(Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi
Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
TOMY TAMBA 110904039
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
Nama : Tomy Tamba
NIM : 110904039
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : PENGARUH YOGA TERHADAP KONSEP DIRI
(Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)
Medan, November 2015
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Nurbani, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, MA
NIP. 196108021987012001 NIP. 196208281987012001
Dekan FISIP USU
Prof. Dr. Badaruddin, M.Si
iii
Nama : Tomy Tamba
Nim : 110904039
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi : PENGARUH YOGA TERHADAP KONSEP DIRI
(Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep
Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji Ketua Penguji :
Penguji :
Penguji Utama :
Ditetapkan di : Medan
iv
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Tomy Tamba
NIM : 110904039
Tanda Tangan :
v
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Pembuatan Skripsi ini merupakan pengalaman pertama penulis,
sehingga penulis mohon maaf jika dalam karya ini banyak kekurangan, baik isi
maupun cara pembuatan yang masih banyak kekurangan. Skripsi ini merupakan
hasil dari ilmu yang peneliti peroleh selama mengikuti proses perkuliahan di
Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dan hasil penelitian yang peneliti peroleh selama di lapangan,
buku-buku perpustakaan dan internet. Adapun penyusunan skripsi ini sudah
peneliti mulai sejak bulan April 2015 hingga bulan November 2015. Tentunya
selama masa pengerjaannya, peneliti banyak mendapat dukungan serta bantuan
dari orang-orang di sekeliling peneliti.
Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua penulis, Guntar Tamba dan Ria Br. Habeahan (†), untuk kasih sayang
dan didikan yang sangat berharga dan tidak ternilai, terkhusus ucapan terima kasih
untuk mama atas nasihat, motivasi dan semangat mama yang tidak akan pernah
mati mengikuti ragamu. Terima kasih juga kepada kakak-kakak tersayang, Waiti
Tio Masli dan Donita Paskalina yang tetap bersabar terhadap adik nakalnya ini
dan maaf pengerjaan skripsi ini selesainya terlalu lama.
Dalam penulisan skripsi ini pun, saya menyadari banyak dukungan serta
bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk segala
pengalaman membahagiakan yang takkan terbalas itu pada kesempatan ini saya
juga ingin mengucapkan Terima Kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Dra. Fatma Wardy Lubis, MA serta
Ibu Dra. Dayana Manurung selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi.. Terima Kasih atas segala ilmu yang Ibu berikan. Semoga
vi
arahan bahkan nasihat yang ibu berikan. Segala ilmu yang ibu bagi
benar-benar membekas bagi saya, juga untuk segala pengertian yang ibu berikan
selama membimbing saya. Untuk waktu yang akan saya kenang seumur
hidup saya, saya hanya dapat menghaturkan maaf sedalam-dalamnya dan
terima kasih sebanyak-banyaknya.
4. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Ilmu Komunikasi USU, yang telah
memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan berlangsung.
Terima Kasih atas segalanya.
5. Seluruh pegawai Departemen Ilmu Komunikasi dan Bagian Pendidikan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu proses
administrasi, terkhusus kak Maya.
6. Kepada geng Melati Khaidir, Boy, Rizaldi, Irend, Kevin, Sandy, Adam,
Dedi, Haris, Aldo, Yohan terima kasih sudah menjadi teman
mengahabiskan hari-hari selama perjuangan masa kuliah.
7. IN TEAM Organizer, Nurhayati Noeg, Aisyah Icak, M. Zahrawi Awik,
Chyiona, Irend Botak, Boy, Rizaldi Bebeb, Yohan O’ang dan Khaidir
Ane. Terimakasih untuk pengalaman yang telah kita punya bersama.
8. Terima kasih kepada bang Menik dan kawan-kawan di Jus Kuphi tempat
penulis banyak menghabiskan waktu selama pengerjaan skripsi ini.
9. Terima kasih kepada 121 mahasiswa Ilmu Komunikasi USU stambuk
2011 (ANTO), kalian luar biasa.
10.Terima kasih untuk semua teman, abang, kakak dan adik mahasiswa Ilmu
Komunikasi dan jurusan lainnya di FISIP USU.
11.Semua responden yang telah membantu dalam pengumpulan data untuk
skripsi ini, semoga hasil usaha kita dapat bermanfaat.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran guna membangun penyempurnaan skripsi ini.
Akhirnya saya ucapkan selamat membaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
vii
viii
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :Tomy Tamba
NIM : 110904039
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Sumatera Utara
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non
Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul
“Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri” (Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)”. Dengan
Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di: Medan, November 2015
ix
Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga di Kamalini Yoga Studio Medan)”. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi di Kamalini Yoga Studio Medan. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi intra pribadi, pengelolaan kesan, konsep diri serta teori pendukung mengenai kegiatan yoga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah praktisi yoga yang melakukan kegiatan yoga di Kamalini Yoga Studio Medan yang berjumlah 176. Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, dengan rumus Slovin maka didapat 63 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal dan tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS-19. Berdasarkan analisis SPSS 19, maka diperoleh koefisien korelasi rs sebesar 0,601. Sesuai kaidah dalam Spearman rs koefisien bahwa jika rhasil > rtabel maka hipotesis
diterima, artinya hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah Ha, yaitu terdapat pengaruh antara kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 36,1% dan terdapat 63,9% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.
x
effect of yoga to yoga practitioner’s self concept at Kamalini Yoga Studio Medan). The aim of this study is to know the extent of the effect of yoga activities on yoga practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. Theories that relevan to this study are, Communication, Intrapersonal communication, impression management theory, self cocept and also supporting theory about the activities of yoga. This study using corelational method in quantitative. The population in this study are practitioner from kamalini yoga studio Medan that there are 176 practitioner. Sampling technique used was purposive sampling, with slovin formula then gained 63 as a sample. using questionaire as the tools of collecting data. Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 19. Based on the analysis of SPSS 19, the correlation coefficient of 0.601 rs. According to the rules in Spearman rs coefficients that if rhasil> rtabel then the hypothesis is accepted, it means accepted hypothesis in this study is Ha, that there is effect between doing yoga activities to yoga
practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. The survey results
revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 36.1% and 63.9% are other factors that can not be measured in this study.
