NO RENTANG NILAI (X) KETERANGAN
1. Konteks program kinerja manajerial kepala sekolah
Dilihat secara keseluruhan bahwa konteks program kinerja Kepala Sekolah Dasar Negeri dan Madrasah di Gugus Abdulrahman Saleh pada poin 1 sampai 4 pada Tabel 4.2 rata-rata hitungnya adalah 3,17 pada dasarnya tergolong kategori BAIK dengan standar deviasinya yaitu 0,67. Dari keempat poin dapat diketahui bahwa kepala sekolah menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif, serta kepala sekolah dapat merumuskan tujuan yang hendak dicapai sebelum membuat rencana sekolah mendapatkan rata-rata tertinggi sebesar 3,33 dan standar
deviasinya adalah 0,62 dengan kategori sangat baik. Artinya kepala sekolah telah melaksanakan tugas sesuai dengan standar Permendiknas No.13 Tahun 2007 ayat (a) menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat pelaksanaan,dan ayat (e) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi peserta didik. Hasil wawancara dengan kepala SDN 4 Bebengan, Suparmin mengatakan bahwa:
Kepala sekolah biasanya telah
menentukan lebih dulu tujuan sebelum membuat sebuah rencana. Menurut
saya, kepala sekolah harus
menyampaikan lebih dulu dalam rapat guru tujuan apa saja yang hendak dimaksud sebelum rencana program disusun. Tidak hanya itu saja, kepala sekolah juga menciptakan budaya dan
iklim sekolah yang kondusif dan
inovatif yang terlihat dari lingkungan sekolah yang aman, kondusif, jauh dari
hal-hal yang dapat mengganggu
kenyamanan warga sekolah. Sekolah juga telah banyak yang menggunakan alat pembelajaran seperti LCD dalam proses KBM sehingga anak-anak lebih antusias belajar. (Hasil wawancara tanggal 20/12/2014).
Seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2011:99) bahwa, “Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional dan profesional”. Ini
berarti bahwa seorang kepala sekolah harus dapat menciptakan iklim kerja di lingkungan sekolah yang kondusif agar stafnya dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh guru SDN 2 Bebengan, Hardiyati:
Di sekolah ibu selama ini sejauh pengamatan, kepala sekolah selalu berupaya menciptakan budaya kerja yang kondusif juga inovatif. Ya supaya lingkungan di sekolah nyaman dan tidak ada kesenjangan antara guru dan KS.
Kalau untuk visi misi sudah ada di papan sekolah. Orang umum juga bisa membacanya di tempel di dinding sekolah sana. Waktu rapat wali murid biasanya kepala sekolah juga pasti
menyampaikan tujuannya apa.
(Wawancara tanggal 21/12/2014).
Perolehan skor rata-rata tertinggi kedua adalah tentang kepala sekolah yang dapat merumuskan visi misi sekolah dan mensosialisasikannya ke masyarakat dengan rata-rata 3,13 dan standar deviasi 0,83. Selanjutnya guru SDN 1 Bebengan, Jauhari mengatakan bahwa:
Kalau di tempat saya kepala sekolah sudah menyampaikan visi misi dan tujuan dalam program-program sekolah lewat rapat dengan komite atau wali murid. Biasanya langsung dibicarakan disana.
Untuk budaya kerja di sekolah saya juga sudah kondusif dan inovatif. Guru
dan KS sudah nyaman bekerja,
maksudnya supaya nyaman bekerja sehingga akan tercipta keharmonisan di keluarga SD tanpa beban apapun. Dalam pembelajaran gurunya juga sudah banyak yang kreatif. (Wawancara tanggal 29/12/2014).
Seperti yang diungkapkan oleh Danim (2009:91) bahwa:
Kepala sekolah memiliki visi yang jelas tentang sekolahnya. Kepala sekolah yang tidak mampu bertindak sebagai perencana yang baik sebenarnya tidak lebih dari petugas pelaksana, pengawas teknis, dan tukang perintah. Meskipun
mereka dapat menjalankan roda
sekolahnya, tanpa fungsi perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan berikut suatu visi strategis, berarti kepala sekolah telah gagal menjalankan tugas jangka panjangnya.
