• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

F. Konseptualisasi Framing

Framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis media. Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh ooleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

70

Definisi Pesan http://all-about-theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-pesan.html, diakses pada tanggal,16 Maret 2011 pada pukul 10.30.

71

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. XII, h. 278.

72

Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas ini, hasil akhirnya adalah bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah tampak. Akibatnya khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak.73

Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut. Gamson dan Modigliani menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Menurut Erving Goffman, secara sosiologis konsepframe analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorgamisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu

73

Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 161-162.

disebutframes, yang memungkinkan individu dapat merasakan, mengidentifikasi, dan member label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi.74

Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen-elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan. Dalam persepektif didiplin ilmu lain, konsep framing terkesan tumpang tindih. Fungsi frame kerap dikatakan sebagai struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana politik. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang dianggap penting. Artinya peristiwa itu penting dan bernilai berita, media dan wartawanlah yang mengkonstruksi sedemikian rupa sehingga peristiwa tersebut dinilai sebagai penting. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya, dan dibuangnya.75

Menurut G.J. Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.76

74

Alex Sobur, M. Si,Analisis Teks Media, h. 163.

75

Alex Sobur, M. Si,Analisis Teks Media, h. 163.

76

Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategori kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Kalau saja ada realitas dalam arti objektif, bisa jadi apa yang ditampilkan dan dibingkai oleh media berbeda dengan realitas objektif tertentu. Karena pada dasarnya bukan ditangkap dan ditulis, realitas sebaiknya dikonstruksi.77

Framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya, untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimngerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu/ peristiwa tersebut menjadi penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang realitas.78

Ada beberapa model framing menurut 4 para ahli, diantaranya sebagai berikut:

a. Pan dan Kosicki

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka

Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan 77

Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media (Yogyakarta: LkiS, 2005), cet. Ke-3, h. 139.

78

empat dimensi struktural teks berita/ cerita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen semantik narasi berita/ cerita dalam suatu koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita/ cerita mempunyaiframe yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita/ cerita

―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ―ke

dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.79

b. Gamson dan Modigliani

Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan

konstruksionis yang melihat representasi media ―berita dan artikel, terdiri atas

package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Di dalam package ini terdapat dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator untuk menunjukan substansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan stuktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan reasoning devices.80

Gamson ―ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep

framing ―mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur

79

Alex Sobur, M. Si,Analisis Teks Media, h. 175.

80

cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu.81

c. Robert N. Entman

Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sebagai sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain.82

d. Murray Edelman

Pendapat Murray hampir sama dengan Robert, dimana mereka menitik beratkan pada bagaimana peristiwa dipahami dan bagaimana pemulihan fakta yang dilakukan oleh media.83

Model framing yang peneliti gunakan dalam merumuskan skripsi ini ialah jenis yang pertama yaitu model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, dapat ditarik kesimpulan bahwa frame dapat berfungsi sebagai pusat susunan ide yang

dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks cerita ―kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.

81

Alex Sobur, M. Si,Analisis Teks Media, h. 177.

82

Eriyanto,Analisis Framing: Konstruksi dan Politik Media, h. 253.

83

BAB III

GAMBARAN UMUM FILM EMAK INGIN NAIK HAJI

A. Latar Belakang Pembuatan Film Emak Ingin Naik Haji

Film yang disutradarai oleh seorang berbakat, yaitu Aditya Gumay. Film ini awalnya diangkat dari sebuah cerpen di majalah, karya Asma Nadia yang

berjudul “Emak Ingin Naik Haji.” Film yang meledak pada November 2009 ini banyak menarik khalayak untuk menonton film tersebut. Film yang diproduksi oleh Mizan Productions setelah sebelumnya memproduksi dua film box office yaitu Laskar Pelangi dan Garuda Di Dadaku. Film yang memotret realitas hidup yang terjadi di masyarakat ini digarap dengan apik, sehingga dapat mengaduk emosi dan membuat penonton larut sepanjang film.

Film ini utamanya bercerita tentang keseharian kita, tentang cinta tulus dan tak terbatas antara seorang ibu dan anaknya. Atas dasar itulah sang anak (Zein) berupaya dengan sekuatnya mewujudkan mimpi emak untuk haji, seperti juga mimpi setiap muslim untuk melakukan perjalanan spiritual puncak itu. Meski menyangga hidup dengan membuat kue untuk dititip jual di pasar dan untuk keperluan perhelatan para tetangga, emak sederhana ini mencoba menabung sedikit demi sedikit untuk biaya naik haji.84

Karena film ini diangkat hanya dari sebuah cerpen, yang hanya seperti sebuah sinopsis tentu sangat kurang materinya untuk diangkat menjadi sebuah skenario film

84

Catatan Aditya Gumay http://emakinginnaikhaji.com /catatan-aditya gumay-sutradara-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 09.30.

yang berdurasi sekitar 90 Menit. Berbeda dengan kebanyakan film yang diangkat dari novel yang malah ketika dijadikan scenario banyak bagian cerita yang dikurangi.

