• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK TAHUN 2014"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

www

.litba

ng

.d

epk

es.

go

.id

LAPORAN TAHUNAN

PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN

DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK

TAHUN 2014

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

PUSAT TEKNOLOGI TERAPAN KESEHATAN

(2)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page i KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Buku Laporan Tahunan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK EK) Tahun 2014 ini terselesaikan.

Buku Laporan Tahunan ini merupakan salah satu evaluasi setiap tahun dari pelaksanaan kegiatan yang memuat gambaran ringkas tentang kinerja Pusat TTK EK dengan menggunakan pendekatan sistem, yakni meliputi masukan (input), proses, keluaran (output), outcome dan impact. Output diukur dengan capaian indikator kinerja kegiatan. Sedangkan outcome dan impact hasil penelitian dan pengembangan tidak dapat diukur di tingkat masyarakat, karena penelitian dan pengembangan adalah kegiatan penunjang program, maka parameternya adalah seberapa jauh hasil penelitian dan pengembangan dapat dipakai oleh penentu kebijakan atau pemegang program untuk perbaikan kebijakan maupun perbaikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Terbitnya Buku Laporan ini diharapkan akan bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi yang terdapat pada Buku Laporan Tahunan ini diharapkan dapat dipakai sebagai alat untuk mawas diri sekaligus masukan untuk perbaikan perencanaan tahun berikutnya.

Kepada Tim Penyusun yang telah menyelesaikan buku ini kami sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu saran dan usulan yang membangun dan bermanfaat akan kami terima.

Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

(3)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..………..…… i

DAFTAR ISI ……….……….……..… ii

DAFTAR TABEL ….……….……..… iii

DAFTAR GAMBAR ……….……..… iv

DAFTAR SINGKATAN ..………...….…..… v

BAB I. ANALISA AWAL TAHUN ….………..……… 1

A. HAMBATAN TAHUN LALU ……….……….. 1

B. KELEMBAGAAN ...………. 2

C. SUMBER DAYA ……….. 4

BAB II. TUJUAN DAN SASARAN KERJA ………. 13

A. DASAR HUKUM ………..………. 13

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR ..……… 14

BAB III. STRATEGI PELAKSANAAN …….……… 17

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN ……… 17

B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI ….……….. 17

C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN ……… 18

BAB IV. HASIL KERJA ……….……… 19

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN ……… 19

B. PENCAPAIAN KINERJA ………..……….. 21

C. REALISASI ANGGARAN ... 34

D. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI ... 35

BAB V. PENUTUP ……… 36

Lampiran:

Ringkasan Eksekutif

Pemetaan Kerjasama Luar Negeri

(4)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page iii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. : Sarana dan Prasarana, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

Tabel 1.2. : Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014

Tabel 1.3. : Alokasi Anggaran Berdasarkan Output Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik,Tahun 2014

Tabel 2.1. : Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

Tabel 3.1. : Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

Tabel 3.2. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan, Jumlah

produk/model/prototipe/standar/formula, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014

Tabel 3.3. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan, Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014

Tabel 3.4. : Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan, Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik Internasional, Bidang Pusat

Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014 Tabel 3.5. : Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat, Pusat Teknologi

Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014 Tabel 3.6. : Daftar Judul dan Ketua Pelaksana Penelitian, Pusat Teknologi

Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014

Tabel 3.7. : Kegiatan Panitia Pembina Ilmiah, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014

Tabel 3.8. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Belanja, Pusat

Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Tahun 2014

(5)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. : Struktur Organisasi Pusat TTK EK

Gambar 1.2. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan

Gambar 1.3. : Jumlah Pegawai Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional

Gambar 1.4. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Fungsional Peneliti Gambar 1.5. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Umur

Gambar 1.6. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin Gambar 1.7. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Gambar 1.8. : Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambar 3.1. : Rapat Kerja Pusat TTK EK

Gambar 3.2. : Sertifikat Akreditasi Laboratorium Penguji

Gambar 3.3. : Kegiatan Penelitian Status Kesehatan Gigi Pada Anak TK Yogyakarta, 7 Juni 2014

Gambar 3.4. : Workshop Penyusunan Kajian, Bogor, 2-4 Oktober 2014

Gambar 3.5. : Workshop Registri Penelitian Klinik, Jakarta, 15-17 Oktober 2014 Gambar 3.6. : Diseminasi Hasil Studi Efikasi Dosis Tunggal AN dgn 3 day DHP,

Kunming, China, 25 Agustus 2014

Gambar 3.7 : Training Off Trainer Studi Diet Total, Yogyakarta, 21-30 April 2014

Gambar 3.8 : Supervisi Studi Diet Total, Yogyakarta, 29 Mei 2014 Gambar 3.9. : Workshop Studi Diet Total, 17 Juni 2014

Gambar3.10 : Penyusunan Laporan SDT, Solo, 27-31 Oktober 2014

(6)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page v DAFTAR SINGKATAN

ACKM : Analisis Cemaran Kimia Makanan

ACT : Artemisinin-based combination therapy

AIDS : Aqquaired Imunodefeciency Syndrom

AKE : Angka Kecukupan Energi

AKP : Angka Kecukupan Protein

AN : Artemisinin-naphthoquine

ARV : Anti Retroviral

BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial

BS : Blok Sensus

BTA : Bakteri Tahan Asam

BUKR : Bina Upaya Kesehatan Rujukan

CAPD : Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis

CT Scan : Computerized Tomography Scan

D1, D2, D3 : Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3

DHP : Dihidroartemisinin piperaquine

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DKI : Daerah Khusus Ibukot

DM : Diabetes melitus

DMF-T : Decay Missing Filled Teeth

DP : Dihydroartemisinin-piperaquine

EK : Epidemiologi Klinik

EK PM : Epidemiologi Klinik Penyakit Menular EK PTM : Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular

ESRD : End Stage Renal Disesasses

Fasyankes : Fasilitas Pelayanan Kesehatan

HbA1C : Hemoglobine A1C

HD : Hemodialisis

HIV : Human Imunodeficiency Virus

IKK : Indikator Kinerja Kegiatan

ILSI : Institute Life Science International

INA : Indonesian

INA CBGs : Indonesian Case Based Groups

(7)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page vi

IPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat

ISO : International for Standardization Organization Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

KDIGO : Kidney Disease Improving Global Outcome

KUA : Kantor Urusan Agama

KKU : Keuangan, Kepegawaian dan Umum

LDL : Low Density Lipoprotein

LFG : Laju Fitrasi Glomerulus

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

MRA : Mutual Recognition Arrangement

OR : Ods Ration

PBI : Penerima Bantuan Iuran

PCR : Polimerase Chain Reaction

Permenkes : Peranturan Menteri Kesehatan Permensos : Peraturan Menteri Sosial

PERNEFRI : Perhimpunan Nefrologi Indonesia

PKM : Pusat Kesehatan Masyarakat

PKS : Program dan Kerjasama

PP : Peraturan Pemerintah

PPI : Panitia Pembina Ilmiah

PGK : Penyakit Ginjal Kronik

PPK 1 : Pemberi Pelayanan Kesahatan Tingkat 1

QoL : Quality of Life

Raker : Rapat Kerja

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

RS : Rumah Sakit

RSJ : Rumah Sakit Jiwa

RSU : Rumah Sakit Umum

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

RSUPN : Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

SEAICRN : South East Asia Infectious disease Clinical Research Network

(8)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page vii

SLTA : Sekolah Lanjutan Atas

SPPD : Surat Perintah Perjalanan Dinas

STR : Surat Tanda Registrasi

S1, S2, S3 : Strata 1, Strata 2, Strata 3

TB : Tuberkulosis

TK : Taman Kanan Kanan

TP2U : Tim Penilai Peneliti Unit

TTK : Teknologi Terapan Kesehatan

TTK FK : Teknologi Terapan Kesehatan Farmasi dan Kedokteran TTK GM : Teknologi Terapan Kesehatan Gizi dan Makanan

TU : Tata Usaha

UGM : Universitas Gadjah Mada

UU : Undang Undang

UNILA : Universitas Lampung

WHO : World Health Organization

(9)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 1 BAB I

ANALISA SITUASI AWAL TAHUN 2014

A. HAMBATAN TAHUN 2013

Pencapaian pembangunan jangka menengah sektor kesehatan ditandai dengan membaiknya beberapa indikator kesehatan, baik penyakit menular maupun tidak menular. Namun demikian, kondisi sekarang berbagai penyakit menular, terutama penyakit infeksi menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi ancaman bagi negara lain.

