ... 63

4.20 Percaya Diri dengan Penampilan Sehari-hari ... 64

4.21 Kegiatan Yoga Mempengaruhi Cara Berpenampilan Sehari-hari 65 4.22 Ingin Mengubah Ukuran dan Bentuk Tubuh ... 65

(14)

xiv

4.25 Hubungan antara Setuju Yoga Menarik Perhatian dengan Berusaha Menjadi Sosok yang Dianggap Ideal ... 68

4.26 Hubungan antara Setuju Percaya Diri dalam Kemampuan Praktik Yoga dengan Percaya Diri dengan Penampilan Sehari-hari ... 70

4.27 Hubungan antara Setuju Berusaha Meningkatkan Kemampuan

Praktik Yoga dengan Bangga dengan Diri Secara Keseluruhan .. 72

(15)

xv

Nomor Judul Halaman

(16)

xvi

1. Tabel Fortran Cobol

2. Kuesioner

3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

(17)

ix

Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga di Kamalini Yoga Studio Medan)”. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi di Kamalini Yoga Studio Medan. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi intra pribadi, pengelolaan kesan, konsep diri serta teori pendukung mengenai kegiatan yoga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah praktisi yoga yang melakukan kegiatan yoga di Kamalini Yoga Studio Medan yang berjumlah 176. Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, dengan rumus Slovin maka didapat 63 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal dan tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS-19. Berdasarkan analisis SPSS 19, maka diperoleh koefisien korelasi rs sebesar 0,601. Sesuai kaidah dalam Spearman rs koefisien bahwa jika rhasil > rtabel maka hipotesis

diterima, artinya hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah Ha, yaitu terdapat pengaruh antara kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 36,1% dan terdapat 63,9% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.

(18)

x

effect of yoga to yoga practitioner’s self concept at Kamalini Yoga Studio Medan). The aim of this study is to know the extent of the effect of yoga activities on yoga practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. Theories that relevan to this study are, Communication, Intrapersonal communication, impression management theory, self cocept and also supporting theory about the activities of yoga. This study using corelational method in quantitative. The population in this study are practitioner from kamalini yoga studio Medan that there are 176 practitioner. Sampling technique used was purposive sampling, with slovin formula then gained 63 as a sample. using questionaire as the tools of collecting data. Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 19. Based on the analysis of SPSS 19, the correlation coefficient of 0.601 rs. According to the rules in Spearman rs coefficients that if rhasil> rtabel then the hypothesis is accepted, it means accepted hypothesis in this study is Ha, that there is effect between doing yoga activities to yoga

practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. The survey results

revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 36.1% and 63.9% are other factors that can not be measured in this study.

.

(19)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam

ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya

komunikasi adalah sarana yang digunakan manusia untuk melakukan interaksi

sosial, yang merupakan kebutuhan manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.

Manusia memiliki kemampuan untuk menyampaikan keinginan dan hasrat diri

kepada orang lain. Hal tersebut merupakan awal dari keterampilan berkomunikasi

yang dimiliki oleh manusia secara otomatis dan alamiah melalui

lambang-lambang, isyarat (non-verbal), kemudian disusun dengan kemampuan untuk

memberi arti dari lambang tersebut kedalam bentuk verbal. Komunikasi yang

terjadi sebagai bentuk interaksi sosial inilah kemudian akan mempengaruhi

individu. Informasi yang diterima dari lingkungan mengenai dirinya dan

gambaran dari individu lainnya yang menurutnya ideal akan mempengaruhi

perilaku manusia.

Manusia yang baik adalah manusia yang mengenali dirinya sendiri,

kemudian manusia yang lebih baik adalah mereka yang mampu mengembangkan

dirinya. Mengenali diri sendiri disini kita artikan sebagai pengetahuan yang

dimiliki individu tentang dirinya, yang kemudian oleh para ahli Psikologi

Kepribadian menyebutnya sebagai konsep diri. Dalam setiap pembicaraan

mengenai kepribadian, konsep diri merupakan sebuah frase bergaris bawah dan

dituliskan dengan tinta tebal. Konsep diri merupakan sifat unik yang dimiliki

setiap individu, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dengan

makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya

yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang

memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar

akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian

membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Individu yang

memiliki konsep diri yang positif, cenderung memiliki penerimaan diri dan harga

(20)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

memiliki konsep diri seperti itu akan memiliki rasa kesadaran diri yang tinggi dan

menganggap dirinya berharga.

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi)

konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan

orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita

inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu,

dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang

diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2008:7). Pendapat tersebut

dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat

informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya.

Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi

dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia

dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun

orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah

menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,

orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang

berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Secara umum konsep diri dibagi atas beberapa bagian, gambaran diri

(body/self image), ideal diri dan harga diri (self esteem). Sikap seseorang terhadap

dirinya secara sadar ataupun tidak sadar merupakan gambaran atas diri orang

tersebut. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara

berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. Sejak

lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima informasi yang

diberikan orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar

dirinya merupakan bagian yang terpisah dari lingkungan. Gambaran diri sangat

erat kaitannya dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya akan sangat

berpengaruh terhadap psikologisnya. Setiap individu tentu ingin merasa aman.

