• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontekstualisasi Pendapat Umar dengan Pengelolaan Zakat di Indonesia Indonesia merupakan Negara dengan penduduknya mayoritas

tentang penundaan penarikan zakat binatang ternak kambing dalam khazanah ilmu fiqh. Juga kontekstualisasi pendapat Umar dengan pengelolaan zakat di Indonesia

BIN KHATTAB

C. Kontekstualisasi Pendapat Umar dengan Pengelolaan Zakat di Indonesia Indonesia merupakan Negara dengan penduduknya mayoritas

beragama Islam. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai umat Islam. Namun kebanggaan itu akan segera sirna bila menengok dari catatan tentang jumlah penduduk miskin yang ada. Artinya mayoritas orang miskin itu adalah muslim.

Meskipun Indonesia tidak menjadikan agama sebagai dasar utama, namun falsafah Negara ini dan undang-undang dasar yang ada mengakui dan memungkinkan peran agama di situ. Dalam hal ini adalah kemungkinan pejabat Negara untuk membantu pelaksanaan pemungutan zakat dan pendayagunaannya.36

Salah satu buktinya adalah lahirnya UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. UU yang disahkan pada tanggal 23 September 1999 ini melingkupi organisai pengelolaan zakat, metode pengumpulan zakat, pendayagunaan zakat, pengawasan, dan sanksi.

Memang terdapat perebedaan mendasar antara pengelolaan zakat di tanah air saat ini dengan pengelolaan zakat pada masa awal keberadaan Islam. Pada saat itu, zakat dikelola oleh penguasa yang ada, bahkan zakat termasuk salah satu sumber utama pendapatan Negara. Konsekuensinya penguasa atau

36

KN. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995, hlm. 52

pemerintah dapat memaksa untuk menarik zakat dari rakyat yang termasuk muzakki.37 Hal tersebut berbeda dengan prinsip yang tertera dalam UU tentang pengelolaan zakat yang berlaku di Indonesia. Muzakki diberi kebebasan untuk melaporkan atau tidak bahwa dirinya sudah mempunyai kewajiban membayar zakat.

Merujuk pada kondisi topografi Indonesia, boleh dikata Indonesia termasuk wilayah yang sengat rentan terkena bencana. Posisi geografis Indonesia yang berada di jalaur ring patahan, membuat beberapa wilayah di tanah air menjadi langganan gempa bumi. Pada tahun 2004 misalnya, patahan di dasar laut di daerah aceh menyebabkan gempa berkekuatan besar dan melahirkan tsunami yang meluluhlantahkan bumi serambi mekkah saat itu.

Berangkat dari hal ini, kiranya fatwa hukum tentang persoalan zakat di suatu daerah yang tertimpa bencana juga perlukan. Secara umum bencana menyengsarakan manusia yang ada di dalamnya. Dan pada saat yang bersamaan, kadang tidak dipungkiri pula ada orang yang mempunyai harta yang sebenarnya harus dikeluarkan zakatnya. Nah, pada kondisi yang demikian, apakah ia masih harus mengeluarkan zakat pada saat itu juga? Atau ia diperbolehkan menundanya sebagaimana kasus yang terjadi pada masa Umar.

Sebagai contoh, misalnya ketika terjadi bencana banjir di suatu daerah yang sangat sulit dijangkau transportasi, maka permasalahan utama yang timbul pada saat itu adalah kebutuhan pangan yang harus segera dipenuhi.

37

lih. Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrument Kebijakan Fiskal, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 131-136. di luar zakat, terdapat khums, jizyah, kharaj, dan usyr yang merupakan sumber utama penerimaan negara pada masa awal Islam.

Pada saat yang seperti ini, maka antara orang yang memiliki emas yang mencapai nishab dan memenuhi syarat untuk mengeluarkan zakat, tidak jauh beda dengan orang yang tidak memiliki emas. Sebab pada saat itu yang dibutuhkan adalah pangan. Dan emas seolah tidak menemukan nilai. Emas tadi akan kembali kepada niliainya yang semula setelah daerah yang tertimpa bencana tadi kembali normal. Dalam hal ini, pemilik emas tadi tetap wajib mengeluarkan zakat emasnya meski tidak segera. Atau dengan kata lain ditunda pada waktu sesudahnya.

Tidak dapat dinafikkan, saat ini di Indonesia berkembang lembaga-lembaga non-pemerintah yang mengurusi persoalan zakat, infaq, dan shodaqoh. Zakat yang berhasil mereka kumpulkan juga tidak sedikit. Tidak jarang pula, hasil pengumpulan zakat antar satu daerah dengan daerah lain terdapat perbedaan yang signifikan.