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK EK), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, harus ikut berperan dalam upaya perbaikan indikator kesehatan dan upaya pemecahan masalah dan penanggulangan penyakit, melalui penelitian dan pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

Selama pelaksanaan Tahun 2013, terdapat beberapa hal yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, yakni:

1. belum adanya rumah sakit penelitian dan laboratorium penunjang,

2. terbaginya kantor Jakarta Bogor menyebabkan terhambatnya rentang kendali bidang manajemen dan administrasi,

3. masih rendahnya kemampuan untuk melaksanakan penelitian klinik, 4. masih sedikitnya peneliti yang berlatar belakang klinisis.

5. adanya kebijakan pemotongan anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak,

(10)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 2 B. KELEMBAGAAN

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat TTK EK mempunyai tugas mengelola, melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik menyelenggarakan fungsi :

1. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;

2. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;

3. pelaksanaan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik;

4. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; dan

5. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat

Penjabaran dari tugas dan fungsi tersebut, maka dalam susunan organisasi Pusat TTK EK yang terdiri dari:

1. Bagian Tata Usaha (Bagian TU)

2. Bidang Teknologi Terapan Kesehatan (Bidang TTK) 3. Bidang Epidemiologi Klinik (Bidang EK)

4. Sub Bagian Program dan Kerjasama (Sub-bagian PKS)

5. Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian dan Umum (Sub-bagian KKU)

6. Sub Bidang Teknologi Terapan Farmasi dan Kedokteran (Sub-bidang TT FK) 7. Sub Bidang Teknologi Terapan Gizi dan Makanan (Sub-bidang TT GM) 8. Sub Bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Menular (Sub-bidang EK PM)

(11)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 3

Gambar 1.1.

Struktur Organisasi Pusat TTKEK

Di samping itu, Pusat TTKEK, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, juga mempunyai struktur ad-hoc yakni:

1. Panitia Pembina Ilmiah (PPI)

Tugas Panitia Pembina Ilmiah Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

a) Memberikan masukan kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik tentang prioritas dan kualitas penelitian pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik b) Memberikan saran dalam penyusunan rencana program dan kerjasama

penelitian dan pengembangan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik serta pengembangan kemampuan institusi

(12)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 4 d) Melakukan pembinaan penelitian dari proposal, pelaksanaan penelitian,

hingga penyusunan laporan akhir

e) Memberikan saran-saran perbaikan terhadap laporan hasil penelitian, penyebarluasan hasil penelitian termasuk dalam seminar hasil penelitian dan publikasi

f) Membina peneliti melalui seminar, diskusi ilmiah, kursus, perumusan pedoman dan lain sebagainya.

g) Memupuk lingkungan kehidupan ilmiah

2. Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U)

Tugas Tim Penilai Peneliti Unit Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

a) Membantu para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional

b) Memberikan saran perbaikan kepada para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional

c) Memberikan penjelasan kepada para peneliti tentang Angka Kredit Jabatan Fungsional Peneliti

d) Melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

e) Mengecek kebenaran artikel/tulisan yang diajukan

f) Mengingatkan/memberi peringatan pada peneliti yang angka kreditnya akan habis sesuai batas waktu yang ditentukan

C. SUMBER DAYA

Sumber daya yang dipunyai Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta dana. Jabaran tentang sumber daya dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

(13)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 5 Desember 2014, Pusat TTK EK memiliki 178 orang pegawai. Berikut adalah penjabaran jumlah pegawai berdasarkan jabatan struktural dan fungsional, kelompok umur, jenis kelamin, golongan, pendidikan.

Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1974 jabatan pegawai negeri sipil dikelompokkan menjadi 2 yakni jabatan fungsional dan jabatan struktural. Berikut gambaran pegawai berdasarkan jenjang jabatan tersebut:

Berdasarkan jenjang jabatan, staf merupakan jumlah pegawai terbanyak. pegawai. Struktural sebanyak 10 pegawai, dan dalam jenjang tersebut terdapat pegawai dengan jenjang fungsional (merangkap jabatan, sebagai pejabat struktural namun yang bersangkutan juga memiliki jenjang fungsional).

Apabila dipilah, maka jenjang jabatan fungsional, dapat dibagi menjadi peneliti, teknisi litkayasa dan analisis kepegawaian. Berikut adalah gambaran pegawai berdasarkan jenjang jabatan fungsional.

80

10

88

0 20 40 60 80 100

Fungsional Struktural Staf Gambar 1.2.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan

(14)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 6 Berdasarkan jenjang jabatan fungsional maka peneliti merupakan jenjang

jabatan fungsional dengan jumlah pegawai terbanyak.

Jenjang fungsional penelitipun bila dilihat lebih detil dapat dibagi lagi berdasarkan ketentuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, yakni peneliti utama, peneliti madya, peneliti muda, dan peneliti pertama. Berikut gambaran jenjang fungsional peneliti berdasarkan kriteria LIPI.

Berdasarkan jenjang jabatan fungsional peneliti maka peneliti madya merupakan jenjang jabatan fungsional peneliti dengan jumlah pegawai terbanyak.

Jumlah Pegawai Pegawai Berdasarkan Jenjang Jabatan Fungsional

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenjang Fungsional Peneliti

(15)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 7 Menurut kelompok umur pegawai dikelompokkan menjadi 5 kelompok umur,

yakni 1) ≤ 30 tahun, 2) 31- 40 tahun, 3) 41-50 tahun, 4) 51-55 tahun, dan 5) ≥

56 tahun. Berikut jumlah pegawai berdasarkan umur.

Menurut jenis kelamin, pegawai dibagi berdasarkan jenis kelamin laki laki dan perempuan. Berikut jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin ;

Menurut golongan, pegawai dibagi berdasarkan golongan I, II, III, dan IV.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

(16)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 8 Berdasarkan golongan, dari 178 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan golongan III.

Menurut tingkat pendidikan, pegawai dibagi berdasarkan tingkat pendidikan SD, SLTP, SLTA/D1, D2/D3, S1, S2, dan S3. Berikut jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan;

Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 178 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan tingkat pendidikan S2.

2. Sarana dan Prasarana

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(17)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 9 gedung perkantoran, gedung pelatihan, gedung peneliti, gedung laboratorium, gedung perpustakaan.