Ternyata, langkah utama untuk merasa aman secara utuh ialah memandang diri

secara utuh yaitu menerima dan mengukur bagian tubuhnya. Sikap ini mampu

menghindarkan individu dari rasa cemas dan dapat meningkatkan harga diri.

(21)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

yang disebut stressor (tekanan), salah satunya ialah feed back (umpan balik) antar

pribadi (interpersonal) yang negatif seperti tanggapan balik berupa celaan,

makian, labeling. Hal-hal ini mampu membuat seseorang mengkonstruksi

gambaran diri yang desktruktif.

Setelah mendapatkan gambaran dirinya, seorang individu akan

berkembang pada konsep ideal diri yakni persepsi individu tentang bagaimana

individu tersebut harus berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau

penilaian personal tertentu. Standar dapat berhubungan dengan seseorang tipe

orang yang menjadi aspirasi dan panutan oleh individu, namun ideal diri terus

berkembang dipengaruhi oleh interaksi sosial yang dialami individu tersebut.

Komponen terakhir yang terdapat dalam konsep diri adalah harga diri, yakni

penilain pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa sejauhmana

perilakunya memenuhi ideal diri. Pada akhirnya individu akan memiliki identitas

diri yang kuat yakni kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi

dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri

sebagai satu kesatuan yang utuh. Identitas memungkinkan terbentuknya

kemandirian yaitu suatu karakteristik yang timbul dari perasaan berharga,

kemampuan dan penyesuaian diri.

Akhirnya, konsep diri adalah sesuatu yang dibentuk, bukan ada secara

otomatis seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu. Oleh

karenanya, pembentukan konsep diri berkaitan erat dengan lingkungan dimana

individu hidup dan beraktivitas. Dengan kata lain, lingkungan dan aktivitas rutin

yang kita lakukan berpengaruh besar terhadap pembentukan konsep diri. Pada era

terkini, individu sering berusaha memilih lingkungan dan aktivitas yang dianggap

mampu mengembangkan dirinya kearah positif dan sebagai usaha untuk mencapai

ideal diri yang telah dibuat oleh individu tersebut.

Usaha-usaha pencapaian ideal diri adalah tindakan alami dari seorang

individu, yang dilakukan atas dorongan rasa ingin dihargai oleh lingkungannya.

Sudah menjadi sifat alami manusia untuk ingin dihargai oleh lingkungan, untuk

itu setiap individu pada dasarnya akan terus melakukan perbaikan pada gambaran

dirinya. Tindakan yang dilakukan tentu berbeda pada setiap individu, hal ini

(22)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

tersebut. Gambaran diri, seperti yang kita ketahui adalah hal yang berkaitan

dengan bentuk fisik maupun mengenai kemampuan, serta sikap seorang individu.

Individu yang merasa memiliki masalah terhadap penampilannya akan berusaha

memperbaiki penampilan diri, begitu juga mengenai kemampuan ataupun sikap

yang menurutnya perlu diperbaiki maka akan ada usaha untuk memperbaiki diri

oleh individu tersebut agar tercapainya ideal diri yang dibuat oleh individu

tersebut. Usaha-usaha yang dilakukan demi tercapainya ideal diri ini berbeda-beda

pada setiap individunya, tergantung pada ideal diri seperti apa yang telah

dibuatnya.

Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara

aktivitas yoga terhadap konsep diri. Seperti yang kita ketahui, yoga belakangan ini

menjadi sebuah kegiatan yang banyak diminati, baik oleh kalangan wanita

maupun pria. Yoga bukanlah sebuah praktik keagamaan Hindu, melainkan tradisi

yang sebenarnya sudah ada sebelum agama tersebut. Yoga merupakan tradisi tua

yang berasal dari India, yang sesuai dengan perubahan jaman, yoga juga

mengalami perubahan cara dan makna praktiknya.

Yoga adalah ilmu filosofi praktis dan bukan sebuah agama. Dari sisi

filosofi sebenarnya yoga bisa dikaitkan dengan semua kepercayaan terhadap

Tuhan karena kata yoga berasal dari bahasa Sansekerta “yug” (Lebang, 2010:1)

yang artinya ‘menggabungkan’ atau ‘mengharmonikan’. Secara garis besar, yoga

berarti usaha mengharmonisasikan elemen spiritual dan fisikal seorang manusia

untuk mencapai kondisi ideal sehingga memudahkan terjadinya komunikasi

dengan Sang Maha Pencipta.

