6.6 Analisis Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer’s share)
Mengukur efisiensi tataniaga salah satunya dengan farmer’s share dimana membandingakan harga yang dibayar konsumen terhadap harga produk yang diterima petani dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Farmer’s share pada saluran tataniaga komoditas ikan gurame dapat dilihat pada Tabel 16
Tabel 16. Farmer’s Share pada Saluran Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Bulan April – Juni Tahun 2011
Saluran 1 Saluran 2
Harga di Tingkat Petani
3.500
23.000
23.000
Harga di Tingkat Konsumen
4.250
30.500
28.500
Farmer's share (%)
82,35
75,41
80,70
Ikan Gurame
Konsumsi
Uraian
Benih Ikan
Gurame
86 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa bagian harga yang terbesar diterima oleh petani pada saluran tataniaga benih ikan gurame yaitu saluran tataniaga satu sebesar 82,35 persen, dimana petani menjual benih ikan gurame dikarenakan masa panen benih dalam jangka waktu relatif singkat, dan memiliki marjin tataniaga sebesar Rp 750,00. Pada tataniaga ikan gurame konsumsi yaitu saluran tataniaga satu farmer’s share yang diterima petani sebesar 75,41 persen, dimana petani memasarkan ikan gurame konsumsi ke beberapa lembaga tataniaga seperti pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, serta memiliki marjin tataniaga sebesar Rp 7.500,00, sedangkan saluran tataniaga dua farmer’s share
yang di dapat petani sebesar 80,70 persen, dan memiliki marjin tataniaga sebesar Rp 5.500,00.
6.7 Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Biaya tataniaga ialah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan benih ikan gurame dan ikan gurame konsumsi dari petani ikan ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam rupiah per ekor untuk benih ikan gurame dan rupiah per kilogram untuk ukuran ikan gurame konsumsi. Sedangkan keuntungan lembaga tataniaga merupakan selisih antara marjin tataniaga dengan biaya yang dikeluarkan selama proses tataniaga. Jika, ditinjau dari rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga, suatu saluran tataniaga dikatakan efisien apabila penyebaran nilai rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga tataniaga merata. Nilai rasio dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini, dimana semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan lembaga.
Tabel 17. Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Tataniaga Ikan Gurame di Desa Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, April – Juni 2011
87 ga
Keterangan: πi : keuntungan Lembaga Tatania
Saluran 1 Saluran 2 Pedagang Pengumpul πi 645,63 3.587,66 4.493,12 ci 104,37 1.162,34 1.006,88 Rasio πi/ci 6,19 3,09 4,46 Pedagang Pengecer πi 2.069,14 ci 680,86 Rasio πi/ci 3,04 Total πi 645,63 5.656,80 4.493,12 ci 104,37 1.843,20 1.006,88 Rasio πi/ci 6,19 3,07 4,46
Tataniaga Ikan Gurame Konsumsi
Lembaga Tataniaga Tataniaga Benih
Ikan Gurame
ci : biaya tataniaga
Berdasarkan tabel 17, dari dua pola tataniaga ikan gurame di Desa Pabuaran, terlihat bahwa nilai total rasio keuntungan dan biaya tataniaga ikan gurame paling tinggi terdapat pada pola tataniaga benih ikan gurame yaitu sebesar 6,19 dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya sebesar Rp 1/ekor benih ikan gurame maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 6,19/ekor. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga terkecil pada pola tataniaga ikan gurame konsumsi yaitu saluran tataniaga pertama di tingkat lembaga tataniaga pedagang pengecer yaitu sebesar 3,04 dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya sebesar Rp 1/kilogram ikan gurame konsumsi maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 3,04/kilogram. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga terbesar pada pola tataniaga ikan gurame konsumsi saluran tataniaga kedua yaitu sebesar 4,46 dimana setiap lembaga tataniaga mengeluarkan biaya Rp 1/kilogram ikan gurame konsumsi maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 4,46/kilogram. Perbedaan yang terjadi pada rasio keuntungan terhadap biaya pada tataniaga ikan gurame konsumsi dikarenakan jumlah volume yang berbeda pada saat penjualan dari pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, untuk saluran satu volumenya 720 kilogram untuk saluran ke dua 450 kilogram.