.
xi
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENYATAAN ORISINALITAS ... iv
KATA PENGANTAR ... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTARGAMBAR……….…xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 6
1.3Pembatasan Masalah ... 7
1.4Tujuan Penelitian ... 7
1.5Manfaat Penelitian ... 7
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 9
2.1.1 Komunikasi ... 9
2.1.2 Komunikasi Intrapribadi ... 18
2.1.3 Impression Management Theory ... 20
2.1.4 Konsep Diri ... 24
2.1.5 Yoga ... 30
2.2 Kerangka Konsep ... 35
2.3 Variabel Penelitian ... 36
2.4 Operasional Variabel ... 36
2.5 Defenisi Operasional...36
2.6 Hipotesis ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 51
3.2 Lokasi Penelitian ... 53
xii
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.5 Teknik Analisis Data ... 42
3.5.1 Analisis Tabel Tunggal ... 42
3.5.2 Analisis Tabel Silang ... 42
3.5.3 Uji Hipotesis ... 42
3.5.4Koefisien Determinan...44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tahapan Pelaksanan Penelitian ... 45
4.1.1 Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 45
4.1.2 Proses Pengolahan Data ... 45
4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 47
4.2.1 Karakteristik Responden...47
4.2.2 Variabel Bebas (Kegiatan Yoga)...49
4.2.3 Variabel Terikat (Konsep Diri)...60
4.3 Analisis Tabel Silang ... 67
4.4 Uji Hipotesis ... 73
4.5 Pkoefisien Determinan ... 75
4.6 Pembahasan...75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Saran ... 84
5.2.1 Saran responden penelitian ... 84
5.2.2 Saran dalam kaitan akademis ... 84
xiii
2.1 Operasional Variabel ... 36
4.1 Jenis Kelamain ... 47
4.2 Usia ... 48
4.3 Pekerjaan ... 48
4.4 Tahun Mengenal Yoga ... 49
4.5 Tahun Mulai Aktif Mengikuti Kegiatan Yoga ... 50
4.6 Frekuensi Melakukan Kegiatan Yoga ... 51
4.7 Yoga Menarik Perhatian ... 52
4.8 Berusaha Meningkatkan Kemampuan Yoga ... 53
4.9 Mempraktikan Kegiatan Yoga Hanya di Kamalini Yoga Studio 54 4.10 Nyaman Melakukan Kegiatan Yoga di Kamalini Yoga Studio ... 55
4.11 Instruktur Yoga di Kamalini Yoga Studio Membantu dalam Meningkatkan Kemampuan Yoga ... 56
4.12 Sudah Mahir Dalam Mempraktikan Yoga ... 57
4.13 Percaya Diri dengan Kemampuan Yoga Saat Ini ... 58
4.14 Durasi Latihan di Kamalini Yoga Sudah Cukup... 58
4.15 Kegiatan Yoga Memberikan Manfaat Positif Bagi Kesehatan .... 59
4.16 Sudah Memiliki Sifat-sifat yang Ideal ... 60
4.17 Berusaha Menjadi Sosok yang Dianggap Ideal ... 61
4.18 Merasa Cantik/Tampan Apa Adanya ... 62
4.19 Merasa Lebih Cantik/Tampan Setelah Melakukan Kegiatan Yoga ... 63
4.20 Percaya Diri dengan Penampilan Sehari-hari ... 64
4.21 Kegiatan Yoga Mempengaruhi Cara Berpenampilan Sehari-hari 65 4.22 Ingin Mengubah Ukuran dan Bentuk Tubuh ... 65
xiv
4.25 Hubungan antara Setuju Yoga Menarik Perhatian dengan Berusaha Menjadi Sosok yang Dianggap Ideal ... 68
4.26 Hubungan antara Setuju Percaya Diri dalam Kemampuan Praktik Yoga dengan Percaya Diri dengan Penampilan Sehari-hari ... 70
4.27 Hubungan antara Setuju Berusaha Meningkatkan Kemampuan
Praktik Yoga dengan Bangga dengan Diri Secara Keseluruhan .. 72
xv
Nomor Judul Halaman
xvi
1. Tabel Fortran Cobol
2. Kuesioner
3. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
ix
Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga di Kamalini Yoga Studio Medan)”. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi di Kamalini Yoga Studio Medan. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi intra pribadi, pengelolaan kesan, konsep diri serta teori pendukung mengenai kegiatan yoga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah praktisi yoga yang melakukan kegiatan yoga di Kamalini Yoga Studio Medan yang berjumlah 176. Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, dengan rumus Slovin maka didapat 63 orang sebagai sampel. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal dan tabel silang dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS-19. Berdasarkan analisis SPSS 19, maka diperoleh koefisien korelasi rs sebesar 0,601. Sesuai kaidah dalam Spearman rs koefisien bahwa jika rhasil > rtabel maka hipotesis
diterima, artinya hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah Ha, yaitu terdapat pengaruh antara kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio Medan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 36,1% dan terdapat 63,9% faktor-faktor lain yang tidak dapat diukur pada penelitian ini.
x
effect of yoga to yoga practitioner’s self concept at Kamalini Yoga Studio Medan). The aim of this study is to know the extent of the effect of yoga activities on yoga practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. Theories that relevan to this study are, Communication, Intrapersonal communication, impression management theory, self cocept and also supporting theory about the activities of yoga. This study using corelational method in quantitative. The population in this study are practitioner from kamalini yoga studio Medan that there are 176 practitioner. Sampling technique used was purposive sampling, with slovin formula then gained 63 as a sample. using questionaire as the tools of collecting data. Therefore the Data Analysis thecnique using singular table and cross table with SPSS 19. Based on the analysis of SPSS 19, the correlation coefficient of 0.601 rs. According to the rules in Spearman rs coefficients that if rhasil> rtabel then the hypothesis is accepted, it means accepted hypothesis in this study is Ha, that there is effect between doing yoga activities to yoga
practitioner’s self-concept at Kamalini Yoga Studio Medan. The survey results
revealed that the strength of the effect of variable X to variable Y in this study was 36.1% and 63.9% are other factors that can not be measured in this study.