Melalui yoga, tubuh manusia terhubung erat dengan pola gerak, napas,

serta pikiran yang memungkinkan terjadinya keseimbangan, relaksasi, serta

harmoni hidup lewat serangkaian latihan fisik yang cermat dan penuh konsentrasi,

seorang pelaku yoga diajarkan untuk ‘membangunkan’ seluruh bagian tubuh

maupun jiwa. Oleh karena itu berbagai gerakan yoga berefek positif bagi

peredaran darah, memudahkan penyerapan gizi, serta mmembersihkan racun dari

berbagai bagian tubuh. Sementara dari sisi psikologis yoga meningkatkan

(23)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Yoga adalah aktifitas yang secara nyata mampu menggabungkan unsur

psikologis-fisiologis, sementara aktifitas lainnya mayoritas lebih memiliki efek

pada unsur fisik luar semata, sehingga yoga dapat dipandang sebagai salah satu

filsafat hidup yang dilatar belakangi ilmu pengetahuan yang universal yakni

pengetahuan tentang seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan

tentang cara mengatur pernafasan yang disertai senam atau gerak anggota badan,

bagaimana cara melatih konsentrasi, menyatukan pikiran, dan lain sebagainya

(Pendit, 2007:109). Jadi yoga merupakan sebuah sistem yang menyadarkan dan

mengantarkan kita ke pengembangan diri, kesehatan lahir batin untuk mencapai

kebahagiaan.

Yoga dapat meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat

intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih kaya dan

bahagia. Yoga juga membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan. Maka dalam

kehidupan modern, tubuh yang menahan beban fisik dan stres keseharian yang

akan bertumpuk di bagian tubuh tertentu, dan mengakibatkan berbagai ketidak

nyamanan fisik, mental, maupun psikis, sehingga melalui yoga, hal itu diperbaiki.

Latihan yoga juga menyentuh fisik sehingga menimbulkan keselarasan antara

fisik dan mental manusia. Bahkan yoga dapat juga menurunkan stress dan

menambah percaya diri, yang dapat dilihat pada para anggota yang telah

mengikuti yoga, tampak tenang dalam menyelesaikan masalahnya.

Selain bermanfaat bagi kesehatan secara menyeluruh, yoga memiliki

kegunaan lain bagi manusia, yaitu membantu mereka berhubungan dengan

sumber-sumber batin mereka sendiri. Sebagaimana yang ditegaskan oleh

guru-guru terkemuka, manusia masa kini sering mendapatkan tekanan kerja dan harus

menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat. Kondisi seperti ini akan

mendorong mereka untuk menutup diri dan kehilangan sentuhan batinnya. Latihan

yoga dapat membuka kesempatan untuk berhubungan kembali dengan batin

mereka dan menerima diri mereka secara apa adanya – bukan seperti “yang

seharusnya”. Melalui latihan yoga yang berkelanjutan akan mempermudah

praktisi yoga mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan yang tak ternilai, yang

(24)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Pada penelitian ini, peneliti melibatkan praktisi yoga yang melakukan

kegiatan yoga di Kamalini Yoga Studio. Kamalini Yoga studio merupakan salah

satu pusat pelatihan yoga yang ada di Kota Medan. Dari sekian banyak studio

yoga yang ada di Medan, peneliti memilih studio yoga Kamalini berdasarkan

beberapa alasan. Bukti perkembangan yoga saat ini bisa kita lihat dari

perkembangan studio atau tempat-tempat pelatihan yoga. Namun tidak semua

tempat pelatihan yoga mengkhususkan pada pelatihan yoga saja, banyak

diantaranya yang menjadikan yoga sebagai bentuk promosi saja, mengingat begitu

banyaknya kalangan yang saat ini mencoba melakukan yoga. Kamalini Yoga

Studio adalah tempat yang secara khusus menyediakan menu pelatihan yoga saja,

berbeda dengan tempat lainnya seperti fitness centre, yang menjadikan yoga

sebagai menu pilihan lain dari olah raga. Spesialisasi Kamalini Yoga Studio yang

fokus hanya pada kegiatan yoga sebagai produk yang ditawarkan dan juga bisa

kita simpulkan bahwa praktisi yoga yang berlatih distudio ini juga serius untuk

mendalami yoga menjadi alasan peneliti memilihnya sebagai tempat penelitian

ini.

Ada atau tidaknya hubungan antara berlatih yoga dengan konsep diri

praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio ini yang menjadi pertanyaan dan

menimbulkan rasa ingin tahu peneliti. Dari penejelasan diatas, maka peneliti

merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Yoga Terhadap

Konsep Diri Praktisi Yoga di Kamalini Yoga Studio Medan.”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka diuraikan pertanyaan yang

merupakan rumusan masalah yang akan dicarikan jawabannya, yakni sebagai

berikut:

“Sejauh manakah pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi yoga di

(25)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

1.3 BATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.

Untuk itu diberikan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya praktisi yoga yang aktif di

studio Kamalini Yoga, Multatuli Medan.

2. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu menguji hubungan antara kegiatan

yoga terhadap konsep diri dari praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio.

3. Penelitian ini terbatas hanya pada konsep diri yang terkait dengan ideal

diri, citra diri, dan harga diri praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio

melakukan kegiatan yoga.

2. Untuk mengetahui konsep diri para praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio

Multatuli Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri para

praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio.

