Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PANDANGAN ELITE POLITIK
TENTANG
MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
(Penelitian kualitatif deskriptif pada elite partai politik)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh
gelar Magister Pendidikan
oleh
Rizwan Martiadi
NIM 1201000
SEKOLAH PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
RIZWAN MARTIADI NIM.1201000
PANDANGAN ELITE POLITIK
TENTANG
MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
(Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Elite Partai Politik)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I,
Prof. Dr. Idrus Affandi, SH. NIP19540404 198101 1 002
Pembimbing II,
Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si NIP19700814 199402 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia,
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pandangan Elite Politik tentang Makna Pendidikan Politik: Penelitian Kualitatif Deskriptif Pada Elite Partai Politik” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015 Penulis,
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PANDANGAN ELITE POLITIK
TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK (Penelitian kualitatif deskriptif pada elite partai politik)
ABSTRAK
Politik transaksional dan money politic menjadi sesuatu yang lazim digunakan oleh elite politik. Realitas pendidikan politik di Indonesia belum berhasil mewujudkan elite-elite politik yang memiliki integritas yang baik. Bertolak pada itu semua peneliti mencoba mengambil makna realitas sosial tentang makna pendidikan politik dari para elite politik melalui pengalaman serta pandangan mereka tentang pendidikan politik.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, dengan tujuan memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena pendidikan politik yang sulit diungkapkan dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah studi dokumentasi, wawancara dan observasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman dan pengalaman elite politik tentang pendidikan politik, masih perlu dibenahi. Pelaksanaan pendidikan politik oleh partai politik untuk kadernya masih menggunakan indoktrinasi. Sehingga sikap elite politik yang pragmatis dan kurang idealis menunjukan kesadaran dan pemahaman yang kurang. Para elite politik masih menganggap bahwa keberhasilan pendidikan politik bagi masyarakat adalah partisipasi dalam pemilihan umum.Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti merekomendasikan beberapa hal antara lain partai politik perlu melakukan 1) Re-ideologisasi Pancasila; 2) Re-konseptualisasi pendidikan politik dan 3) Reinstrumenisasi pendidikan politik.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
POLITICAL ELITES PERSPECTIVESTOWARDS POLITICAL EDUCATION
(A Qualitative Research on Political Party Elites)
ABSTRACT
This thesis examines political elites social reality towards current political education in Indonesia. The study is based on a phenomenon in Indonesia where people's perspective on politics is decreasing and they tend to be pragmatists. As the method of the study the author used a descriptive qualitative method to reveal a more detailed findings about political education through the eyes of political elites. Data were collected from interviews, observations, and archives.The findings of the study show that political elites' comprehension on the essential of political education are not sufficient. Those elites belief that a successful political education can be seen merely by referring to the people willingness to participate in a general election. Whereas the final objective of the education is to politically literate the people. Thereby, political parties need to improve their cadres' political education instead on relying merely on an indoctrination method. Pragmatists and self centered (political party-centered) become the most common perspective appear from the elites toward politicians. The ideology of Pancasila and the 1945 constitution have not been internalized as a whole in the current political education for the political elites and society. Thus, the author suggests the following recommendations: The political parties have to 1) re-idealize the Pancasila; 2) re-concept the political education, and 3) re-instrument the political education
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Konsep ... Error! Bookmark not defined.
F. Paradigma penelitian... Error! Bookmark not defined.
G. Agenda Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Pancasila ... Error! Bookmark not defined.
B. Hubungan Pendidikan Politik dan Pendidikan Kewarganegaraan ... Error! Bookmark not defined.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Teori klasik elite ...Error! Bookmark not defined.
2. Konsep Elite dan Kekuasaan...Error! Bookmark not defined. 3. Elite yang Memerintah ...Error! Bookmark not defined. 4. Elite Model Pluralis ...Error! Bookmark not defined. 5. Elite Model Kerakyatan ...Error! Bookmark not defined. 6. Interaksi Elite Politik dan Massa ...Error! Bookmark not defined. D. Teori Pendidikan Politik ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Politik dan Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan Pendidikan politik ...Error! Bookmark not defined. 3. Fungsi Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined. 4. Bentuk Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined. 5. Tahapan Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined. E. Budaya Politik... Error! Bookmark not defined.
1. Tipe-tipe Budaya Politik ...Error! Bookmark not defined. 2. Budaya politik Parokial ...Error! Bookmark not defined. 3. Budaya Politik Subjek ...Error! Bookmark not defined. 4. Budaya Politik Partisipan ...Error! Bookmark not defined.
5. Perilaku Politik dan Budaya Politik ...Error! Bookmark not defined. F. Partisipasi Politik ... Error! Bookmark not defined.
1. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ...Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi Partisipasi Politik ...Error! Bookmark not defined. 3. Faktor-Faktor Berpengaruh ...Error! Bookmark not defined. G. Bagan paradigma penelitian... Error! Bookmark not defined.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Sumber Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Situs dan Subjek Penelitian... Error! Bookmark not defined.
D. Teknik Pengumpulan Data... Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Analisis dan Teknik Pengolahan ... Error! Bookmark not defined.
F. Tahapan dalam Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Tahapan-tahapan dan Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Pandangan elite politik tentang pendidikan politik ...Error! Bookmark not defined.
a. Arti Penting Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined. b. Media Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined.
c. Peran Partai Politik dalam Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined.
d. Budaya Politik ...Error! Bookmark not defined. e. Partisipasi Politik ...Error! Bookmark not defined.
1. Gambaran Pengalaman Elite Politik terkait Pendidikan Politik... Error! Bookmark
not defined.
a. Kompetensi dan Pengalaman Elite Politik ...Error! Bookmark not defined.
b. Sikap dan Orientasi Elite Politik ...Error! Bookmark not defined. c. Interaksi Elite Politik dan Massa ...Error! Bookmark not defined.
2. Konstruksi pendidikan politik ideal menurut elite politik. ... Error! Bookmark not
defined.
2. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Pendidikan politik menurut elite politik. ...Error! Bookmark not defined.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Media Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined.
c. Peran Partai Politik dalam Pendidikan Politik ...Error! Bookmark not defined.
d. Budaya Politik ...Error! Bookmark not defined. e. Partisipasi Politik ...Error! Bookmark not defined.