Aditya Gumay, pengurus sanggar Lenong Bocah dan pemimpin sanggar Ananda, seperti telah sangat berpengalaman dalam menyantroni film ini. Bahkan mengalahi kualitas dari sineas lokal yang telah berpuluh-puluh film diproduksi. Untuk filmnya ini, Aditya mengajak penonton untuk belajar bagaimana sikap kita jika ada di posisi para karakter. Tanpa ada kesan penguliahan dini.

Ditambah juga bagaimana Aditya memfokuskan dunia kehajian dengan berbagai aspek dan subjek. Di sini jelas kita sadar dan tau jika gelar haji bukan semata tuntutan Tuhan, tetapi juga dengan maksud lain. Gengsi, tujuan reklame promosi kampanye, serta kesombongan belaka. Lewat karakter Emaklah, arti haji dipaparkan dengan benar dan penuh kebijkasanaan. Bagaimana proses Emak menggapai cita-citanya tidak hanya patut diikuti tetapi juga dipelajari setiap detail-nya. Niscaya, guliran itulah yang akan membuat kelopak mata Anda basah dengan sendirinya.

Film ini diharapkan nantinya akan menjadi film yang memberikan hawa segar perfilman Indonesia. Film ini mengadaptasi dari sebuah cerita pendek milik Asma Nadia yang coba diangkat ke layar lebar dengan sentuhan cerita yang sangat menarik dan menyentuh untuk film Emak Ingin Naik Haji ini, tidak terlalu sullit meraup penonton untuk datang menyaksikan film ini yang nota benenya mayoritas penduduk indonesia adalah muslim.

Hasil buah karya dari Produksi Mizan yang mampu melahirkan kreatif sineas cerdas yang lama tidak muncul, Aditya Gumay, Momentum bulan Haji

menjadi kekuatan film ini untuk Anda yang ingin membahagiakan orang tua. Sineas muda berbakat Aditya Gumay bersama dengan Ati Kanser, Didi Petet dan Niniek L Karim sebagai artis senior bersama berkolaborasi dengan bintang muda berbakat Reza Rahadian dan Ayu Pratiwi. Betul-betul menjadi sesuatu yang menantang untuk menerjemahkan sebuah karya sastra walau bukan novel tapi cerpen karya Asma Nadia tapi tetaplah bahasa gambar menjadi sebuah pengalaman yang baru. Aditya Gumay bersama dengan Adenin Adian sebagai penulis skenario mampu menterjemahkan bahasa bertutur prosa Asma Nadia ke dalam visualisasi pop.

Film Emak Ingin Naik Haji sendiri diangkat dari sebuah cerpen karya penulis Asma Nadia yang kini sudah dibuatkan buku. Kendati ini adalah karyanya yang pertama difilmkan, ibu dua anak ini ternyata sudah hampir menulis lebih dari 40 buku. Hadir juga dalam pemutaran perdana film ini, teman-teman dari milis productions pembaca Asma Nadia yang memenuhi gedung bioskop. Tema yang diangkat oleh film Emak Ingin Naik Haji memang bisa dibilang sangat islami, karena haji identik dengan Islam namun film ini bisa dinikmati oleh semua orang. Film ini juga tidak bermaksud menggurui ataupun membanggakan agama itu sendiri.

Di cerpen tidak ada penjelasan tentang norma tokoh seperti H. Saun, Hj. Markonah, Pak Joko, Nyonya Nonik, dll. Sehingga untuk memudahkannya sang penulis scenario yaitu Adenin Adlan memberikan nama dan latar belakang mereka lebih diperjelas. Selain itu Adenin Adlan juga menambahkan beberapa konflik seperti tetangga Emak yang sangat miskin sampai memakan bangkai burung piaraan Zein. Dan tokoh Dika (anak H. Saun) yang keritis mengenai beberapa

hukum di Al-Qur’an yang bertentangan dengan hadits serta tokoh Alifa (anak tertua H. Saun) yang sangat berperan penting dalam alur cerita film ini. Oleh karena itu film ini lebih menarik dari cerpennya karena lebih banyak konflik di dalamnya dan banyak hikmah yang dapat diambil penonton. Ini sebuah nilai tambah yang tak terkira.85

