• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

PEMBAHASAN PENELITIAN 1 Pembahasan Hasil Penelitian

4. Konstruksi Pendidikan Politik Ideal

a. Konstruksi Pendidikan Politik bagi Masyarakat

Berdasakan hasil wawancara dengan Udin S. Winataputra, sesuatu yang ideal adalah 1) berbasis nilai dan moral Pancasila. 2) kulturnya bernilai dan bernuansa Pancasila. Seperti dalam presentasinya Kokom KomalasariLiving values education bisa terserap kalau kita terlibat di dalamnya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari ketika kita sholat, kita berjamaah, ketika kita berbuka puasa kita berdoa terlebih dahulu bersama keluarga. Instrumennya diperkaya dengan

Rizwan Martiadi, 2015

PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial kultural. Mengapa dulu orang berkata “perilaku orang akan berubah jika didalam dirinya mau berubah”, pendekatan psikologis karena adanya motivasi dalam diri individu tersebut. Persepsi lainnya adalah “perilaku orang akan

berubah jika mendapat penguatan dari lingkungan”, karena itu ada orang yang

mengatakan” jika kita bergaul dengan kiyai maka kita menjadi santri, kalau kita bergaul dengan penjahat kita menjadi pencoleng”. Hal itu mengajarkan kita tidak

boleh salah dalam memilih pergaulan di masyarakat.

Kecerdasan itu ada didalam masyarakat.Orang yang hidup sendirian di hutan mustahil menjadi orang baik. Bagaimana ia dapat belajar hidup baik dengan orang lain? Oleh karena itu kita harus hidup dengan masyarakat, membantu masyarakat, menyerap memperbaiki masyarakat. pada lembaga pendidikan formal Pancasila diajarkan di kelas, dipidatokan oleh pejabat, dibuat papan nama, dibuat slogan, tetapi ketika kita pergi kejalan raya Pancasila tidak muncul. Pengamalan Pancasila di tingkat horisontal angat kurang, sering kita lihat pengendara motor ngebut di jalan pemukiman, lampu merah yang diterobos. Hal ini menunjukkan pendidikan kultur kemasyarakatan masih kurang.

Terkait kompetensi politik yang harus dimiliki dan dipahami oleh masyarakat adalah 1)Politik sebagai seni. Masyarakat tidak perlu paham tentang politik sebagai ilmu. 2)Politik itu sebagai teknik sebagai cara kerja. 3)Politik sebagai etik.

Pendidikan politik bagi masyarakat pertama-tama yang harus diajarkan adalah 1)politik sebagai etik, 2)politik sebagai budaya kehidupan, dan terakhir 3) baru politik sebagai teknik. Selama ini mayoritas elite politik mengajarkan

“marilah kita memilih satu”.Seharusnya elite politik mengajarkan tentang hidup

bermasyarakat, mengapa kita hidup bersama? Mengapa perlu ada pemimpin? Menurut Winataputra Prof Baren pernah menulis buku dalam bahasa belanda didalam bukunya didalam berpolitik, harus dimaknai sebagai politik adalah etik dan politik sebagai teknik. Kondisi perpolitikan gaduh karena para politisi menggunakan politik sebagai teknik. How toget power, how to use power,

Rizwan Martiadi, 2015

PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

how to defeat other friends, bagaimana mengalahkan, bagaimana mendapatkan kekuasaan, menurut prof Baren bangun politik sebagai etik dahulu. Mengapa kehidupan politik kita kacau balau karena yang elite politik mendahulukan teknik, bagaimana supaya saya terpilih. Saat ini sistem pemilu kita adalah proporsional terbuka, antar elite politik atau caleg dalam partai politikpun saling berebut, berkompetisi, sehingga terjebak didalam pertikaian, begitu temannya terpilih, silaturahminya putus.

