• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada geladak akil dan pelat sisi sekitar ujung dan pangkal tabung diberi penguatan dengan pelat rangkap. Pada ujung-ujung

KONTRUKSI BAGIAN TENGAH KAPAL A. Konstruksi Dasar

G. Konstruksi Lambung

Sistem konstruksi lambung sebagai kerangka lambung kapal pada pokoknya terdiri atas dua sistem yaitu sistem kerangka gading melintang dan sistem kerangka gading memanjang.

1. Gading

Konstruksi kerangka gading-gading melintang merupakan penegar-penegar tegak yang dipasang pada pelat lambung dan berfungsi untuk memperkuat pelat lambung dari tekanan air di luar kapal. Pada kapal dengan geladak jamak (lebih dari satu) gading-gading ini diberi nama sesuai dengan letaknya. Gading-gading-gading yang terletak di bawah geladak terakhir atau geladak utama disebut gading utama, yang terletak di antara dua geladak disebut gading antara, sedangkan yang disebut gading bangunan atas adalah gading yang terletak di bangunan atas.

Gading-gading melintang pada umumnya dipasang pada kapal-kapal yang lebih kecil dari 100 m karena masih belum memerlukan kekuatan memanjang yang lebih besar pada daerah lambung.

Gading-gading pada geladak dihubungkan dengan balok geladak melintang dan lutut sedangkan di bagian dasar dengan pelat lutut bilga.

Jarak gading melintang di lambung bervariasi dan sangat bergantung pada ukuran panjang kapal. BKI menentukan jarak gading

standar a0 dari sekat ceruk buritan hingga 0,2 L dari garis tegak haluan

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

a0 = L/500 + 0,48 (m),

a0 maksimum = 1 m.

Untuk penampang profil gading-gading utama, BKI menentukan berdasarkan hasil perhitungan modulus penampang gading tersebut. Modulus penampang gading-gading tidak boleh kurang dari :

W = k n a I2 Ps f (cm3)

Teknik Konstruksi kapal

181

a = Jarak gading

K = Faktor bahan. Berharga = 1 untuk kapal dengan baja normal. I = Jarak bentang (m), termasuk pengikatan bagian-bagian ujung, biasanya tidak kurang dari

Ps = Besar beban tekan untuk gading (kN/m2)

n = 0,63 – L/400, untuk L <_ 100 m.. = 0,38, untuk L \> 100 m.

f = 1,4 – h (fmin = 0,9)

h = Tinggi lutut di sisi atas wrang atau pelat alas dalam (lihat gambar 11.12 a dan11.12 b)

Gambar 11.12Penentuan Jarak Bentang dari Rumus BKI 2004

Modulus penampang gading dalam tangki harus ditambah 10% dari hasil rumusan tersebut di atas dan tidak boleh kurang dari modulus penegar dalam tangki. Jika tangki muatan juga digunakan sebagai tangki balas, modulus penampang gading-gading tidak boleh kurang dari :

W = k 0,55 a I2 P1 (cm2)

dimana :

P1 = Besar beban tekan pada tangki (kN/m2)

Untuk modulus penampang gading-gading geladak antara dan gading-gadng bangunan atas tidak boleh kurang dari :

W = k.0,8.a.I2.Ps (cm3)

dimana :

Ps = Tidak boleh kurang dari P min = 0,4.PL. (b / I)2 (kN/m3).

B = Panjang balok geladak dibawah gading-gading geladakantara (m).

PL= Beban pada geladak antara, untuk puncak tangki adalah

setengah jarak antara puncak tangki dan ujung atas pipa limpah akan

Teknik Konstruksi kapal

182

Hubungan gading-gading ruang muat pada bagian atas ke pelat tepi atau pelat alas dalam dengan mempergunakan pelat lutut bilga. Pelat lutut bilga dilas pada pelat alas dalam seperti diperlihatkan pada Gambar 11.13 a. Hubungan semacam ini dijumpai pada sistem konstruksi melintang.

Konstruksi berikut adalah untuk kapal-kapal yang menggunakan konstruksi dasar dengan penguatan profil-profil memanjang. Pelat bilah dan pelat hadap gading dilas pada pelat alas dalam dan dilengkapi dengan pelat lutut bagian bawah alas dalam, seperti Gambar 11.13 b. Lutut bilga dilaskan pada pembujur alas dan pembujur alas dalam. Gading-gading disambung dengan pelat lutut bilga yang diletakkan sebidang (Gambar 11.14 ab) dan dapat pula disambung secara berimpit dengan lutut bilga (Gambar 11.14 cd)

Gambar11.13Hubungan Ujung-ujung Gading Palka

1. Gading

2. Pelat Alas dalam 3. Lutut

4. Lutut 5. Wrang

a b c d

Gambar 11.14Detail Sambungan Gading-gading dengan Lutut Bilga

Teknik Konstruksi kapal

183

Hubungan antara gading-gading dengan balok geladak melintang diperlihatkan pada Gambar 11.15 dan penyambungan gading dengan geladak antara, diperlihatkan pada Gambar 11.16.