Bila pada masa tertentu suatu daerah tertimpa krisis keuangan atau masa paceklik, dan terpaksa dilakukan penundaan penarikan zakat, maka yang paling merasakan imbasnya adalah golongan fakir dan miskin. Dua golongan ini adalah yang paling diutamakan untuk menerima zakat. Mengapa demikian? Pada dasarnya, mustahiq zakat sangat terbantu dengan adanya zakat ini. Maka tatkala dilakukan penundaan penarikan atau pembayaran zakat, maka golongan ini tertimpa kemalangan dua kali sekaligus. Pertama mereka sudah sengsara akibat masa paceklik, dan kedua tambah sengsara karena tidak menerima zakat.

Dalam hal ini kita bisa belajar dari pengelolaan zakat yang dilakukan Sahabat Umar bin khattab saat menyikapi masa paceklik tahun ramadah. Pada saat itu, dengan melihat kondisi yang ada Umar dengan bijaksana menunda melakukan penarikan zakat di daerah yang tertimpa musim paceklik ini. Pada saat bersamaan, Umar meminta para gubernurnya yang ada di beberapa wilayah untuk membantu daerah yang kesulitan ini. Meskipun hal ini berlawanan dengan pendapat Umar yang tidak mengijinkan zakat di suatu daerah disalurkan untuk daerah lain.38

Dengan demikian, dapat diambil pemahaman, pendikotomian zakat per daerah sebagai dasar praktik yang mengharuskan sistem tersebut membagikan hasil zakat kepada masyarakat yang berhak. Ketika harta zakat pada suatu daerah berlimpah dan melebihi kebutuhan, maka akan diberikan kepada daerah paling dekat yang mengalami kekurangan.39

38

Abu al-Hamid Mahmud al-Ba’ly, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syari’ah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 123

39 ibid,

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, ada beberapa poin penting yang perlu di catat. Di antaranya adalah;

1. Penundaan penarikan zakat binatang ternak yang telah mencapai nishab hanya diberlakukan kepada binatang ternak yang terkena imbas dari musim paceklik tahun ramadah. Musim paceklik itu menjadikan kualitas binatang ternak menurun drastis. Kebijakan Umar memberikan zakat kepada orang yang memiliki kambing sejumlah nishab dilandasi oleh kondisi orang tersebut juga mengalami kesukaran. Seratus kambing yang ia miliki tidak memberi pengaruh berarti terhadap kelangsungan hidupnya pada saat itu. Karena memang binatang ternak merupakan tempat menggantungkan hidup. bisa dikatakan, umar dalam menetapkan pembayar zakat dengan melihat bahwa pembayar tersebut adalah benar-benar orang yang mampu. Umar akan menangguhkan penarikan zakat kepada pembayar meski hartanya telah mencapai nishab bila ia mengalami kesulitan dan kesusahan.

2. Dalam khazanah ilmu fiqh, penundaan penarikan zakat merupakan suatu keniscayaan. Meskipun para fuqaha’ lebih mengedepankan agar zakat dibayarkan segera. Apa yang dilakukan Umar bin Khattab dengan

menunda penarikan zakat dijadikan salah satu pertimbangan oleh beberapa ulama dalam membolehkan menunda pembayaran zakat.

3. Kondisi Indonesia yang rawan bencana, menjadikan penundaan penarikan zakat oleh Umar bisa menjadi salah satu pertimbangan untuk menunda pembayaran zakat hingga suatu daerah kembali ke keadaan seperti sedia kala.

B. Saran-saran

Dari uraian tentang umar, ada 2 (dua) hal yang pokok yang perlu ditindaklanjuti;

1. Para fuqaha perlu meneladani model ijtihad Umar dalam mengeluarkan fatwa. Yaitu dengan menggunakan pendekatan konstektual dalam memakai suatu nash sebagai landasan hukum.

2. Dalam undang-undang pengelolaan zakat di Indonesia, perlu ditambahkan pasal khusus yang mengatur pembayaran zakat ketika suatu daerah ditimpa bencana.

C. Penutup

Puji syukur ke hadirat ilahi, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada berbagai pihak yang sudah membantu kelancaran penggarapan tulisan sederhana ini.

