B. Analisis Kesalahan Berbahasa
4. Konstruksi Sintaksis
Ilmu bahasa memiliki beberapa cabang yang mengkaji permasalahan yang terkait dengan unsur-unsur bahasa, salah satu cabang ilmu tersebut adalah sintaksis. Suhardi (2013: 15) menjelaskan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa yang membahas seluk-beluk konstruksi sintaksis berupa frasa, klausa, dan kalimat. Selain itu, Verhaar (2012: 161) menyatakan bahwa sintaksis merupakan ilmu yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Oleh karena itu, unsur minimal dalam sebuah konstruksi sintaksis adalah kata atau bentuk bebas. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia memilki empat kategori utama, yaitu verba (kata kerja), nomina (kata benda), adjektiva (kata sifat), dan adverbia (kata keterangan) ada juga kata tugas (preposisi, konjungtor, dan partikel). Objek kajian konstruksi sintaksis adalah hal-hal terkait frasa, klausa, dan kalimat.
a. Frasa
Verhaar (2012: 291) menyatakan bahwa frasa merupakan kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sebagai contoh:
{Secara {lebih mendalam}} kita {akan membahas} {kemampuan {menilai {prestasi belajar}}} {untuk {kepentingan {pengajaran {yang lebih baik}}}.
Frasa-frasa yang terdapat dalam kalimat diapit antara kurung kurawal, akan tetapi terdapat juga “frasa terkandung”, yang artinya frasa di dalam frasa. Selain itu, Suhardi (2013: 34) menyatakan bahwa frasa merupakan salah satu bentuk konstruksi sintaksis yang beranggotakan dua kata atau lebih dan tidak bersifat predikatif. Oka dan Suparno dalam Suhardi (2013: 36) menyebutkan bahwa frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa endosentris adalah frasa nominal (frasa benda), frasa verbal (frasa kerja), frasa adjektival (frasa sifat), dan frasa numeralia (frasa bilangan). Selain itu, frasa-frasa yang berpotensi sebagai frasa eksosentrik adalah frasa preposisional (frasa depan) dan frasa artikel (frasa sandang). Alwi dkk (2003: 243) menyebutkan contoh-contoh frasa tersebut sebagai berikut:
1) Frasa Nominal (Frasa Benda) (1) baju merah
(2) dua baju
(3) rumah mewah saya (4) baju merah ini/itu 2) Frasa Verbal (Frasa Kerja)
(5) akan pergi  Kelompok kata yang dapat berfungsi sebagai pewatas adalah
akan, harus, dapat / bisa, boleh, suka, ingin, mau, tidak,
dan belum. (6) berlatih setiap pagi 3) Frasa Adjektival (Frasa Sifat)
(8) Ia berhasil dengan baik. (9) sangat kuat
(10) paling besar
4) Frasa Numeralia (Frasa Bilangan) (11) dua ekor (kerbau)
(12) lima orang (penjahat) (13) tiga buah (rumah)
5) Frasa Preposisional (Frasa Depan)
(14) dari rumah  kata dasar (di, ke, dari, pada) dan kata berafiks (selama, sepanjang, dan mengenai)
(15) menurut rencana  menambah afiks pada bentuk dasar kelas kata verba, adjektiva, atau nomina.
(16) kepada guru
6) Frasa Artikel (Frasa Sandang)
Frasa artikel merupakan frasa yang bersifat gelar, mengacu pada makna kelompok, dan yang menominalkan (Alwi, 2003: 304-306).
(17) yang mencipta (18) sang juara (19) para guru (20) si pengirim
b. Klausa
Klausa menurut Alwi, dkk. (2003: 312) adalah satuan sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Klausa merupakan bagian dari kalimat. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa keduanya terdiri dari unsur predikat dan subjek, dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan. Contohnya :
(1) Dia pergi pukul 06.00, ketika saya sedang mandi
Klausa utama atau induk kalimat  Dia pergi pukul 06.00
Klausa subordinatif atau anak kalimat  ketika saya sedang mandi
Suhardi (2013: 42) menyatakan bahwa klausa adalah salah bentuk konstruksi sintaksis yang salah satu unsur pembentuknya berfungsi sebagai predikat (P). Predikat dalam konstruksi sintaksis merupakan sentral dari fungsi-fungsi sintaksis lain yang terkandung di dalamnya. Klausa diidentifikasikan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu (1) kelengkapan unsur intinya, (2) struktur internalnya, (3) ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, (4) kategori unsur yang menduduki fungsi P, dan (5) distribusi unsur-unsur pembentuknya.
