• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Air Irigasi terhadap Pendapatan Usahatani

BAB VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

6.3 Kontribusi Air Irigasi terhadap Pendapatan Usahatani

Kontribusi air irigasi (water rent) dihitung untuk dibandingkan dengan besarnya iuran pengelolaan irigasi yang bersedia dibayarkan oleh petani pemakai air di Desa Ngemplak. Analisis ini bertujuan agar penentuan besarnya iuran pengelolaan irigasi sesuai dengan kemampuan petani. Penentuan iuran tersebut didasarkan pada luas lahan yang digarap oleh petani, bukan didasarkan pada

66

banyaknya volume air yang masuk ke petak sawah, karena dalam perhitungan

water rent tidak dapat mengukur besarnya air yang digunakan oleh masing- masing petani.

Dalam menghitung water rent, pendapatan usahatani dihitung tanpa memasukkan biaya pengairan. Water rent merupakan perbedaan antara penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani, kecuali penggunaan air irigasi. Besarnya water rent mengindikasikan seberapa besar air irigasi yang digunakan petani untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada lahan sawah.

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, besarnya rata-rata penerimaan usahatani padi menurut luas lahan riil petani adalah Rp 2.755.621/luas lahan/tahun. Namun, penerimaan ini tidak merata berkisar antara Rp 700.000 hingga Rp 20.000.000/luas lahan/tahun. Rata-rata penerimaan usahatani di setiap tingkat luas lahan garapan cukup berbeda. Hal ini disebabkan jumlah hasil produksinya berbeda, sedangkan rata-rata total penerimaan per hektar dalam musim tanam padi mencapai Rp 5.511.242.

Tabel 13. Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi, dan Water Rent Usahatani Padi Berdasarkan Rata-rata Luas Lahan Tahun 2006/2007

Kategori Satuan Luas Lahan Golongan Luas Lahan (Ha) Rata-rata Luas Lahan (Ha) Rata-Rata Penerimaan Rata-rata Biaya Produksi Total Water Value < 0,5 ha 0,3 2.983.400 1.427.024 1.556.376 0,5-1 ha 0,6 6.250.000 2.861.050 3.388.950 > 1 ha 1,6 15.560.000 6.874.572 8.685.428 Luas Lahan Riil (Rp/luas lahan/tahun) Rata-rata 0,5 5.106.600 2.350.979 2.755.621 < 0,5 ha 0,3 9.944.667 4.756.747 5.187.920 0,5-1 ha 0,6 10.416.667 4.768.417 5.648.250 > 1 ha 1,6 9.725.000 4.296.608 5.428.392 Luas Lahan per Hektar (Rp/Ha/tahun) Rata-rata 0,5 10.213.200 4.701.958 5.511.242

Selain penerimaan, biaya usahatani juga akan mempengaruhi kontribusi air irigasi terhadap total pendapatan usahatani. Seperti yang sudah dijelaskan dalan analisis pendapatan usahatani, biaya usahatani padi merupakan pengeluaran yang harus dibayar untuk memenuhi kebutuhan produksi usahatani. Namun, didalam biaya produksi dalam water value, biaya pengairan tidak dimasukkan sehingga diperoleh rata-rata biaya produksi seperti yang disajikan pada Tabel 13. Secara keseluruhan, rata-rata dari biaya produksi menurut luas lahan riil yang dikeluarkan setiap petani adalah Rp 2.350.979/luas lahan/tahun. Biaya produksi ini tidak merata berkisar antara Rp 451.340 hingga Rp 8.976.500, sedangkan rata-rata total biaya per hektar mencapai Rp 4.701.958.

Rata-rata biaya produksi untuk usahatani tersebut cenderung berbeda pada setiap tingkat luas lahan garapan. Kondisi ini terjadi karena dengan luas lahan yang berbeda petani di Desa Ngemplak memberikan porsi yang berbeda untuk biaya sarana produksi, seperti benih, pupuk, dan obat-obatan disesuaikan dengan keadaan.

Setelah diperoleh besarnya penerimaan dan biaya produksi usahatani menurut luas lahan riil dan per hektar, maka pada table 13 dapat dilihat besarnya

water value terhadap pendapatan usahatani menurut lahan riil dan per hektar di setiap tingkat luas lahan garapan. Diatas ditunjukkan bahwa water value petani responden di Desa Ngemplak sebesar Rp 2.755.621/luas lahan/tahun, sedangkan nilai water value per hektar sebesar Rp 5.511.242/tahun. Hal ini berarti rata-rata

water value pada usahatani padi akan cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya rata-rata luas lahan petani. Besarnya nilai water value tersebut bersifat objektif jika diterapkan pada penentuan iuran pengelolaan irigasi karena

68

water value bernilai positif dan petani layak untuk dikenakan iuran pengelolaan irigasi pada saat musim tanam padi.