.
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan dalam
ruang lingkup individu, antar individu, maupun kelompok. Pada dasarnya
komunikasi adalah sarana yang digunakan manusia untuk melakukan interaksi
sosial, yang merupakan kebutuhan manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.
Manusia memiliki kemampuan untuk menyampaikan keinginan dan hasrat diri
kepada orang lain. Hal tersebut merupakan awal dari keterampilan berkomunikasi
yang dimiliki oleh manusia secara otomatis dan alamiah melalui
lambang-lambang, isyarat (non-verbal), kemudian disusun dengan kemampuan untuk
memberi arti dari lambang tersebut kedalam bentuk verbal. Komunikasi yang
terjadi sebagai bentuk interaksi sosial inilah kemudian akan mempengaruhi
individu. Informasi yang diterima dari lingkungan mengenai dirinya dan
gambaran dari individu lainnya yang menurutnya ideal akan mempengaruhi
perilaku manusia.
Manusia yang baik adalah manusia yang mengenali dirinya sendiri,
kemudian manusia yang lebih baik adalah mereka yang mampu mengembangkan
dirinya. Mengenali diri sendiri disini kita artikan sebagai pengetahuan yang
dimiliki individu tentang dirinya, yang kemudian oleh para ahli Psikologi
Kepribadian menyebutnya sebagai konsep diri. Dalam setiap pembicaraan
mengenai kepribadian, konsep diri merupakan sebuah frase bergaris bawah dan
dituliskan dengan tinta tebal. Konsep diri merupakan sifat unik yang dimiliki
setiap individu, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya
yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang
memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar
akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Individu yang
memiliki konsep diri yang positif, cenderung memiliki penerimaan diri dan harga
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
memiliki konsep diri seperti itu akan memiliki rasa kesadaran diri yang tinggi dan
menganggap dirinya berharga.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi)
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita
inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu,
dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang
diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2008:7). Pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat
informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya.
Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi
dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia
dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun
orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah
menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang
berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
Secara umum konsep diri dibagi atas beberapa bagian, gambaran diri
(body/self image), ideal diri dan harga diri (self esteem). Sikap seseorang terhadap
dirinya secara sadar ataupun tidak sadar merupakan gambaran atas diri orang
tersebut. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. Sejak
lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima informasi yang
diberikan orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
dirinya merupakan bagian yang terpisah dari lingkungan. Gambaran diri sangat
erat kaitannya dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya akan sangat
berpengaruh terhadap psikologisnya. Setiap individu tentu ingin merasa aman.
Ternyata, langkah utama untuk merasa aman secara utuh ialah memandang diri
secara utuh yaitu menerima dan mengukur bagian tubuhnya. Sikap ini mampu
menghindarkan individu dari rasa cemas dan dapat meningkatkan harga diri.
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
yang disebut stressor (tekanan), salah satunya ialah feed back (umpan balik) antar
pribadi (interpersonal) yang negatif seperti tanggapan balik berupa celaan,
makian, labeling. Hal-hal ini mampu membuat seseorang mengkonstruksi
gambaran diri yang desktruktif.
Setelah mendapatkan gambaran dirinya, seorang individu akan
berkembang pada konsep ideal diri yakni persepsi individu tentang bagaimana
individu tersebut harus berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau
penilaian personal tertentu. Standar dapat berhubungan dengan seseorang tipe
orang yang menjadi aspirasi dan panutan oleh individu, namun ideal diri terus
berkembang dipengaruhi oleh interaksi sosial yang dialami individu tersebut.
Komponen terakhir yang terdapat dalam konsep diri adalah harga diri, yakni
penilain pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa sejauhmana
perilakunya memenuhi ideal diri. Pada akhirnya individu akan memiliki identitas
diri yang kuat yakni kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri
sebagai satu kesatuan yang utuh. Identitas memungkinkan terbentuknya
kemandirian yaitu suatu karakteristik yang timbul dari perasaan berharga,
kemampuan dan penyesuaian diri.
Akhirnya, konsep diri adalah sesuatu yang dibentuk, bukan ada secara
otomatis seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu. Oleh
karenanya, pembentukan konsep diri berkaitan erat dengan lingkungan dimana
individu hidup dan beraktivitas. Dengan kata lain, lingkungan dan aktivitas rutin
yang kita lakukan berpengaruh besar terhadap pembentukan konsep diri. Pada era
terkini, individu sering berusaha memilih lingkungan dan aktivitas yang dianggap
mampu mengembangkan dirinya kearah positif dan sebagai usaha untuk mencapai
ideal diri yang telah dibuat oleh individu tersebut.
Usaha-usaha pencapaian ideal diri adalah tindakan alami dari seorang
individu, yang dilakukan atas dorongan rasa ingin dihargai oleh lingkungannya.
Sudah menjadi sifat alami manusia untuk ingin dihargai oleh lingkungan, untuk
itu setiap individu pada dasarnya akan terus melakukan perbaikan pada gambaran
dirinya. Tindakan yang dilakukan tentu berbeda pada setiap individu, hal ini
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
tersebut. Gambaran diri, seperti yang kita ketahui adalah hal yang berkaitan
dengan bentuk fisik maupun mengenai kemampuan, serta sikap seorang individu.
Individu yang merasa memiliki masalah terhadap penampilannya akan berusaha
memperbaiki penampilan diri, begitu juga mengenai kemampuan ataupun sikap
yang menurutnya perlu diperbaiki maka akan ada usaha untuk memperbaiki diri
oleh individu tersebut agar tercapainya ideal diri yang dibuat oleh individu
tersebut. Usaha-usaha yang dilakukan demi tercapainya ideal diri ini berbeda-beda
pada setiap individunya, tergantung pada ideal diri seperti apa yang telah
dibuatnya.
Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antara
aktivitas yoga terhadap konsep diri. Seperti yang kita ketahui, yoga belakangan ini
menjadi sebuah kegiatan yang banyak diminati, baik oleh kalangan wanita
maupun pria. Yoga bukanlah sebuah praktik keagamaan Hindu, melainkan tradisi
yang sebenarnya sudah ada sebelum agama tersebut. Yoga merupakan tradisi tua
yang berasal dari India, yang sesuai dengan perubahan jaman, yoga juga
mengalami perubahan cara dan makna praktiknya.
Yoga adalah ilmu filosofi praktis dan bukan sebuah agama. Dari sisi
filosofi sebenarnya yoga bisa dikaitkan dengan semua kepercayaan terhadap
Tuhan karena kata yoga berasal dari bahasa Sansekerta “yug” (Lebang, 2010:1)
yang artinya ‘menggabungkan’ atau ‘mengharmonikan’. Secara garis besar, yoga
berarti usaha mengharmonisasikan elemen spiritual dan fisikal seorang manusia
untuk mencapai kondisi ideal sehingga memudahkan terjadinya komunikasi
dengan Sang Maha Pencipta.
Melalui yoga, tubuh manusia terhubung erat dengan pola gerak, napas,
serta pikiran yang memungkinkan terjadinya keseimbangan, relaksasi, serta
harmoni hidup lewat serangkaian latihan fisik yang cermat dan penuh konsentrasi,
seorang pelaku yoga diajarkan untuk ‘membangunkan’ seluruh bagian tubuh
maupun jiwa. Oleh karena itu berbagai gerakan yoga berefek positif bagi
peredaran darah, memudahkan penyerapan gizi, serta mmembersihkan racun dari
berbagai bagian tubuh. Sementara dari sisi psikologis yoga meningkatkan
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
Yoga adalah aktifitas yang secara nyata mampu menggabungkan unsur
psikologis-fisiologis, sementara aktifitas lainnya mayoritas lebih memiliki efek
pada unsur fisik luar semata, sehingga yoga dapat dipandang sebagai salah satu
filsafat hidup yang dilatar belakangi ilmu pengetahuan yang universal yakni
pengetahuan tentang seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan
tentang cara mengatur pernafasan yang disertai senam atau gerak anggota badan,
bagaimana cara melatih konsentrasi, menyatukan pikiran, dan lain sebagainya
(Pendit, 2007:109). Jadi yoga merupakan sebuah sistem yang menyadarkan dan
mengantarkan kita ke pengembangan diri, kesehatan lahir batin untuk mencapai
kebahagiaan.
Yoga dapat meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan tingkat
intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih kaya dan
bahagia. Yoga juga membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan. Maka dalam
kehidupan modern, tubuh yang menahan beban fisik dan stres keseharian yang
akan bertumpuk di bagian tubuh tertentu, dan mengakibatkan berbagai ketidak
nyamanan fisik, mental, maupun psikis, sehingga melalui yoga, hal itu diperbaiki.
Latihan yoga juga menyentuh fisik sehingga menimbulkan keselarasan antara
fisik dan mental manusia. Bahkan yoga dapat juga menurunkan stress dan
menambah percaya diri, yang dapat dilihat pada para anggota yang telah
mengikuti yoga, tampak tenang dalam menyelesaikan masalahnya.
Selain bermanfaat bagi kesehatan secara menyeluruh, yoga memiliki
kegunaan lain bagi manusia, yaitu membantu mereka berhubungan dengan
sumber-sumber batin mereka sendiri. Sebagaimana yang ditegaskan oleh
guru-guru terkemuka, manusia masa kini sering mendapatkan tekanan kerja dan harus
menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat. Kondisi seperti ini akan
mendorong mereka untuk menutup diri dan kehilangan sentuhan batinnya. Latihan
yoga dapat membuka kesempatan untuk berhubungan kembali dengan batin
mereka dan menerima diri mereka secara apa adanya – bukan seperti “yang
seharusnya”. Melalui latihan yoga yang berkelanjutan akan mempermudah
praktisi yoga mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan yang tak ternilai, yang
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
Pada penelitian ini, peneliti melibatkan praktisi yoga yang melakukan
kegiatan yoga di Kamalini Yoga Studio. Kamalini Yoga studio merupakan salah
satu pusat pelatihan yoga yang ada di Kota Medan. Dari sekian banyak studio
yoga yang ada di Medan, peneliti memilih studio yoga Kamalini berdasarkan
beberapa alasan. Bukti perkembangan yoga saat ini bisa kita lihat dari
perkembangan studio atau tempat-tempat pelatihan yoga. Namun tidak semua
tempat pelatihan yoga mengkhususkan pada pelatihan yoga saja, banyak
diantaranya yang menjadikan yoga sebagai bentuk promosi saja, mengingat begitu
banyaknya kalangan yang saat ini mencoba melakukan yoga. Kamalini Yoga
Studio adalah tempat yang secara khusus menyediakan menu pelatihan yoga saja,
berbeda dengan tempat lainnya seperti fitness centre, yang menjadikan yoga
sebagai menu pilihan lain dari olah raga. Spesialisasi Kamalini Yoga Studio yang
fokus hanya pada kegiatan yoga sebagai produk yang ditawarkan dan juga bisa
kita simpulkan bahwa praktisi yoga yang berlatih distudio ini juga serius untuk
mendalami yoga menjadi alasan peneliti memilihnya sebagai tempat penelitian
ini.
