• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan

kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional10.

Menurut Satjipto Rahardjo, Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analistis.11 Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu. “Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris”12.

Pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, yang meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian bukti-bukti haknya yang disebut sertifikat, bagi bidang-

10Samadi Suryabrata,Metodelogi penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hal. 3 11Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal 21

12Koentjaraningrat,Metode-Metode Penelitian Masyarakat,Edisi Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 21

bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Menurut Soerjono Soekanto kesadaran hukum merupakan penilaian apa yang dianggap sebagai hukum yang baik dan/atau hukum yang tidak baik. Penilaian terhadap hukum didasarkan pada tujuannya yaitu apakah hukum tadi adil atau tidak, oleh karena itu keadilan yang diharapkan oleh masyarakat.13 Beberapa defenisi dari para Sarjana mengenai Kesadaran hukum, diantaranya:

a. Menurut Paul Scholten, kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada. Sebetulnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilaian (menurut) hukum terhadap kejadian-kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang bersangkutan.

b. Menurut H.C. Kelmen, secara langsung maupun tidak langsung kesadaran

hukum berkaitan erat dengan kepatuhan atau ketaatan hukum, yang

dikonkritkan dalam sikap tindak atau perilaku manusia. Masalah kepatuhan hukum tersebut yang merupakan suatu proses psikologis (yang sifatnya kualitatif) dapat dikembalikan pada tiga proses dasar, yakni Compliance, Identification, Internalization.

13 Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Masyarakat, Rajawali Press, 1982, Hal. 211.

c. Menurut Soerjono Soekanto memberikan pengertian Kesadaran Hukum, adalah suatu percobaan penerapan metode yuridis empiris untuk mengukur kepatuhan hukum dalam menaati peraturan. Sebenarnya merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada, sebetulnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilaian terhadap hukum. d. Menurut Satjipto Rahardjo, mengartikan kesadaran hukum sebagai kesadaran

pada masyarakat untuk menerima dan menjalankan hukum sesuai dengan rasio pembentukannya.

Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan sebab setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan terjadinya peristiwa hukum dari kematian seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang.

Hukum waris merupakan perangkat kaedah yang mengatur tentang cara atau proses peralihan harta kekayaan. Proses peralihannya sendiri, sesungguhnya sudah dapat dimulai semasa pemilik harta kekayaan itu sendiri masih hidup, serta proses itu selanjutnya berjalan terus hingga keturunannya itu masing-masing dengan keluarga baru yang berdiri sendiri. Warisan adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban tentang harta kekayaan sesorang pada waktu ia meninggal dunia

akan beralih kepada orang yang masih hidup.14 Dalam hukum waris pada pokoknya, ada 3 (tiga) unsur untuk dapat terlaksananya warisan, yaitu :

a. Adanya pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan pada orang yang masih hidup. Menurut Pasal 830 KUHPerdata dikatakan bahwa : “ Pewaris hanya terjadi atau berlangsung dengan adanya kematian...”.

b. Adanya harta warisan, harta warisan adalah sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia berupa kumpulan aktiva dan passiva. Menurut ketentuan undang-undang hanya hak-hak dan kewajiban- kewajiban dalam lapangan hukum meninggalkan harta kekayaanlah yang dapat diwarisi oleh para ahli waris, tetapi ketentuan ini masih memiliki pengecualian-pengecualian.

c. Adanya ahli waris, adalah setiap orang yang mempunyai hak atas harta peninggalan pewaris dan berkewajiban menyelesaikan hutang-hutangnya. Hak dan kewajiban tersebut timbul setelah pewaris meninggal dunia. Hak waris ini didasarkan pada hubungan perkawinan, hubungan darah dan surat wasiat yang diatur dalam undang-undang.

Istilah pewarisan mengandung dua arti, yaitu dalam arti peralihan hak-hak dan kewajiban dari pewaris kepada ahli waris. ”Istilah pewarisan berarti mencakup hukum formal yaitu tentang cara bagaimana melaksanakan penerusan, peralihan atau pembagian harta peninggalan kepada para ahli waris yang akan menerimanya. Sedangkan istilah kewarisan berarti mencakup hukum materiil, yang menunjukkan

aturan-aturan hukum tentang pewarisan seharusnya dilaksanakan. Selanjutnya istilah mewaris dan mewarisi berarti menerima warisan”.15

Hak atas tanah adalah hak yang memberikan wewenang kepada empunya hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atau tanah yang dimilikinya.16

Dokumen terkait