3. Pengalaman Elite Politik terkait Pendidikan Politik .Error! Bookmark not defined.
a. Kompetensi dan Pengalaman Elite Politik ...Error! Bookmark not defined.
b. Sikap dan Orientasi Elite Politik ...Error! Bookmark not defined.
c. Interaksi Elite Politik dan Massa ...Error! Bookmark not defined. 4. Konstruksi Pendidikan Politik Ideal ...Error! Bookmark not defined.
a. Konstruksi Pendidikan Politik bagi Masyarakat ...Error! Bookmark not defined.
b. Konstruksi Pendidikan Politik bagi Elite ...Error! Bookmark not defined.
c. Kompetensi Politik Minimal bagi Masyarakat ...Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
1. Kesimpulan umum ...Error! Bookmark not defined. 2. Kesimpulan khusus ...Error! Bookmark not defined. B. Implikasi ... Error! Bookmark not defined.
C. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasca runtuhnya rezim orde baru di tahun 1998, dengan ditandai
lengsernya Soeharto dari jabatan presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun
lebih, Indonesia memasuki babak baru, yang dikenal dengan orde reformasi.
Memasuki orde reformasi Indonesia mengalami perubahan sosial, politik,
ekonomi. Setiap kalangan yang pada saat rezim ode baru direnggut hak-hak
politiknya, menuntut kembali hak politiknya.
Banyak kalangan yang menganggap UUD NRI tahun 1945 masih kurang
lengkap. Karena ia tidak mengatur secara tegas tentang pembatasan kekuasaan
presiden yang mengandung pemencaran kekuasaan yang disertai dengan
mekanisme check and balance. Kemudian terlalu banyaknya atribusi kewenangan
yang diserahkan kepada legislatif, dan adanya pasal-pasal yang multitafsir
membuat para politisi sepakat untuk mengamandemen UUD tahunNRI 1945.
Indoktrinasi politik melalui kegiatan P4 mulai ditiadakan.
Pasca reformasi diharapkan akan melahirkan format baru yang ideal
ternyata gagal mengalami kebuntuan. Demokrasi yang terjadi demokrasi
kebablasan. Ideologi kapitalisme dan liberalisme telah merasuki budaya politik
bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia menjadi pragmatis dan apatis.
Pragmatisme telah merasuki sikap dan orientasi politik elite politik.
Fenomena politik di Indonesia menjadi “politik transaksional” atau money
politics. Sehingga ketika mereka duduk di legislatif mereka berusaha untuk
mengganti atas biaya politik yang telah dikeluarkan.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikritisi oleh semua elemen masyarakat (Robert Brownhill dan Patricia Smart, 2009:29)
Laporan akhir tahun 2012 Indonesia Corruption Watch (ICW):
Ada 52 kader partai politik yang terlibat kasus korupsi. Menurut ICW ini merupakan jumlah yang fantastis. Para kader yang terindikasi melakukan korupsi itu berasal dari partai-partai besar dan mereka tercatat sebagai anggota DPR, DPRD, atau Kepala Daerah. Maraknya korupsi yang dilakukan sejumlah kader partai politik ini menjadi bukti bahwa biaya politik di Indonesia sangat mahal. Saat berkampanye, kader partai yang ingin menjadi Kepala Daerah ataupun anggota Legislatif mengeluarkan banyak uang (Gatra; 03-09 Januari 2013)
Sistem politik kita masih diwarnaimoney politics dan korupsi.Masyarakat
yang menjadi kader belum dapat menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab di kehidupan politik.
Indikasi lain terhadap gejala politik yang terjadi adalah proses rekrutmen
caleg oleh partai politik yang masih merekrut bukan dari kader partainya, yang
ada malah merekrut selebriti sebagai calon legislatif, Partai politik hanya
berorientasi pada votegathering, mereka mengabaikan kompetensi politik seorang
caleg yang dipersiapkan untuk duduk di legislatif.
Seperti yang diberitakan oleh majalah Tempo,
Kondisi saat ini, partai politik masih mengandalkan selebritas sebagai calon legislator, sehingga sistem kaderisasi perlu dibenahi. Sulit sekali ada partai politik yang tegas hendak menyeleksi calon anggota legislatif dari kalangan sendiri. Jikalau proses penjaringan melalui sumber internal alias kader partai ini dilakukan, niscaya merupakan pertanda baik bagi sistem politik kepartaian. Kaderisasi boleh dikatakan berjalan lancar, sehingga partai politik tak perlu repot-repot mencari kandidat wakil rakyat diluar sana (Tempo; 31 Desember 2012)
Ideologi Pancasila mulai ditinggalkan ideologi kapitalisme dan liberal
merasuk ke dalam budaya masyarakat, sehingga mereka menjadi hedonis dan
individualistis.
Beberapa indikasi atau gejala politik yang terjadi, menandakan sistem
kaderisasi elite politik kita masihbelum berkembang dengan baik. Artinya
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wakil rakyat yang akan terjun dalam politik harus memiliki kompetensi politik
yang mumpuni.
Mereka yang bersedia jadi relawan partai politik adalah banyak yang
memang sekedar ingin berjudi mengadu nasib dan berharap dapat keajaiban
menjadi wakil rakyat sehingga dapat menaikkan taraf hidup sosial-ekonomi
mereka.Karena menurut mereka dengan menjadi wakil rakyat akan mengisi
pundi-pundi keuangan mereka. Padahal, para caleg (elite politik) adalah posisi
yang mulia, memperjuangkan nasib rakyat. Para caleg yang ada tidak mengerti
hak dan tanggung jawabnya jika kelak terpilih menjadi wakil rakyat baik di
daerah maupun pusat. Menurut Alfian mereka (elite politik) yang rendah
pengetahuan dan penghayatan politiknya mungkin juga bisa berpartisipasi secara
aktif tetapi cenderung untuk kurang rasionil.Bagaimana masa depan negara ketika
tidak dilimpahkan pada orang yang tepat?
Gambaran yang terbentuk di benak masyarakat tentang politik adalah
gambaran tentang elite politik yang kerap menyelesaikan sesuatu dengan cara
yang tidak masuk akal, menjenuhkan, monopoli sekelompok orang dan seolah
sama dan sebangun dengan permainan busuk dan kotor.Padahal, sesungguhnya
politik merupakan bagian dari strategi kehidupan untuk mencapai tujuan. Jika
dilakukan secara benar, jujur, cerdas dan elegan, pasti akan mendatangkan
kemaslahatan dan kesejahteraan buat rakyat.