Kepala sekolah yang sepenuhnya
menyadari misinya serta nasib staf
pengajarnya, pasti ingin
mengembangkan sekolahnya.
Artinya penting bagi seorang kepala sekolah untuk memiliki fungsi perencanaan. Hal itu menyangkut tujuan dan visi misi dalam mengembangkan sekolah yang dipimpinnya.
Sedangkan poin terendah ada pada hal penentuan skala prioritas dalam rencana sekolah yang hanya memperoleh 2,87 (baik). Responden dari MI NU 32 Bebengan, Prasetyo Wahyono mengatakan:
Setahuku seringkali kepala sekolah
mengalami kesulitan untuk
menentukan hal-hal mana yang
menjadi prioritas rencana sekolah
karena fakta di lapangan biasanya kok tidak sesuai dengan rencana program,
misalnya terbentur masalah
pendanaan. (Wawancara tanggal
29/12/2014).
Seperti yang diutarakan Danim (2009:91) dalam bukunya yang mengatakan bahwa, “Perencanaan yang baik, penemuan tujuan secara pasti, dan pengurutan skala prioritas akan dapat mewujudkan hal itu dan sekaligus menciptakan kesinambungan”. Artinya di dalam konteks program kinerja manajerial, kepala sekolah harus mampu menentukan skala prioritas dalam perencanaan program sekolah agar didapatkan tujuan yang pasti.
Hasil dari observasi penulis, secara umum hasil dari konteks program kinerja kepala sekolah adalah sama, tetapi ada yang berbeda di beberapa sekolah dalam hal merumuskan tujuan yang hendak dicapai sebelum membuat rencana sekolah. Menurut Danim (2009:92) bahwa:
Tidak jarang kepala sekolah
memaksakan ambisi pribadinya yang
menggebu-gebu untuk memastikan
bahwa pengembangan dan pematangan sekolahnya menuju tingkat kemajuan, prestasi dan kinerja yang lebih tinggi
akan berlangsung secara cermat dan sistematis. Sikap ini, meskipun ditinjau dari aspek tertentu memang baik, mudah menyulut sikap antipati dari staf pengajar dan sulit memperoleh dukungan dari kalangan yang lebih berwenang.
Seringkali kepala sekolah merumuskan tujuan sebelum membuat rencana program sekolah sendiri dan kurang memperhatikan masukan dari stafnya. Dengan kata lain, kepala sekolah yang memasukkan ambisi pribadinya dengan menggebu dalam perumusan tujuan kurang mendapat dukungan dari bawahannya. Padahal dalam pengembangan sekolah diperlukan kerjasama semua pihak. Hal ini dituturkan oleh salah satu responden dari SDN 4 Bebengan, Winarti Nataria:
Kadang pak KS tidak mengajak
musyawarah guru untuk merumuskan tujuan sebelum buat rencana sekolah. Tahu-tahu sudah disodori rencana matangnya saja, terus tinggal disuruh
menindaklanjuti. Kan tidak bisa
memberi masukan. Jadi mau tidak mau, setuju tidak setuju ya dikerjakan. (Wawancara tanggal 20/12/2014).
Darwin (2009:79) mengatakan, “Peningkatan kemampuan berkomunikasi, yang mana sebagian waktu kerja yang dimiliki kepala sekolah adalah dengan berkomunikasi baik diri sendiri ataupun
dengan orang lain”. Dengan demikian seharusnya seorang kepala sekolah selalu berkomunikasi dengan guru dan staf lainnya untuk merumuskan tujuan yang hendak dicapai sebelum membuat rencana sekolah sehingga kinerja kepala sekolah dapat berjalan dengan baik nantinya.
2. Masukan/ input program kinerja