• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Intensitas pembangunan yang tinggi, ternyata memberikan dampak dan tekanan yang besar terhadap kelestarian sumber daya pesisir dan laut. Kegiatan perikanan destruktif seperti penggunaan bahan peledak, racun sianida, penambangan karang, dan penebangan mangrove untuk pengalihan lahan pesisir merusak ekosistem pesisir dan laut, seperti ekosistem mangrove dan terumbu karang. Salah satu upaya penting yang mulai banyak diterapkan dalam mengurangi dampak degradasi sumberdaya kelautan adalah pengembangan program konservasi laut melalui pembentukan dan pengelolaan Kawasan Konservasi Laut. Langkah ini dipandang sebagai cara paling efektif untuk melindungi keanekaragaman hayati laut beserta nilai ekonomi yang terkandung di dalamnya.

Adanya penetapan suatu wilayah perairan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) sejatinya harus diiringi dengan pengelolaan yang tepat efektif. Karena jika suatu kawasan konservasi perairan dirancang dengan baik dan di kelola dengan ekosistem akan memainkan peran penting dalam melindungi ekosistem (IUCN-WCPA 2008). Dalam perjalanannya, pengelolaan perikanan di suatu kawasan konservasi tidak lepas dari peran penting pengelola dan stakeholder terkait yang turut menjaga keberhasilan pengelolaan. Berdasarkan Convention on Biodiversity (CBD) ke-10 di Nagoya, Jepang pada tahun 2010 yang memandatkan setiap negara untuk mengalokasikan 10% dari luas perairan laut teritorialnya sebagai Kawasan Konservasi Perairan atau Marine Protected Areas mengharuskan Indonesia menyisihkan sekitar 31 juta hektar wilayah perairan lautnya sebagai Kawasan Konservasi Perairan. Luasan KKP sendiri di Indonesia berkembang pesat sejak tahun 2003 yang baru mencapai 5,4 juta hektar menjadi 15,78 juta hektar pada Juli 2012 (Ruchimat et al. 2012).

Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) yang telah ditetapkan berdasarkan Kepmen KP Nomor 53 tahun 2014 dan tergolong dalam kategori Taman Wisata Perairan (TWP). Dari aspek tata kelola, Kabupaten Kepulauan Anambas yang telah ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) berada di bawah kewenangan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru. Sejak dibentuk menjadi Kawasan Konservasi Perairan, penata kelolaan kawasan telah mulai dilakukan oleh LOKA KKPN Pekan baru sebagai pemegang mandat dan dibantu oleh PEMDA Kabupaten Kepulauan Anambas.

Namun, tentunya kinerja pengelolaan yang baru berjalan sebentar perlu dievaluasi agar rencana pengelolaan yang telah disusun dapat berjalan efektif. Hockings et al. (2006) menjelaskan bahwa efektifitas pengelolaan kawasan

43 konservasi laut adalah suatu upaya mengukur tingkat pengelolaan kawasan untuk memeriksa apakah telah tercapai tujuan dari sebuah kawasan konservasi perairan. Adapun untuk mengukur keefektifan dari proses pengelolaan berkelanjutan ini, maka Kementrian Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen KP3K menetapkan suatu sistem evaluasi terhadap kinerja dari KKP yang telah ada yaitu E-KKP3K (Evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan). E-KKP3K adalah metode evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau- pulau kecil yang menunjukkan tingkat/level/peringkat sejauh mana upaya pengelolaan kawasan konservasi memberikan hasil positif terhadap aspek-aspek sumberdaya kawasan dan sosial-ekonomi-budaya masyarakat yang berdampak pada peningkatan kinerja pengelolaan. E-KKP3K dapat digunakan sebagai sebuah dasar untuk mengukur standar kompetensi pengelola KKP dan dapat dijadikan sebuah Decision Support System (DSS) yang dapat diterapkan di setiap KKP yang ada di Indonesia (KP3K-KKP 2013).

Oleh karena itu, tujuan dari bab ini adalah untuk melakukan penilaian terhadap sejauh mana tingkat kinerja pengelolaan yang telah diterapkan di KKPN Kabupaten Kepulauan Anambas sehingga nantinya dapat dijadikan masukan terhadap pengelola, peraturan pemerintah, penentuan dan pengimplementasian aturan serta program dan aktivitas di kawasan.

Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juni 2015. Tempat penelitian yaitu di Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Anambas, Kepulauan Riau.

