• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Sulawesi Selatan amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram perorang perhari

HASIL KERJA

B. PENCAPAIAN KINERJA

9. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Sulawesi Selatan amat kecil yaitu dibawah 1,0 gram perorang perhari

Asupan dan kecukupan gizi

1. Secara provinsi, rerata kecukupan energi per orang per hari tertinggi terlihat pada penduduk kelompok umur 0-59 bulan (103,6 % AKE), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (88,2 % AKE), kelompok umur >55 tahun (81,5% AKE),

kelompok umur 19-55 tahun (76,4% AKE) dan terendah, kelompok umur 13-18 tahun (71,7% AKE).

2. Secara provinsi kecukupan protein per orang per hari tertinggi terlihat pada kelompok umur 0-59 bulan (128,0% AKP), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (117,5% AKP), kelompok umur 19-55 tahun (115,4% AKP), kelompok umur >55 tahun (104,0% AKP) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun (93,5% AKP).

3. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) berkisar9,3 hingga 51,1 persen dan kecukupan energi melebihi 130 % AKEberkisar 4,4 hingga15,8 persen.

4. Secara provinsi, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) sebesar24,8 - 46 persen dan kecukupan protein normal (>120% AKP) sebesar 20,4 - 50 persen.

5. Secara provinsi, penduduk dengan asupan gula, garam, natrium dan lemak yang melebihi batas yang ditetapkan permenkes nomor 30 tahun 2013 tentang AKG yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,0 hingga 30,9 persen. Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah. Rekomendasi

1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (ubi-ubian) sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok impor (terigu dan olahannya) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal.

2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk

3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau

4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan

5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, garam dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes nomor 30 tahun 2013 maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, garam dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.

Ringkasan Eksekutif

Studi Diet Total, Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Nusa Tenggara Timur

Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Studi Diet Total terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Survei Konsumsi Makanan Individu merupakan kegiatan mengumpulkan informasi data konsumsi makanan individu yang lengkap, sebagai dasar untuk melakukan kegiatan ACKM untuk menentukan tingkat keterpaparan senyawa kimia pada makanan yang dikonsumsi penduduk. Laporan ini difokuskan pada hasil SKMI.

Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan penyakit degeneratif dan masih tingginya masalah gizi di masyarakat yang diduga berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan SKMI sebagai bagian dari kegiatan SDT.

Survei konsumsi makanan individu bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran pola konsumsi makanan dan tingkat kecukupan zat gizi penduduk, dan untuk menyediakan informasi tentang cara, proses dan alat yang digunakan untuk memasak makanan serta daftar bahan makanan untuk keperluan ACKM.

Survei konsumsi makanan individu merupakan survei berskala nasional pertama di Indonesia yang mengumpulkan data konsumsi individu secara lengkap. Survei ini dilakukan bekerjasama dengan perguruan tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan provinsi dan Kab/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institute Life Science International (ILSI). Pelaksanaan SKMI dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia.

Disain penelitian SKMI adalah kroseksional yang mencakup 7.980 individu pada 1.891 rumah tangga dan tersebar di 76 blok sensus di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia. Survei konsumsi makanan individu

dilaksanakan pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 dilanjutkan dengan kegiatan ACKM.

SKMI menggunakan cara pengumpulan data yang sudah digunakan secara universal. Data yang dikumpulkan meliputi menu dan jenis makanan, cara memasak dan alat yang digunakan untuk memasak. Data dikumpulkan dengan cara wawancara tentang konsumsi makanan individu sehari sebelumnya. Wawancara dibantu dengan menggunakan pedoman pengumpulan data konsumsi makanan.

Dalam proses pengumpulan data dihadapi berbagai kendala antara lain mobilitas penduduk baik yang sudah pindah maupun karena sedang tidak berada di tempat pada saat dilakukan kunjungan, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan wawancara pada semua sampel anggota rumah tangga.

Hasil analisis SKMI 2014 menunjukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi menurut jenis dan kelompok makanan, mempengaruhi asupan zat gizi dan kecukupan energi dan protein individu, hasil secara lengkap sebagai berikut. Konsumsi Makanan menurut Kelompok Bahan Makanan

1. Pada makanan pokok penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur, beras terbanyak dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur (91,9%) dengan konsumsi sebesar 208,1 gram perhari diikuti jagung dan olahannya yang dikonsumsi sebesar 30,1 gram perorang perhari. Jenis umbi-umbian dan olahannya menempati urutan ketiga dengan konsumsi sebesar 45,4 gram perorang perhari dan dikonsumsi oleh sekitar 12,6 persen penduduk. Dari ketiga jenis makanan pokok tersebut, jenis umbi-umbian yang umumnya merupakan produksi lokal jumlahnya paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk.