Jika kondisi ini dikaitkan dengan pola dan tuntutan demokrasi, Indonesia
masih jauh dari gambaran negara demokrasi yang sesungguhnya. Hematnya,
hancurnya tatanan politik di negeri ini merupakan imbas minimnya dunia
pendidikan politik terhadap calegnya dalam menyentuh nilai kearifan politik.
Disinilah urgensi pendidikan politik bagi para elite politik. Melaui
pendidikan politik dibangun kesadaran berbangsa dan bernegara, yang tetap
berpegang teguh pada Pancasila sebagai bagian integral dari pembangunan
bangsa. Pancasila harus menjadi landasan bagi jalannya pendidikan politik di
Indonesia. Fungsi partai politik sebagai lembaga pendidikan politik belum
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sherman (1987:16) dalam Affandi (2011: 32) “melihat sosialisasi politik
dalam tiga perspektif, yakni perspektif konsensus, konstruksi sosial tentang realitas dan perspektif humanisme”. Penulis mengambil makna dari realitas sosial yang ada tentang makna pendidikan politik dari para elite politik melalui
pengalaman-pengalaman mereka dalam mendapatkan pendidikan politik. Sebagai
bagian dari infra struktur yang berada pada posisi puncak, para elite politik perlu
mendapatkan pendidikan politik yang lebih memadai, konstruktif dan sistematis
yang dibutuhkan dalam membentuk kompetensi para elite politik. Sehingga
mempengaruhi kualitas keputusan dan partisipasi politik dari elite politik terhadap
sistem politik yang berlaku yang ideal menurut Pancasila dan UUD NRI tahun
1945. Sehingga bila ingin merubah suatu sistem maka kelompok elitelah terlebih
dahulu harus diubah.
Seorang elite haruslah memiliki kecakapan yang memadai karena “Elite adalah individu-individuyang berhasil memiliki bagian terbanyak dari nilai-nilai (values) dikarenakan kecakapannya, serta sifat2 kepribadian mereka; dan karena kelebihan tersebut maka mereka terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan”; (Harold D. Laswell). Elite adalah individu- individuyang menduduki posisi puncak dalam institusi ekonomi, politik dan militer (C. Wright Mills). (Budiardjo, 1991: 34)
Elite politik, sebagai individu yang berada posisi puncak elite haruslah
cakap dan arif karena ditangan merekalah nasib dan masa depan bangsa ini.
Kecakapan dan kearifan tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan politik
yang optimal, konstruktif dan simultan agar masa depan demokrasi serta tujuan
pembangunan bangsa dapat terwujud.
Proses pendidikan politik kepada elite politik akan lebih bermakna jika
dalam proses tersebut, mereka berhasil dibimbing untuk mengenal dan
mengembangkan diri dan lingkungannya dalam konteks politik. Berdasarkan
alasan diatas peneliti bermaksud meneliti tentang “Pandangan Elite Politik tentang Makna Pendidikan Politik” Ketertarikan peneliti melakukan studi fenomenologis tentang makna pendidikan politik bagi elite politik adalah untuk
menggali pemahaman dan pengalaman-pengalaman elite dalam hal pendidikan
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini membantu kita memahami tentang realitas pendidikan
politik di Indonesia, karena eksistensi pendidikan politik sangatlah penting,
menentukan masa depan bangsa Indonesia, dalam melestarikan nilai-nilai ideologi
politik Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam bentuknya yang paling umum, bagi pandangan modern, pengalaman adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan karena tidak serta merta jelas, pengalaman juga merupakan kondisi yang menjadikan pengetahuan sebagai sesuatu yang perlu. Artinya pengalaman tidak serta merta menawarkan diri sebagai pedoman yang sudah pasti untuk dunia (termasuk diri kita sendiri) (Ritzer & Smart, 2011:461)
Pandangan modern memandang pengalaman menjadi salah satu sumber
pengetahuan. Melalui penggalian pengalaman dan pemahaman elite politik
tentang makna pendidikan politik akan menambah khazanah pengetahuan tentang
pendidikan politik.
Selain itu, Schutz, menyatakan bahwa tugas pertama dari pendekatan fenomenologis ini ialah memperoleh wawasan tentang karakter pengalaman sosial nyata yang diinterpretasikan konvensional. Dalam hal ini, Schutz menerangkan bahwa baik konsep ilmiah maupun pengalaman sehari-hari terbentuk lewat kategori-kategori yang terpisah dari segala sesuatu yang serta merta ditentukan dalam kesadaran (Ritzer & Smart, 2011:482)
Baik karakter pengetahuan maupun pengalaman sehari-hari sangat
ditentukan oleh kesadaran, oleh karena itu pengetahuan dan pengalaman elit
politik sangat ditentukan oleh kesadaran politiknya, kemudian di interpretasikan
secara konvensional.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis merangkum beberapa
permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna Pendidikan Politik bagi elite politik?
2. Bagaimana gambaran pengalaman-pengalaman pendidikan politik dari
elite politik?
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Kegunaan Penelitian
Melihat permasalahan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: “Pandangan Elite Politik tentang Makna Pendidikan Politik”.
1. Mendeskripsikan makna pendidikan politik bagi elite politik.
2. Mendeskripsikan pengalaman-pengalaman pendidikan politik elite
politik.
3. Menggali konstruksi pendidikan politik dari elite politik.
D. Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Memperkaya khasanah kajian teoretik tentang pendidikan politik
sebagai tradisi dalam PKn dan menjadi sumbangan pengembangan
pendidikan kewarganegaraan.
2. Masukan dan informasi bagi pemerintah, sekolah, lembaga serta
organisasi politik terkait dalam usaha memahami pendidikan politik
yang ideal, efektif dan menarik sehingga pemahaman politik dan
partisipasi politik elite politik sesuai dengan harapan masyarakat,
bangsa, dan negara.
E. Definisi Konsep
Dalam penelitian ini agar terdapat kesamaan pengertian maka beberapa
konsep di definisikan sebagai berikut:
1. Elite Politik
Elite adalah individu-individuyang berhasil memiliki bagian terbanyak
dari nilai-nilai (values) dikarenakan kecakapannya, serta sifat-sifat kepribadian
mereka; dan karena kelebihan tersebut maka mereka terlibat aktif dalam proses
pengambilan keputusan; (Harold D. Laswell). Elite adalah individu- individu yang
menduduki posisi puncak dalam institusi ekonomi, politik dan militer.
Elite politik adalah orang-orang yang tergabung dalam partai politik.
Menurut salah satu pakar diantaranya adalah:Pareto mengemukakan
pandangannya mengenai elite politik yaitu governing elite (elit yang memerintah).