Politik etik adalah musyawarah mufakat. Musyawarah mufakat dilupakan karena kita tergila-gila dengan demokrasi liberal “one man one vote”. Sila keempat Pancasila tidak mendorong kepada one man one vote. Orde reformasi, yang seharusnya melahirkan format sisitem politik yang ideal berdasarkan Pancasila tetapi lebih mengarah kepada konsep-konsep demokrasi liberal. Kita mencaci Amerika tetapi jiwanya diambil utuh. Kesimpulannya kita jangan terfokus pada pendidikan politik yang struktural tetapi kepada pendidikan politik yang fungsional, yang pendekatannya horizontal, bukan vertikal.

b. Konstruksi Pendidikan Politik bagi Elite

Elite politik adalah suprastrukturnya partai politik. Elite-elite partai politik perlu melakukan 1) Re-Ideologisasi Pancasila. Walaupun saat ini Partai politik tidak menganut asas tunggal lagi. Pancasila harus tetap menjadi ideologi negara. Semua Partai politik harus berpijak kepada Pancasila.

2) Re-Konseptualisasi, “Kalau begitu partai politik saya akan saya bangun

dengan cara..” . Walaupun partai berbeda tetapi tujuan sama. Walaupun cara yang

berbeda tetapi tujuan yang sama. Setiap elite politik harus saling mengingatkan kita berpolitik adalah berpolitik Pancasila. Pekerjaan mengingatkan adalah pekerjaan yang paling berat tetapi harus dilakukan. Ketika partai politik sendiri- sendiri, Pancasila akan buyar. 3) Re-Instrumenisasi, bagaimana struktur partai politik itu dibangun. Kita harus melihat pendidikan politik masing-masing partai

dari “what a comunality among?” Semua berpijak di kesamaan itu yaitu ideologi Pancasila.

Rizwan Martiadi, 2015

PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Kompetensi Politik Minimal bagi Masyarakat

Terkait kompetensi politik yang harus dimiliki dan dipahami oleh masyarakat adalah 1)Politik sebagai seni. Masyarakat tidak perlu paham tentang politik sebagai ilmu. 2)Politik itu sebagai teknik sebagai cara kerja. 3)Politik sebagai etik. Pendidikan politik bagi masyarakat pertama-tama yang harus diajarkan adalah 1)politik sebagai etik, 2)politik sebagai budaya kehidupan, dan terakhir 3) baru politik sebagai teknik. Selama ini mayoritas elite politik

mengajarkan “marilah kita memilih satu”. Seharusnya elite politik mengajarkan

tentang hidup bermasyarakat, mengapa kita hidup bersama? Mengapa perlu ada pemimpin?

Menurut Winataputra Prof Baren pernah menulis buku dalam bahasa belanda didalam bukunya didalam berpolitik, harus dimaknai sebagai politik adalah etik dan politik sebagai teknik. Kondisi perpolitikan gaduh karena para politisi menggunakan politik sebagai teknik. How toget power, how to use power, how to defeat other friends, bagaimana mengalahkan, bagaimana mendapatkan kekuasaan, menurut prof Baren bangun politik sebagai etik dahulu. Mengapa kehidupan politik kita kacau balau karena yang elite politik mendahulukan teknik, bagaimana supaya saya terpilih. Saat ini sistem pemilu kita adalah proporsional terbuka, antar elite politik atau caleg dalam partai politikpun saling berebut, berkompetisi, sehingga terjebak didalam pertikaian, begitu temannya terpilih, silaturahminya putus.

Politik etik adalah musyawarah mufakat. Musyawarah mufakat dilupakan karena kita tergila-gila dengan demokrasi liberal “one man one vote”. Sila keempat Pancasila tidak mendorong kepada one man one vote. Orde reformasi, yang seharusnya melahirkan format sisitem politik yang ideal berdasarkan Pancasila tetapi lebih mengarah kepada konsep-konsep demokrasi liberal. Kita mencaci Amerika tetapi jiwanya diambil utuh.Kesimpulannya kita jangan terfokus pada pendidikan politik yang struktural tetapi kepada pendidikan politik yang fungsional, yang pendekatannya horizontal, bukan vertikal.

Rizwan Martiadi, 2015

PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait