• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Persentase Angka Kecukupan Gizi Produk Minuman Khusus Ibu

4. Pola Konsumsi Responden terhadap Produk

Pola konsumsi adalah kebiasaan seseorang atau kelompok (rumah tangga) dalam mengonsumsi produk pangan. Dalam penelitian ini pola konsumsi dilihat dari merek yang dikonsumsi, alasan mengonsumsi merek tertentu dan frekuensi mengonsumsi.

Nama dagang/merek yang dikonsumsi

Nama dagang atau merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Gambar 27 menunjukkan pada ibu hamil sebanyak 48% responden mengonsumsi nama dagang Prenagen Mommy dan 26% responden mengonsumsi nama dagang Anmum Materna. Hal yang sama juga untuk responden ibu menyusui dimana 45% responden mengonsumsi nama dagang Anmum Lacta dan 42% responden mengonsumsi Prenagen Lactamom. Berdasarkan pengamatan di beberapa toko modern, kedua nama dagang yang banyak dikonsumsi tersebut sangat mudah diperoleh. Selain itu beberapa responden menyatakan faktor rasa dan kelengkapan gizi merupakan salah satu alasan mereka memilih nama dagang tersebut.

Gambar 27 Sebaran nama dagang/merek minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang dikonsumsi

13 26 48 5 2 2 2 2 8 45 42 5 0 10 20 30 40 50 60 Lactamil Anmum Materna Anmum Lacta Prenagen Mommy Prenagen Emesis Prenagen Lactamom SGM Bunda Nestle Mom & Me SUN Ibu Nutrima

% jumlah responden

79

Hasil uji rank Spearman dalam melihat hubungan antar peubah profil

responden dengan nama dagang produk dapat dilihat pada Tabel 19, yang menunjukkan tingkat pendapatan mempengaruhi nama dagang/merek produk yang dipilih oleh responden ibu hamil, sehingga responden dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung memilih nama dagang/merek produk dengan harga yang lebih mahal.

Tabel 19 Hubungan profil responden dengan nama dagang produk

Profil responden Nama dagang produk

Ibu hamil Ibu Menyusui

Pendapatan 0,315* 0,213

Pengeluaran untuk produk 0,136 -0,078

*)signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05

Berdasarkan hasil wawancara, baik responden ibu hamil (37%) maupun ibu menyusui (32%) menyatakan pernah membeli lebih dari satu nama dagang minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui. Alasan mereka dikarenakan ingin mencari rasa yang sesuai dengan selera mereka. Responden juga biasanya mengganti nama dagang produk sedang dikonsumsinya jika sudah mulai bosan ataupun mencari produk dengan kandungan gizi yang lebih lengkap. Tabel 20 menunjukkan sebaran responden yang pernah membeli lebih dari satu nama dagang produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui.

Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan pembelian produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui

Pertanyaan Ibu Hamil Ibu Menyusui

N % N %

Pernah membeli lebih dari satu nama dagang produk

22 37 19 32

Tidak pernah membeli lebih dari satu nama dagang

38 63 41 68

Frekuensi konsumsi produk

Frekuensi konsumsi minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui adalah seberapa sering responden mengonsumsi produk tersebut dalam sehari. Berdasarkan hasil wawancara, pada Gambar 28 terlihat bahwa persentase konsumsi terbanyak adalah 2 gelas sehari yaitu sebesar 57% responden, baik

ibu hamil maupun ibu menyusui. Hal tersebut sesuai dengan anjuran konsumsi produk dimana rata-rata produsen menganjurkan konsumsi 2 gelas sehari. Walaupun tidak ada rekomendasi khusus mengenai jumlah maupun frekuensi mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui.

Gambar 28 Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi produk dalam sehari

Berdasarkan Institute of Medicine (IOM) yang dikutip dalam Collasa dan

Meismiller (2008) disebutkan bahwa tidak ditemukan bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan suplemen vitamin dan mineral untuk pemenuhan gizi, kecuali pada ibu hamil dengan risiko tinggi (contohnya ibu hamil yang mengalami kurang gizi, usia remaja, jarak antar kehamilannya pendek, pernah melahirkan bayi BBLR atau mengandung anak kembar). Demikian pula dengan ibu menyusui, IOM merekomendasikan bahwa ibu menyusui diharapkan untuk memenuhi kebutuhan gizinya dari mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang daripada mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Untuk ibu menyusui yang memiliki pola makan dengan makanan yang sedikit mengandung satu atau beberapa zat gizi dianjurkan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral (Picciano & Mc Guire 2009). Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil dan ibu menyusui yang sehat tidak perlu secara khusus mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral, demikian juga dengan konsumsi makanan yang difortifikasi.

36 57 7 30 57 13 0 10 20 30 40 50 60

1 gelas 2 gelas ≥3 gelas

% j u ml a h re sp o n d e n

Frekuensi konsumsi produk

81

Untuk melihat hubungan antara profil responden dengan frekuensi konsumsi minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui digunakan korelasi

rank Spearman untuk peubah usia, usia kehamilan, riwayat kehamilan, bulan

pemberian ASI, pendidikan, pendapatan, jumlah anak dan pengeluaran untuk produk. Hasil korelasi antara profil responden dengan frekuensi konsumsi produk dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Hubungan antara profil responden dengan frekuensi konsumsi produk

Profil responden Frekuensi konsumsi

Ibu Hamil Ibu Menyusui

Usia 0,155 0,088

Usia kehamilan 0,034 -

Riwayat kehamilan 0,137 -

Bulan pemberian ASI - 0,058

Pendidikan -0,141 0,119

Jumlah anak 0,208 0,090

Pengeluaran untuk produk 0,397** 0,437**

Pendapatan -0,137 -0,306*

**)signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,01

*) signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05

Berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman pada Tabel 21, terlihat

bahwa sebagian besar profil responden tidak berhubungan dengan frekuensi konsumsi produk. Namun, profil responden seperti pengeluaran untuk produk terdapat hubungan yang positif baik pada responden ibu hamil maupun ibu menyusui. Hal ini sejalan bahwa semakin sering responden mengonsumsi produk maka pengeluaran untuk pembelian produk tersebut semakin besar.

Terdapat hubungan negatif antara pendapatan dengan frekuensi konsumsi pada responden ibu menyusui. Dengan kata lain berarti semakin tinggi pendapatan semakin rendah frekuensi konsumsi produk, hal ini diduga, responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi mempunyai kesempatan untuk membeli variasi makanan yang bergizi sehingga produk minuman khusus ibu menyusui bukan merupakan satu-satunya sumber makanan untuk pemenuhan

gizinya. Menurut Skoufias, et al. (2009) bahwa peningkatan pendapatan keluarga

dapat mengubah konsumsi pangan dan konsumsi zat gizi keluarga. Jika peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan pola makan keluarga menjadi mengonsumsi pangan yang mengandung kandungan gizi yang tinggi (contohnya, mengonsumsi sayuran/buah dan daging) maka defisiensi zat gizi

terdapat hubungan negatif antara pendapatan dengan konsumsi susu bubuk, semakin tinggi pendapatan konsumen maka konsumsi susu bubuknya semakin menurun. Kondisi tersebut diduga karena di China susu bubuk merupakan produk inferior dibandingkan susu cair. Pada penelitian tersebut, susu bubuk mungkin menjadi produk inferior di China. Dengan demikian maka semakin meningkatnya pendapatan maka akses kenyamanan untuk memperoleh susu cair semakin meningkat.

Dokumen terkait