Bahan dan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara torhadap stakeholder terkait pengelola KKPN Kabupaten Kepulauan Anambas yaitu Loka Kawasan Konservasi Perairan Naional Anambas. Informasi aspek status pengelolaan KKPN Kepulauan Anambas dikumpulkan dengan menggunakan panduan alat ukur Evaluasi Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (E-KKP3K) yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang ditetapkan melalui SK Dirjen KP3K Nomor Kep.44/KP3K/2012. Penilaian Kinerja Pengelolaan Kawasan Konservasi

Analisis data untuk mengevaluasi status pengelolaan KKPN Kepulauan Anambas dilakukan dengan menggunakan E-KKP3K, yaitu dengan menjawab 74 pertanyaan yang terbagi ke dalam 15 kelompok pertanyaan. Status pengelolaan terbagi ke dalam 5 tingkatan, yaitu Kawasan Konservasi Perairan Diinisiasi

44

(peringkat Merah), Didirikan (peringkat Kuning), Dikelola Minimum (peringkat Hijau), Dikelola Optimum (peringkat Biru), dan Mandiri (peringkat Emas) seperti Tabel 17.

Tabel 17 Kriteria pertanyaan dalam alat ukur status pengelolaan kawasan menggunakan E-KKP3K

Peringkat Kriteria Jumlah

pertanyaan Merah (1) KKP/KKP3K

Diinisiasi

1 Usulan Inisiatif 8

2 Identifikasi & inventarisasi kawasan 3 Pencadangan kawasan

Kuning (2) KKP/KKP3K Didirikan

4 Unit organisasi pengelola dengan SDM

11 5 Rencana pengelolaan dan zonasi

6 Sarana dan prasarana pendukung pengelolaan

7 Dukungan pembiayaan pengelolaan Hijau (3) KKP/KKP3K

Dikelola Minimum

8 Pengesahan rencana pengelolaan & zonasi

20 9 Standar Operasional Prosedur (SOP)

pengelolaan

10 Pelaksanaan rencana pengelolaan dan zonasi

11 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan

Biru (4) KKP/KKP3K Dikelola Optimum

12 Penataan batas kawasan 28

13 Pelembagaan

14 Pengelolaan sumberdaya kawasan 15 Pengelolaan sosial ekonomi dan

budaya Emas (5) KKP/KKP3K Mandiri 16 Peningkatan kesejahteraan masyarakat 6 17 Pendanaan berkelanjutan

Untuk menentukan capaian di setiap peringkat, digunakan persamaan sebagai berikut:

� � % =Jumlah pertanyaan pada peringkat yang dinilai ∗ �Jumlah pertanyaan yang mendapat jawaban Ya % *Merah = 8; Kuning = 11; Hijau = 20; Biru = 28; Emas = 6

45 Untuk menentukan peringkat kawasan konservasi yang dikaji, digunakan aturan sederhana, dimana peringkat suatu kawasan ditunjukkan oleh peringkat yang memiliki persentase skor sempurna (100%). E-KKP3K menganut prinsip “membangun tumpukan balok” (building block) dimana dipersyaratkan peringkat selanjutnya tidak mungkin dapat dicapai bila kegiatan-kegiatan pada peringkat sebelumnya belum selesai dilaksanakan atau dicapai seluruhnya (KKP 2012). Beberapa contoh penentuan peringkat disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Contoh penentuan peringkat pengelolaan kawasan konservasi perairan E-KKP3K (KKP 2012)

Hasil dan Pembahasan

Kinerja Pengelolaan di Kawasan Konservasi Perairan Anambas

Kawasan konservasi perairan merupakan suatu kawasan yang peraian yang dilindungi dan dikelola berdasarkan sistem zonasi yang tujuannya adalah melestarikan sumberdaya ikan serta ekosistem di sekitarnya tetap berkelanjutan. Hal itu seperti penjelasan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang Republik Indonesia Nomor 02 tahun 2009 tentang Tata Cara Pembentukan Kawasan Konservasi Bagian 1 ayat (1) menjelaskan bahwa kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan menggunakan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Sistem Zonasi adalah pembagian daerah (zona) yang mencerminkan pengobatan tertentu di masing-masing zona. Zonasi bertujuan mengoptimalkan fungsi dan alokasi sumber daya alam dan potensi ekosistem di setiap bagian dari daerah (Dangeubun et al. 2013). Rencana zonasi Kawasan laut yang kemudian

Contoh:

Bila hasilnya seperti berikut,

Merah Kuning Hijau Biru Emas

100% 100% 90% 27% 0%

Maka kawasan konservasi yang dikaji memiliki peringkat KUNING.