2. Konsumsi protein hewani penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur, terbanyak berasal dari kelompok ikan dan olahannya, yaitu sebesar 59,8 gram perorang perhari. Disusul oleh kelompok daging dan olahannya sebanyak 24,8 gram per orang per hari, dan tiga kelompok lain yang sedikit dikonsumsi, secara berurutan yaitu telur dan olahannya sebesar 3,4 gram per orang per hari, susu dan olahan sebanyak 1,3 gram perorang perhari, dan kelompok jeroan sebesar 0,11 gram perorang perhari.

3. Protein nabati lebih banyak dikonsumsi penduduk dibandingkan protein hewani, terlihat pada konsumsi kacang-kacangan dan olahannya dan serealia dan olahannya mencapai 56,7 gram dan 257,7 gram perorang perhari. Berdasarkan jumlah penduduk yang mengonsumsi kacang kedele dan beras dengan kisaran dari 6,1-91,9 persen, maka jenis protein dalam makanan penduduk sangat didominasi oleh protein nabati. Jumlah protein nabati dalam makanan penduduk yang tinggi mempengaruhi kualitas makanan penduduk. 4. Sumber vitamin dan mineral diperoleh dari konsumsi sayur dan olahan dan

buah-buahan dan olahan penduduk masih kecil yaitu 92,9 gram perorang perhari dan 34,9 gram perorang perhari. Dalam kelompok sayur, sayuran daun dikonsumsi paling banyak (92,7%) dibandingkan sayur lainnya. Sebaliknya dalam kelompok buah-buahan dan olahan, buah pisang terbanyak dikonsumsi oleh penduduk (31,0%). Konsumsi sayur dan olahan dan buah-buahan dan olahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

5. Konsumsi minyak, lemak dan olahan sebesar 15,9 gram perorang perhari, terbanyak dikonsumsi pada kelompok makanan ini adalah minyak kelapa sawit dan minyak kelapa (7,4 gram/orang/hari). Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa tertinggi dikonsumsi oleh penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur (57,6%), menyusul kelapa dan olahannya (13,3%), dan minyak lainnya (4,0%).

6. Konsumsi gula dan konfeksionari penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 10,8 gram perorang perhari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah gula putih/gula pasir (10,3 gram/orang/hari). Gula pasir dikonsumsi oleh lebih dari separuh penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur (54,6%), diikuti oleh bahan makanan lain, coklat dan permen dengan kisaran antara 0,3 sampai 1,1 persen dan terendah sirup (0,1%).

7. Konsumsi kelompok bumbu penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 8,7 gram perorang perhari, terbanyak dikonsumsi dalam kelompok ini adalah bumbu basah (4,5 gram/orang/hari), menyusul garam (3,4 gram/orang/hari) dan terkecil bahan tambahan (0,01 gram/orang/hari). Garam tertinggi

dikonsumsi penduduk (92,4%) diikuti dengan bumbu basah (67,5%), vetsin/MSG/mecin (57,7%) dan terendah bahan tambahan (0,5%).

8. Konsumsi minuman serbuk penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 5,9 gram perorang perhari, terbanyak kopi bubuk (4,9 gram/orang/hari), diikuti teh instan daun kering (0,8 gram/orang/hari). Kopi bubuk dikonsumsi terbanyak (36,3%) diikuti teh instan/daun kering (20,3 %) dan terendah minuman serbuk (0,9%). Minuman serbuk sudah dikonsumsi terbanyak oleh balita (kelompok umur 0-59 bulan) sebanyak 0,7 gram/orang/hari.

9. Konsumsi minuman cair penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 12,0 mililiter perorang perhari. Dalam kelompok ini, konsumsi minuman beralkohol terbanyak dikonsumsi penduduk (5 mililiter/orang/hari), diikuti minuman kemasan cairan (4 mililiter/orang/hari), dan terendah adalah minuman berkarbonasi (1 mililiter/orang/hari). Minuman kemasan cairan dikonsumsi terbanyak oleh penduduk (2,6%), diikuti minuman beralkohol (1,3%), dan minuman lainnya (0,9%) sedangkan yang terendah minuman berkarbonasi (0,2%). Minuman kemasan cairan merupakan minuman terbanyak dikonsumsi pada semua kelompok umur.