Tabel 1.1. Sarana dan Prasarana

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

No Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi

(Baik/Rusak)

14 Unit alat laboratorium kimia nuklir 363 buah Baik 15 Alat laboratorium fisika nuklir elektronika 31 buah Baik 16 Alat proteksi radiasi/ proteksi lingkungan 2 buah Baik 17 Alat laboratorium lingkungan hidup 15 buah Baik 18 Alat laboratorium standarisasi kalibrasi

(18)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 10 VII Aset tetap lainnya

1 Eksakta 1 buah Baik

2 Non eksakta 1 buah Baik

3 Koleksi barang-barang perpustakaan/non buku

1 buah Baik

VIII Laboratorium

1 Gizi Klinis/Klinik Gizi 1 Baik

2 Laboratorium Terpadu 1 Baik

3 Gedung pelatihan 1 Baik

4 Laboratorium hewan coba 1 Baik

3. Dana

Pada tahun 2014 Pusat TTK EK mendapat anggaran sebesar Rp. 64.270.826.000,00 (Enam puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh juta

delapan ratus dua puluh enam ribu rupiah) yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Besaran alokasi masing-masing belanja sebagai berikut:

Tabel 1.2.

Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

No Alokasi Jumlah

1 Belanja Pegawai Rp. 12.181.354.000,00

2 Belanja Barang Rp. 51.617.948.000,00

3 Belanja Modal Rp. 471.524.000,00

Jumlah Rp. 64.270.826.000

(19)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 11 Tabel 1.4.

Alokasi Anggaran Berdasarkan Output

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

No Output Jumlah

1. Layanan Perkantoran Rp. 15.152.306.000,00

2. Penelitian Bidang Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Rp. 8.279.831.000,00

3. Dokumen perencanaan program dan anggaran

Rp. 164.240.000,00

4. Laporan Kinerja Rp. 280.308.000,00

5. Dokumen Keuangan, kekayaan negara dan tata usaha

Rp. 270.520.000,00

6. Sarana dan prasarana lingkungan kantor Rp. 50.000.000,00

7. Manajemen Laboratorium Rp. 298.675.000,00

8. Dokumen informasi, publikasi dan diseminasi

Rp. 464.500.000,00

9. Peralatan Fasilitas Perkantoran Rp. 144.800.000,00

10. Dokumen hukum, organisasi dan kepegawaian

Rp. 484.645.000,00

11. Dokumen bidang ilmiah dan etik Rp. 832.340.000,00

12. Alat Pengolah Data Rp. 107.000.000,00

Fasilitas Laboratoium Rp.88.924.000,00

Buku Perpustakaan Rp. 25.000.000,00

12. Data status kesehatan masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah I

Rp. 37.536.730.000,00

(20)
(21)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 13 BAB II

TUJUAN DAN SASARAN KERJA

A. DASAR HUKUM

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat TTK EK mengacu pada dasar hukum sebagai berikut:

1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609);

5) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-2014

6) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 2012

7) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Prioritas Pembangunan Nasional

(22)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 14 9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang

Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

10) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/X/2002 tentang Persetujuan Penelitian Kesehatan Terhadap Manusia;

11) Keputusan Menteri Kesehatan No. 375 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025

12) Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

13) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014

14) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1099/Menkes/SK/VI/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Tingkat Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014

15) DR. Dr. Trihono, MSc. (2011): Rencana Besar Pengembangan Badan Litbangkes, Jakarta.

16) Rencana Aksi Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Tahun 2010 – 2015.

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.1144 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Dan untuk mencapai tugas pokok fungsi tersebut telah ditetapkan, visi, misi, tujuan, sasaran, dan indikator.

1. Visi

(23)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 15 2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut telah ditetapkan beberapa misi, yang dilaksanakan oleh segenap jajaran dilingkungan Pusat TTK EK. Adapun misi yang telah ditetapkan meliputi:

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang kedokteran dan farmasi.

b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang gizi dan makanan.

c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian dan epidemiologi klinis penyakit menular dan penyakit tidak menular.

d. Menjadikan Badan Litbangkes menjadi koordinator jejaring penelitian klinis di Indonesia melalui Pusat TTKEK.

e. Menjadikan Indonesia sebagai salah satu simpul (hub) penelitian klinis di Asia Tenggara

3. Tujuan

Tujuan organisasi ditetapkan berdasarkan yang ingin dicapai dalam jangka panjang selam 5 tahun dan jangka pendek selama satu tahun. Untuk tahun 2014, tujuan yang ingin dicapai meliputi:

a. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

b. Melaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

c. Melaksanakan penelitian skala nasional berupa Studi Diet Total

4. Sasaran

Untuk mencapai tujuan telah ditetapkan beberapa sasaran. Sasaran ini merupakan hasil nyata akan akan dicapai dengan rumusan yang spesifik, terarah. Adapun sasaran yang telah ditetapkan meliputi:

(24)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 16 intervensi/prototipe/ standar/formula di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

b. Terlaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang ditandai dengan publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik, baik nasional maupun internasional

c. Terlaksanakan penelitian skala nasional berupa Studi Diet Total yang ditandai dengan jumlah data status kesehatan masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional

5. Indikator Kinerja Kegiatan

Kegiatan yang telah ditetapkan akan diukur setiap akhir tahun anggaran, dan selama tahun tersebut dilakukan monitoring dan evaluasi dan pencapaiannya. Indikator kinerja kegiatan yang ditetapkan tahun 2013, adalah:

Tabel 2.1.

Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Indikator Target

1. Jumlah produk/model/prototipe/standar/ formula di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik

4 2. Jumlah Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan

epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

a. Nasional b. Internasional

10 2 3. Jumlah laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil Riset

(25)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 17 BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Strategi pencapaian sasaran dilakukan dengan menyusun program tahun 2014, dengan mengacu pada RPJMN, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, dan Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTK EK Tahun 2010 - 2015. Secara umum strategi pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan 3 kegiatan, yakni;

1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan

2. Melaksanakan penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbang

3. Melaksanakan riset kesehatan nasional berupa Riset Kesehatan Dasar

B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI

Dalam melaksanakan strategi pencapaian tujuan dan sasaran, dirasakan adanya beberapa hambatan. Hambatan tersebut berasal dari internal maupun eksternal Pusat TTK EK. Adapaun hambatan yang dirasakan meliputi:

1. Adanya pembagian kantor Jakarta Bogor, dimana manajemen administrasi berada di Bogor, memberikan kesulitan dalam rentang kendali manajemen dan administrasi

2. Tidak adanya rumah sakit dan laboratorium penunjang penelitian

3. Kurangnya peneliti yang mempunyai kepakaran dibidang penelitian klinik 4. Sarana dan prasarana untuk mendukung penelitian klinik juga sangat minim 5. Belum terakreditasinya laboratorium terpadu

6. Riset Kesehatan Nasional memerlukan sumber daya manusia yang banyak, sementara di Pusat jumlah sumber daya manusia terbatas. Belum lagi kegiatan penelitian lain di luar riset nasional juga perlu dilakukan.

(26)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 18 C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN

Terobosan telah dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang ada agar tidak menganggu dalam pencapaian tujuan. Terobosan yang dilakukan berupa:

1. Adanya pembagian kantor Jakarta Bogor, dimana manajemen administrasi berada di Bogor, terobosan yang dilakukan agar tidak kesulitan dalam rentang kendali manajemen dan administrasi, adalah dengan melaksanakan komunikasi melalui internet, short massage service, black berry massanger. Semua komunikasi dilakukan secara elektronik, termasuk adanya disposisi, dilakukan pengarsipan secara elektornik selanjutnya dikirimkan kepada yang bersangkutan.

2. Tidak adanya rumah sakit dan laboratorium penunjang penelitian dilakukan diansipasi dengan melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi yang mempunyai rumah sakit dan laboratorium penunjang.

