• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM TEORI GLOBALISASI DAN SEPUTAR

B. Konsepsi Politik Hizbut Tahrir

Sejak awal berdirinya, Hizbut Tahrir menyatakan diri sebagai partai politik dengan Islam sebagai ideologinya. Dalam maindset pemikiran mereka, Islam ditafsirkan sebagai ideologi bagi kemaslahatan ummat, yang di dalam ajarannya terdapat pedoman untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia baik politik, ekonomi,maupun sosial. Oleh karenanya Islam tidak bisa dilepaskan dari praktek kegiatan politik yang mereka anggap memiliki hukum fardu kifayah. Konsepsi partai tentang otoritas dan kepemimpinan diambil dari tradisi Islam. Referensi yang mereka jadikan panutan adalah dengan melakukan tinjauan historis kejayaan Islam di masa lalu yang ingin mereka representasikan ke dalam kehidupan moderen yang mereka nilai telah terkontaminasi oleh ide-ide serta praktek sistem Barat.

Hizbut Tahrir terkenal bukan hanya karena watak politiknya yang kentara, tetapi juga karena sistem pemikirannya yang konsisten dan program

21

Hizbut Tahrir, Mengenal Hizbut Tahrir: Partai Politik Islam Ideologis (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002), h. 19.

politiknya yang terpadu. Mereka menafsirkan Islam sebagai ideologi yang mengungguli sosialisme dan kapitalisme. Sistem yang mengatur segala aspek kehidupan muslim adalah syariat. Partai ini mendesak kaum muslim untuk berijtihad dalam mengelaborasi syariat secara terus-menerus. Partai ini menganggap implementasi syariat sangat penting bagi pemulihan cara hidup Islami dan negara merupakan syarat penting untuk mencapai tujuan ini. Hizbut Tahrir meniadakan semua bentuk konsensus (ijma) kecuali konsensus para sahabat Nabi, sebagai sumber yurisprudensi dan menolak dijadikannya alasan efektif rasional sebagai dasar dari deduksi analogis.22

Berbagai pengkajian, penelitian, dan studi terhadap permasalahan masyarakat dunia khususnya berbagai krisis yang menimpa ummat Islam, kemudian menggugah daya nalar Hizbut Tahrir untuk membandingkannya dengan kondisi yang ada pada masa Rasulullah SAW, masa Khulafa ar-Rasyidin, dan masa generasi Tabi’in. Pada konteks tersebut, partai politik internasional ini menggunakan analisis historis dengan merujuk kembali kepada sirah Rasulullah SAW, dan tata cara mengemban dakwah yang beliau lakukan sejak permulaan dakwahnya, hingga beliau berhasil mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah. Dipelajari juga perjalanan hidup beliau di Madinah. Setelah melakukan kajian secara menyeluruh itu, maka Hizbut Tahrir pun memilih dan menetapkan ide-ide, pendapat-pendapat dan hukum-hukum yang berkaitan dengan fikrah dan thariqah. Semua ide, pendapat dan hukum yang dipilih dan ditetapkan Hizbut Tahrir berasal dari ajaran Islam.

22

John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Moderen (Jakarta: Mizan, 2001), hal.173.

Hizbut Tahrir menolak ide-ide di luar ajaran Islam, dan menyebut ide-ide di luar Islam sebagai ideologi kufur.

Menurut Hizbut Tahrir, Islam adalah prinsip ideologi yang terdiri dari aqidah dan syari’at. Aqidah merupakan fungsi untuk memecahkan persoalan manusia, menjelaskan bagaimana memecahkan persoalan tersebut, memelihara dan mengembangkan ideologi tersebut. Islam sebagai prinsip ideologi inilah yang kemudian menjadi pola hidup yang khas yang sangat berbeda dengan pola hidup lainnya, seperti kapitalisme, sosialisme dan isme-isme lainnya.23

Nilai kebenaran Islam adalah mutlak sebagai satu-satunya agama yang benar dan diridhai Allah SWT. Karena Itu, semua agama maupun ideologi selain Islam adalah kafir, sebab letak perbedaannya sangat mendasar, baik dari segi Aqidah (konsep dasar) maupun dan segi Nizham (sistem). Perbedaan yang dimaksud antara lain adalah: (1) Islam mengajarkan konsep spiritual (aqidah ruhiyah) dan konsep politik (aqidah siyasah) sekaligus; (2) Konsep tersebut menjadi satu bagian dari ajaran Islam. Sedang agama lain hanya mengajarkan konsep spiritual. Misalnya agama Yahudi dan Nasrani. Begitu pula dengan ideologi kapitalisme dan sosialisme, misalnya, yang hanya mengajarkan konsep politik; dan (3) dalam kedua aqidah tersebut, lslam mengajarkan sistem, baik yang berkenaan dengan ruhiyah maupun siyasah.24

23

Muhammad Hussain Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam. Penerjemah Zamroni (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah), h. 43.

24

Hafidz Abdurrahman, Islam: Politik dan Spiritual ( Singapura: Lisan al-Haq, 1998), h. 28-29.