88
6.8 Efisiensi Tataniaga
dikatakan efisien apabila dalam memasarkan suatu komod
kedua pola tataniaga yang terjadi pada tataniaga ikan gurame di desa Pabuar
ga ikan gurame di desa Pabuaran baik yang benih ataupun konsum
tukaran, dan fungsi fasilita
ada pola tataniaga benih berbeda dengan tataniaga ikan gurame konsumsi pada fungsi fisik seperti
Sistem tataniaga
iti yang sama terdapat penyebaran marjin yang merata di semua pelaku pemasaran. Dalam kondisi ini diharapkan terjadi suatu keadaan dimana masing- masing pihak memiliki keuntungan, baik pada produsen, pelaku pemasaran dan konsumen.
Dari
an terdapat pola tataniaga yang efisien ialah tataniaga benih ikan gurame dimana memiliki marjin tataniaga Rp 750,00 per ekor, farmer’s share 82,35 persen, rasio keuntungan terhadap biaya 6,19. Hasil farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya lebih tinggi dibandingkan dengan pola tataniaga ikan gurame konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa petani menerima harga sebesar 82,35 persen dan keuntungan yang diterima terhadap biaya yang dikeluarkan sebesar 6,19.
Tatania
si. Petani responden menjualnya kepada pedagang pengumpul dikarenakan rasa kepercayaan petani terhadap pedagang pengumpul cukup tinggi dikarenakan pedagang pengumpul memiliki modal yang cukup besar dan hubungan yang dibina seperti hubungan kekeluargaan sehingga membuat petani percaya akan lebih baik di jual kepada pedagang pengumpul.
Fungsi-fungsi yang dilakukan petani ialah fungsi per
s. Fungsi penjualan yang dilakukan petani setiap satu minggu sekali dengan menjual hasil produksi benih rata-rata 3000 sampai 6000 ekor. Pemanenan dilakukan oleh pedagang pengumpul sesuai dengan pemesanan dan permintaan petani pembesaran. Fungsi fasilitas seperti penyortiran dilakukan petani kepada pedagang pengumpul berguna untuk memilih benih sesuai dengan pemesanan petani pembesaran yakni 166 gram. Fungsi risiko ialah pengurangan bobot ikan pada saat terjadinya transaksi penjualan. Fungsi informasi pasar seperti ukuran bobot benih ikan gurame didapat dari pedagang pengumpul. Fungsi pembiayaan pada petani meliputi biaya produksi merupakan modal sendiri.
89 penyim
ni sedangkan dari sudut penjual pasar p
engirim langsung kepada petani pembes
i hak dalam memili
panan dimana pedagang pengumpul benih ikan gurame tidak melakukan fungsi penyimpanan dikarenakan pemanenan dan pengangkutan dilakukan pada saat adanya pemesanan atau permintaan dari petani pembesaran. Sehingga dapat mengurangi biaya tataniaga benih ikan gurame.
Tataniaga benih ikan gurame struktur pasar yang dihadapi ditingkat petani dari sudut pembeli mengarah pada pasar monopso
ersaingan sempurna. Terciptanya struktur pasar monopsoni dikarenakan pedagang pengumpul hanya ada satu orang dan seluruh petani ikan gurame menjual benih ikan gurame kepada satu orang pedagang pengumpul. Struktur pasar ditingkat pedagang pengumpul, jika dilihat dari sudut penjual terbentuk pasar oligopoli, jika dari sudut pembeli terbentuk pasar persaingan sempurna. Dikarenakan jumlah penjual lebih sedikit dibandingkan jumlah pembeli yaitu petani pembesaran banyak yang melakukan pembesaran gurame. Harga yang terbentuk pada tataniaga benih ikan gurame adanya proses tawar menawar dan kesepakatan antar kedua belah pihak seperti petani ke pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul ke petani pembesaran.
Sistem pembayaran pedagang pengumpul ke petani secara tunai. Penjualan yang dilakukan Pedagang pengumpul m
aran, sesuai dengan pemesanan dan permintaan konsumen. Sistem pembayaran petani pembesaran ke pedagang pengumpul secara tunai.
Petani pembesaran melakukan kegiatan pembesaran ikan gurame hingga ukuran konsumsi yakni 500 dan 800 gram. Sehingga petani memilik
h pedagang pengumpul benih untuk mendapatkan benih yang sesuai dengan bobot yang diinginkan. Hubungan kerjasama sudah berlangsung lama lebih kurang lima belas tahun dan tidak terikat kontrak. Pedagang pengumpul benih ikan gurame dengan petani pembesaran, hubungan kerjasama yang dibina dalam bentuk pelanggan tetap.