3. Kurangnya peneliti yang mempunyai kepakaran dibidang penelitian klinik dilakukan antisipasi dengan mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.

4. Sarana dan prasarana untuk mendukung penelitian klinik juga sangat minim dilaksanakan dengan membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

5. Melaksanakan akreditasi laboratorium pemeriksaan

6. Riset Kesehatan Nasional memerlukan sumber daya manusia yang banyak, sementara di Pusat jumlah sumber daya manusia terbatas, maka untuk melaksanakan Studi Diet Total melibatkan poli teknik kesehatan khususnya jurusan gizi untuk menjadi penanggung jawab teknis kabupaten. Sedangkan untuk tenaga pengumpul data melibatkan dinas kesehatan maupun lulusan politeknik kesehatan.

(27)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 19 BAB IV

HASIL KERJA

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan kegiatan berupa input dan output. Detil capaian dari masing-masing kegiatan adalah:

1. Masukan (Input)

Untuk melaksanakan kegiatan agar diperoleh output maka telah dilakukan dengan masukan berupa:

a. Sumber daya manusia sebanyak 178 sangat mendukung untuk pelaksanaan kegiatan. Sumber daya manusia yang terbagi antara struktural dan fungsional, fungsional yang terbagi penelitian dan litkayasa serta analis kepegawaian, jenjang pendidikan yang lebih banyak S2, jenjang peneliti yang lebih didominasi peneliti madya, umur pegawai yang lebih didominasi usia produksi 31-40 tahun.

b. Sarana dan Prasarana yang dimiliki meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi, dan jaringan. Sarana berupa kantor, ruang peneliti, laboratorium, gedung pelatihan, alat laboratorium dll.

c. Biaya yang teralokasi sebesar Rp. 64.270.826.000,00 (Enam puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh juta delapan ratus dua puluh enam ribu rupiah), sangat membantu untuk kelancaran kegiatan. Biaya ini termasuk penelitian yang berasal dari hibah luar negeri.

(28)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 20 e. Melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi yang mempunyai rumah

sakit dan laboratorium penunjang

f. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.

g. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

h. Melaksanakan pelatihan penulisan publikasi.

i. Melaksanakan Riset Kesehatan Nasional dengan metode atau tahapan yang berjenjang untuk menjaga mutu kualitas penelitian, dikarenakan dalam pelaksanaannya melibatkan perguruan tinggi, dinas kesehatan, poli teknik kesehatan untuk menjadi penanggung jawab teknis kabupaten. Sedangkan untuk tenaga pengumpul data melibatkan dinas kesehatan maupun lulusan politeknik kesehatan.

j. Membuat panduan dan regulasi terkait penelitian klinik

k. Mengoptimalkan fungsi Panitia Pembina Ilmiah

2. Keluaran (Output)

Output yang dicapai setelah dilakukan upaya dengan memberikan masukan baik berupan sumber daya manusia, dana, saran dan prasarana, teknologi meliputi:

(29)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 21 b. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian

melalui jenjang pendidikan,

c. Mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.

d. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

e. Panitia Pembina Ilmiah melakukan monitoring setiap pelaksanaan penelitian, dan dengan bersama tim manajemen melakukan supervisi penelitian

f. Melaksanakan workshop sebagai operasionalisasi dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Registri Penelitian Klinik. Peraturan ini dimaksudkan mengatur penyelenggaraan penelitian klinik, bahwa setiap pelaksanaan penelitian klinik harus diregistrasi oleh pihak yang ditunjukan Menteri Kesehatan dalam hal ini Badan Litbangkes sebagai pengelola registri penelitian klinik. Ketentuan WHO menyebutkan bahwa setiap penelitian klinik yang akan dipubliksi dalam jurnal ilmiah harus diregistrasi, jadi dengan terbitnya Permenkes ini lebih memudahkan kepada pelaksana penelitian klinik, dalam hal ini Ketua Pelaksana untuk melakukan registrasi. Sebagai tahap awal registrasi diwajibkan bagi penelitian klinik yang bersumber dana dan lokasi penelitian di institusi penelitian atau sarana pelayanan kesehatan dibawah Kementerian Kesehatan. Salah satu syarat dalam registrasi adalah bahwa penelitian tersebut sudah dilolos secara etik, sehingga waktu melakukan registrasi secara elektornik harus mencantumkan nomor surat persetujuan etik. Dan nantinya setiap penelitian klinik akan mendapatkan satu nomor registrasi. Registri dilakukan melalui web: www.ina-registry.org (Indonesia Diseases Registry Web Portal).

B. PENCAPAIAN KINERJA

(30)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 22 Tabel 3.1.

Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Indikator Target Realisasi Realisasi

1. Jumlah produk/model/prototipe/standar/ formula di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik

4 10 275%

2. Jumlah Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang 3. Jumlah laporan Status Kesehatan

Masyarakat hasil Riset Kesehatan

Nasional Wilayah 1 7 7 100%

Dari target sebanyak 4 dokumen, telah dilakukan pencapaian sebesar 10 dokumen terkait dengan jumlah produk informasi dibidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Sedangkan publikasi ilmiah internasional capaianya sebanyak > 100%.

Kesepuluh capaian indikator Jumlah produk/model/prototipe/standar/ formula di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik adalah sebagai barikut:

Tabel 3.2.

Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Jumlah produk/model/prototipe/standar/formula Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Output Judul Penelitian Ketua Pelaksana

1 Produk Informasi Studi usia TK di dua provinsi di Indonesia

(31)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 23

No Output Judul Penelitian Ketua Pelaksana

5 Produk informasi

Capaian kelima belas Publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3.

Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik nasional Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Judul Artikel Nama Penulis Media Publikasi

1 Bahan aktif dalam kombinasi obat flu dan batuk-pilek, dan

2 Nilai batas dan indikator obesitas terhadap terjadinya 3 Asupan serat makanan dan

(32)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 24

No Judul Artikel Nama Penulis Media Publikasi

4 Evaluasi praktik dokter yang meresepkan jamu untuk 5 Situasi paten obat anti

diabetes, anti hipertensi, anti 6 Parity, education level and

risk for (pre-) eclamsia in

11 Disabilitas pada lanjut usia menurut status gizi, anemia,

14 Kadar c-erbB2 dalam serum dan saliva pasien kanker patient at primary health care.

(33)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 25 Untuk capaian ketiga publikasi ilmiah di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik internasional, adalah sebagai berikut

Tabel 3.4.

Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

Publikasi ilmiah yang dimuat pada media cetak dan elektronik Internasional Bidang Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Judul Artikel Nama

Penulis

Media Publikasi

1 Rapid Clinical Assessment to

Facilitate the Triage of

Sedangkan 7 Laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah 1 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5.

Jumlah Laporan Status Kesehatan Masyarakat Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Judul Laporan Penanggung Jawab

1 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Aceh

Djoko Kartono, PhD Ir. Hermina, M.Kes 2 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan

Individu Provinsi Riau

Drh. Endi Ridwan, M.Sc 3 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan

Individu Provinsi DKI Jakarta

Dyah Santi P, SKM, M.Kes 4 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan

Individu Provinsi Jawa Tengah

Budi Santoso, SKM, M.Kes Dr. Eva Sulistiowati, M.Epid 5 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan

Individu Daerah Istimewa Yogyakarta

Sugianto, SKM, M.ScPH 6 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan

Individu Provinsi Sulawesi Selatan

Dr. Hadjar Siswantoro, MPH Dr. Armaji Kamaludi

7 Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu Provinsi Nusa Tenggara Timur

(34)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 26 Beberapa capaian tersebut dapat terlaksana dikarenakan adanya kegiatan sepanjang tahun 2014, yakni:

a) Rapat Kerja (Raker) Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Raker Pusat TTK EK dilaksanakan pada tanggal 20-22 Maret 2014. Pada rapat kerja tersebut telah dihasilkan beberapa penelitian untuk mendukung Jaminan Kesehatan Nasional, mempertajam pemahaman tentang epidemiologi klinik, menata sumber daya manusia untuk pelaksanaan Studi Diet Total.