Secara keseluruhan nilai water value tidak dipakai semua sebagai biaya pengairan yang seharusnya dibayar petani, nilai tersebut juga menunjukkan kontribusi air irigasi terhadap hasil produksi pertanian. Oleh karena itu, nilai rata- rata water value pada setiap luas lahan tersebut akan dibandingkan dengan nilai WTP petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi, agar iuran yang ditetapkan tidak memberatkan petani.

PENGELOLAAN IRIGASI

7.1 Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi

Kesediaan petani diambil berdasarkan respon dalam bentuk pilihan petani terhadap iuran pengelolaan irigasi yaitu untuk petani yang bersedia membayar iuran dan untuk petani yang tidak membayar iuran. Berdasarkan 45 responden terdapat 35 orang yang menyatakan bersedia membayar iuran karena jaringan irigasi yang ada dapat berfungsi dengan baik dengan adanya iuran untuk kebutuhan O&P dan 10 orang menyatakan tidak bersedia untuk membayar iuran dengan beberapa alasan diantaranya karena air merupakan barang bebas sehingga tidak perlu membayar, pelayanan yang diterima kurang baik, ketidakpercayaan mereka terhadap pengurus P3A serta petani lebih menyukai langsung meminta air langsung kepada pengurus waduk untuk mengalirkan air ke sawah mereka. Untuk variabel penjelas terdiri dari dua variabel kontinyu dan empat variabel dummy

dengan nilai rata-rata dan standar deviasi seperti pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Perhitungan Statistik Variabel Kontinyu Analisis Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi

Variabel Nilai Rata-

rata

Std. Deviasi Petani yang Bersedia Membayar Iuran:

Umur (tahun) Tingkat Pendidikan 51,4 5,1 9,5 2,9 Petani yang Tidak Bersedia Membayar Iuran:

Umur (tahun) Tingkat Pendidikan 54,4 6,4 8,3 2,4

70

Berdasarkan Tabel di atas rata-rata umur petani responden yang bersedia membayar iuran adalah 51,4 tahun dengan umur terendah 28 tahun dan umur tertinggi 70 tahun, sedangkan untuk petani yang tidak bersedia membayar iuran adalah 54,4 tahun dengan umur terendah 40 tahun dan umur tertinggi 68 tahun. Untuk variabel tingkat pendidikan berkisar dari tingkat tidak tamat SD sampai dengan tamat SLTA. Rata-rata responden dalam menempuh pendidikan formal yaitu selama 5,1 tahun untuk petani responden yang bersedia membayar iuran dan 6,4 tahun untuk petani yang tidak bersedia membayar iuran, hal ini berarti sebagian besar petani responden tidak tamat SD.

Mengenai deskripsi variabel penjelas yang bersifat dummy yaitu pengetahuan petani terhadap iuran irigasi (1 : tahu dan 0 : tidak tahu), tingkat pelayanan irigasi (1 : baik dan 0 : tidak baik), peranserta petani dalam operasi dan pemeliharaan irigasi (1 : aktif dan 0 : tidak aktif), serta kepercayaan petani terhadap P3A (1 : percaya dan 0 : tidak percaya) dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengetahuan Iuran Irigasi

Pada umumnya petani responden telah mengetahui informasi iuran irigasi yang meliputi tujuan diterapkannya iuran pengelolaan irigasi pada setiap musim tanam padi dan bagaimana alokasi dana yang telah terkumpul. Namun, ada sebagian kecil yang tidak mengetahui, mereka langsung membayar tanpa mengetahui prosesnya. Informasi iuran tersebut biasanya disampaikan sebelum awal musim tanam dan besarnya berdasarkan kesepakatan.

Pada Tabel 15 terlihat bahwa dari total responden, 40 orang (89 persen) mengetahui tentang informasi iuran pengelolaan irigasi dan hanya lima orang (11 persen) yang tidak mengetahuinya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

informasi iuran irigasi yang telah sampai kepada petani sedapat mungkin dapat menghindari kesalahpahaman dari petani mengenai iuran irigasi, sehingga diharapkan tidak muncul kecurigaan dan keraguan. Petani akan paham mengenai tentang iuran irigasi pada saat akan diminta untuk membayar iuran.