10. Konsumsi total kelompok air minum penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur 1.063 ml per orang per hari. Air minum dikonsumsi terbanyak oleh 98,9 persen penduduk diikuti minuman cair kemasan pabrikan (4%), dan terendah air minum kemasan bermerek (2,8%).

11. Konsumsi kelompok makanan komposit, suplemen termasuk jamu penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur amat kecil yaitu dibawah 1,1 gram per orang per hari. Kelompok makanan tersebut dikonsumsi oleh sedikit penduduk (0,00-6,7%).

Asupan dan kecukupan gizi di Provinsi Nusa Tenggara Timur

1. Rerata kecukupan energi perorang perhari tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan (92,3% AKE). Rerata kecukupan energi perorang perhari pada laki-laki dan perempuan umur 5 tahun ke atas, tertinggi pada kelompok umur lebih 55 tahun (laki-laki 72,5% AKE dan perempuan 71,2% AKE), diikuti kelompok

umur 5-12 tahun (laki-laki 68,8% AKE dan perempuan 69,5% AKE), kelompok umur 19-55 tahun (laki-laki 62,1% AKE dan perempuan 65,4% AKE), dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (laki-laki 55,7% AKE dan perempuan 60,9% AKE).

2. Rerata kecukupan protein perorang perhari tertinggi pada kelompok umur 0-59 bulan (104,7% AKP), pada umur 5 tahun ke atas tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (laki-laki 86,4% AKP dan perempuan 83,4% AKP), diikuti kelompok umur 19-55 tahun (laki-laki 85,2% AKP dan perempuan 82,1% AKP), kelompok umur >55 tahun (laki-laki 77,1% AKP dan perempuan 69,8% AKP) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun (laki-laki 66,5% AKP dan perempuan 63,1% AKP).

3. Penduduk dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang (<70% AKE) berdasarkan kelompok umur antara 9,6 persen-72,1 persen, tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (72,1%), diikuti kelompok umur 19-55 tahun (64,7%), kelompok umur lebih 55 tahun (55,0%), kelompok umur 5-12 tahun (52,4%), dan terendah pada kelompok umur balita (9,6%).

4. Kecukupan energi kurang (70 - <100% AKE) berdasarkan kelompok umur antara 21,0 persen- 61,5 persen, tertinggi pada kelompok umur balita (61,5%), diikuti kelompok umur 5-12 tahun (37,0%), kelompok umur lebih 55 tahun (29,6%), kelompok umur 19-55 tahun (26,3%), dan terendah pada kelompok umur 13-18 tahun (21,0%).

5. Kecukupan energi normal atau sesuai AKG (>100% AKE) berdasarkan kelompok umur antara 9 persen-28,8 persen, yaitu tertinggi pada kelompok umur balita (28,8%), diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (15,5%), kelompok umur 5-12 tahun (10,7%), kelompok umur 13-18 tahun (6,9%), dan terendah pada kelompok umur 19-55 tahun (9%).

6. Tingkat kekurangan energi kurang pada penduduk di perdesaan lebih banyak yang kekurangan energi (61,2%) dibandingkan di perkotaan (54,6%).

Sebaliknya, kelebihan asupan energi ≥100% - <130% AKE dan ≥130% AKE

lebih tinggi pada penduduk di perkotaan (8,7% dan 5,8%) dibandingkan di perdesaan (5,8% dan 2,1%).

7. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) berdasarkan kelompok umur antara 41,9 persen-75,6 persen, tertinggi pada kelompok umur 13-18 tahun (75,6%), diikuti kelompok umur lebih 55 tahun (66,8%), kelompok umur 19-55 tahun (59,7%), kelompok umur 5-12 tahun (57,8%), dan terendah kelompok umur balita (41,9%).