Pemahaman tentang epidemiologi klinik dalam hal ini penelitian klinik dilakukan untuk menjawab adanya kesenjangan antara tugas pokok fungsi dengan kepakaran yang ada. Sedangkan penataan sumber daya manusia untuk antisipasi pelaksanaan Riset Kesehatan Nasional berupa Studi Diet Total, mengantisipasi adanya kekurangan tenaga peneliti. Pada raker tersebut juga disepakati jika tenaga penelit kurang maka akan direkrut dari Politeknik Kesehatan khususnya Jurusan Gizi.

Gambar 3.1.

Rapat Kerja Pusat TTK EK

b) Pelaksanaan Penelitian

(35)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 27 Tabel 3.6.

Daftar Judul dan Ketua Pelaksana Penelitian

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

No Judul Ketua Pelaksana 1 Produk Informasi Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal.

Judul Penelitian: Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal.

Dr. Delima, M.Kes

2 Produk informasi Penyakit Tuberkulosis

Judul Penelitian: Studi Pengamatan Prospektif Kejadian Ikutan Pemberian Obat Anti Tuberkulosis Tahap III

Ully Adie Mulyani, S.Si, Apt, M.Si

3 Model regstri penyakit tuberkulosis dan diabetes mellitus

Judul Penelitian: Diseases registry tuberkulosis dan diabetes mellitus

Dr. Karyana, M.Kes

4 Produk informasi penyebaran plasmodium knowlesi

Judul Penelitian: Studi epidmeiologi Plasmodium

Knowlesi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah

Drh. Sahat Ompusunggu, M.Sc

5 Produk informasi penanggulangan penyakit tidak menular

Judul Penelitian: Status kesehatan gigi anak usia TK di dua provinsi di Indonesia

Drg. Sintawati, M.Kes

6 Produk informasi mengenai kesehatan reproduksi

Judul Penelitian: Tingkat Pengetahuan gizi dan kesehatan serta status gizi remaja siap bereproduksi

Erna Luciasari, SP,

Judul Penelitian: Comparative study of the efficacy and safety dose artemisinin-napthoquine with 3-day doaseg of dihidroartemisinin-piperaquine for the treatment of

uncomplicated malaria in Indonesian children.

Prof. Dr. Emiliana Tjitra, PhD

10 Kajian

Judul: Kajian Pelayanan Kesehatan Tradisional dihubungkan dengan program JKN

dr. Hadi Siswoyo, M.Epid

11 Kajian

Judul: Kajian tatalaksana stroke dalam konteks asuransi

Dr. Hadjar

Siswantoro, M.Epid 12 Kajian

Judul: Kajian tatalaksana HIV/AIDS dalam konteks asuransi

Dr. Armedy RH, M.Epid

13 Kajian

Judul: Penanganan gagal ginjal dalam era asuransi kesehatan

Drg. Lelly

Andayasari, M.Kes

(36)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 28 c) Akreditasi Laboratorium

Pelaksanaan penelitian perlu didukung oleh adanya laboratorium yang terstandar. Tahun 2014, telah dilakukan akreditasi terhadap Laboratirum Pusat TTK EK. Akreditasi diperoleh untuk ISO 17025 yakni standar utama untuk Laboratorium Penguji dan Kalibrasi, untuk pengujian Vitamin A dan Zinc.

Gambar 3.2.

Sertifikat Akreditasi Laboratorium Penguji

d) Panitia Pembina Ilmiah

(37)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 29 Tabel 3.7.

Kegiatan Panitia Pembina Ilmiah

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2014

No Tanggal Topik Bahasan

1. 3 Januari 2014 1. Evaluasi hasil pemeriksaan Itjen (kegiatan tahun 2013) 2. Rencana Kegiatan PPI 2014

3. Rencana penyusunan keanggotaan PPI 2014 4. Rencana penyusunan laporan kegiatan PPI 2013 2. 8 Januari 2014 1. Sosialisasi Agenda Riset Kesehatan Nasional

2. Pembentukan PPI periode 2014

3. Pembentukan Kelompok Peneliti Seminat 3. 13 Januari 2014 1. Sosialisasi Agenda Riset Kesehatan Nasional

2. Sosialisasi pedoman pembuatan protokol

3. Sosialisasi Permenkes No. 66 Registri penelitian klinis 4. 27-28 Januari 14 Evaluasi laporan hasil penelitian 2013

5.

12 Februari 2014 1. Evaluasi laporan hasil penelitian 2013 2. Proposal Penelitian tahun 2015

3. Lain-lain (pembentukan tim pokja PPI) 6. 17 Februari 2014 1. Pembahasan proposal Penelitian tahun 2015

2. Pembahasan proposal kajian 2014

7. 28 Februari 2014 1. Telaah penelitian kesehatan Komunitas Asean 2015 2. Membahas Buku Pembangunan Kesehatan (KIB)

2004-2009) dan KIB (2010-2013) 8. 11 Maret 2014 Pembahasan Kerangka Acuan Kajian 2014 9. 27 Maret 2014 Pembahasan kajian tahun 2014

10. 7 April 2014 Pembahasan protokol Penelitian tahun 2015 11. 14 April 2014 Pembahasan proposal Analisis Lanjut Tahun 2014 12. 7 dan 8 Juli 2014 Pembahasan kajian tahun 2013

13. 14 Juli 2014 Pembahasan Laporan Triwulan 2 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Monitoring dan evaluasi kegiatan tahun 2014).

14. 8 Agustus 2014 Penyusunan draft Standard Operating Procedur

manajemen penelitian Pusat TTKEK

15. 2-3 Oktober 2014 Pemberdayaan SDM: Workshop Kajian dan Penyusunan Rekomendasi Pusat TTK EK

16. 13 November 2014 Pembahasan rencana Penelitian 2016 17. 27 November 2014 Proposal Penelitian tahun 2016

18. 15 Desember 2014 Pemaparan Laporan Akhir Penelitian 2014 19. 19 Desember 2014 Rencana PPI Tahun 2015

(38)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 30 Gambar 3.3.

Kegiatan Penelitian Status Kesehatan Gigi Pada Anak TK Yogyakarta, 7 Juni 2014

Gambar 3.4.

(39)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 31 Gambar 3.5.

Workshop Registri Penelitian Klinik, Jakarta, 15-17 Oktober 2014

e) Diseminasi Hasil Penelitian

Pertemuan review dari artikel yang masuk dilakukan setiap jurnal akan terbit, dengan melibatkan dewan redaksi dan peer reviewer. Jurnal Gizi dan Makanan akreditas oleh LIPI No. 434/AU2/P2MI-LIPI/08/2012.

Kepesertaan pameran dari Pusat TTK EK dilakukan pada kegiatan dalam rangka Pekan Raya Pembangunan Jawa Tengah di Pekalongan dan Simposiun Internasional Badan Litbangkes di Jakarta. Topik yang dipamerkan meliputi; 1) Isolat galaktomanan dari ampas kelapa, 2) Ready Use Therapeutic Food untuk penanggulangan gizi buruk, 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan sesar, dan 4) Faktor risiko terjadinya balita stunting.