Berikut penjelasan dari kriteria klausa, sebagai berikut. 1) Kelengkapan unsur intinya
Berdasarkan kelengkapan unsur ini terdapat dua jenis klausa yakni klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Contoh :
(2) Santi sedang memasak.  Klausa Lengkap
(3) Lima ekor. (Sebagai jawaban atas pertanyaan “jumlah P sapimu berapa?”)  Klausa tidak lengkap 2) Struktur internalnya
Berdasarkan unsur internalnya merujuk pada bentuk klausa lengkap, yakni klausa yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas unsur yang berfungsi sebagai S dan P.
(3) adik saya / akan pergi  berstruktur runtut S-P (4) akan pergi / adik saya  berstruktur inversi P-S 3) Ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P
Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada unsur pengisi P, yakni klasua positif dan klausa negatif. Kata negasi yang bisa digunakan, anatar lain tidak, tak, tiada, bukan, non, dan jangan. Contohnya :
(5) dia / akan bekerja (Klausa psitif) (6) dia tidak akan bekerja (Klausa negatif) 4) Unsur pengisi P
Berdasarkan unsur pengisi P, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa kerja (verbal), dan klausa nonkerja (nonverbal). Contohnya :
(7) mereka akan berangkat besok  klausa kerja/verbal
(8) ruangannya sangat kotor  klausa nonverbal: sifat/adjektival 5) Distribusi unsur-unsur pembentuknya
Berdasarkan distribusi unsur-unsur pembentuknya, klausa dikelompokkan menjadi dua, yakni klausa bebas (klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai
kalimat sempurna) dan klausa terikat (klausa tidak berdiri sebagai kalimat sempurna, terikat dari konstruksi lain). Contohnya :
(9) mereka akan bekerja (klausa bebas) (10) jika terlambat datang, ... (klausa terikat)
c. Kalimat
Kalimat sendiri menurut Chaer (2006: 327) merupakan satuan bahasa yang berisi suatu “pikiran” atau “amanat” yang lengkap (terdapat unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan Subjek, bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek Predikat, bagian yang merupakan pelengkap dari predikat
Objek, dan bagian yang merupakan “penjelasan” terhadap predikat dan subjek
Keterangan). Alwi, dkk. (2003: 311) menyatakan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, yang berwujud lisan atau tulis dan mengungkapkan pikiran yang utuh. Selain itu, Badudu (1995: 185) menyatakan bahwa kalimat tersusun dari kata-kata, frasa, atau klausa. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri atas satu klausa unsur kalimat, yaitu kata dan frasa.
Contoh : (1) Saya sakit. (dua kata)
(2) Saya sakit keras. (kata saya dan frasa sakit keras)
(3) Adik saya sakit keras. (dua frasa: adik saya dan sakit keras)
Kalimat memiliki unsur-unsur, yaitu predikat, subjek, objek, pelengkap, keterangan, dan interpretasi ganda (Alwi, dkk., 2003: 326-333). Berikut ini penjelasan masing-masing unsur kalimat, sebagai berikut:
1) Fungsi Predikat
Predikat sebuah kalimat biasanya berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia, atau frasa preposisional. Berikut contohnya.
(4) Ayahnya guru Bahasa Inggris (P=FN) 2) Fungsi Subjek
Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Terdapat pada contoh berikut.
(5) Anak itu belum makan.  frasa verbal 3) Fungsi Objek
Objek dituntut kehadirannya oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya setelah predikat. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Contohnya sebagai berikut :
(6) Adi mengunjungi Pak Ali. (7) Adi mengunjunginya. (8) saya ingin menemui kamu.
4) Fungsi Pelengkap
Menurut Alwi (2003: 329) berikut ini perbedaan dan persamaan dari objek dan pelengkap.
Tabel 1: Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap
Objek Pelengkap
Berwujud frasa nominal dan klausa Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektifal, frasa preposisional, atau klausa
Berada langsung di belakang predikat
Berada langsung di belakang predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir Menjadi subjek akibat pemasifan
kalimat
Tak dapat menjadi subjek dalam pemasifan kalimat
Dapat diganti dengan pronomina – nya
Tidak dapat diganti dengan –nya
kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan.
Contoh :
(9) Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok. O
(10) Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok.
Pel
5) Fungsi Keterangan
Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan di tengah kalimat. Kosntituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, frasa adverbial, atau klausa. Sebagai contoh.
(11) Dia memotong rambutnya dengan gunting.
(12) Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah.
Menurut Alwi dkk (2003: 331), berikut ini daftar beberapa jenis keterangan dalam tata bahasa, sebagai berikut.