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memerintah antara lain adalah pimpinan suatu lembaga, organisasi, atau pimpinan
institusi Negara.
Dalam kajian tentang elite dalam sistem politik akan sulit dipahami apabila tidak dipahami mengenai distribusi kekuasaan. Dengan memahami distribusi kekuasaan dalam sebuah sistem politik itu, dapatlah diperoleh gambaran sejauh mana elite memiliki peran dalam sistem politik itu. memahami distribusi kekuasaan itu akan dipahami bagaimana perilaku politik elite politik. Tiga model yang dapat dipakai sebagai dasar untuk mempelajari posisi elit dalam sistem politik. Menurut Andrain terdapat tiga model distribusi kekuasaan yang dapat dijadikan dasar untuk mempelajari elite politik, yaitu model elite yang memerintah, model pluralis, dan model populis(Sastroatmodjo,1995:152).
2. Pendidikan politik
Pendidikan politik adalah merupakan sarana untuk meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara berkesinambungan
dan terencana. Pelaksanaan pendidikan politik harus berpegang teguh pada
falsafah dan kepribadian bangsa Indonesia. Secara tidak langsung, pendidikan
politik merupakan bagian integral dari keseluruhan pembangunan bangsa yang
dilaksanakan sesuai dengan landasan yang telah mendasari kehidupan bangsa
Indonesia.
Pendidikan politik merupakan (1) proses hasil belajar; (2) memberikan
indikasi hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok yang berkenaan dengan
pengetahuan, informasi, nilai dan sikap; (3) dapat dilakukan sepanjang hidup; dan
(4) merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial yang secara
implisit dan eksplisit memberikan penjelasan tingkah laku sosial.
Terkait pendidikan politik terdapat 4 sasaran minimal yang harus
dilakukan:
1) Pengetahuan politik. Ini mengacu pada konsep, informasi dan
pertimbangan faktual mengenai sistem pemerintahan dan politik. Jadi
bukan mengarahkan rakyat agar memilih parpol tertentu.
2) Keterampilan intelektual terkait kepiawaian menjelaskan, menggambarkan
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berpikir independen sebagai modal hidup menjadi warga negara. Bukan
mengajari fanatisme secara membabi buta terhadap satu kekuatan politik.
3) Keterampilan partisipasi politik yang diharapkan membekali rakyat
dengan kemampuan memaksimalkan interaksi dengan orang lain,
memelihara sikap kebersamaan dalam kelompok, bekerja sama dengan
orang lain, melakukan negosiasi dan bargaining dalam menyusun
keputusan politik.
4) Sikap politik. Ini terkait aspek internal rakyat yang diharapkan
mempengaruhi pilihan tindakannya terhadap tujuan, orang atau peristiwa.
Sasarannya ialah perasaan menerima-menolak atau mendekat-menghindar
yang terkait dengan usaha mempromosikan interes dalam politik,
penghargaan terhadap perbedaan visi (pendapat), rasa keakraban dan
kepercayaan kepada pemerintah yang sah, serta semangat nasionalisme
dan patriotisme.
F. Paradigma penelitian
Gambar 1.1: Paradigma Penelitian Elite Politik
Pakar Pendidikan
Analisis konseptual, filosofis, pandangan, pengalaman
Realitas pendidikan
politik
Teori
Dokumentasi Studi dokumentasi
Wawancara
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Agenda Penelitian
Tabel 1.1: Pelaksanaan Penelitian
2013/2014
Desember Januari Februari Maret April Mei
Studi Pusaka
Penjajagan
awal
Studi
Lapangan
Pengolahan
Data
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian tentang Pandangan Elit tentang Makna Pedidikan Politik
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan
pendekatan kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang
fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Creswell (1998)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:
Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinctmethodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyses words, report detailed views of informant, and conducts the study in a natural setting.
Kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses
penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu
dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat
gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan
pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam
situasi alamiah (natural setting).
Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif
adalah kepedulian terhadap “makna”. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak
peduli terhadap persamaan dari objek penelitian melainkan sebaliknya
mengungkapkan tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang
berbeda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam
setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu tidak mungkin untuk mengungkapkan
kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali
manusia sebagai subjek penelitian, yang memiliki kebenaran. Lebih lanjut Lincoln
dan Guba (1985:199) menyatakan bahwa “...the human-as-instrument is inclined toward methods that are extensions of normal human activities: looking, listening,
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keunggulan manusia sebagai subjek penelitian naturalistik karena subjek ini dapat
melihat, mendengar, membaca, merasa, dan sebagainya yang biasa dilakukan
manusia umumnya.
Dalam proses penelitian ini peneliti mengesampingkan terlebih dahulu
pengelaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat
memahamipengalaman-pengalaman partisipan yang ia teliti (Creswell, 2010: 21)
Bersifat deskriptif karena penelitian ini diusahakan menggunakan data
deskriptif berupa kata-kata atau uraian yang cukup banyak. Penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk menemukan informasi sebanyak-banyaknya dari suatu
fenomena. Yang kemudian dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian yang
dikaitkan dengan teori-teori ataupun peraturan-peraturan yang ada.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu uraian dan
penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu sosial.
Studi kasus memiliki dimensi yaitu:
a. Focus : developing an indepth analysis of a single case or multiple cases
b. Disipline origin
c. Data Colection: Multiple sources: documents, archival, interviews,
observations (direct & participant), Physical artifact
d. Data analysis descpriptions, themes, narative form, indepth studi of a case
or case.
Keistimewaan penelitian studi kasus dapat diungkapkan sebagai berikut:
1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni
menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
faktual tetapi juga kepercayaan (trustworthiness).
5. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas
transferbilitas.
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
(Lincoln dan Guba, dalam Mulyana, 2002:201).
Pemilihan studi kasus dalam penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa
kajian tentang Pandangan Elit Politik tentang Makna Pendidikan Politik dalam
khasanah PKn, sangatlah penting dan dibutuhkan saat ini dalam rangka
mengembangkan wacana pendidikan politik dan mewujudkan calon pemimpin
politik yang berkualitas dan bertanggungjawab bagi bangsa dan negaranya sesuai
dengan Pancasila dan UUD NRI 1945. Disamping itu, penelitian ini adalah
penelitian emik, yang bermaksud menyajikan berbagai pandangan subjek yang
diteliti tentang Konstruksi Pandangan elit politik tentang makna pendidikan
politik.
B. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan kedalam dua
kelompok.