Gambar 3.6.

(40)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 32 f) Penelitian skala nasional berupa Riset Kesehatan Nasional Koordinator

Wilayah 1

Studi Diet Total merupakan riset kesehatan nasional, yang terdiri dari Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) dan Analisis Cemaran Kimia Makanan (ACKM). Tahapan kegiatan tediri dari training for trainer, training centre, pengumpulan data, penyusunan laporan.

Gambar 3.7.

Trining Off Trainer Studi Diet Total, Yogyakarta, 21-30 April 2014

Gambar 2.8

(41)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 33 Gambar 2.9.

Workshop Studi Diet Total, 17 Juni 2014

Gambar 2.10.

Penyusunan Laporan SDT, Solo, 27-31 Oktober 2014

Gambar 3.11

(42)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 34

puluh delapan rupiah) atau 84,4%.

Realisasi masing-masing indikator kinerja kegiatan sebagai berikut: Tabel 3.8.

Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan Belanja

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Alokasi Pagu Realisasi %

1 Belanja Pegawai Rp. 12.181.354.000,00 Rp. 10.980.496.912,00 90,1 2 Belanja Barang Rp. 51.617.948.000,00 Rp. 42.879.479.456,00 83,0 3 Belanja Modal Rp. 471.524.000,00 Rp. 447.448.000,00 94,9 Jumlah Rp. 64.270.826.000,00 Rp. 54.307.424.368,00 84,4

Tabel 3.9.

Alokasi dan Realisasi Anggaran Berdasarkan IKK Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2014

No Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2014

Pagu Realisasi %

1 Jumlah produk/model/prototipe/ standar/formula di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

24.924.611.000 23.463.647.898 94,3

(43)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 35 D. PELAKSANAAN REFORMASI BIROKASI

Upaya untuk pelaksanaan reformasi birokrais telah dilakukan. Upaya tersebut meliputi:

1. Penatausahaan Barang Milik Negara-aset tetap 2. Penatausahaan barang persediaan

3. Proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik

4. Pengelolaan hibah dimana semua penelitian dimasukan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

5. Penatalaksanaan perjalanan dinas; surat tugas, kelengkapan SPPD ditandatangani pejabat tempat tujuan, tiket pesawat dilampiri boarding pass, kuitansi hotel, pengeluaran riil, laporan perjalanan dinas.

(44)

Laporan Tahunan Pusat TTK EK Tahun 2014 Page 36 BAB V

PENUTUP

Secara umum kegiatan Pusat TTK EK¸ yakni penelitian dan pengembangan teknologi terapan kesehatan dan epidmeiologi klinik dapat berjalan. Indikator keberhasilan ditentukan oleh tingkat capaian dari ketiga Indikator Kinerja Kegiatan, yang melebihi target, terutama publikasi internasional.

Keberhasilan dibidang penelitian dan pengembangan dikarenakan adanya pembinaan yang dilakukan manajemen Litbangkes, baik oleh struktural maupun komisi ad hoc PPI. Pun demikian, untuk capaian publikasi disokong oleh adanya Jurnal Gizi dan Makanan, serta keaktifan peneliti untuk publikasi di internasional. Adapun untuk capaian status kesehatan masyarakat dapat terlaksana dikarenakan adanya dukungan dari berbagai pihak.

(45)
(46)

Ringkasan Eksekutif

Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal Kronik

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin meningkat. Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO) 2012 mendefinisikan PGK sebagai suatu abnormalitas pada ginjal secara struktur atau fungsi selama lebih dari 3 bulan dengan implikasi pada kesehatan. Penurunan fungsi ginjal dapat dinilai dengan menghitung estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) atau estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) berdasarkan nilai kreatinin serum. Beberapa faktor risiko yang diketahui sebagai faktor risiko PGK adalah faktor genetik, penyakit diabetes melitus (DM), hipertensi, penyakit autoimun, konsumsi obat-obatan dan jamu yang bersifat nefrotoksik, merokok, dan bahkan muncul isu bahwa minuman berenergi juga merupakan faktor risiko PGK. Saat ini, data prevalensi PGK di Indonesia belum diketahui dengan pasti dan studi mengenai faktor risiko PGK pun belum banyak dilakukan. Survei oleh Pernefri di Jakarta, Bali, dan Yogyakarta pada tahun 2009 mendapatkan prevalensi PGK 12,5% dengan kriteria e-LFG < 60ml/menit.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko PGK. Secara khusus, bertujuan menghitung risiko tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pola konsumsi air putih, konsumsi minuman berenergi, bersoda, berkafein, beralkohol, konsumsi obat dan jamu nefrotoksik, perilaku merokok, penyakit DM, hipertensi, infeksi ginjal, dan batu ginjal terhadap kejadian PGK.

Penelitian multisenter ini dilaksanakan di 4 Rumah Sakit (RS) pemerintah di Jakarta yaitu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan, dan RSPAD Gatot Subroto. Desain penelitian adalah kasus kontrol dengan padanan jenis kelamin dan menggunakan perbandingan kasus dan kontrol 1:1, dengan menggunakan 2 kelompok kontrol, yaitu RS dan komunitas. Besar sampel penelitian meliputi 1.098 subyek (429 kasus, 429 kontrol di rumah sakit, dan

240 kontrol di komunitas). Kasus adalah penduduk Indonesia usia ≥ 18 tahun yang

(47)

warga yang tinggal minimal 3 tahun di sekitar kediaman Kasus, belum pernah didiagnosis PGK oleh dokter, dan hasil laboratorium menunjukkan nilai eLFG ≥ 60 ml/menit dan urinalisis yang baik. Kasus dan Kontrol RS dipilih secara consecutive sedangkan kontrol di komunitas dipilih secara purposive.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan melakukan abstraksi data dari rekam medik maupun data dari sumber (source document) lainnya. Pada kontrol komunitas dilakukan pengukuran tekanan darah, untuk menentukan status hipertensi, dan pemeriksaan HbA1C, untuk menentukan status DM. Pengumpulan data dilaksanakan pada 14 Agustus 2014 hingga 31 Oktober 2014. Analisis data untuk mendapatkan adjusted odds ratio dilakukan 2 kali yaitu pertama antara 429 subyek kasus dengan 429 subyek kontrol RS serta analisis kedua 429 subyek kasus dengan 669 subyek kontrol (429 kontrol RS ditambah 240 kontrol komunitas).

Hasil analisis menunjukkan konsumsi minuman kopi, teh, coklat, dan minuman beralkohol, serta kualitas air minum yang kurang baik bukan merupakan faktor risiko PGK. Faktor yang merupakan faktor risiko PGK adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal (pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik, atau sindroma nefrotik), minum air putih ≤ 1000 ml/hari, minum minuman bersoda, minuman berenergi ≥ 1x/hari, umur yang semakin meningkat, riwayat PGK pada keluarga sedarah, batu ginjal, hipertensi, diabetes melitus, serta minum jamu pegal linu atau pelangsing dengan kisaran OR adjusted 1,56 hingga 9,37. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor risiko paling dominan adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal, diikuti kebiasaan minum air putih ≤ 1000 ml/hari, dan kebiasaan

konsumsi minuman bersoda ≥ 1x/hari.