Sebagai ajaran yang memiliki sistem, dalam Islam terdapat metode untuk menjaga dan memelihara syari'atnya (yang menjamin tegaknya ideologi tersebut). Metode yang berkenaan dengan penjagaan dan pemeliharaan syari’at adalah: (1) terwujudnya khilafah Islam, (2) Penerapan sistem hukuman, dan (3) jaminan revolusi dan kawalan ke atas Khilafah Islam. Ketiga motode tersebut telah disyari’atkan dalam Islam untuk diterapkan agar kebutuhan Islam sebagai agama dan ideologi dapat dipertahankan.25

Konsekwensi dari pandangan bahwa Islam agama yang benar, di mana kaum muslimin memiliki otoritas atau berada dalam posisi jauh lebih atas dari umat lain, melahirkan dikotomi darul Islam dan darul kufr. Berkenaan dengan keadaan setiap wilayah yang ada di negeri-negeri Islam sekarang ini, apakah termasuk darul Islam atau darul kufr, menurut Hizbut Tahrir, seluruhnya merupakan darul kufr, bukan darul Islam.26

Tuntunan secara kaffah merupakan suatu kemestian keimanan akan keberadaan Allah SWT, bahwasanya Al-Quran adalah kallamullah, dan Muhammad adalah Rasulullah SAW, konsekwensinya adalah meyakini dan menerima apa saja yang diinformasikan oleh Allah SWT kepada manusia melalui utusan-Nya yakni Nabi Muhammad SAW, baik yang terdapat dalam Al-Quran maupun As-Sunnah.27 Karena itu, penegakan syari'at Islam dalam

25

Ibid., h. 219.

26

Darul Islam adalah suatu wilayah yang menerapkan hukum-hukum Islam dan keamanan wilayah tersebut berada di tangan Islam, yaitu di bawah kekuasaan pertahanan kaum muslim, sedang Darul Kufr adalah wilayah yang menerapkan hukum-hukum kufur atau keamanannya tidak berdasarkan pada Islam, yaitu tidak berada di tangan kekuasaan dan pertahanan kaum muslim, sekalipun mayoritas penduduknya adalah orang-orang Islam. Lebih jelas lihat dalam Hizbut Tahrir, Strategi Dakwah Hizbut Tahrir. Penerjemah Nurkhalis (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 1997), h. 7.

27

arti yang seluas-luasnya merupakan suatu keniscayaan. Penerimaan atas segala aturan Islam dapat dilakukan jika berpijak pada tiga asas: (1) rasa ketaqwaan yang tertanam dan terbina pada setiap individu di masyarakat; (2) sikap saling mengontrol pelaksanaan hukum Islam dan mengawasi serta mengkordinasi tingkah laku penguasa pada masyarakat; dan (3) keberadaan negara/ pemerintahan sebagai pelaksanaan hukum syara.28 Dengan demikian, kedudukan negara dalam Islam tidak lain adalah untuk memelihara masyarakat dan anggota-anggotanya serta bertindak selaku pemimpin yang mengatur dan mementingkan urusan rakyatnya.

Keberadaan terpenting sebuah negara bagi masyarakat Islam adalah untuk menerapkan hukum-hukum syara’ dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.29

Adapun bentuk negara dan pemerintahan yang dikehendaki Partai ini adalah model pemerintahan yang berbentuk kekhalifahan klasik. Model ini mereka anggap sebagai satu-satunya bentuk autentik pemerintahan Islam, yang diupayakannya untuk dihidupkan kembali bersama lembaga-lembaga tradisional yang menyertainya. Untuk mencapai tujuan ini, partai menyusun konstitusi yang memerinci sistem politik, ekomomi, dan sosial negara yang dimaksud. Hizbut Tahrir merinci dan menggambarkan sebuah sistem kekhilafahan yang sentralistik dalam arti sistem yang memberikan kekuasaan eksekutif dan legislatife kepada khalifah terpilih, yang pada dirinya sebagian besar fungsi negara terpusat. Warga negara didorong untuk menggunakan hak

28

Pusat Studi Khazanah Ilmu-ilmu Islam (PSKII), Materi Dasar Islam (Bogor: PSKII, 2001), h. 100-104.

29

mereka meminta tanggung jawab negara melalui oposisi politik yang didasarkan pada ideologi islam dan diekspresikan melalui sistem multipartai.

Tujuan Hizbut Tahrir mendirikan partai politik tidak lain adalah agar dunia kembali kepada cara hidup Islam. Mereka menjelma menjadi mediator bagi program kebangkitan bangsa-bangsa Islam untuk lepas dari sistem imperialisme dan juga membersihkan umat Islam dari sisa-sisa penjajahan. Untuk mencapai tujuan dan cita-citanya, maka sebuah pendirian institusi formal berbentuk negara Islam menjadi target utama dari kelompok ini. Hizbut Tahrir dibawah kepemimpinan Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani pun berusaha menggulingkan rezim pemerintahan yang ada. Meskipun tidak pernah memperoleh dukungan resmi, partai ini cukup berhasil di Yordania dan Tepi Barat sampai terjadinya penindasan terhadap kelompok oposisi pada 1957. Partai ini melakukan indoktrinasi terhadap anggotanya; menyebarkan gagasan-gagasannya melalui selebaran, kuliah, dan khutbah, dan aktif berpartisipasi dalam politik nasional dengan ikut serta dalam pemilihan parlemen.

Dokumen terkait