Pertama, sumber responden (human resources) sebagai sumber primer
yang diperoleh dari subjek penelitian yang dipilih secara purposive, yaitu 1) elit
partai politik 2) para pakar pendidikan politik dan pendidikan kewarganegaraan.
Kedua, sumber bahan cetak (kepustakaan) sebagai sumber sekunder yang
tidak diperoleh dari informan tetapi diperoleh dari luar informan. Data sekunder
diperlukan untuk memperkuat dan menguji kebenaran data yang diperoleh dari
informan. Sumber bahan cetak ini meliputi buku teks, dokumen negara, makalah,
kliping tentang pendidikan politik yang diperoleh dari surat kabar, majalah ilmiah,
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Situs dan Subjek Penelitian
Dalam memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian
ini, maka subjek penelitian sebagai sumber data penelitian ini diperoleh dari
beberapa orang, yaitu:
1. Elite partai politik
2. Serta para pakar Pendidikan Kewarganegaraan
Situs penelitian adalah Partai politik pemenang pemilu yaitu PDIP dan
Golkar. Hal ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahwa kedua Partai Politik tersebut adalah Partai Pemenang pemilu
2. Bahwa salah satu kader dari Partai tersebut menjadi pemenang pada
pemilihan presiden dan wakil presiden.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun
bukan manusia. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi
yang digunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi
observasi, wawancara, studi literatur dan studi dokumentasi.
A. Observasi
Observasi dilakukan langsung oleh peneliti terhadap kondisi lingkungan
kantor partai politik. Peneliti melihat secara langsung berbagai aktivitas yang
dilakukan oleh subjek penelitian terutama dalam hubungannya dengan
penyelenggaraan pendidikan politik. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan
secara langsung penyelenggaraan pendidikan politik di partai politik. Instrumen
yang digunakan dalam observasi ini adalah pedoman observasi.
B. Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertemu muka (face to
face), ketika seseorang, yakni pewawancara-mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan
masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai (Kerlinger, 2000:770).
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari para informan secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan
pandangan dan pengalaman mereka tentang pendidikan politik.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada: 1) elite partai politik 2)
para pakar pendidikan politik dan kewarganegaraan.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara
(interview guide). Teknik ini dipilih atas dasar alasan bahwa melalui dialog tatap
muka, peneliti dapat menggali pemikiran dan sikap dari para informan dalam
bidang kajian yang sedang di kaji.
C. Studi literatur
Teknik studi literatur ini dilakukan dengan cara mempelajari
sumber-sumber tertulis berupa buku, jurnal makalah, hasil-hasil penelitian yang relevan
dengan kajian pendidikan politik, metode ini dipilih atas dasar alasan bahwa
dalam sumber-sumber tertulis tersebut akan diperoleh ungkapan pemikiran
tentang pendidikan politik, budaya politik dan partisipasi politik.
D. Studi dokumentasi
Teknik studi dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan,
menganalisis dokumen-dokumen resmi yang menyangkut pendidikan politik,
catatan catatan penting yang dibuat media massa, baik media elektronik maupun
cetak, tentang pendidikan politik, budaya politik, dan partisipasi politik. Tujuan
dilakukannya studi dokumentasi ini adalah untuk mengungkapkan berbagai
kebijakan, program partai politik atau kegiatan yang disusun oleh partai politik
terkait pendidikan politik.
E. Teknik Analisis dan Teknik Pengolahan
Analisis data adalah proses pencarian dan penyusunan secara sistematis
terhadap transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang
terkumpul untuk meningkatkan pemahaman tentang data serta menyajikan apa
yang telah ditemukan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen,1982:145). Dalam
penelitian kualitatif, analisis data yang digunakan adalah analisis induktif.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
successive examinations of similiar and dissimiliar phenomena, develops a theory to explain what was studied. Artinya penelitian induktif dimulai dengan pengujian fenomena dan kemudian dari pengujian fenomena yang sama dan beberapa mengembangkan teori untuk menjelaskan apa yang telah dipelajari.
Sedangkan Patton (1990:390) (Sapriya:2007) mengemukakan “inductive analysis means that the patterns, themes, and categories of analysis come from the data; they emerge out of the data rather than being imposed on them prior to data collection and analysis”. Artinya analisis induktif meliputi pola-pola, tema-tema dan kategori ini berasal dari data bukan ditentukan sebelum pengumpulan dan analisis data. Dengan demikian, analisis data adalah tahapan pembahasan terhadp data dan informasi yang telah terkumpul agar bermakna baik berupa pola-pola, tema-tema maupun kategori.
Dalam penelitian ini, analisis data meliputi: description, themes,
assertions. Kegiatannya antara lain adalah menyusun data, memasukkannya
kedalam unit-unit secara teratur, mensintesiskannya, mencari pola-pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang harus dipelajari, dan memutuskan apa
yang akan dikemukakan kepada orang lain.
Dalam penelitian ini, analisis data mengacu pada langkah-langkah yang
dipakai oleh Miles dan Huberman (1992:16-18) yang terdiri atas tiga alur kegiatan
yang terjadi bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,
berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan merupakan rangkaian kegiatan analisis yang saling susul-menyusul.
Tiga jenis kegiatan utama pengumpulan data (reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan/verifikasi) merupakan proses siklus interaktif. Penulis harus
siap bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama pengumpulan data,
selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Miles dan Huberman, 1992:20)
Gambar 3.2: Bagan Komponen Analisis Data
F. Tahapan dalam Analisis Data
Tahap Mereduksi Data
Reduksi data (data reduction) diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Data yang diperoleh di
lapangan jumlahnya cukup banyak, sehngga memerlukan pencatatan secara teliti
dan rinci. Untuk tiu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting.
Tahap Penyajian data
Setelah melakukan pencatatan terhadap data yang dikumpulkan, maka
tahap selanjutnya peneliti menyajikan data-data dalam bentuk deskripsi sebagai
tahap penyajian data yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun
berturut-turut mengenai Konstruksi Pandangan Elit politik tentang makna
Pendidikan Politik.
Tahap penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Proses terakhir, pengambilan kesimpulan atau verifikasi
(conclution/verification), diawali dengan pengambilan kesimpulan sementara.
Namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu
dengan mempelajari kembali data-data yang ada (yang direduksi maupun
disajikan). Setelah itu penulis meminta pertimbangan kepada pihak-pihak yang Pengumpulan
data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulan :
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkenaan dengan penelitian ini. Setelah itu dilakukan, maka peneliti baru dapat
mengambil kesimpulan akhir.