(48)

Ringkasan Eksekutif

Studi Pengamatan Prospektif Kejadian Ikutan Pemberian Obat Anti

(49)

Ringkasan Eksekutif

Registry Penyakit Tuberkulosis – Diabetes Melitus

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang telah lama dikenal luas di dunia. Selama lebih dari 50 tahun sejak pertama ditemukannya obat TB, penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan di dunia dan merupakan penyebab kematian no 2 tertinggi setelah HIV. Dilain pihak diabetes mellitus (DM) yang juga menjadi epidemik secara global. Dimana pada tahun 2030, DM diproyeksikan menjadi peringkat ke-7 penyebab kematian di seluruh dunia. Negara dengan beban tinggi TB, seperti Indonesia akan terkena dampak dari meningkatnya kontribusi DM terhadap kasus TB ini.

Adanya kecenderungan peningkatan kasus TB dan DM serta interaksi antara kedua penyakit tersebut, diperlukan suatu kewaspadaan terhadap kedua penyakit ini. Data yang masif diperlukan untuk menggambarkan besaran masalah yang dihadapi pada kasus TB-DM. Data ini pula diharapkan dapat menggambarkan interaksi antara kedua penyakit ini. Salah satu cara untuk mendapatkan data ini adalah melalui sebuah sistem yang disebut registri penyakit.

Registri penyakit adalah pencatatan berkesinambungan, sistematis dan inklusif dari seluruh individu dengan diagnosis penyakit tertentu pada populasi tertentu pula. Data yang dicatat mulai dari diagnostik sampai terapi, tindakan rehabilitatif dan upaya preventif. Sehingga registri dapat mendeskripsikan manajemen kasus dalam praktik sehari-hari. Dengan perancangan dan pelaksanaan yang tepat, permasalahan yang diidentifikasi dari data registri dapat ditranslasikan untuk perbaikan kebijakan kesehatan dan manajemen kasus untuk memperbaiki outcome pasien. Registri dapat dijadikan juga sebagai data dasar yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau sebagai sarana untuk menginduksi penelitian lain yang lebih maju dan komprehensif.

(50)

Registri Penyakit TB-DM dilaksanakan untuk memperoleh data dasar mengenai situasi penyakit TB di Rumah Sakit pelaksana. Tujuan utamanya memperoleh proporsi kasus TB dengan atau tanpa DM di Rumah Sakit. Dengan tujuan khususnya adalah identifikasi karakteristik penderita, identifikasi gejala TB, identifikasi hasil pemeriksaan bakteriologik, identifikasi gambaran radiologik, identifikasi terapi yang digunakan dan identifikasi luaran pengobatan pada penderita TB dengan atau tanpa DM.

Disain registri merupakan suatu studi observational yang bersifat deskriptif. Populasi dalam Registri TB-DM adalah semua pasien dengan diagnosis TB berdasarkan ICD-10 dengan atau tanpa DM di rumah sakit pemerintah dan swasta di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah semua pasien dengan diagnosis TB yang datang berobat atau dirawat di 7 rumah sakit pelaksana registri TB-DM yang mewakili Jawa dan Bali.

Keterbatasan Registri Penyakit TB-DM 2014 mencakup: 1) under reporting karena belum semua kasus yang ada di rumah sakit teregistri, 2) estimasi tingkat rumah sakit tidak bisa berlaku untuk semua indikator karena masih ada keterbatasan jumlah sampel untuk keperluan analisis.

Registri Penyakit TB-DM pada tahun 2014 berhasil mengumpulkan 1239 kasus TB, yang terdiri 13,4% kasus TB dengan DM dan 86,6% kasus TB tanpa DM. Dengan uraian jumlah kasus di setiap rumah sakit sebagai berikut: RSPI Sulianti Saroso sebanyak 41 kasus (3,3%), RSUD Dr Soetomo sebanyak 88 kasus (7,1%), RSUP Dr Hasan Sadikin sebanyak 133 kasus (10,7%), RSUP Dr Kariadi sebanyak 217 kasus (17,5%), RSUP Dr Sardjito sebanyak 60 kasus (4,8%), RSUP Persahabatan sebanyak 622 kasus (50,2%), dan RSUP Sanglah sebanyak 78 kasus (6,3%).

(51)

memungkinkan untuk mudah tertular dengan kuman TB setiap saat dari penderita, khususnya dengan BTA positif.

Laki-laki lebih banyak menderita tuberkulosis. Dimana 727 orang (58,7%) kasus TB adalah laki-laki dan sebanyak 512 orang (41,3%) kasus adalah perempuan. Beberapa penjelasan tentang perbedaan berbandingan penyakit infeksi TB pada laki dan wanita, di antaranya: 1. adanya perbedaan biologi pada laki-laki dan wanita, yang menyebabkan perbedaan tingkat imunitas; 2. laki-laki-laki-laki dilaporkan lebih sering mengkonsumsi alkohol dan rokok yang dapat mempengaruhi kejadian progresifitas tuberkulosis menjadi aktif; 3. perbedaan pola kehidupan/aktivitas interaksi social; 4. laki-laki memiliki tingkat pengetahuan tentang tuberkulosis lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan, sehingga menyebabkan adanya perbedaan gender dalam mencari bantuan kesehatan kepada tenaga profesional yang juga dapat mempengaruhi tingginya pencatatan kejadian tuberkulosis pada laki-laki; 5. stigma buruk terhadap mereka yang terdiagnosis positif tuberkulosis menyebabkan banyak wanita yang akhirnya enggan mencari pengobatan.

Subyek yang menderita tuberkulosis berada pada tingkat berpendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD, SMP dan SMA), yaitu sebanyak 683 orang (87,2%). Sisanya sebanyak 95 orang (12,1%) subyek berpendidikan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan ini, berpengaruh pada pemahaman tentang penyakit tuberkulosis. Masyarakat yang tingkat pendidikannya tinggi, lebih waspada terhadap TB (gejala, cara penularan, pengobatan). Dan dengan pengetahuan yang baik seseorang akan mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik pula.

(52)

dilakukan pada awal pemeriksaan bila memungkinkan. Pada pasien DM, skrining TB sebaiknya dilakukan pada awal pemeriksaan dan bila memungkinkan pada setiap waktu kontrol DM, minimal ditanyakan adanya gejala batuk lebih dua minggu. Intensifikasi penemuan kasus DM pada TB atau sebaliknya yang disebut sebagai skrining dua arah (bidirectional screening) adalah strategi yang direkomendasi WHO

pada negara dengan “double-disease burden” TB dan DM.

Pada TB dengan DM, terdapat jauh lebih banyak kasus yang sebelumnya diobati yaitu lebih dua kali lipat kasus TB tanpa DM (38,6% vs 16%). Hal ini memperlihatkan pengaruh negatif DM terhadap outcome pengobatan TB (kekambuhan lebih tinggi dan kegagalan pengobatan lebih tinggi).

Pemeriksaan bakteriologi dengan hasil pemeriksaan BTA positif + paling banyak ditemukan (257 kasus) diikuti secara berturut-turut BTA positif +++ (176 kasus) dan BTA positif ++ (165 kasus). Penderita DM paling banyak ditemukan diantara kasus BTA positif ++ sebanyak 57 dari 165 kasus (35%) dari kasus yang ada. Sebagian besar kasus yang diperiksa kultur hasilnya positif (289 kasus), dari kasus-kasus dengan kultur positif tersebut 70 dari 289 kasus (24,2%) diantaranya adalah penderita DM. Hasil pemeriksaan resistensi 111 kasus yang hasilnya resisten, 34 kasus (30,6%) diantaranya adalah penderita DM. TB dengan resistensi OAT ini terutama berhubungan dengan riwayat pengobatan sebelumnya yang tidak adekuat. Oleh karean itu sangat diperlukan strategi penatalaksanaan yang tepat pada kasus TB dengan resistensi OAT agar tidak berlanjut menjadi extensively drug resistant tuberculosis (XDR TB).