Tabel 15. Deskripsi Variabel Penjelas yang Bersifat Dummy dalam Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi

Respon terhadap Iuran Irigasi No. Variabel Penjelas

Bersedia Tidak Bersedia Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Pengetahuan Iuran Irigasi Tidak Tahu Tahu 5 30 0 10 5 40 11 89 2. Tingkat Pelayanan Tidak Baik Baik 8 27 1 9 9 36 20 80 3. Peranserta dalam O&P

Tidak Aktif Aktif 5 30 4 6 9 36 20 80 4. Kepercayaan Terhadap P3A Tidak Percaya Percaya 9 26 1 9 10 35 22 78 2. Tingkat Pelayanan

Pelayanan sering dijadikan masalah apabila kondisinya tidak adil. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani, dijelaskan bahwa terdapat sekelompok petani yang tidak mendapatkan air sehingga muncul konflik di antara mereka yang menyebabkan kecurangan dalam pengambilan air oleh petani. Oleh karena itu, pihak P3A mencoba bersikap tegas dalam pengelolaan distribusi air irigasi.

Dalam penelitian ini tidak semua responden menyatakan baik terhadap tingkat pelayanan irigasi yang telah diterimanya. Indikator dari tingkat pelayanan

72

irigasi yang baik adalah apabila kebutuhan tanaman padi yang digarap oleh masing-masing petani telah mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan waktu yang tepat, serta adanya pemeliharaan terhadap saluran- saluran irigasi.

Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa terdapat 9 petani responden (20 persen) menyatakan pelayanan saat ini tidak baik, dimana masih banyak saluran tersier atau kuarter yang belum permanen, sehingga kualitas bangunan yang rendah menyebabkan aliran air tidak lancar serta tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kondisi lain yang dirasakan terhadap pelayanan irigasi adalah apabila terjadi banjir maka tanggul-tanggul menjadi rusak sehingga dapat menggenai seluruh wilayah persawahan. Selain itu, distribusi air yang tidak merata ke lahan sawah petani, sehingga menyebabkan produktivitas padi menurun.

3. Peranserta dalam O&P

Peranserta petani yang aktif ditunjukkan dengan adanya keikutsertaan petani dalam pertemuan/rapat yang diadakan oleh P3A sebanyak minimal satu bulan sekali, rutin mengikuti gotong-royong dalam pemeliharaan saluran air dan ikurserta dalam pembayaran iuran. Pertemuan P3A biasanya diselenggarakan sebanyak satu kali dalam seminggu. Untuk kegiatan gotong-royong membersihkan saluran irigasi di sawah dilakukan apabila terjadi kerusakan.

Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa 9 petani responden (20 persen) menyatakan tidak aktif dalam pelaksanaan O&P rigasi. Hal ini dikarenakan petani tersebut mempunyai pekerjaan diluar usahatani yang sering membutuhkan waktu yang lama sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan P3A secara rutin. Selain itu,

ada juga karena faktor usia sehingga tidak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan gotong-royong.

4. Kepercayaan terhadap P3A

Kepercayaan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Secara logika, bila petani sudah tidak percaya terhadap pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh pengurus P3A, maka mereka cenderung tidak mau membayar iuran irigasi. Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini didasarkan pada kinerja anggota P3A dalam memberikan pelayanan irigasi. Dengan pertanyaan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila petani tidak mendapatkan pelayanan yang baik, maka petani akan enggan untuk membayar.

Pada Tabel 15 terlihat bahwa 10 petani responden (22 persen) tidak percaya terhadap pengelolaan irigasi yang dilakukan oleh P3A. Beberapa alasan yang melatarbelakangi petani tidak percaya terhadap P3A adalah adanya ketidakpuasan petani terhadap pembagian air, kerusakan bangunan yang tidak segera diperbaiki, dan tidak ada keterbukaan terhadap penggunaan dana iuran irigasi kepada anggota. Kondisi demikian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi P3A untuk meningkatkan pelayanan irigasi.

7.2 Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesediaan Petani Membayar Iuran Pengelolaan Irigasi

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap peluang petani tentang kesediaan membayar iuran pengelolaan irigasi dalam model penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis Logistic Regression Model

atau fungsi logit. Analisis tersebut menggunakan enam variabel yang menerangkan diperoleh hasil bahwa ternyata ada empat variabel berpengaruh

74

nyata terhadap kesediaan petani membayar iuran dengan taraf nyata (α) 10 persen. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani membayar Iuran Pengelolaan Irigasi

No. Parameter Koefisien P-Value Odds

Ratio

1. Konstanta 8,66345 0,090 -

2. Umur (tahun) -0.0975844 0,177 0,91

3. Tingkat Pendidikan (tahun) -0,478116 0,044* 0,62 4. Pengetahuan Iuran Irigasi

Tahu -1,83654 0,308 0,16

5. Tingkat Pelayanan Irigasi

Baik 3,01058 0,028* 20,30

6. Peranserta dalam O&P

Aktif 2,48954 0,035* 12,06

7. Kepercayaan terhadap P3A

Percaya -2,01462 0,196 0,13

Log-Likelihood = -14,663

Test that all slopes are zero: G = 18,347; DF = 6; P-Value = 0,005 Goodness-of-Fit Tests