1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah dan

memperluas khasanah penelitian komunikasi dan menjadi referensi

tambahan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa ilmu komunikasi.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu bentuk penerapanteoritis dan

keilmuan yang telah didapat peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu

Komunikasi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta menambah

pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai Komunikasi

(26)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber kajian dan masukan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkaitan

Komunikasi Intrapribadi dan konsep diri, dan masyarakat secara umum

(27)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 KERANGKA TEORITIS

Ketika suatu masalah penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba

membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya dan diangap

mampu menjawab masalah yang dihadapi peneliti (Bungin, 2011:31). Setiap

penelitian bersifat ilmiah dan memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan

berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Oleh karena itu

perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang

mengambarkan dari sudut pandang mana masalah akan disoroti.

Sebagai landasan berfikir peneliti dalam melakukan pemecahan masalah

secara jelas dan tepat, maka penelitian ini menggunakan teori-teori yang relevan

yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta

sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

yanga diajukan. Adapun teori-teori yang digunakan oleh peneliti adalah:

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Defenisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh

seorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau merubah sikap,

pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung

melalui media. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris

Communication berasal dari bahasa latin, communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah

kesamaan makna (Effendy, 2003: 9)

Ada begitu banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dari

berbagai sudut pandang mereka masing-masing. Menurut Carl I. Hovland,

komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)

menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk

(28)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Menurut Laswell (dalam Mulyana, 2008: 69) komunikasi adalah :

“who says what in which chanell to whom with what effect”. Jadi jika dijabarkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi,

yaitu:

1. Siapa yang mengatakan Komunikator (communicator)

2. Apa yang dikatakan Pesan (message)

3. Media apa yang digunakan Media (channel)

4. Kepada siapa pesan disampaikan Komunikan (Communicant)

5. Akibat apa yang terjadi Efek (effect)

Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada

gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Menurut Barnuld

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi

rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan dan

memperkuat ego. Menurut Weaver komunikasi adalah seluruh prosedur

melalui pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya

(Fajar, 2009: 30-31).

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, tentu belum

mewakili semua definisi para ahli. Namun gambaran dari definisi yang

dikemukakan diatas bahwa komunikasi dilakukan mempunyai tujuan

yakni untuk mengubah dan membentuk prilaku orang-orang lainnya yang

menjadi sasasran komunikasi.

2.1.1.2 Karakteristik Komunikasi

Adapun karakteristik komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009:

33-34):

1. Komunikasi suatu proses

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan

serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta

(29)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja,

serta sesuai dengan tujuan atau keinginan pelakunya. Pengertian sadar

disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang

sepenuhnya berada dalam mental psikologis yang terkendali bukan dalam

keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan

memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan

menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat.

Kegiatan komunikasi berlangsung baik apabila pihak-pihak yang

berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan

mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang

dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan

menggunakan lambing-lambang (simbol), misalnya bahasa.

5. Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut tindakan memberi dan menerima.

Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau

proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Maksudnya adalah bahwa para peseta atau pelaku yang terlibat dalam

komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan

adanya berbagai produk teknologi komunikasi ruang dan waktu bukan lagi

menjadi hambatan dalam berkomunikasi.

2.1.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi

Proses komunikasi terdiri dari berbagai macam unsur, cara

pandang atau elemen yang mendukung proses tersebut dapat terjadi. Ada

(30)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan

lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. Perkembanga

terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De Vito, K Sereno dan

Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak

kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut (Cangara, 2006:

22-26).

a. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia

sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk

kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut

pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebur source,

sender atau Encoder.

b. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan

dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi yang isinya berupa

ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam

bahasa Inggrisnya biasa diterjemahkan dengan kata message, content atau

information.

c. Media

Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat

yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,

dimana setiap orang dapat melihat, membaca atau mendengarnya. Media

dalam komunikasi masa dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni media

cetak dan elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah,

buku, leaflet, brosur, stiker, hand out dan sebagainya. Sedangkan media

(31)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

d. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim

oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam

bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen penting

dalam proses komunikasi karena dialah yang menjadi sasaran dari

komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima akan

menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut

perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

e. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku

seseorang.

f. Tanggapan balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah

salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan

tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti

pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

g. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas

empat macam yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,

lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

2.1.1.4 Gangguan Dan Rintangan Komunikasi

Jika melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, maka

gangguan komunikasi bias terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur

yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu

terjadi. Menurut Shanon dan Weaver (dalam Cangara, 2006: 131).

gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang menganggu

(32)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan adalah

adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat

berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima (Cangara,

2006: 131).

Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat

dibedakan atas tujuh macam, yakni (Cangara, 2006: 131-134):

a. Gangguan Teknis

Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat komunikasi yang

digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi

yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise),

misalnya gangguan pada stasiun radio atau televisi sehingga suara menjadi

berisik dan semacamnya.

b. Gangguan Semantik

Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan

karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering

terjadi karena:

i.Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa

asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.

ii.Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang

digunakan oleh penerima.

iii.Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,

sehingga membingungkan penerima.

iv.Latar belakang budaya yang berbeda sehingga menyebabkan salah

persepsi terhadap simbol-simbol yang digunakan.

c. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang

disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa

curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan

kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak

(33)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

d. Rintangan Fisik

Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan kondisi

geografis misalnya jarak yang sangat jauh sehingga sulit dicapai, tidak

hanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur trasportasi dan sebagainya.

e. Rintangan Status

Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan karena jarak

sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara

senior dan junior atau antara atasan dan bawahan.

f. Rintangan Kerangka Berfikir

Merupakan rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi

antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam

komunikasi. Ini disebabkan karena adanya latar belakang dan pengalaman

yang berbeda.

g. Rintangan Budaya

Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi disebabkan karena

adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh

pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi.