X-pert adalah suatu metode pemeriksaan TB dengan menggunakan mesin pemeriksaan molekular yang otomatis. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi TB dan resistensi terhadap rifampisin. Hasil dapat diketahui dalam waktu dua jam. Sebagian besar kasus yang diperiksa hasilnya positif TB dan resisten Rifampisin (132 kasus), dari kasus-kasus tersebut 37 dari 132 kasus (28%) diantaranya adalah penderita DM.

(53)

penderita DM. Hasil Foto-Thorax abnormal, sebagian besar menunjukkan infiltrat (533 kelainan) dan kavitas (209 kelainan).

KDT masih merupakan jenis terbanyak (81,6%) yang diberikan pada pasien-pasien TB dengan atau tanpa DM. Sementara obat-obat lepas (kombipak ataupun merk lainnya) yang merupakan kombinasi dari H, R, dan E, kombinasi dari H, Z, dan E, kombinasi dari R, Z, dan E, maupun kombinasi H dan E masih digunakan, terutama pada kasus TB tanpa DM. Dari data ini didapatkan bahwa tidak ada perbedaan regimen yang diberikan antara pasien TB dengan DM dan pasien TB tanpa DM terutama pada fase intensif. Perbedaan yang ditemukan dilapangan adalah pada penderita TB kategori I yang disertai DM, fase lanjutan diperpanjang menjadi 6 bulan, sehingga durasi pengobatan TB pada kasus TB dengan DM adalah 9 bulan. Penambahan waktu pengobatan pada pasien ini dapat mengurangi rekurensi TB.

Rifampisin masih tetap diberikan pada penderita TB dengan DM. Walaupun kondisi DM mempengaruhi kecepatan absorpsi dari rifampisin. DM juga mempengaruhi volume distribusi obat yang bersifat lipofilik seperti rifampisin. Perubahan volume distribusi ini secara spontan juga mempengaruhi konsentrasi obat dalam plasma. Volume distribusi ini berbanding terbalik dengan konsetrasi obat dalam plasma. Hal ini menjelaskan mengapa pada pasien TB dengan DM angka kegagalan terapi lebih tinggi jika dibandingkan penderita TB tanpa DM.

Pada kasus MDR TB, kombinasi terbanyak yang digunakan (42,9%) dalam fase intensif pada penderita TB dengan DM adalah Capreomisisn, etionamid, levofloxacin, sikloserin, pyrazinamide dan ethambutol (Cm–Eto–Lfx–Cs–Z-E). Pada penderita TB tanpa DM pengobatan yang paling banyak digunakan adalah kombinasi dari kanamisin, moxifloxacin, etionamid, sikloserin, PAS, pyrazinamide dan ethambutol, (Km–Mfx–Eto–Cs–PAS–Z–E), yaitu 11,54%.

(54)

banyak jika dibandingkan dengan kasus TB tanpa DM (13%). Tetapi persentase mortalitas kasus TB dengan DM (9%) lebih tinggi dari pada kasus TB tanpa DM (5%).

(55)

Ringkasan Eksekutif

Studi epidemiologi Plasmodium Knowlesi di Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah

Selama ini hanya dikenal adanya 4 spesies parasit malaria yang menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Di Indonesia tiga spesies pertama menyebar di seluruh daerah dengan angka infeksi yang beragam, sedangkan Plasmodium ovale terbatas hanya di kawasan Timur. Beberapa spesies parasit malaria kera, salah satu di antaranya Plasmodium knowlesi, dilaporkan mampu menginfeksi manusia di beberapa negara, tetapi kurang mendapat perhatian karena jumlah kasusnya sangat jarang dan bersifat insidentil.

Kasus malaria Plasmodium knowlesi dilaporkan telah menyebar di seluruh negara-negara di Asia Tenggara, kecuali Laos. Malaysia merupakan negara yang paling banyak melaporkan kasus-kasus malaria Plasmodium knowlesi dan di negara itu kasus paling tinggi terjadi di Negara Bagian Sabah dan Serawak yang terletak di Kalimantan. Kasus-kasus impor malaria Plasmodium knowlesi di negara-negara di luar Asia Tenggara, yang infeksinya terjadi di Asia Tenggara juga telah dilaporkan. Sumber infeksi malaria Plasmodium knowlesi yang utama ke manusia sudah dibuktikan berupa kera Macaca fascicularis dan Macaca nemestrina dan vektor yang sudah dikonfirmasi adalah Anopheles crasens dan Anopheles latens yang merupakan anggota Anopheles leucosphysus group.

(56)

Kalimantan adalah salah satu kawasan di Indonesia yang ditargetkan tereliminasi malaria pada tahun 2020. Pemerintah Kalimantan Tengah menargetkan eliminasi malaria di provinsi itu dipercepat menjadi tahun 2018. Penemuan empat kasus malaria P. knowlesi pada manusia di Kalimantan Selatan merupakan bukti awal bahwa sudah terjadi penularan jenis malaria itu di provinsi tersebut. Yang perlu dibuktikan selanjutnya adalah sumber infeksi parasit Plasmodium knowlesi, apakah jenis kera tersebut dan sudah seberapa tinggi angka infeksinya di kawasan itu.

Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian tahun 2013. Penelitian tahun 2013 bertujuan untuk menentukan seberapa tinggi angka infeksi malaria Plasmodium knowlesi pada manusia, bagaimana gejala klinis infeksi dan bagaimana morfologi parasitnya. Hasilnya adalah telah ditemukan tambahan 2 kasus malaria Plasmodium knowlesi pada manusia di antara 290 yang diperiksa (angka infeksi 0,7 %) yang terdiri dari 1 kasus di Kalimantan Tengah dan 1 kasus di Kalimantan Selatan. Gejala klinis yang dialami penderita relatif ringan, hanya berupa demam dan ngilu-ngilu dan tambahan trombositopenia dan leukositosis pada satu kasus. Morfologi Plasmodium knowlesi mempunyai ciri tersendiri meskipun mirip dengan Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae.

Gambar

Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
Gambar 1.3.
Gambar 1.6..
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis keragaman menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh media tanam terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter batang bibit

Tentang Arsip Tax Treaty Negara Mitra Yang Bekerjasama Dengan Indonesia, yang diakses pada 25 April

Adapun judul Skripsi ini adalah “Perancangan Pompa Sentrifugal Dengan Kapasitas 100m 3 /jam dan Head Pompa 44m untuk Suplai Air Barometrik Condenser.. Selama penulisaan laporan

STATUS KEPEMILIKAN : PEMERINTAH DAERAH SK/IJIN PENDIRIAN SEKOLAH NO.. AKREDITASI : A/B/C/BELUM DIAKREDITASI/TIDAK TERAKREDITASI SK AKREDITASI

Indonesia’s financial market of August constrained by the widening current account deficit and trade balance.. Rupiah continued to be depreciated further, while the yields of

Dengan menggunakan metode logika fuzzy model Tahani diharapkan sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan yang relatif dalam kasus pemilihan Sekolah

Dari uraian permasalahan tersebut, maka yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Pengetahuan petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun dalam

Adapun hasil kerapatan stomata dan indeks stomata memiliki jumlah yang bervariasi di Kecamatan Parigi Utara dan Parigi (Desa Toboli Induk dan Desa Olaya), jumlah