Ada atau tidaknya hubungan antara berlatih yoga dengan konsep diri
praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio ini yang menjadi pertanyaan dan
menimbulkan rasa ingin tahu peneliti. Dari penejelasan diatas, maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Yoga Terhadap
Konsep Diri Praktisi Yoga di Kamalini Yoga Studio Medan.”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka diuraikan pertanyaan yang
merupakan rumusan masalah yang akan dicarikan jawabannya, yakni sebagai
berikut:
“Sejauh manakah pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri praktisi yoga di
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
1.3 BATASAN MASALAH
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Untuk itu diberikan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya praktisi yoga yang aktif di
studio Kamalini Yoga, Multatuli Medan.
2. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu menguji hubungan antara kegiatan
yoga terhadap konsep diri dari praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio.
3. Penelitian ini terbatas hanya pada konsep diri yang terkait dengan ideal
diri, citra diri, dan harga diri praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio
melakukan kegiatan yoga.
2. Untuk mengetahui konsep diri para praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio
Multatuli Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan yoga terhadap konsep diri para
praktisi yoga di Kamalini Yoga Studio.
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah dan
memperluas khasanah penelitian komunikasi dan menjadi referensi
tambahan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa ilmu komunikasi.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu bentuk penerapanteoritis dan
keilmuan yang telah didapat peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu
Komunikasi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai Komunikasi
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber kajian dan masukan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkaitan
Komunikasi Intrapribadi dan konsep diri, dan masyarakat secara umum
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 KERANGKA TEORITIS
Ketika suatu masalah penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba
membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya dan diangap
mampu menjawab masalah yang dihadapi peneliti (Bungin, 2011:31). Setiap
penelitian bersifat ilmiah dan memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan
berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Oleh karena itu
perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang
mengambarkan dari sudut pandang mana masalah akan disoroti.
Sebagai landasan berfikir peneliti dalam melakukan pemecahan masalah
secara jelas dan tepat, maka penelitian ini menggunakan teori-teori yang relevan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta
sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yanga diajukan. Adapun teori-teori yang digunakan oleh peneliti adalah:
2.1.1 Komunikasi
2.1.1.1 Defenisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
seorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau merubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui media. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
Communication berasal dari bahasa latin, communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah
kesamaan makna (Effendy, 2003: 9)
Ada begitu banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dari
berbagai sudut pandang mereka masing-masing. Menurut Carl I. Hovland,
komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
Menurut Laswell (dalam Mulyana, 2008: 69) komunikasi adalah :
“who says what in which chanell to whom with what effect”. Jadi jika dijabarkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi,
yaitu:
1. Siapa yang mengatakan Komunikator (communicator)
2. Apa yang dikatakan Pesan (message)
3. Media apa yang digunakan Media (channel)
4. Kepada siapa pesan disampaikan Komunikan (Communicant)
5. Akibat apa yang terjadi Efek (effect)
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada
gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Menurut Barnuld
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan dan
memperkuat ego. Menurut Weaver komunikasi adalah seluruh prosedur
melalui pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya
(Fajar, 2009: 30-31).
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, tentu belum
mewakili semua definisi para ahli. Namun gambaran dari definisi yang
dikemukakan diatas bahwa komunikasi dilakukan mempunyai tujuan
yakni untuk mengubah dan membentuk prilaku orang-orang lainnya yang
menjadi sasasran komunikasi.
2.1.1.2 Karakteristik Komunikasi
Adapun karakteristik komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009:
33-34):
1. Komunikasi suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja,
serta sesuai dengan tujuan atau keinginan pelakunya. Pengertian sadar
disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang
sepenuhnya berada dalam mental psikologis yang terkendali bukan dalam
keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan
memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan
menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.
3. Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para
pelaku yang terlibat.
Kegiatan komunikasi berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan
mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang
dikomunikasikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lambing-lambang (simbol), misalnya bahasa.
5. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut tindakan memberi dan menerima.
Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau
proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Maksudnya adalah bahwa para peseta atau pelaku yang terlibat dalam
komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan
adanya berbagai produk teknologi komunikasi ruang dan waktu bukan lagi
menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
2.1.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari berbagai macam unsur, cara
pandang atau elemen yang mendukung proses tersebut dapat terjadi. Ada
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan
lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. Perkembanga
terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De Vito, K Sereno dan
Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak
kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut (Cangara, 2006:
22-26).
a. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk
kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebur source,
sender atau Encoder.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi yang isinya berupa
ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam
bahasa Inggrisnya biasa diterjemahkan dengan kata message, content atau
information.
c. Media
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat
yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca atau mendengarnya. Media
dalam komunikasi masa dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni media
cetak dan elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah,
buku, leaflet, brosur, stiker, hand out dan sebagainya. Sedangkan media
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang.
f. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah
salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan
tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti
pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,
lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
2.1.1.4 Gangguan Dan Rintangan Komunikasi
Jika melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, maka
gangguan komunikasi bias terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur
yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi. Menurut Shanon dan Weaver (dalam Cangara, 2006: 131).
gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang menganggu
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan adalah
adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat
berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima (Cangara,
2006: 131).
Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat
dibedakan atas tujuh macam, yakni (Cangara, 2006: 131-134):
a. Gangguan Teknis
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat komunikasi yang
digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi
yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise),
misalnya gangguan pada stasiun radio atau televisi sehingga suara menjadi
berisik dan semacamnya.
b. Gangguan Semantik
Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering
terjadi karena:
i.Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
ii.Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang
digunakan oleh penerima.
iii.Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan penerima.
iv.Latar belakang budaya yang berbeda sehingga menyebabkan salah
persepsi terhadap simbol-simbol yang digunakan.
c. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa
curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan
kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
d. Rintangan Fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan kondisi
geografis misalnya jarak yang sangat jauh sehingga sulit dicapai, tidak
hanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur trasportasi dan sebagainya.
e. Rintangan Status
Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan karena jarak
sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara
senior dan junior atau antara atasan dan bawahan.
f. Rintangan Kerangka Berfikir
Merupakan rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi
antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam
komunikasi. Ini disebabkan karena adanya latar belakang dan pengalaman
yang berbeda.
g. Rintangan Budaya
Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi.