Gambar 11.15Hubungan Gading dengan Balok Geladak

Gambar 11.16Penyambungan Gading pada Geladak Antara

1. Gading antara

2. Balok geladak

3. Gading utama

Konstruksi yang menggunakan gading-gading memanjang pada lambung dan penguatan memanjang bagian geladak dasar disebut sistem konstruksi memanjang. Gading-gading memanjang yang ada dinamakan pembujur sisi. Bagian ujung pembujur sisi ditumpu oleh sekat-sekat melintang dan antara kedua sekat melintang terdapat gading besar melintang atau yang lebih dikenal dengan sebutan pelintang sisi. Pembujur sisi menerus menembus pelintang sisi dan terputus oleh sekat melintang. Pelintang sisi sebagai tumpuan dari pembujur sisi mempunyai jarak antara yang tertentu, pada umumnya beberapa jarak gading melintang. Dengan memakai sistem konstruksi

Teknik Konstruksi kapal

184

memanjang akan mengakibatkan pelat lambung lebih stabil dan tegar untuk menahan beban memanjang.

Untuk penampang profil pembujur sisi, BKI 2004menentukan berdasarkan hasil dari perhitungan modulus penampang pembujur sisi. Modulus ini ukurannya tidak boleh kurang dari :

W = m.a.I2.p

di mana :

Untuk pembujur di depan 0,4 L di tengah kapal, harga

m= 83,3/

σ

perm dengan harga m minimum k n.

Untuk pembujur di daerah 0,1 L di ujung kapal, m = k. n. harga perm dan n menurut BKI 2004. harga n = 0,70 dengan beban

P1 k = Factor beban, harganya 1 untuk baja kapal

normal dan

a = Jarak antara pembujur sisi (m) I = jarak bentang yang tidak ditumpu (m)

P = Besar beban tekan (kN/m2), harganya dapat diambil

sama dengan harga Ps

Pada daerah antara, setelah 0,4 L tengah kapal dan 0,1 L dan ujung belakang kapal, ukuran profil dapat dikurangi secara berangsur-angsur.

Untuk pembujur-pembujur sisi dalam tangki muatan, modulus

penampang tidak boleh kurang dari modulus penampang tangki (W2)

Pelintang-pelintang sisi yang digunakan pada sistem konstruksi memanjang untuk tumpuan pembujur sisi mempunyai modulus penampang tidak boleh kurang dari :

W = k 0,6 e I2 (cm3),

dimana :

e = Jarak antara pelintang sisi (m)

L = Jarak bentang yang tidak ditumpu (m).

Luas penampang melintang pelat bilah pelintang sisi tidak boleh kurang dari :

f = k 0,061 e I p (cm2).

Di dalam tangki-tangki muat, modulus penampang pelintang sisi dan Luas penampang melintang pelat bilah tidak boleh kurang dari

modulus penampang penegar tangki (W2) dan luas penampang

melintang pelat bilah penegar tangki (f2). Di bawah ini diperlihatkan

Teknik Konstruksi kapal

185

gambar-gambar konstruksi kombinasi (Gambar 11.17, Gambar 11.18 dan Gambar 11.19).

Gambar 11.17Sistem Konstruksi melintang

1. Penumpu tengah alas 2. Pelat Lutut tepi 3. Wrang

4. Gading utama

5. Penumpu geladak

6. Lutut balok geladak

7. Balok geladak

8. Penumpu samping alas

Gambar 11.18Sistem Konstruksi Memanjang

1. Penumpu tengah alas

2. Pelintang alas

Teknik Konstruksi kapal

186

4. Sekat memanjang

5. Palang pengikat

6. Pelintang sisi

7. Pelintang geladak

8. Penumpu samping geladak

9. Pembujur sisi

10. Pembujur geladak 11. Pelintang sekat

Gambar 11.19Sistem Konstruksi Kombinasi

1. Penumpu tengah alas

2. Penumpu samping 3. Pembujur alas 4. Pelat lutut 5. Gading utama 6. Lutut geladk 7. Pembujur geladak 8. Ambang palka 9. Pelintang geladak

10. Pembujur alas dalam

2. Pelat Bilga dan Lunas Bilga

Pelat bilga merupakan lajur pelat yang mempunyai jari-jari kelengkungan tertentu dan ditempelkan di antara pelat sisi dengan pelat alas. Pada bagian luar dari pelat bilga ini dipasang lunas bilga yang berbentuk sirip.

Ukuran pelat bilga atau pelat lajur bilga mempunyai ketebalan sama dengan pelat sisi (BKI). Hal tesebut berlaku untuk sistem konstruksi melintang. Tebalnya sama dengan tebal pelat alas jika kapal tersebut menggunakan sistem konstruksi memanjang untuk