Contoh lain:

Bila hasilnya seperti berikut,

Merah Kuning Hijau Biru Emas

95% 47% 20% 0% 0%

46

ditetapkan mengacu pada UU No 45 tahun 2009 tentang perikanan dan Pemerintah Peraturan Nomor 60 Tahun 2007 tentang sumber daya ikan, terdiri dari zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, dan zona lainnya dimana penentuan zonasi akan disesuaikan berdasarkan potensi, karakteristik, dan sosial- ekonomi sekitarnya dengan pertimbangan dari masyarakat sekitar.

Selanjutnya, pada bagian 2 ayat (1) dinyatakan bahwa penetapan kawasan konservasi perairan dilaksanakan dengan tujuan:

1. Melindungi dan mempertahankan sumber daya ikan serta tipe-tipe ekosistem penting di perairan untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya;

2. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya ikan dan ekosistemnya serta lingkungannya secara berkelanjutan;

3. Melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan ikan sumber daya ikan di dalam dan / atau di sekitar kawasan konservasi perairan, dan

4. Meningkatkan kesejahteraan rakyat di sekitar kawasan konservasi perairan. Sehingga tujuan dari penetapan kawasan konservasi itu sendiri dinyatakan dalam ayat (2) untuk mencapai sasaran pemanfaatan berkelanjutan sumber daya ikan dan ekosistemnya, serta jasa lingkungan yang ada didalamnya, dengan tetap menjaga kearifan lokal yang ada, sehingga dapat menjamin ketersediaan, kesinambungan dan peningkatan kualitas nilai serta keanekaragamannya, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar kawasan konservasi perairan.

Kawasan konservasi perairan Kabupaten Kepulauan Anambas ditetapkan menjadi sebuah kawasan konservasi perairan Nasional (KKPN) berdasarkan KEPMEN KP No 37 tahun 2014 dengan kategori Taman Wisata Perairan (TWP). Penetapan Anambas menjadi TWP karena di wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki keanekaragaman hayati perairan dan keunikan fenomena alam atau budaya lokal alami yang berpeluang untuk pengembangan wisata serta kondisi lingkungannya mendukung adanya upaya pengembangan ekowisata tersebut. Salah satu keunikan ekosistem yang ada di Anambas adalah tempat bertelurnya penyu sisik dan ikan napoleon. Selanjutnya dalam pengelolaannya Kabupaten Kepulauan Anambas dikelola langsung oleh Unit LKKPN Pekanbaru yang berada di Kabupaten Kepulauan Anambas.

Status pengelolaan KKPN Kepulauan Anambas sendiri telah dievaluasi oleh KEPMEN KP sebagai kawasan konservasi yang telah menunjukkan kemajuan di Indonesia. Ringkasan penilaian status kinerja pengelolaan KKP di Indonesia (Tabel 18) telah terjadi perubahan status pengelolaan kawasan konservasi yang signifikan di beberapa tempat. Pencapaian yang paling signifikan yaitu dapat disimpulkan dari kasus TNP Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur (Nomer 2 di Tabel 18 ) yang status pengelolaannya telah berubah dari peringkat kuning pada tahun 2012 menjadi peringkat biru (39%) pada tahun 2014.

47 Tabel 18 Status kinerja pengelolaan Kawasan Konservasai Perairan (KKP)

Sumber : LAKIP 2013 Ditjen KKJI, KKP and Willoughby et al 2015

Hasil kinerja pengelolaan KKP di Indonesia berdasarkan E-KKP3K sebagai Status pengelolan dengan E-KKP3K didefinisikan dalam lima peringkat, dari peringkat 1: KKP diinisiasi hingga peringkat 5: KKP mandiri (Kasasiah 2013) dimana hasil analisis akan menunjukkan strategi selanjutnya yang perlu dilakukan sesuai prosedur dalam panduan teknis.

Analisis kinerja pengelolaan kawasan konsevasi di KKPN Kepulauan Anambas dengan alat evaluasi E-KKP3K dihasilkan melalui informasi wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap informan kunci mengenai status pengelolaan di KKPN Kepulauan Anambas. Analisis dilakukan dengan memberi penilaian tehadap pertanyaan dalam E-KKP3K sesuai dengan informasi. Ringkasan hasil penilaian dapat dilihat pada Tabel 19.