G. Tahapan-tahapan dan Prosedur Penelitian
1. Menetapkan Fokus Penelitian
Prosedur penelitian kualitatif mendasarkan pada logika berfikir induktif
sehingga perencanaan penelitiannya bersifat sangat fleksibel . Walaupun bersifat
fleksibel, penelitian kualitatif harus melalui tahap-tahap dan prosedur penelitian
yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan penelitian kuantitatif, hal pertama
yang dilakukan sebelum memulai seluruh tahap penelitian kualitatif adalah
menetapkan research question. Research question yang dalam penelitian kualitatif
disebut sebagai “Fokus Penelitian”, adalah pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggali pemahaman, pandangan serta
pengalaman elit politik terkait pendidikan politik. Peneliti mencoba
mengungkapakan dimensi subjektif dari realitas pendidikan politik di Jawa Barat.
Berdasarkan keinginan di atas akhirnya peneliti memilih judul “Pandangan Elit Politik tentang Makna Pendidikan Politik”. Agar penelitian ini terarah, maka
peneliti menetapkan fokus penelitian antara lain; 1) Bagaimana makna pendidikan
politik bagi elite politik? 2) Bagaimana gambaran pengalaman-pengalaman elite
politik terkait pendidikan politik? 3) Bagaimana Konstruksi pendidikan politik
menurut elite politik?
2. Menetukan Setting dan Subyek Penelitian
Sebagai sebuah metode penelitian yang bersifat holistic, setting penelitian
dalam penelitian kualitatif merupakan hal yang sangat penting dan telah
ditentukan ketika menetapkan fokus penelitian. Setting dan subyek penelitian
merupakan suatu kesatuan yang telah ditentukan sejak awak penelitian. Setting
penelitian ini menunjukkan komunitas yang akan diteliti dan sekaligus kondisi
fisik dan sosial mereka. Dalam penelitian kualitatif, setting penelitian akan
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Elite politik yang akan diteliti oleh peneliti adalah elit partai politik
sekaligus elite legislatif. elite partai politik yang dipih adalah Partai Politik
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Golongan Karya (Golkar).
Dan untuk menambah ketajaman analisis peneliti mewawacara seorang nara
sumber sebagai pakar di bidang Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Pengumpulan Data, Pengholahan Data, dan Analisis Data
Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang berkesinambungan
sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data dilakukan
secara bersamaan selama proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif
pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data
tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara
data dikumpulkan, peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara
bersamaan. Sebaliknya pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi ke
lapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan
mengolahnya kembali.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan instrument penelitian yang
terstruktur dan baku, peranan peneliti yang melakukan penelitian kualitatif juga
berfungsi sebagai instrument penelitian. Sehubungan dengan itu banyak hal yang
perlu diperhatikan sebelum dan pada saat pengumpulan data, seperti mencari key
informan yang akan dijadikan sumber informasi tentang orang-orang dan setting
yang diteliti, mengadakan pendekatan-pendekatan serta menciptakan suasana
yang ‘enak’ sebelum memulai suatu wawancara. Hasil pengamatan dan
wawancara mendalam direkam dan dicatat secara sistematis.
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mengklasifikasi atau mengategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai
fokus penelitiannya.
4. Penyajian Data
Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita tentang
sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena ada data yang diperoleh dalam penelitian
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbentuk uraian kata-kata dan tidak berupa tabel-tabel dengan ukuran statistik.
Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-kutipan langsung dari kata-kata
terwawancara sendiri. Kata kata itu ditulis apa adanya dengan menggunakan
bahasa asli informan (misalnya bahasa ibu, bahasa daerah, dan bahasa khusus)
yang dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai “Transkrip”.
5. Penulisan Kesimpulan
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan dan dibahas mengenai hasil
temuan-temuan yang telah dideskriptifkan pada bagian deskripsi hasil penelitian.
kemudian temuan-temuan tersebut di analisis dan dikuatkan dengan teori-teori
yang menjadi landasan pustaka, dan penguatan dari wawancara dengan Pakar
PKn.
1. Pendidikan politik menurut elite politik.
a. Arti penting Pendidikan Politik
Dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, pendidikan politik oleh
partai politik lebih banyak dilakukan untuk para kadernya, kepentingan mereka
akan pendidikan politik adalah untuk menjaga konstituen mereka agar mereka
terpilih lagi diperiode berikut. Dengan pendidikan politik diharapkan para kader
memiliki kemampuan komunikasi politik dalam berkampanye, menyampaikan
visi misi partai, kebijakan partai politik demi keberlangsungan partai politik.
Menjadi seorang anggota Legislatif adalah sebuah jabatan politik, sebuah
profesional dalam dunia politik, semua yang terlibat dalam partai politik
bercita-cita menjadi anggota legislatif. sudah selayaknya keinginan profesional dalam
politik itu mendapatkan pendidikan politik ini sejalan dengan pendapat Haines.
Menurut Haines bahwa: Pendidikan politik adalah bagaimana mengembangkan keinginan professional dalam politik dan mengutamakan yang mengarah kepada tanggungjawab politik, yang dalam waktu yang sama berusaha memberikan kepada mereka pengetahuan yang penting dan keterampilan untuk melaksanakan tanggungjawab (Idrus Affandi, 1993:5).
Terkait dengan elite politik dan pendidikan politik, menurut Haines elite
politik perlu mendapatkan pendidikan politik yang mengarah kepada
tanggungjawab politik. Tanggung jawab politik adalah tanggung jawab terhadap
tugas, fungsi dan wewenangnya. Mereka tidak boleh seenak nya menggunakan
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
elite politik menggunakan politik sebagai teknik. How toget power, how to use
power, how to defeat other friends, bagaimana mengalahkan bagaimana
mendapatkan kekuasaan. Seharusnya elite politik menggunakan politik sebagai
etik itulah musyawarah mufakat. Musyawarah mufakat dilupakan karena kita
tergila-gila dengan konsep demokrasi liberal “one man one vote” dalam budaya
Pancasila kita tidak mengenal one man one vote. Sila keempat tidak mendorong
one man one vote. Melalui pendidikan politik, elite politik dibekali pengetahuan
dan keterampilan untuk melaksanakan tanggungjawabnya, sehingga
mengedepankan politik sebagai etik bukan politik sebagai teknik.
Berbicara tanggung jawab, terdapat macam-macam tanggung jawab.