2.1.1.5 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum,

tujuan komunikasi (Effendy, 2002:8) ialah:

1) Mengubah sikap (to change the attitude)

2) Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion)

3) Mengubah perilaku (to change the behaviour)

4) Mengubah masyarakat (to change the society)

Komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta bagaimana

sikap itu dapat berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat

memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki

(34)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

bisa saja anak tersebut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya,

karena hasil belajar dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang

menyebabkan si anak memiliki perubahan dalam sikapnya (Effendy,

2002:25).

Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah

masyarakat. Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap

kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga

melalui komunikasi mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta

mengubah perilaku mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak

mudah untuk mengubah masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih

dekat dan menyeluruh seperti komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga

Berencana (KB) dalam sebuah desa, agar informasi-informasi mengenai

hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh masyarakat bahwa pentingnya

untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga dengan kegiatan

bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya hubungan

yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih nan

indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan

bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan

fungsi sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.

Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy,

2002:27) yaitu:

1) Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal

maupun eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang

berpengaruh.

2) Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi

lingkungannya

3) Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik

dalam kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan

(35)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Lebih singkatnya, fungsi komunikasi itu ialah:

1) Menginformasikan (to inform)

2) Mendidik (to educate)

3) Menghibur (to entertain)

4) Mempengaruhi (to influence)

Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya

memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga

kita bisa mengetahuinya dan sebaliknya kita memiliki kebutuhan untuk

memberikan informasi. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru

menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam

proses belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang

diterangkan oleh gurunya. Secara langsung, guru telah mendidik sehingga

memengaruhi para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di

sekolah. Acara komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut

dan pesulap dalam sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua

dilakukan untuk penyegaran semata dan sebagai kesenangan individu

maupun kelompok. Secara jelas fungsi komunikasi tersebut kita rasakan

dalam kehidupan kita baik kita sebagai komunikator maupun penerima

pesannya (komunikan).

2.1.2 Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung

dalam diri seseorang. Orang tersebut berperan baik sebagai komunikator

maupun sebagai komunikan. Dia berbicara, berdialog, bertanya dan

menjawab kepada dirinya sendiri.

Di saat kita sedang berbicara kepada diri kita sendiri, sedang

melakukan perenungan, perencanaan, dan penilaian pada diri kita terjadi

proses neuro-fisiologis yang membentuk landasan bagi tanggapan,

motivasi, dan komunikasi kita dengan orang-orang atau faktor-faktor

lingkungan kita.

Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri

(36)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

sehingga kita dapat berfungsi secara bebas di masyarakat. Belajar

mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir dan berasa

dan bagaimana kita mengamati, menginterpretasikan dan mereaksi

lingkungan.

Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan

perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan

pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan

peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.

Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang

mengacu pada identitas spesifik dari individu. Elemen dari kesadaran diri

adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan

identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).

Proses pengolahan informasi yang disebut komunikasi

intrapersonal ini meliputi sensasi, persepsi,memori, dan berpikir.

a) Sensasi

Merupakan tahap paling awal dalam penerimaan pesan atau informasi.

Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya pengindraan, yang

menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Melalui alat indera,

manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu,

melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua

kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya (Rakhmat, 2007 : 49).

b) Persepsi

Persepsi adalah pengalaman-pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi

(sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi

adalah bagian dari persepsi (Rakhmat, 2007 : 51).

c) Memori

Memori adalah sistem yang sangat terstruktur yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. (Schlessinger dan

(37)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

1) Perekaman (Encoding)

Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera

dan sirkit saraf internal.

2) Penyimpanan (Storage)

Penyimpanan adalah menentukan berapa lama infomasi itu berada

beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana.Penyimpanan bisa

aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita

menambahkan informasi tambahan.

3) Pemanggilan (Retrieval)

Pemanggilan yang dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi,

adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan

Rosenzweig dalam Rakhmat, 2007 : 63).

d) Berpikir

Proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli

adalah berpikir. Pada proses ini melibatkan sensasi, persepsi, dan memori

(Rakhmat, 2007 : 67). Berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang

melibatkan pengunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan

peristiwa. Seorang individu berpikir dengan tujuan untuk mengambil

keputusan (Decision making), memecahkan masalah (Problem Solving),

dan Menghasilkan yang baru (Creativity). Secara singkat Anita Taylor et

al mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan

(Rakhmat, 2007 : 68). Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan

informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Secara

garis besar ada dua macam berfikir, autuistic dan realistic. Dengan berfikir

autistic orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai

gambar-gambar fantasi. Terbalik dengan berfikir secara realistic yang

bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berfikir realistic di

bagi menjadi tiga macam, yaitu deduktif, induktif dan evaluative.

Jadi komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal

secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.

Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,

(38)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk

komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui

proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness)

terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator.

Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi,

maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.

Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada

dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan

pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan

sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a,

bersyukur, instrospeksi diri denganmeninjau perbuatan kita dan reaksi hati

nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara

kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan

perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan

pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan

peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.

2.1.3 Impression Management Theory

Impression management atau pengelolaan kesan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang individu dalam menciptakan kesan

atau persepsi tertentu atas dirinya dihadapan khalayaknya. Pengelolaan

kesan tersebut baik terhadap simbol verbal maupun simbol nonverbal yang

melekat di dirinya (Rakhmat, 2007:96).

Teori impression management menyatakan bahwa setiap individu

atau organisasi harus mendapatkan dan memelihara kesan yang konguren

dengan persepsi yang ingin mereka sampaikan pada publik. Gagasan

penegelolaan kesan juga mengacu pada praktek komunikasi profesional,

dimana istilah ini digunkan untuk menggambarkan proses pembentukan

citra seseorang atau organisasi. Hal ini biasanya digunakan bersamaan

dengan ketika seseorang mempresentasikan dirinya, hal ini dikarenakan

(39)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Pengelolaan kesan juga mengacu pada praktiknya ketika seseorang berada

pada kegiatan profesinya. Misalnya, seorang pengajar akan selalu

menampilkan dirinya layak sebagai seseorang yang memiliki wawasan

luas, sehingga menimbulkan persepsi baik dikhalayak umum maupun anak

didiknya.

Berbagai faktor yang mengatur impression management dapat

diidentifikasi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa impression management

diperlukan bilamana terdapat semacam situasi sosial, baik nyata atau

imajiner. Logikanya, kesadaran merupakan subjek potensial dalam

pemantauan. Selain itu, karakteristik dari situasi sosial tertentu juga

penting. Secara khusus, norma-norma budaya sekitarnya menentukan

kelayakan perilaku nonverbal tertentu.

Tindakan harus sesuai dengan target dan budaya yang ada,

sehingga jenis publik serta segala yang berkaitan dengan cara

mempengaruhi impression management publik direalisasikan. Tujuan

seseorang merupakan faktor dalam mengatur cara dan strategi impression

management. Hal ini mengacu pada isi suatu pernyataan, yang juga mengarah pada cara penyajian aspek diri yang berbeda. Tingkat

self-efficacy menggambarkan apakah seseorang yakin untuk menyampaikan kesan yang dituju.

Sebuah studi baru menemukan bahwa, semua hal lain dianggap

sama, orang lebih cenderung memperhatikan wajah yang telah

dihubungkan dengan gosip negatif daripada dengan hubungan netral atau

positif. Penelitian ini memberikan kontribusi bahwa persepsi kita dibentuk

oleh proses otak bawah sadar yang menentukan apa yang kita "pilih" untuk

melihat atau mengabaikan - bahkan sebelum kita menjadi sadar akan hal

itu. Temuan ini juga menambah gagasan bahwa otak berkembang menjadi

sangat sensitif terhadap "orang jahat" atau "cheater" - sesama manusia

yang merusak kehidupan sosial dengan penipuan, pencurian atau

non-kooperatif perilaku.

Konsep diri penting bagi teori impression management sebagai

(40)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

Konsep diri berkembang sesuai dengan pengalaman sosial hidup.

Schlenker lebih lanjut menunjukkan bahwa anak-anak mengantisipasi

perilaku yang mereka memiliki terhadap orang lain dan bagaimana orang

lain mengevaluasi mereka, mereka mengontrol kesan yang dibentuk orang

lain dan mengontrol hasil yang mereka peroleh dari interaksi sosial.

Identitas sosial mengacu pada bagaimana seseorang didefinisikan dan

dianggap dalam interaksi sosial.

Individu menggunakan strategi pengelolaan kesan untuk

mempengaruhi identitas sosial mereka terhadap orang lain. Identitas

mempengaruhi perilaku mereka di depan orang lain. Oleh karena itu,

dalam upaya untuk mempengaruhi orang lain seseorang harus membentuk

kesan dirinya sendiri, kemudian memainkan peran tersebut untuk

mempengaruhi sosialnya.

Signifikansi dalam penelitian empiris dan ekonomi Impression

Manajement dapat didistorsi dengan penelitian empiris yang

mengandalkan wawancara dan survei, fenomena yang sering disebut

sebagai "bias keinginan sosial". Kesan teori manajemen tetap merupakan

bidang penelitian tersendiri. Ketika datang ke pertanyaan praktis tentang

hubungan masyarakat dan cara organisasi harus menangani citra publik

mereka, asumsi yang diberikan oleh teori kesan manajemen juga dapat

menyediakan kerangka kerja.

Pemeriksaan strategi impression management yang berbeda

diperankan oleh individu yang menghadapi pengadilan kriminal di mana

hasil uji coba bisa berkisar dari hukuman mati, penjara seumur hidup atau

pembebasan telah dilaporkan dalam literatur forensik.