8. Kecukupan protein kurang (80 - <100% AKP) berdasarkan kelompok umur antara 8,5 persen-14,9 persen, tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (14,9%), diikuti kelompok umur balita (13,4%), kelompok umur 19-55 tahun (12,0%), kelompok umur lebih 55 tahun (11,6%), dan terendah kelompok 13-18 tahun (8,5%). Kecukupan protein normal (>100% - <120% AKP) antara 5,9 persen-11,7 persen, yaitu tertinggi pada kelompok umur balita (11,7%), diikuti kelompok umur 5-12 tahun dan kelompok umur 19-55 tahun (9,0% dan 8,9%), kelompok umur 19-55 tahun (7,8%) dan terendah kelompok umur 13-18 tahun 5,9%). Kecukupan protein lebih (≥120 AKP) antara 9,9 persen-33,0 persen, tertinggi pada kelompok balita (33%), diikuti keloompok umur 19-55 tahun (19,5%), kelompok umur 5-12 tahun (18,2%), kelompok umur > 55 tahun (13,8%), terendah kelompok umur 13-18 tahun (9,9%). Tingkat kecukupan protein sangat kurang (<80% AKP) di Provinsi Nusa Tenggara Timur lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perdesaan dibandingkan dengan yang di perkotaan (67,5% dan 37,7%). Pada proporsi kecukupan protein normal ≥100 persen AKP lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan dibandingkan yang di perdesaan (11,6% dan 7,7%).

9. Rerata asupan lemak perorang perhari pada penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur paling rendah pada kelompok umur 0-59 bulan (19,4 g), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (24,1 g), kelompok lebih 55 tahun (25,4 g), kelompok umur 5-12 tahun (25,5 g), dan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (29,6 g).

10. Rerata asupan karbohidrat perorang perhari pada penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah pada kelompok umur 0-59 bulan (138,5 gram), diikuti untuk laki-laki kelompok umur 5-12 tahun (234,8 gram), kelompok umur 13-18 tahun 254,9 gram, dan tertinggi pad kelompok umur 19-55 tahun dan

kelompok umur lebih 55 tahun (281,1 gram dan 271,5 gram). Sedangkan yang terendah pada perempuan kelompok umur lebih 55 tahun (225.6 gram) diikuti kelompok umur 13-18 tahun dan 5-12 tahun dan (228,5 gram dan 231,1 gram), dan tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (250,6 gram).

11. Rerata asupan natrium perorang perhari di Provinsi Nusa Tenggara Timur terendah pada kelompok balita (0-59 bulan) sebesar 383 miligram, diikuti kelompok umur 13-18 tahun (566 mg), kelompok umur > 55 tahun (578 mg), kelompok umur 5-12 tahun (641 mg), dan tertinggi kelompok umur 19-55 tahun (659 mg).

12. Proporsi penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mengonsumsi natrium melebih batas yang dianjurkan (≥ 2000 mg perorang perhari) berdasarkan kelompok umur antara 1,4 persen-5,1 persen, tertinggi pada kelompok umur 5-12 tahun (5,1 %), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (4,6%), kelompok umur 19-55 tahun (4,5%), kelompok umur > 55 tahun (3,0%), dan terendah pada kelompok balita (1,4%).

13. Proporsi penduduk yang mengonsumsi gula melebih batas yang dianjurkan (≥ 50 g per orang per hari) berdasarkan kelompok umur antara 0,6 persen-2,3 persen, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun dan > 55 tahun (2,3 %), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (1,7%), dan terendah kelompok umur 5-12 tahun dan balita (,0,6% dan 0,7%).

14. Proporsi penduduk yang mengonsumsi lemak melebih batas yang dianjurkan

(≥ 67 g per orang per hari) berdasarkan kelompok umur antara 2,7 persen-8,0

persen, tertinggi pada kelompok umur 19-55 tahun (8,0%), diikuti kelompok umur 13-18 tahun (7,1%), kelompok umur 5-12 tahun (6,0%), kelompok umur > 55 tahun (4,2%) dan terendah kelompok umur balita (2,7%).

Seluruh hasil SKMI dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk evaluasi dan perencanaan kesehatan khususnya di bidang gizi di tingkat pusat maupun daerah.

Rekomendasi

1. Mengingat sumber makanan pokok lokal (umbi-umbian) sedikit dikonsumsi penduduk dibandingkan dengan makanan pokok impor (terigu) dan tingginya jumlah penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan energinya maka perlu dirumuskan kebijakan penganekaragaman makanan pokok yang berbasis makanan lokal.

2. Mengingat sumbangan protein dari hasil laut masih sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada maka perlu kebijakan peningkatan potensi hasil laut sebagai sumber protein hewani bagi penduduk.