Selain itu, beberapa musisi menghiasi film ini dengan lagu-lagu mereka. Pertama adalah Iwan Abdurrahman, dengan lagu berjudul Cerita Buat Orang yang Lupa. Abah Iwan, begitu biasanya dia dipanggil, adalah pencipta lagu abadi seperti Flamboyan danMelati dari Jayagiri. Ki Slamet Gundono, yang terkenal dengan julukan dalang wayang suket itu, menampilkan potongan lagunya yang berjudul Tuhan Maha Dalangyang magis. Sulis, penyanyi muda yang populer dengan lagu-lagu Islami, menyanyikan lagu Merindumu. Yang terakhir adalah Haddad Alwi.

Selain itu, produksi ini juga melibatkan tim kreatif Mizan Productions yang terdiri dari Salman Aristo, Ifa Isfansyah, dan Hikmat Darmawan. Masukan dari tim ini menambah bobot kualitas film Emak Ingin Naik Haji.86

1. Tim Produksi Film “Emak Ingin Naik Haji”

Sutradara :Aditya Gumay

Produser :Putut Widjanarko, Aves

Produser Eksekutif :Haidar Bagir

Co Produser :Gangsar Sukrisno, M Machdom

Penulis Skenario :Adenin Adlan, Aditya Gumay

Desain Produksi :Haryanto Corakh

85

Catatan Adenin Adlan http://emakinginnaikhaji.com /catatan-adenin adlan-penulis-skenario-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 09.45.

86

Catatan Putut Widjanarko http://emakinginnaikhaji.com /catatan-putut widjanarko-penulis-skenario-film-emak-ingin-naik-haji, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 13.00.

Pimpinan Produksi : Boy Whitemore

Penata Artistik : Herlin Lanang

Penata Kostum & Rias : Hanz Perez Supervisi Penata Suara : Irwan Ali Akbar

Penata Suara : Edo WF Sitanggang

Penata Musik : Adam S Permana

Editor : Cesa David Lukmansyah, Dhimas Adhi Putra

Koordinator Tehnik : Amir Gumay

Sumber : Aditya Gumay dan Adenin Adlan, (EMAK INGIN NAIK HAJI Sebuah Skenario)

2. Pemeran Tokoh Film “Emak Ingin Naik Haji”

Emak : Aty Kanser

Zein : Reza Rahardian

Haji Saun : Didi Petet

Hj. Markonah (Istri Haji Saun) : Niniek L. Karim

Pak Joko : Aswin Fabanyo

Nyonya Nonik (Istri Pak Joko) : Henidar Amroe

Pak Ustad : Jefri Al-Bukhori

Alifa (Anak Pertama Haji Saun) : Ayu Pratiwi

Zia (Mantan Isteri Zein) : Helsi Herlinda

Yanti (Sekretaris dan Selingkuhan Pak Joko) : Cut Memey

Dika (Anak Kedua Haji Saun) : Gagan Ramdhani

Nita (Anak Ketiga Haji Saun) : Alexia

Deni (Suami Aliva) : Dedi Maulana

Siti (Pembantu Rumah Tangga Pak Joko) : Genta Windi

Sumber : Aditya Gumay dan Adenin Adlan, (EMAK INGIN NAIK HAJI Sebuah Skenario)

B. Sinopsis Film Emak Ingin Naik Haji

Emak, seorang wanita berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue.

Emak, seorang janda tua penjual kue keliling. Dia tinggal bersama anak lelaki keduanya yang berusia 30 tahun bernama zein, seorang duda penjual lukisan kaligrafi. Emak memiliki kerinduan dan impian yang disimpannya sekian lama, yaitu naik haji. Dia pun menabung bertahun-tahun untuk mewujudkan impiannya tersebut.

Ironisnya, di depan rumah sederhana Emak yang semipermanen berdinding kayu, berdiri menjulang rumah mewah milik Haji Saun—pengusaha besi tua dan jual-beli kapal yang kaya raya. Hampir setiap tahun Haji Saun berangkat haji atau umrah bersama keluarganya.