Tabel 2: Jenis Keterangan
Jenis Keterangan Preposisi/penghubung Contoh 1. Tempat di ke dari (di) dalam Pada di kamar ke Medan dari Manado (di) dalam rumah pada saya 2. Waktu - pada dalam se- sebelum sesudah selama sepanjang kemarin, sekarang pada hari ini dalam minggu ini sepulang dari kantor sebelum pergi sesudah pukul 12.00 selama dua minggu sepanjang hari
3. Alat dengan dengan gunting
4. Tujuan
agar/supaya untuk bagi demi
agar/supaya kamu pintar untuk kebebasan
bagi masa depan demi sahabatnya 5. Cara dengan secara dengan cara dengan jalan dengan diam-diam secara hati-hati dengan cara damai dengan jalan berunding 6. Penyerta
dengan bersama beserta
dengan adiknya bersama orang tuanya beserta sahabatnya 7. Perbandingan/ Kemiripan Seperti bagaikan laksana seperti angin bagaikan puteri
laksana bintang di langit
8. Sebab Karena
sebab
karena perempuan itu sebab kekeliruannya
9. Kesalingan - saling (membenci), satu
sama lain 6) Interpretasi Ganda
Konstruksi kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki fungsi konstituen yang tafsirannya berbeda, yaitu kalimat yang predikatnya berupa frasa preposisional dan kalimat yang subjeknya berupa frasa verbal. Sebagai contoh frasa preposisional sebagai predikat.
(13)Ibu ke pasar. (14)Ibu pergi ke pasar.
Frasa Ke pasar pada kedua kalimat tersebut memilki kedudukan yang berbeda. Frasa pada kalimat pertama menduduki posisi predikat kalimat apabila
Ibu diperlakukan sebagai subjek kalimat. Frasa ke pasar kalimat kedua berfungsi sebagai katerangan. Sebagai contoh dari frasa verbal sebagai subjek, yaitu:
(15)Membangun gedung bertingkat mahal sekali. Subjek Predikat
(16)Biaya membangun gedung bertingkat mahal sekali.
Pel
Perbedaan kedua frasa yang berhuruf miring tersebut adalah pada kalimat (15) berfungsi sebagai subjek. Akan tetapi, pada kalimat (16) berfungsi sebagai pelengkap karena nomina /biaya/ yang mengalami pelesapan.
7) Jenis Kalimat
Jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, dan (d) susunan subjek dan predikatnya (Alwi, dkk, 2003: 336-337). Berdaarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal sendiri dapat dibedakan lagi berdasarkan kategori predikatnya, menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, (2) kalimat berpredikat adjektival, (3) kalimat berpredikat nominal (termasuk pronominal), (4) kalimat berpredikat numeral, dan (5) kalimat berpredikat frasa preposisional.
Kalimat verbal sendiri dapat dikelompokkan berdasarkan kemungkinan kehadiran nomina atau frasa nominal objeknya, yaitu (i) kalimat taktransitif, (ii) kalimat ekatransitif, dan (iii) kalimat dwitransitif. Kalimat majemuk dapat dibagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, kalimat lazim dibagi menjadi kalimat deklaratif (kalimat berita), kalimat interogatif (kalimat tanya), kalimat imperatif (kalimat perintah), dan kalimat ekslamatif (kalimat seruan).
Dilihat dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat lengkap (major) dan kalimat taklengkap (minor). Selanjutnya, kalimat dari susunan unsur subjek dan predikatnya dapat dibedakan menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi. Menurut Alwi dkk (2003: 337) berbagai jenis kalimat yang telah dijelaskan tersebut dapat dirangkum pada tabel 3 berikut.
Tabel 3: Jenis Kalimat
Kalim
at
Jumlah Klausa
Bentuk Predikat
Susun-an P-S Keleng-kapan Unsur Ver-bal Adjek-tival Nomi-nal Nume-ral Prepo-sisional Tung-gal Deklaratif Interogatif Imperatif Ekslamatif + + + - + + (+) + + + + - + + - (+) + + (+) - (+) (+) (+) ++ (+) (+) (+) (+) Ma jem u k Setar a B er tin g k at Kehadiran objek Aktif Pasif Taktransitif + + + - + + Ekatransitif Dwitansitif Keterangan tabel: + : Ada, ya (+) : Terbatas
Kesalahan penempatan kata atau frasa dalam kalimat dapat membuat makna kalimat tidak jelas dan dapat digolongkan sebagai kalimat yang tidak efektif. Perbedaan dalam bahasa lisan dan tulis, kekurangsempurnaan susunan kata dalam kalimat mungkin masih dapat diatasi dengan adanya intonasi, sedangkan dalam bahasa tulis alat bantu tersebut tidak ada. Oleh karena itu, bentuk dan susunan bahasa tulis haruslah tepat dan teratur.