3. Mengingat konsumsi sayuran dan buah masih sedikit maka perlu dirumuskan kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sayur dan buah melalui edukasi dan peningkatan ketersediaan sayuran dan buah dengan harga yang terjangkau. 4. Mengingat konsumsi minuman kemasan baik serbuk maupun cair pada anak

mulai meningkat maka perlu dirumuskan kebijakan untuk melindungi anak dari konsumsi minuman kemasan yang berlebihan.

5. Mengingat sudah terdapat sebagian penduduk yang mengonsumsi gula, natrium dan minyak/lemak melebihi batas yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, maka perlu ditingkatkan pemahaman masyarakat tentang risiko mengonsumsi berlebih gula, natrium dan minyak/lemak melalui edukasi atau kampanye.

6. Mengingat tingginya tingkat kekurangan akan kecukupan energi dan protein pada masyarakat khususnya kelompok umur remaja (13-18 tahun), maka perlu ditingkatkan pemahaman pentingnya edukasi mengenai konsumsi makanan sehat dan bergizi dalam jumlah yang cukup dan peningkatan ketersediaan makanan yang sehat khususnya di rumah dan di lingkungan sekolah dengan harga yang terjangkau.

PEMETAAN KERJASAMA LUAR NEGERI (HIBAH) Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

NO Nama Proyek Tujuan Nomor Nmor

Regster

Sumber Dana Jumlah Tangga

Perjanjian Lokasi 1 Penelitian Uji Bandung Efikasi dan Keamanan Dosis Tunggal Artemisinin-nafthoguine dengan dosis 3-hari Dihydroartemisinin-piperaquine untuk Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi pada Subyek Anak Indonesia. Membanding kan efikasi dan keamanan antara Dosis Tunggal Artemisinin -nafthoguine dengan dosis 3-hari Dihydroartem isinin-piperaquine LB.02.01/III/0 380/2013 73734001 Kunming Pharmaceutical Corporation Rp. 888.848.000 Perjanjian: 24 April 2013 Efektif 1 Juli 2013 Penutupan; 20 Maret 2014 RS Kandou RSUD Noongan RSU Manokwari Puskesmas: Tombatu, Ratahan, Towuntu Timur, Touluan, Tambelang, Sanggeng

Pengiriman Pegawai Pada Forum Ilmiah Luar Negeri Pusat Teknologi terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Nama Nama Pertemuan Tujuan/

Negara Tanggal Peran

Materi yang

DIsampaikan Sumber Dana

Penyelenggara Kegiatan

1. Siswanto HWG 1st Meeting Ningbo, China 23 – 25 Februari Penyaji (Komnas SJ)

The Role of T & CM to

Complement Conventional Health System

APBN Asia Pacific Economic Corporation

2. Sri Idaiani Asia Pacific International Forum Network (ASPIRE) meeting/maternal mental health Hanoi- Vietnam 14-15 April 2014 Peserta University Rochester-Univ Melbourne-WHO WPRO 3. Sri Idaiani, M.Karyana, Armaji KS.

South East Asia Infectious Diseases Clinical Research Network (SEAICRN) annual meeting/participant/sepsi s study/source Bangkok Thailand 16-17 Juni 2014 Ina Respond

4. Siswanto Senior Oficial Meeting 3 APEC Beijing Beijing, China 13 – 15 Agustus Penyaji (Delri) Utilizing Traditional and Complementary Medicine for better Achieving Universal Health Coverage. APBN APEC

No Nama Nama Pertemuan Tujuan/

Negara Tanggal Peran

Materi yang

DIsampaikan Sumber Dana

Penyelenggara Kegiatan

6. Sandjaja Seanuts PI Meeting Singapore 2-3 Oktober 2014

Penyaji Hasil Penelitian SEANUTS di Indonesia Friesland Campina, Netherlands 7. Ully Adhie Mulyani Thailand 2 Oktober 2014 Penyaji The development of the Asia-Pacific Observatory’s Policy Brief (APO) HITAP

8. Sri Idaiani Vancouver- Canada 5-7 October 2014 Pacific Rim College of Psychiatry conference/ speaker/ psychotic and pasung in Indonesian community University of British Columbia Canada

9. Sandjaja World Congress of Public Health Nutrition

Le Palmas, Spanyol

9-12 Novembe r 2014

Penyaji Hasil Penelitian SEANUTS di Indonesia

Dokumen terkait