Sesuai eksistensi manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu dan
makhluk sosial maka tanggung jawab dapat dibedakan menjadi, 1) tanggung
jawab terhadap diri sendiri, 2) tanggung jawab terhadap keluarga, 2) tanggung
jawab terhadap masyarakat dan 4) tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga dengan tangung jawabnya itu tindakan manusia terkontrol.
Kesadaran tentang tanggung jawab ini seharusnya diberikan kepada para
elite politik sehingga mereka menggunakan tugas, fungsi dan wewenangnya
sebaik mungkin untuk kepentingan rakyat.
Pendidikan politik memiliki arti penting bagi pemerintah maupun partai
politik itu sendiri. Namun pendidikan politik jangan hanya menjadi monopoli para
elite politik, masyarakatpun harus mendapatkan pendidikan politik yang
proporsional. Melalui pendidikan politik masyarakat akan sadar tentang hak dan
kewajibannya sebagai warga negara sehinggamelalui pendidikan politik
pemerintah akan mendapat dukungan dan partisipasi rakyat dalam
penyelenggaraan pembangunan. Sebagai contoh pendidikan politik di desa
bagaimana masyarakat desa bergotong royong dalam pembangunan desa.
Bagi partai politik melalui pendidikan politik versi mereka, mereka akan
kuat karena mendapat dukungan dari rakyat melalui hak suaranya. Melalui
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
negara sehingga mereka tidak akan menyia-nyiakan hak suaranya. Sehingga akan
menekan angka golput. Karena partisipasi rakyat akan menentukan arah dan
tujuan bangsa dan negara Indonesia untuk masa yang akan datang.
Berbicara penyelenggaran pendidikan politik di negara kita belum
maksimal. Sebagai salah satu fungsi dari partai politik, partai politik belum dapat
menjalankan fungsi pendidikan politik kepada masyarakat secara optimal. Mereka
lebih terkonsentrasi memberikan pendidikan politik kepada kader-kader mereka.
Karena mereka menganggap keberlangsungan partai politik tergantung pada
ketersediaan kader yang berkualitas. Sedangkan pendidikan politik untuk
masyarakat mereka hanya menjalankannya ketika akan ada pemilu, pileg, atau
pilgub, pilbup dan pilwalkot. Dan itu pun dalam bentuk kampanye-kampanye
politik, yang tidak bermuatan pendidikan, yang tujuannya adalah bagaimana
supaya masyarakat jangan golput dan menggunakan hak suaranya untuk memilih
partai politik mereka.
Pemerintahan yang demokratis menurut Kokotiasa (2012) seharusnya
memandang pentingnya rakyat melek secara politik. Rakyat harus dijadikan mitra
yang aktif dalam usaha pembangunan politik. Rakyat yang mandiri justru akan
mengurangi beban pemerintahan. Karena itu lembaga politik dan partai politik
seharusnya mengatur semua aspirasi yang berkembang ditengah masyarakat. Out
put dari pendidikan politik adalah terbentuknya pribadi yang demokratis dan
bertanggungjawab. Selain itu akan menghasilkan demokratisasi struktur-struktur
kemasyarakatan untuk mencapai komunitas sosial politik yang adil dan sejahtera.
Ringkasnya keluaran pendidikan politik adalah perubahan sikap politik rakyat dari
sinisme, kepasifan dan apatisme politik beralih menjadi antusiasme politik,
kegairahan, partisipasi aktif, inovatif, produktif dan optimisme politik
Menurut UU No 2 tahun 2008 tentang Partai politik pada BAB XIII, pasal
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Partai Politik melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan
ruang lingkuptanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan
kesetaraan gender dengantujuan antara lain:
a. meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam
kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam
kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan
c. meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter
bangsa dalamrangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
untukmembangun etika dan budaya politik sesuai dengan Pancasila.
Pendidikan politik tidak bisa lepas dari ideologi Pancasila. Pancasila harus
menjadi sumber dan patokan dalam berkehidupan kebangsaan Indonesia. Menurut
Idrus Affandi dalam pengantar bedah buku Political Educationdari Brownhill
Pendidikan politik adalah merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan terencana. Pelaksanaan pendidikan politik harus berpegang teguh pada falsafah dan kepribadian bangsa Indonesia. Secara tidak langsung, pendidikan politik merupakan bagian integral dari keseluruhan pembangunan bangsa yang dilaksanakan sesuai dengan landasan yang telah mendasari kehidupan bangsa Indonesia (Sadeli, 2009: v).
Menurut Affandi, pendidikan politik adalah bagian integral dari
pembangunan bangsa. Oleh karena itu Pancasila harus menjadi dasar dan
acuan didalam pelaksanaan pendidikan politik, sesuai dengan pembukaan UUD
1945.
Menurut Ramlan Surbakti sosialisasi politik adalah:
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
politik seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik.( Surbakti,
1999:117)
Dalam pendidikan politik terkandung upaya untuk mengenalkan dan
membelajarkan masyarakat tentang nilai-nilai (ideologi Pancasila) dan
simbol-simbol politik negara dalam sistem politik yang Pancasilais dan demokratis
melalui sekolah, pemerintah dan partai politik.Hal diatas sejalan dengan pendapat
Wahab dalam Komarudin, (2005:19) yang mengemukakan, bahwa “pendidikan
politik secara umum adalah sosialisasi nilai-nilai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara”.
Kartono mengungkapkan bahwa pendidikan politik ditujukan untuk
memantapkan kesadaran politik dan bernegara dalam menunjang kelestarian
Pancasila dan UUD NRI tahun1945:
1. Rangkaian upaya edukatif yang sistematis dan intensional untuk memantapkan kesadaran politik dan kesadaran dalam bernegara, dalam menunjang kelestarian Pancasila dan UUD NRI tahun1945 sebagai falsafah hidup serta landasan konstitusional.
2. Melakukan upaya pembaharuan kehidupan politik bangsa Indonesia, dalam rangka tegaknya satu sistem politik yang demokratis, sehat dan dinamis.(Kartono, 2009:69)
Artinya bahwa dalam pendidikan politik penting sekali diperkenalkan
secara sistematis, tidak sepotong-sepotong untuk menghindari pemahaman yang
liru tentang politik yang ideal yang sesuai dengan Pancasila yang merupakan
kristalisasi dari kepribadian dan budaya bangsa Indonesia. Pancasila menjadi
sumber dari segala sumber hukum positif yang ada di Indonesia dan menjadi dasar
negara Indonesia.