No Nama KKP Total Area

(Ha)

Surat Keputusan Status

Proposal Penetapan 2012 2014 1 KKPD Berau, Kalimantan Barat 285,266 Peraturan Bupati No. 516/2013 tanggal 2/09/2013 Merah 100% Kuning 50% Merah 100% Kuning 91% Hijau 29% 2 TNP Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur 3,355,353 KEP.38/MEN/2009 No.5/KEPM EN- KP/2014 Merah 100% Kuning 75% Merah 100% Kuning 100% Hijau 86% Biru 39% 3 TWP Gili Matra, Nusa Tenggara Barat 2,954 SK Menhut No.99/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 KEP.67/ME N/2009 Merah 100% Kuning 75% Merah 100% Kuning 100% Hijau 38% 4 TWP Anambas, Kepulauan Riau 1,262,686 KEP.35/MEN/2011 No. 37/ KEPMEN- KP/2014 N/A* Merah 100% Kuning 100% Hijau 62% Biru 5% 5 KKPD Nusa Penida, Bali 20,057 SK Bupati Klungkung No 12/2010 No.24/KEP MEN- KP/2014 Merah 100% Kuning 75% Merah 100% Kuning 100% Hijau 100% Biru 49 % 6 KKPD Kei Kecil Barat, Maluku 150,000 SK Bupati Maluku Tenggara No.162/2012. N/A* Merah 100% Kuning 25% N/A*

48

Tabel 19 Ringkasan hasil analisis status efektivitas pengelolaan KKPN Kepulauan Anambas Peringkat Jumlah Jawaban Ya Daftar Pertanyaan Persentase (%) Merah 8 8 100 Kuning 11 11 100 Hijau 21 21 100 Biru 14 28 50 Emas 0 6 0

Hasil penilaian menggunakan penilaian E-KKP3K menunjukkan bahwa status kinerja pengelolaan kawasan konservasi berada dalam status pengeloaan yang masih minim. Carter et al. (2011) menyatakan bahwa jika suatu kawasan konservasi berada pada umur 1 - 2 tahun maka kawasan tersebut memasuki kategori tingkat pengelolaan 1 (dimulai) dan tingkat pengelolaan 2 (dikelola secara minimum). Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis (Tabel 19) bahwa persentase nilai pada peringkat Merah mencapai 100%, peringkat Kuning menapai 100%, peringkat Hijau mencapai 100%, peringkat Biu 50% dan peringkat Emas 0%.

Hasil penilaian ini menjelaskan bahwa pada peringkat Biru, dengan nilai skor 50% berarti masih ada separuh pertanyaan dalam kategori peringkat Biru di E- KKP3K yang belum dijawab. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada komponen sistem pengelolaan yang belum dilakukan oleh pengelola KKPN Kepulauan Anambas sehingga menjadi perlu digambarkan komponen apa saja yang belum dilakukan agar menjadi rekomendasi untuk pengelola dalam mempersiapkan dan melaksanakan upaya pengelolaan.

49 Tabel 20 Jumlah pertnyaan peringkat Biru yang jawabannya Tidak

Kriteria Nomor Pertanyaan Alat verifikasi

5: Sarana dan pra-sarana pendukung pengelolaan

B42 Apakah sarana & prasarana sudah lengkap sesuai dengan kebutuhan?

Laporan dan cek fisik.

6: Dukungan Pembiayaan pengelola an

B43 Apakah anggaran pengelolaan kawasan telah terpenuhi sesuai dengan perencanaan?

Laporan pelaksanaan kegiatan dan sumber pendanaan.

9: Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan

B44 Apakah SOP penelitian dan pendidikan sudah ada?

Dokumen SOP penelitian dan pendidikan. B45 Apakah SOP pelaksanaan kegiatan

pariwisata alam perairan sudah ada?

Dokumen SOP pariwisata alam.

B46 Apakah SOP pelaksanaan kegiatan budidaya sudah ada?

Dokumen SOP budidaya. B47 Apakah SOP pelaksanaan kegiatan

perikanan tangkap sudah ada?

Dokumen SOP perikanan tangkap.

13: Pengelolaan Sumberdaya Kawasan

B57A Apakah terjadi perbaikan kondisi habitat di zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, pemanfaatan terbatas dan/atau zona lainnya, seperti yang ditunjukkan oleh

peningkatan tutupan ekosistem terumbu karang dan/atau padang lamun dan/atau hutan bakau?