Artikel Perri dan Lichtenwald diperiksa perempuan psikopat

pembunuh, yang sebagai sebuah kelompok sangat termotivasi untuk

mengelola kesan bahwa pengacara, hakim, profesi kesehatan mental dan

akhirnya, juri memiliki para pembunuh dan pembunuhan yang mereka

lakukan. Ini memberikan ilustrasi kasus hukum para pembunuh

menggabungkan dan atau berpindah dari satu strategi impression

(41)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

bekerja menuju tujuan mereka mengurangi atau menghilangkan

pertanggungjawaban atas pembunuhan yang mereka lakukan.

Sejak 1990-an, para peneliti di bidang olahraga dan psikologi

latihan telah mempelajari diri presentasi. Kekhawatiran tentang

bagaimana seseorang dianggap telah ditemukan untuk menjadi relevan

dengan studi kinerja atletik. Misalnya, kecemasan dapat dihasilkan ketika

seorang atlet di hadapan penonton. Self-presentasional kekhawatiran juga

telah ditemukan untuk menjadi relevan untuk berolahraga. Misalnya,

kekhawatiran dapat menimbulkan motivasi untuk berolahraga.

Penelitian yang lebih baru menyelidiki efek dari impression

management pada perilaku sosial menunjukkan bahwa perilaku sosial (misalnya makan) dapat berfungsi untuk menyampaikan kesan yang

diinginkan untuk orang lain dan meningkatkan seseorang citra diri.

Penelitian tentang makan telah menunjukkan bahwa orang cenderung

makan lebih sedikit ketika mereka percaya bahwa mereka sedang diamati

oleh orang lain.

2.1.4 Konsep Diri (Self Concept)

Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting

dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri

merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk

membedakan manusia dari mahkluk hidup lainnya. Para ahli psikologi

kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konesp diri,

sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri dinyatakan melalui

sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai

organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya

menyebabkan ia sadar keberadaan dirinya. Perkembangan yang

berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri

individu bersangkutan.

Semakin berkembang seseorang, semakin lebih mampu dia

mengatasi lingkungannnya. Namun, sementara dia mengetahui

(42)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

pun mengembangkan sikap terhadap dirinya sendiri dan perilakunya.

Pengetahuan dan sikap inilah dikenal sebagi konsep diri (self concept).

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns

konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan

dan orang lain pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang

kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri

individu dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain

pada diri individu (Mulyana, 2001 : 27). Sedangkan menurut William D.

Brooks, konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan kita

tentang diri kita (Rakhmat, 2007:105).

Konsep diri berarti segala yang seseorang ketahui tentang dirinya

sendiri, semua apa yang dipercayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup

anda terekam dalam metal hard drive kepribadian seseorang, yaitu dalam

self concept seseorang. Self concept seseorang mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakannya. Tingkah

laku nyata seseorang akan selalu konsisten dengan self concept yang

terdapat didalam dirinya.

The self for Herbert Mead is at once individuality and generality, agent and recipient, sameness and difference. Bluntly put, what this means is that the self is the agency through which individuals experience themselves in relation to others, but also an object or fact dealt with by its individual owner he or she sees fit.

To possess a ‘self’ then necessarily implies an ability to take one’s actions, emotions and beliefs as a unfied structure, viewed from the perspective of significant others, as others would view and interpret actions of the self. Seen from this angle, the self is a social product through and through, an creation, thinking, feeling, the building of attitude structures, the taking on of roles, all in a quest for coherence and orientated to the social world (Elliott, 2007:32).

Fitts mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting

dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka

acuan (frame of reference) dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya.

Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri adalah sebagai suatu

keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi,

(43)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

setiap individu akan memiliki perincian yang sangat banyak dan bervariasi

mengenai dirinya. Fitts membagi konsep diri ke dalam 2 (dua) dimensi

pokok, yaitu :

1. Dimensi Internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal

(internal frame of reference) adalah bila seorang individu melakukan

penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri atau

dunia dalam dirinya sendiri terhadap identitas dirinya, perilaku dirinya,

dan penerimaan dirinya. Dimensi internal terdiri dari :

a. Diri sebagai obyek/identitas (identity self)

Identitas diri ini merupakan aspek konsep diri yang paling

mendasar. Konsep ini mengacu pada pertanyaan "siapakah saya ?",

dimana di dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang

diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk

menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Identitas

diri akan mempengaruhi cara individu mempersepsikan dunia

fenomenalnya, mengobservasinya, dan menilai dirinya sendiri

sebagaimana ia berfungsi. Identitas diri sangat mempengaruhi

tingkah laku seorang individu, dan sebaliknya identitas diri juga

dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku.

b. Diri sebagai pelaku (behavior self)

Diri pelaku merupakan persepsi seorang individu tentang

tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai

"apa yang dilakukan oleh diri". Selain itu, bagian ini sangat erat

kaitannya dengan diri sebagai identitas. Diri yang kuat akan

menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri

pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima baik diri

sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan keduanya

dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri sebagai pengamat dan penilai (judging self)