Zein menyadari impian Emak. Dia merasa menjadi anak yang tidak berguna. Untuk biaya sehari-hari pun dia belum bisa memenuhi karena lukisan kaligrafinya sangat jarang dibeli orang. Beban hidup mereka bertambah saat anak Zein sakit dan harus dioperasi. Emak sudah mengikhlaskan tabungan hajinya untuk biaya rumah sakit tapi Zein menolak. Dia malah menyusun rencana untuk mencuri uang milik Haji Saun. Tetapi ditengah aksinya Zein tersadar bahwa itu perbuatan yang sangat tak pantas. Dia pun mengurungkan niatnya. Namun, saat melompat pagar hendak pulang, beberapa warga kampung memergokinya. Zein pun dikejar.

Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi

rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak.

Emak, seorang wanita paruh baya yang juga sama seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah Rukun Islam yang kelima yaitu pergi haji, seperti yang setiap tahun selalu dilakukan oleh keluarga Juragan Haji, tetangga Emak yang kaya raya. Tetapi sayangnya, Emak tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk mewujudkan keinginannya.

Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue yang dititipkan di warung atau pesanan orang yang mengadakan syukuran. Kalau beruntung, ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang berjualan lukisan keliling. Namun, walaupun Emak tahu bahwa naik haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, tetapi Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, juga berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak.

Tapi, Keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalah-masalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik. Diwarnai berbagai drama yang saling jalin-berkelin dan, film ini berkisah tentang ketulusan hati dan kerinduan kepada Tuhan, serta kecintaan luar biasa seorang anak kepada ibunya.87

87

Sinopsis Emak Ingin Naik Haji http://acidarmy06.blogspot.com/2009/12/emak-ingin-naik-haji.html, diakses pada tanggal 31 Januari 2011 pada pukul 11.00.

BAB IV

ANALISIS FRAMING FILM EMAK INGIN NAIK HAJI

A. Realitas Simbolik Film Emak Ingin Naik Haji

Film ini berusaha memberikan gambaran fenomena kehidupan sehari-hari masyarakat khususnya di Indonesia. Dimana seseorang yang berkeinginan untuk mencapai sesuatu yang diharapkannya yaitu dengan berusaha dan berdoa. Walaupun sempat terpikir bahwa sulit untuk mencapai apa yang diinginkannya karena hidupnya pas-pasan, tetapi tetap optimis dan tersenyum dalam berusaha. Berusaha tetap tegar walaupun banyak sekali cobaan yang dihadapinya, namun sebenarnya hatinya menangis. Sedangkan lingkungan di sekitarnya dengan mudahnya mendapatkan apa yang diinginkannya hingga membuat orang lain iri hati dan berniat berbuat jahat.

Ditambah lagi dengan pencitraan tokoh utama dalam film ini, seorang Emak yang hidup serba pas-pasan ditemani putranya yang kedua (anak pertamanya meninggal di lautan bersama suaminya) yang hanya bekerja sebagai tukang penjual lukisan keliling. Di dalam kesederhanaannya Emak punya keinginan untuk naik haji walaupun dia sadar bahwa sangat sulit bahkan mungkin akan lama untuk sampai ke tanah suci Mekkah. Tetapi Emak sangat optimis dengan sedikit demi sedikit mengumpulkan uang yang dia setorkan ke Bank Syariah. Anak Emak, Zein melihat kegigihan Emaknya yang ingin pergi haji dia sangat ingin membantu mencari biayanya. Sampai akhirnya Zein dibutakan mata hatinya untuk mencuri uang H. Saun di rumahnya karena lukisan yang dia jual tidak kunjung laku terjual, tetapi akhirnya tidak jadi. Ditempat lain dengan

mudahnya pergi haji dan umroh sesuka hatinya karena uang yang dimilikinya berlebihan dan naik haji untuk kepentingan gelarnya sebagai calon walikota.

Wawancara khusus bersama Bapak Aves selaku Produser filmEmak Ingin Naik Haji beliau menjelaskan film ini diangkat dari sebuah cerpen karya Asma Nadia. Cerpen ini sangat menarik karena mengangkat tema tentang kesalehan sosial dan ini sesuai dengan tema yang ingin diangkat menjadi sebuah naskah. Kemudian dia menjelaskan lagi bahwa film ini tidak mengalami perubahan naskah dari cerpennya Dari cerpenya di majalah yang medianya hanya Visual (dilihat) kemudian dijadikan ke adaptasi film yang medianya Audio (dilihat) dan juga Visual (didengar). Hanya saja di film ini ada beberapa yang harus ditambah-tambah dalam naskah, namun tidak mengurangi inti cerita dari cerpennya itu sendiri. Dari ungkapan Bapak Aves tadi saya menyimpulkan ada Agenda Setting di dalam pembuatan naskah ini yaitu disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media untuk menstruktur dunia kita.

Dokumen terkait