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 dalam ilmu hukum memiliki kedudukan sebagai “Staatsfundamentalnorm”, oleh karena itu merupakan sumber hukum positif dalam negara Republik Indonesia. Maka prinsip demokrasi dalam Negara Indonesia selain tercantum dalam Pembukaan juga berdasarkan pada dasar filsafat negara Pancasila sila keempat yaitu kerakyatan, yang juga tercantum dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945.
Makna pengertian “dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” dimaksud bahwa dalam pelaksanaan
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab (Kaelan, 2007: 67)
Jadi Pancasila sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 harus menjadi sumber hukum positif bagi suatu negara dan merupakan
sesuatu yang amat penting. Dengan kata lain Pancasila adalah dasar negara
Indonesia. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak memiliki
pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, akibatnya negara tersebut
tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya
kekacauan. Dasar Negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita
negara, tujuan negara, norma bernegara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi pedoman untuk
setiap tingkah laku dan setiap pengambilan keputusan para penyelenggara negara
dan pelaksana pemerintahan dan tetap memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur serta memegang teguh cita-cita moral bangsa.
Dalam menjalankan salah satu fungsinya partai politik melaksanakan
pendidikan politik tidak hanya kepada kader atau elite politik, tetapi juga kepada
masyarakat dengan memberikan pemahaman tentang apa itu Pancasila, apa itu
demokrasi Pancasila, apa itu politik bukan hanya kampanye-kampanye politik,
yang hanya mengajak untuk memilih partai politik. Masyarakat harus melek
politik sehingga ia memiliki kesadaran politik yang akan mendorong partisipasi
politik yang berkualitas.
Pendidikan politik jangan diartikan secara sempit. Partai politik harus
memahami bahwa pendidikan politik adalah sebuah upaya yang terencana,
sistematis dan simultan. Masyarakat diberikan pendidikan politik dengan tujuan
salah satunya agar masyarakat melek politik. Jadi pemahaman tujuan pendidikan
politik jangan hanya ditujukan kepada partisipasi di dalam pemilu. Hal seperti itu
adalah sikap egois, hanya pintar untuk sendiri.
Menurut Idrus Affandi dalam pengantar bedah buku Political
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan politik adalah merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan terencana. Pelaksanaan pendidikan politik harus berpegang teguh pada falsafah dan kepribadian bangsa Indonesia. Secara tidak langsung, pendidikan politik merupakan bagian integral dari keseluruhan pembangunan bangsa yang dilaksanakan sesuai dengan landasan yang telah mendasari kehidupan bangsa Indonesia.(Sadeli, 2009: v)
Fungsi pendidikan politik sangat penting dan strategis sebab pendidikan
politik adalah upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang kehidupan politik agar mendorong kesadaran politik secara maksimal
dalam sebuah sistem politik.
Pendidikan politik mempunyai dua tujuan utama. Pertama, fungsi
pendidikan politik adalah untuk mengubah dan membentuk tata perilaku
seseorang agar sesuai dengan tujuan politikyaitu menjadikan setiap individu
sebagai partisipan politik yang bertanggung jawab. Kedua, lebih luasnya
pendidikan politik berfungsi membentuk tatanan masyarakat yang sesuai
dengan falsafah bangsa dan negara.
Berbicara pendidikan politik akan erat kaitannya dengan rekrutmen dan
sosialisasi. Fungsi pendidikan politik tak lepas dari menjelaskan bagaimana
proses rekrutmen dan sosialisasi kepada rakyat agar pahamakan peranannya
dalam sistem politik sehingga dapat memiliki orientasi terhadap sistem politik
yang berlaku.
Sedangkan fungsi pendidikan politik bagi individu antara lain adalah:
1. Peningkatan kemampuan individual agar setiap individu mampu
menghadapi segala tantangan, permasalahan, perubahan sosial yang
terjadi. Sehingga mereka dapat bertahan hidup.
2. Ikut serta dalam proses pemilu, baik dipilih maupun memilih, memahami
tentang kekuasaan politik serta mekanismenya, dan berpartisipasi aktif
mempengaruhi dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan politik di tengah
Rizwan Martiadi, 2015
PANDANGAN ELITE POLITIK TENTANG MAKNA PENDIDIKAN POLITIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jadi tidak hanya menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
politik saja. Fungsi pendidikan politik adalah membentuk individu yang aktif
berpartisipasi dalam sistem politik yang berlaku sesuai dengan falsafah bangsa
dan konstitusi negara.
Menurut Udin S Winataputra, pendidikan politik untuk masyarakat, harus
dipahami 1)Politik sebagai seni. 2)Politik sebagai teknik sebagai cara kerja.
3)Politik sebagai etik. Pendidikan politik untuk masyarakat pertama yang harus
diajarkan adalah 1)politik sebagai etik, 2)politik sebagai budaya kehidupan, dan
terakhir 3) baru politik sebagai teknik. Kita bangun dulu etika berpolitik, sehingga
ketika masyarakat berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik sudah terbangun
etika berpolitik.
Menurut Udin S Winataputra penyelenggaraan pendidikan politik di
Indonesia berjalan sendiri-sendiri. Partai politik, organisasi massa, organisasi
profesi mempersepsikan dan menjalankan fungsi pendidikan politiknya
sendiri-sendiri.Sehingga terjadikesenjangan persepsi ideologis.
Solusinya 1) Re-Ideologisasi mendorong menggiring mengajak menuntun
seluruh komponen bangsa Indonesia, mulai dari individu, organisasi partai politik,
ormas, kemudian lembaga swadaya masyarakat kembali ke patokan dasar yaitu
ideologi Pancasila, memahami Pancasila seutuhnya. Jangan memahami Pancasila
hanya daripengertian struktural kata-kata yang ada pada setiap sila, atau hanya
memahami Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kita harus memaknai bahwa jika
kita berbicara kemanusiaan maka kemanusiaan yang harus berkeTuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang berkesatuan indonesia, kemanusiaan yang mampu
hidup berdemokrasi, kemanusiaan yang berkeadilan sosial, jadi sila sila itu harus
ditempatkan didalam sentrumnya. Elite politik harus berdemokrasi yang
berkeTuhanan. Ketika ia menjalankan money politics dengan membayar orang
untuk memilih, menurutnya tidak ada orang yang tahu, dia lupa bahwa bagi orang
yang berkeTuhanan, mereka percaya ada malaikat yang mencatat perilaku baik