2.1.1.5 Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan, sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum,
tujuan komunikasi (Effendy, 2002:8) ialah:
1) Mengubah sikap (to change the attitude)
2) Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion)
3) Mengubah perilaku (to change the behaviour)
4) Mengubah masyarakat (to change the society)
Komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta bagaimana
sikap itu dapat berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat
memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
bisa saja anak tersebut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya,
karena hasil belajar dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang
menyebabkan si anak memiliki perubahan dalam sikapnya (Effendy,
2002:25).
Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah
masyarakat. Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap
kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga
melalui komunikasi mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta
mengubah perilaku mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak
mudah untuk mengubah masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih
dekat dan menyeluruh seperti komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga
Berencana (KB) dalam sebuah desa, agar informasi-informasi mengenai
hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh masyarakat bahwa pentingnya
untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga dengan kegiatan
bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya hubungan
yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih nan
indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan
fungsi sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy,
2002:27) yaitu:
1) Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal
maupun eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang
berpengaruh.
2) Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi
lingkungannya
3) Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik
dalam kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
Lebih singkatnya, fungsi komunikasi itu ialah:
1) Menginformasikan (to inform)
2) Mendidik (to educate)
3) Menghibur (to entertain)
4) Mempengaruhi (to influence)
Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya
memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga
kita bisa mengetahuinya dan sebaliknya kita memiliki kebutuhan untuk
memberikan informasi. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru
menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam
proses belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang
diterangkan oleh gurunya. Secara langsung, guru telah mendidik sehingga
memengaruhi para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di
sekolah. Acara komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut
dan pesulap dalam sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua
dilakukan untuk penyegaran semata dan sebagai kesenangan individu
maupun kelompok. Secara jelas fungsi komunikasi tersebut kita rasakan
dalam kehidupan kita baik kita sebagai komunikator maupun penerima
pesannya (komunikan).
2.1.2 Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung
dalam diri seseorang. Orang tersebut berperan baik sebagai komunikator
maupun sebagai komunikan. Dia berbicara, berdialog, bertanya dan
menjawab kepada dirinya sendiri.
Di saat kita sedang berbicara kepada diri kita sendiri, sedang
melakukan perenungan, perencanaan, dan penilaian pada diri kita terjadi
proses neuro-fisiologis yang membentuk landasan bagi tanggapan,
motivasi, dan komunikasi kita dengan orang-orang atau faktor-faktor
lingkungan kita.
Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
sehingga kita dapat berfungsi secara bebas di masyarakat. Belajar
mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir dan berasa
dan bagaimana kita mengamati, menginterpretasikan dan mereaksi
lingkungan.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang
mengacu pada identitas spesifik dari individu. Elemen dari kesadaran diri
adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan
identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Proses pengolahan informasi yang disebut komunikasi
intrapersonal ini meliputi sensasi, persepsi,memori, dan berpikir.
a) Sensasi
Merupakan tahap paling awal dalam penerimaan pesan atau informasi.
Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya pengindraan, yang
menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Melalui alat indera,
manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu,
melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua
kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya (Rakhmat, 2007 : 49).
b) Persepsi
Persepsi adalah pengalaman-pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi
adalah bagian dari persepsi (Rakhmat, 2007 : 51).
c) Memori
Memori adalah sistem yang sangat terstruktur yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. (Schlessinger dan
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
1) Perekaman (Encoding)
Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera
dan sirkit saraf internal.
2) Penyimpanan (Storage)
Penyimpanan adalah menentukan berapa lama infomasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana.Penyimpanan bisa
aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita
menambahkan informasi tambahan.
3) Pemanggilan (Retrieval)
Pemanggilan yang dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi,
adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan
Rosenzweig dalam Rakhmat, 2007 : 63).
d) Berpikir
Proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli
adalah berpikir. Pada proses ini melibatkan sensasi, persepsi, dan memori
(Rakhmat, 2007 : 67). Berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang
melibatkan pengunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan
peristiwa. Seorang individu berpikir dengan tujuan untuk mengambil
keputusan (Decision making), memecahkan masalah (Problem Solving),
dan Menghasilkan yang baru (Creativity). Secara singkat Anita Taylor et
al mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan
(Rakhmat, 2007 : 68). Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan
informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Secara
garis besar ada dua macam berfikir, autuistic dan realistic. Dengan berfikir
autistic orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai
gambar-gambar fantasi. Terbalik dengan berfikir secara realistic yang
bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berfikir realistic di
bagi menjadi tiga macam, yaitu deduktif, induktif dan evaluative.
Jadi komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal
secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.
Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk
komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui
proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness)
terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator.
Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi,
maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada
dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan
pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan
sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a,
bersyukur, instrospeksi diri denganmeninjau perbuatan kita dan reaksi hati
nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara
kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
2.1.3 Impression Management Theory
Impression management atau pengelolaan kesan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang individu dalam menciptakan kesan
atau persepsi tertentu atas dirinya dihadapan khalayaknya. Pengelolaan
kesan tersebut baik terhadap simbol verbal maupun simbol nonverbal yang
melekat di dirinya (Rakhmat, 2007:96).
Teori impression management menyatakan bahwa setiap individu
atau organisasi harus mendapatkan dan memelihara kesan yang konguren
dengan persepsi yang ingin mereka sampaikan pada publik. Gagasan
penegelolaan kesan juga mengacu pada praktek komunikasi profesional,
dimana istilah ini digunkan untuk menggambarkan proses pembentukan
citra seseorang atau organisasi. Hal ini biasanya digunakan bersamaan
dengan ketika seseorang mempresentasikan dirinya, hal ini dikarenakan
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
Pengelolaan kesan juga mengacu pada praktiknya ketika seseorang berada
pada kegiatan profesinya. Misalnya, seorang pengajar akan selalu
menampilkan dirinya layak sebagai seseorang yang memiliki wawasan
luas, sehingga menimbulkan persepsi baik dikhalayak umum maupun anak
didiknya.
Berbagai faktor yang mengatur impression management dapat
diidentifikasi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa impression management
diperlukan bilamana terdapat semacam situasi sosial, baik nyata atau
imajiner. Logikanya, kesadaran merupakan subjek potensial dalam
pemantauan. Selain itu, karakteristik dari situasi sosial tertentu juga
penting. Secara khusus, norma-norma budaya sekitarnya menentukan
kelayakan perilaku nonverbal tertentu.
Tindakan harus sesuai dengan target dan budaya yang ada,
sehingga jenis publik serta segala yang berkaitan dengan cara
mempengaruhi impression management publik direalisasikan. Tujuan
seseorang merupakan faktor dalam mengatur cara dan strategi impression
management. Hal ini mengacu pada isi suatu pernyataan, yang juga mengarah pada cara penyajian aspek diri yang berbeda. Tingkat
self-efficacy menggambarkan apakah seseorang yakin untuk menyampaikan kesan yang dituju.
Sebuah studi baru menemukan bahwa, semua hal lain dianggap
sama, orang lebih cenderung memperhatikan wajah yang telah
dihubungkan dengan gosip negatif daripada dengan hubungan netral atau
positif. Penelitian ini memberikan kontribusi bahwa persepsi kita dibentuk
oleh proses otak bawah sadar yang menentukan apa yang kita "pilih" untuk
melihat atau mengabaikan - bahkan sebelum kita menjadi sadar akan hal
itu. Temuan ini juga menambah gagasan bahwa otak berkembang menjadi
sangat sensitif terhadap "orang jahat" atau "cheater" - sesama manusia
yang merusak kehidupan sosial dengan penipuan, pencurian atau
non-kooperatif perilaku.
Konsep diri penting bagi teori impression management sebagai
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
Konsep diri berkembang sesuai dengan pengalaman sosial hidup.
Schlenker lebih lanjut menunjukkan bahwa anak-anak mengantisipasi
perilaku yang mereka memiliki terhadap orang lain dan bagaimana orang
lain mengevaluasi mereka, mereka mengontrol kesan yang dibentuk orang
lain dan mengontrol hasil yang mereka peroleh dari interaksi sosial.
Identitas sosial mengacu pada bagaimana seseorang didefinisikan dan
dianggap dalam interaksi sosial.
Individu menggunakan strategi pengelolaan kesan untuk
mempengaruhi identitas sosial mereka terhadap orang lain. Identitas
mempengaruhi perilaku mereka di depan orang lain. Oleh karena itu,
dalam upaya untuk mempengaruhi orang lain seseorang harus membentuk
kesan dirinya sendiri, kemudian memainkan peran tersebut untuk
mempengaruhi sosialnya.
Signifikansi dalam penelitian empiris dan ekonomi Impression
Manajement dapat didistorsi dengan penelitian empiris yang
mengandalkan wawancara dan survei, fenomena yang sering disebut
sebagai "bias keinginan sosial". Kesan teori manajemen tetap merupakan
bidang penelitian tersendiri. Ketika datang ke pertanyaan praktis tentang
hubungan masyarakat dan cara organisasi harus menangani citra publik
mereka, asumsi yang diberikan oleh teori kesan manajemen juga dapat
menyediakan kerangka kerja.
Pemeriksaan strategi impression management yang berbeda
diperankan oleh individu yang menghadapi pengadilan kriminal di mana
hasil uji coba bisa berkisar dari hukuman mati, penjara seumur hidup atau
pembebasan telah dilaporkan dalam literatur forensik.
Artikel Perri dan Lichtenwald diperiksa perempuan psikopat
pembunuh, yang sebagai sebuah kelompok sangat termotivasi untuk
mengelola kesan bahwa pengacara, hakim, profesi kesehatan mental dan
akhirnya, juri memiliki para pembunuh dan pembunuhan yang mereka
lakukan. Ini memberikan ilustrasi kasus hukum para pembunuh
menggabungkan dan atau berpindah dari satu strategi impression
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
bekerja menuju tujuan mereka mengurangi atau menghilangkan
pertanggungjawaban atas pembunuhan yang mereka lakukan.
Sejak 1990-an, para peneliti di bidang olahraga dan psikologi
latihan telah mempelajari diri presentasi. Kekhawatiran tentang
bagaimana seseorang dianggap telah ditemukan untuk menjadi relevan
dengan studi kinerja atletik. Misalnya, kecemasan dapat dihasilkan ketika
seorang atlet di hadapan penonton. Self-presentasional kekhawatiran juga
telah ditemukan untuk menjadi relevan untuk berolahraga. Misalnya,
kekhawatiran dapat menimbulkan motivasi untuk berolahraga.
Penelitian yang lebih baru menyelidiki efek dari impression
management pada perilaku sosial menunjukkan bahwa perilaku sosial (misalnya makan) dapat berfungsi untuk menyampaikan kesan yang
diinginkan untuk orang lain dan meningkatkan seseorang citra diri.
Penelitian tentang makan telah menunjukkan bahwa orang cenderung
makan lebih sedikit ketika mereka percaya bahwa mereka sedang diamati
oleh orang lain.
2.1.4 Konsep Diri (Self Concept)
Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting
dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri
merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan manusia dari mahkluk hidup lainnya. Para ahli psikologi
kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konesp diri,
sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri dinyatakan melalui
sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai
organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar keberadaan dirinya. Perkembangan yang
berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri
individu bersangkutan.
Semakin berkembang seseorang, semakin lebih mampu dia
mengatasi lingkungannnya. Namun, sementara dia mengetahui
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
pun mengembangkan sikap terhadap dirinya sendiri dan perilakunya.
Pengetahuan dan sikap inilah dikenal sebagi konsep diri (self concept).
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
dan orang lain pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang
kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain
pada diri individu (Mulyana, 2001 : 27). Sedangkan menurut William D.