Kondisi t0 (garis dasar) di masing-masing zona dibandingkan dengan hasil pemantauan habitat sumberdaya ikan di zonazona tersebut (harus menunjukkan data deret waktu). B57B Apakah terjadi perbaikan kondisi habitat di zona

inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, pemanfaatan terbatas dan/atau zona lainnya, seperti yang ditunjukkan oleh

peningkatan luasan ekosistem terumbu karang dan/atau padang lamun dan/atau hutan akau?

Kondisi t0 (garis dasar) di masing-masing zona dibandingkan dengan hasil pemantauan habitat sumberdaya ikan di zonazona tersebut (harus menunjukkan data deret waktu).

B57C Apakah kualitas fisika-kimia-geologi perairan di zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan, pemanfaatan terbatas, dan/atau zona lainnya, terjaga/terpelihara?

Kondisi t0 (garis dasar) di masing-masing zona dibandingkan dengan hasil pemantauan kualitas

fisikakimia-geologi perairan di zona-zona tersebut (harus menunjukkan

data deret waktu). B58 Bagaimana kondisi populasi ikan atau species

target non-ikan di dalam kawasan?

B58A Apakah kondisi populasi ikan terpelihara

ataumeningkat di zona inti, zona perikanan berkelanjutan dan zona pemanfaatan?

Laporan pemantauan populasi ikan sesuai target konservasi (termasuk biomassa, jumlah jenis ikan, kelimpahan, keragaman). B58B Apakah kondisi kualitas (ukuran panjang/berat)

ikan dominan yang ada di dalam zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan/atau zona pemanfaatan terbatas, terpelihara atau meningkat?

Laporan pemantauan kualitas (ukuran panjang/berat) ikan di zona-zona dimaksud.

B58C Apakah jumlah tangkapan nelayan di zona perikanan berkelanjutan/zona pemanfaatan terbatas (perikanan tangkap) tetap atau meningkat?

Laporan pemantauan jumlah tangkapan ikan oleh nelayan (biomassa total per jumlah nelayan per satuan/periode waktu tertentu). B58D Apakah jumlah produksi nelayan di zona

perikananberkelanjutan/zona pemanfaatan terbatas (budidaya) tetap atau meningkat?

Laporan pemantauan produksi hasil budidaya (biomassa total per jumlah nelayan per satuan/periode waktu tertentu).

50

B58E Apakah jumlah dan keanekaragaman jenis/species target non-ikan di zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan/atau zona pemanfaatan terbatas, terpelihara atau meningkat?

Laporan pemantauan jumlah dan keanekaragaman jenis/species target non-ikan.

B5DF Apakah populasi species endemik kawasan tetap atau meningkat?

Laporan pemantauan populasi species endemik.

B59 Apakah penelitian dan pengembangan terkait kawasan telah dilakukan untuk menunjang kegiatan pengelolaan?

Laporan penelitian & pengembangan yang dipublikasikan. B60 Apakah pemanfaatan sumberdaya kawasan telah

diselenggarakan dan tidak berdampak negatif terhadap habitat/ populasi dalam kawasan?

Analisis laporan pemanfaatan dan laporan pemantauan kondisi habitat/populasi. 15: Pengelolan

Sosial, Ekonomi dan Budaya

B63 Apakah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi meningkat?

Laporan kegiatan pengelolaan kawasan konservasi (yang mengindikasikan keterwakilan dan keterlibatan masyarakat dalam setiap proses pengelolaan, atau keterlibatan masayarakat dalam

implementasi program yang berkaitan dengan masyarakat). B64 Apakah tingkat pelanggaran dalam kawasan

konservasi menurun?

Laporan patroli berisi data tentang kegiatan ilegal dan tidak ramah lingkungan serta jumlah habitat yang rusak dalam kawasan konservasi (laporan deret waktu), laporan pokmaswas.

B66 Apakah kegiatan pariwisata dalam kawasan konservasi memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi pemangku-kepentingan, terutama masyarakat, setempat?

Laporan kajian dampak kegiatan pariwisata dalam kawasan konservasi.

Berdasarkan gambaran pada Tabel 20, beberapa petanyaan dalam peringkat Biru yang belum dilaksanakan yaitu tergolong dalam kriteria Sarana dan Prasaran Pendukung Pengelolaan, Biaya Pendukung Pengelolaan, Standar Operasi Prosedur Pengelolaan, Pengelolaan Kawasan, dan Pengelolaan Sosial Ekonomi dan Budaya. Kriteria yang belum terpenuhi ini yang menjadi dasar bahwa penilaian kinerja status pengelolaan di KKPN Kepulauan Anambas masih berada di peringkat Hijau.

51 Tabel 21 Jumlah pertanyaan pada peringkat Emas yang jawabannya Tidak

Kriteria Nomor Pertanyaan Alat verifikasi

13: Pelembagaan E69 Apakah kemitraan dengan pemangku kepentingan telah berjalan dengan baik dan berdampak positif?

Laporan kegiatan dan pemantauan, dan hasil kajian tim independen yang menunjukkan dampak positif dari kemitraan.

16: Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

E70 Apakah penatakelolaan berdampak positif terhadap kinerja pengelolaan?

Laporan kajian tim independen yang menunjukkan dampak positif pengelolaan terhadap sumberdaya kawasan dan sosial ekonomi (termasuk lembaga pengelola).

E71 Apakah ada peningkatan pendapatan (daya beli) sebagai dampak pengelolaan?

Laporan survei/penilaian dari tim independen; data Badan Pusat Statistik (BPS). E72 Apakah kegiatan ekonomi dari sektor utama

kawasan konservasi (perikanan/pariwisata) meningkat?

Laporan survei/penilaian dari tim independen; data BPS. E73 Apakah peningkatan pendapatan masyarakat

berdampak terhadap kesadaran masyarakat dalam mendukung pelestarian sumberdaya kawasan?

Laporan survei/penilaian dari tim independen.

17: Pendanaan dan Keberlanjutan

E74 Apakah peningkatan pendapatan masyarakat berdampak terhadap kesadaran masyarakat dalam mendukung pelestarian sumberdaya kawasan?

Laporan kegiatan dan keuangan

Peringkat emas merupakan peringkat dimana nilai yang terkecil diperoleh yaitu 0%, dengan kata lain pada peringkat ini tidak ada ataupun pertanyaan yang dijawab “Ya” sehingga nilai presentasi untuk penilaian kinerja pengelolaannya 0%. Komponen yang menjadi penilaian dalam peringkat ini adalah kriteria Pelembagaan, kriteria Peningkatan Kesejahteraan Masyraakat, dan kriteria Pendanaan dan Keberlanjutan (Tabel 20). Jika hasil penilaian pada kinerja sudah mencaai 100% pada peringkat ini, maka bisa dikatakan bahwa staus kinerja pengelolaan yang ada di KKPN Kepulauan Anambas telah dikelola secara efektif dan berfungsi penuh atau dengan kata lain KKPN Kepulauan Anambas telah disebut sebagai KKPN yang mandiri. Untuk mencapai itu, maka pelu melengkapi komponen pada kriteria di peringkat selanjutnya sehingga bisa memasuki kriteria di peringkat Emas ini.

Secara kesuluruhan berdasarkan penilaian ini, kinerja pengelolaan perikanan di KKPN Kepulauan Anambas masih minimum sehingga beberapa komponen yang perlu dilakukan adalah dalam hal penataan kelembagaan yang dimiliki, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pengelolaan pendanaan dan keberlanjutan. Selain di KKPN Kepulauan Anambas penilaian mengenai kinerja pengelolaan atau efektivitas pengelolaan, beberapa kawasan konservasi lain yang telah dilakukan penilaian yaitu kawasan konservasi di Gili Matra, Nusa Tenggara Barat dalam kategori merah dan masih dalam tahap inisiasi (Kasasiah 2013). Selain itu, Dangeubun (2012) juga menetapkan bahwa di Kawasan Konservasi Perairan Aru, Kepulauan Aru berada dalam level 1 yang artinya kawasan konservasi masih baru dimulai karena selama 20 tahun tidak memiliki kemajuan dan cenderung dibiarkan

52

sehingga adanya kawasan konservasi belum memberi dampak bagi masyarakat sekitar.

Simpulan

Hasil penilaian kinerja pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Anambas menggunakan alat ukur E-KKP3K yang dikeluarkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan RI menjelaskan bahwa kinerja pengelolaan perikanan berada di peringkat Hijau dengan status pengelolaan yang masih minimum. Hasil presentasi masing-masing peringkat yaitu Merah 100%, Kuning 100%, Hijau 100%, Biru 50% dan Emas 0%.

53

5

OPTIMASI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KAWASAN

KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL KABUPATEN

Dokumen terkait