Tiada gading yang tak retak. Begitu juga skripsi ini. Tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritikan sangat penilis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

al-Ba’ly, Abdul al-Hamid Mahmud, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan

Keuangan Syari’ah, (penerj. Muhammad Abqary Abdullah Karim)

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

al-Bukhori, Shohih al-Bukhori Juz I, Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th.

al-Halawi, Muhammad Abdul Aziz, Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khaththab :

Ensikopledia Berbagai Persoalan Fiqih, Surabaya: Risalah Gusti, 1999

al-Haritsi, Jaribah bin Ahmad, Al-Fiqhi al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar ibn

al-Khaththab (terj. Fikih Ekonomi Umar bin Khatab), Jakarta: Khalifa,

2006

Ali, K., A Study of Islamic History (penerj. Adang Affandy), Bandung: Bina Cipta, 1995

Ali, Nuruddin Mhd., Zakat Sebagai Instrument Kebijakan Fiskal, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Al-Qur’anul Karim wa Tarajamah Ma’aniyah bi al-Lughatil Indonesiyah,

Madinah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at al-Mush-haf asy-Syarif, 1997

an-Nasa’I, Imam, Kitab Sunan Kubro, Juz II, Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, 1991

Ash-Shidieqy, TM. Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1996

___________, Hukum-Hukum Fiqh Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001 Ashraf, Muhammad, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar ibn al-Khatab, Jakarta :

Pustaka Firdaus, th…

As-Suyuthi, Jalaludin, Tarikh Al-Khulafa’, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, tth. ___________, Sunan An-Nasa’i, Juz ke-5, Beirut: Dar al-Fikr, 1930

SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani), Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2003

Baltaji, Muhammad, Metodologi Ijtihad Umar bin al-Khathab, (penerj. Masturi Irham), Jakarta : Khalifa, 2005

Bek, Hudhori, Itmam al-Wafa, Beirut : Maktabah Tsaqafiyah, 1982

Chapra, M. Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Effendi, Satria, Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana, cetakan ke-2, 2008

Farih, Amin, Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam, Semarang: Walisongo Press, 2008

Haikal, Muhammad Husain, Umar bin Khattab (judul asli Al-Faruq Umar), Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2008

Hasan, KN Sofyan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995

Hasjmi, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Hitti, Philip K., History of the Arabs, Rujukan Induk Paling Otoritatif tentang

Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Serambi Ilmu, 2005

Jauzi, Ibnul, Manaqib Amirul Mukminin Umar ibn Khattab, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007

Katsir, Ibnu, Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah, (terj. Al Bidayah

Wan Nihayah Masa Khulafa’ur Rasyidin), Jakarta: Dar al-Haq, 2005

Khaldun, Ibnu, Tarikh Ibnu Khaldun, Juz II, Beirut : Dar al-Fikr, 1988 Kholaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fikih, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Mubarok, Jaih, Ijtihad Kemanusiaan, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005 Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997

t.th

Ridho, Muhammad, Umar ibn Khattab Faruq, Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, t.th

Rifa’I, Moh., Ushul Fiqih, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1973,

Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual: Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Rowasy, Muhammad, Mausu’ah Fiqh Umar ibn Khaththab, file e book, di-down

load dari www.almesykat.com,

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Analisa Fiqih Para Mujtahid, Jakarta: Pustaka Amani, 200

Sa’ad, Ibnu, Ath-Thabaqat al-Kubro, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990 Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 3, Bandung : PT Al-Ma’arif, 1978

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Sholikhin, HM., Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Rasail, 2005

Suprayitno, Eko, Ekonomi Islam, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2005, hlm.33 Ubaid, Abu, Kitab Al-Amwal, ditahqiq oleh Kholil Muhammad bin Haras, Beirut:

Dar al-Fikr al-Muashir, 1983

Yafie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial: Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi

Hingga Ukhuwah, Bandung: Penerbit Mizan, 1994

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004 Zuhaili, Wahbah, Al Fiqhul Islam wa Adillatuhu, juz III, Damaskus: Dar Al-Fikr,

Nama : Ahmad Munif

TTL : Demak, 6 Maret 1986

Alamat asal : Tlogorejo RT 05/III, Karangawen Demak, 59566

Alamat kos : Perum Bukit Beringin Lestari blok C1, Jl. Bukit Beringin Barat RT 10/XIV Wonosari Ngaliyan Semarang 50185

Pendidikan : - MI Manba’ul Ulum Ds. Tlogorejo Karangawen Demak, lulus tahun 1998

- MTs. Manba’ul Ulum Ds. Tlogorejo Karangawen Demak, lulus tahun 2001

- MA Manba’ul Ulum Ds. Tlogorejo Karangawen Demak, lulus tahun 2004

- Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang angkatan 2006 Pengalaman Organisasi;

1. Pimpinan Redaksi Bulletin Just News Fakultas Syariah (2006)

2. Sekretaris Redaksi Majalah Justisia Fakultas Syariah IAIN Walisongo (2007) 3. Sekretaris UKM Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz Fakultas Syariah IAIN

Walisongo (2007)

4. Ketua UKM Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffadz Fakultas Syariah IAIN Walisongo (2008)

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 9 Juni 2010