Brooks, konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Rakhmat, 2007:105).
Konsep diri berarti segala yang seseorang ketahui tentang dirinya
sendiri, semua apa yang dipercayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup
anda terekam dalam metal hard drive kepribadian seseorang, yaitu dalam
self concept seseorang. Self concept seseorang mendahului dan memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakannya. Tingkah
laku nyata seseorang akan selalu konsisten dengan self concept yang
terdapat didalam dirinya.
The self for Herbert Mead is at once individuality and generality, agent and recipient, sameness and difference. Bluntly put, what this means is that the self is the agency through which individuals experience themselves in relation to others, but also an object or fact dealt with by its individual owner he or she sees fit.
To possess a ‘self’ then necessarily implies an ability to take one’s actions, emotions and beliefs as a unfied structure, viewed from the perspective of significant others, as others would view and interpret actions of the self. Seen from this angle, the self is a social product through and through, an creation, thinking, feeling, the building of attitude structures, the taking on of roles, all in a quest for coherence and orientated to the social world (Elliott, 2007:32).
Fitts mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting
dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka
acuan (frame of reference) dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri adalah sebagai suatu
keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi,
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
setiap individu akan memiliki perincian yang sangat banyak dan bervariasi
mengenai dirinya. Fitts membagi konsep diri ke dalam 2 (dua) dimensi
pokok, yaitu :
1. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal
(internal frame of reference) adalah bila seorang individu melakukan
penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri atau
dunia dalam dirinya sendiri terhadap identitas dirinya, perilaku dirinya,
dan penerimaan dirinya. Dimensi internal terdiri dari :
a. Diri sebagai obyek/identitas (identity self)
Identitas diri ini merupakan aspek konsep diri yang paling
mendasar. Konsep ini mengacu pada pertanyaan "siapakah saya ?",
dimana di dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang
diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk
menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Identitas
diri akan mempengaruhi cara individu mempersepsikan dunia
fenomenalnya, mengobservasinya, dan menilai dirinya sendiri
sebagaimana ia berfungsi. Identitas diri sangat mempengaruhi
tingkah laku seorang individu, dan sebaliknya identitas diri juga
dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku.
b. Diri sebagai pelaku (behavior self)
Diri pelaku merupakan persepsi seorang individu tentang
tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai
"apa yang dilakukan oleh diri". Selain itu, bagian ini sangat erat
kaitannya dengan diri sebagai identitas. Diri yang kuat akan
menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri
pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima baik diri
sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan keduanya
dapat dilihat pada diri sebagai penilai.
c. Diri sebagai pengamat dan penilai (judging self)
Diri penilai ini berfungsi sebagai pengamat, penentu
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
perantara (mediator) antara diri, identitas dengan diri pelaku. Diri
penilai menentukan kepuasan seseorang individu akan dirinya atau
seberapa jauh ia dapat menerima dirinya sendiri. Kepuasan diri
yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang
miskin dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang
mendasar kepada dirinya, sehingga menjadi senantiasa penuh
kewaspadaan. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan
diri yang tinggi, kesadaran dirinya akan lebih realistis, sehingga
lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan
keadaan dirinya dan lebih memfokukan energi serta perhatiannya
ke luar diri, yang pada akhirnya dapat berfungsi secara lebih
konstruktif. Diri sebagai penilai erat kaitannya dengan harga diri
(self esteem), karena sesungguhnya kecenderungan evaluasi diri ini
tidak saja hanya merupakan komponen utama dari persepsi diri,
melainkan juga merupakan komponen utama pembentukan harga
diri.
Penjelasan mengenai ketiga bagian dari dimensi internal,
memperlihatkan bahwa masing-masing bagian mempunyai fungsi yang
berbeda namun ketiganya saling melengkapi, berinteraksi, dan membentuk
suatu diri (self) serta konsep diri (self concept) secara utuh dan
menyeluruh.
2. Dimensi Eksternal, yang terdiri dari :
Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui hubungan
dan aktifitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain yang
berasal dari dunia di luar diri individu. Sebenarnya, dimensi eksternal
merupakan suatu bagian yang sangat luas, namun yang dikemukakan oleh
Fitts adalah bagian dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua
orang. Bagian-bagian dimensi eksternal ini, dibedakan Fitts atas 5 (lima)
bentuk, yaitu :
a. Diri fisik (physical self)
Diri fisik, menyangkut persepsi seorang individu terhadap keadaan
U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra
mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik)
dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).
b. Diri moral-etik (moral-ethical self)
Diri moral, merupakan persepsi seseorang individu terhadap
dirinya sendiri, yang dilihat dari standart pertimbangan nilai-moral dan
etika. Hal ini menyangkut persepsi seorang individu mengenai
hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seorang individu akan kehidupan
agamanya, dan nilai-nilai moral yang dipegang seorang individu yang
meliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seorang individu
terhadap keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik
atau hubungannya dengan individu lain, tetapi dipengaruhi oleh
sejauhmana seorang individu merasa puas terhadap pribadinya atau
sejauhmana seorang individu merasakan dirinya sebagai pribadi yang
tepat.
d. Diri keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan pada
perasaan dan harga diri seorang individu dalam kedudukannya sebagai
anggota keluarga. Bagian diri ini menunjukkan seberapa jauh seorang
individu merasa kuat terhadap dirinya sendiri sebagai anggota keluarga
dan terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya selaku anggota dari
suatu keluarga.
e. Diri sosial (social self) Diri sosial merupakan penilaian seorang
individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan di
sekitarnya.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya
dalam dimensi eksternal ini, sangat dipengaruhi oleh penilaian dan
interaksinya dengan orang lain. Seorang individu tidak dapat begitu saja
menilai bahwa ia memiliki diri fisik yang baik, tanpa adanya reaksi dari
individu lain yang menunjukkan bahwa secara fisik ia memang baik dan
menarik. Demikian pula halnya, seorang individu tidak dapat mengatakan