Diri penilai ini berfungsi sebagai pengamat, penentu

(44)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

perantara (mediator) antara diri, identitas dengan diri pelaku. Diri

penilai menentukan kepuasan seseorang individu akan dirinya atau

seberapa jauh ia dapat menerima dirinya sendiri. Kepuasan diri

yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang

miskin dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang

mendasar kepada dirinya, sehingga menjadi senantiasa penuh

kewaspadaan. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan

diri yang tinggi, kesadaran dirinya akan lebih realistis, sehingga

lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan

keadaan dirinya dan lebih memfokukan energi serta perhatiannya

ke luar diri, yang pada akhirnya dapat berfungsi secara lebih

konstruktif. Diri sebagai penilai erat kaitannya dengan harga diri

(self esteem), karena sesungguhnya kecenderungan evaluasi diri ini

tidak saja hanya merupakan komponen utama dari persepsi diri,

melainkan juga merupakan komponen utama pembentukan harga

diri.

Penjelasan mengenai ketiga bagian dari dimensi internal,

memperlihatkan bahwa masing-masing bagian mempunyai fungsi yang

berbeda namun ketiganya saling melengkapi, berinteraksi, dan membentuk

suatu diri (self) serta konsep diri (self concept) secara utuh dan

menyeluruh.

2. Dimensi Eksternal, yang terdiri dari :

Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui hubungan

dan aktifitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain yang

berasal dari dunia di luar diri individu. Sebenarnya, dimensi eksternal

merupakan suatu bagian yang sangat luas, namun yang dikemukakan oleh

Fitts adalah bagian dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua

orang. Bagian-bagian dimensi eksternal ini, dibedakan Fitts atas 5 (lima)

bentuk, yaitu :

a. Diri fisik (physical self)

Diri fisik, menyangkut persepsi seorang individu terhadap keadaan

(45)

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik)

dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).

b. Diri moral-etik (moral-ethical self)

Diri moral, merupakan persepsi seseorang individu terhadap

dirinya sendiri, yang dilihat dari standart pertimbangan nilai-moral dan

etika. Hal ini menyangkut persepsi seorang individu mengenai

hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seorang individu akan kehidupan

agamanya, dan nilai-nilai moral yang dipegang seorang individu yang

meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seorang individu

terhadap keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik

atau hubungannya dengan individu lain, tetapi dipengaruhi oleh

sejauhmana seorang individu merasa puas terhadap pribadinya atau

sejauhmana seorang individu merasakan dirinya sebagai pribadi yang

tepat.

d. Diri keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan pada

perasaan dan harga diri seorang individu dalam kedudukannya sebagai

anggota keluarga. Bagian diri ini menunjukkan seberapa jauh seorang

individu merasa kuat terhadap dirinya sendiri sebagai anggota keluarga

dan terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya selaku anggota dari

suatu keluarga.

e. Diri sosial (social self) Diri sosial merupakan penilaian seorang

individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan di

sekitarnya.

Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya

dalam dimensi eksternal ini, sangat dipengaruhi oleh penilaian dan

interaksinya dengan orang lain. Seorang individu tidak dapat begitu saja

menilai bahwa ia memiliki diri fisik yang baik, tanpa adanya reaksi dari

individu lain yang menunjukkan bahwa secara fisik ia memang baik dan

menarik. Demikian pula halnya, seorang individu tidak dapat mengatakan

Gambar

Tabel 1  Operasional Variabel
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Usia
Tabel 4.4 Tahun Mengenal Yoga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terhadap medan makna bekebun karet dalam BMDM dilakukan di Desa Bina Karya, Kecamatan Tanah Pinoh, Kabupaten Melawi. Dalam penelitian ini melibatkan tiga orang

yang tidak di kenal keluar masuk perusahaan melewati desa Kinande dan adanya para pengambil hasil panen kelapa sawit tanpa seizin perusahaan sehingga jalan tambah hancur

Fase demonstrasi, guru melakukan demonstrasi mengenai contoh perbedaan koloid, larutan, suspensi, aerosol, emulsi, sol, buih, busa (siklus I) dan contoh sifat koloid efek

Pada indikator merumuskan masalah sebelum diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa mendapatkan nilai pretest pada kategori tidak terampil, kurang terampil,

bawang putih, bawang merah, beras, daun dadap serep, gula, telur, jenang merah, jenang putih, bunga, miri, uang dan lain sebagainya. Tidak semua cok bakal berisi lengkap

3.2.1 Menganalisis reaksi yang menimbulkan kalor dan reaksi yang melepaskan kalor, misal reaksi yang timbul saaat kita meempelkan koyo pada badan kita, perbedaan suhu yang

-­‐ Mengetahui perbandingan berat volume balok persegi beton bertulang dengan lubang hollow core pada tengah penampang balok terhadap balok normal.. -­‐ Mengetahui

merupakan suatu analog kurkumin yang menunjukkan efek sitotoksik yang lebih kuat dibanding kurkumin dalam berbagai lini sel kanker sehingga dapat digunakan sebagai