Method Chi-Square DF P Pearson 30,6109 32 0,537 Deviance 26,5538 32 0,739 Hosmer-Lemeshow 10,8864 8 0,208 Ket : * = taraf nyata (α) 10 persen

Berdasarkan hasil log-likelihood sebesar -14,663 menghasilkan statistik G sebesar 18,347 dengan nilai P sebesar 0,005 yang berarti secara serentak variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model berpengaruh nyata terhadap peluang petani bersedia atau tidak membayar iuran pelayanan irigasi. Selain itu, dengan melihat pada statistik Pearson, Deviance, Hosmer-Lemeshow sebesar 0,537; 0,739; dan 0,208 dimana nilai P tersebut lebih besar dari α = 10 persen, maka model regresi yang dihasilkan cukup layak.

Variabel tingkat pendidikan berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah negatif yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin kecil kesadaran petani untuk membayar iuran. Nilai odds ratio tingkat pendidikan petani sebesar 0,62 artinya petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah cenderung untuk bersedia membayar iuran irigasi dibandingkan petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi. Dengan kata lain, pada kondisi variabel konstan, petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah akan memiliki peluang sebesar 0,62 kali dalam membayar iuran irigasi dari petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena sebagian besar petani responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, sehingga mereka cenderung untuk setuju dengan iuran irigasi yang telah ditetapkan.

Variabel tingkat pelayanan irigasi berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah positif yang berarti bahwa adanya tingkat pelayanan irigasi yang baik maka petani cenderung bersedia untuk membayar iuran. Berkaitan dengan masalah tingkat pelayanan irigasi tidak hanya menyangkut tentang pembagian air yang merata dan tepat waktu tetapi juga fungsi dari jaringan irigasi yang ada. Responden mengganggap pelayanan irigasi yang diterimanya tidak baik apabila telah membayar iuran irigasi tetapi jaringan irigasi yang ada kurang berfungsi dan alokasi air yang tidak tepat waktu.

Jika dilihat dari koefisien dari variabel pelayanan sebesar 3,01 dan nilai

odds ratio tingkat pelayanan petani sebesar 20,30 artinya petani yang mendapatkan pelayanan irigasi yang baik mempunyai kecenderungan bersedia untuk membayar iuran irigasi secara lunas dibandingkan dengan petani yang pelayanan irigasinya tidak baik. Dengan kata lain, pada kondisi variabel konstan,

76

petani yang mendapatkan pelayanan irigasi yang baik memiliki peluang sebesar 20,30 kali dalam membayar iuran irigasi dari petani yang mendapatkan pelayanan tidak baik. Nilai odds ratio tersebut adalah sangat besar apabila dibandingkan dengan variabel lainnya yang berpengaruh. Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan bahwa tingkat pelayanan irigasi memegang peranan yang penting dalam faktor irigasi, sehingga hasil ini memperkuat bahwa tingkat pelayanan irigasi perlu mendapat perhatian yang lebih besar dengan disertai peningkatan kualitas jaringan.

Variabel peranserta petani dalam kegiatan O&P irigasi berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah positif yang berarti keaktifan petani dalam mengikuti pertemuan/rapat yang diadakan oleh P3A dan kegiatan O&P irigasi sehingga mendorong petani untuk bersedia membayar iuran. Berdasarkan nilai koefisien sebesar 2,49 dan nilai odds ratio peranserta petani sebesar 12,06 artinya petani yang aktif dalam mengikuti O&P irigasi memiliki peluang untuk membayar iuran irigasi sebesar 12,06 kali dari petani yang tidak aktif.Besarnya nilai tersebut mengindikasikan bahwa pengalaman petani dalam mengikuti kegiatan gotong- royong membersihkan dan memperbaiki saluran akan berdampak pada pengetahuan dan pemikiran mereka bahwa pemeliharaan jaringan irigasi sangat penting untuk diperhatikan dan membutuhkan banyak biaya. Oleh karena itu, peranserta mereka sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani untuk membayar iuran pengelolaan irigasi.

Variabel umur tidak berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah negatif yang berarti semakin bertambahnya umur petani maka tidak mempengaruhi petani dalam kesediaannya membayar iuran. Berdasarkan logika

bahwa berapapun umur petani baik secara fisik seseorang berkurang kemampuannya dalam mengikuti gotong-royong atau kegiatan O&P irigasi maka petani akan cenderung akan membayar iuran sebagai ganti atas ketidakhadirannya dalam kegiatan O&P. Tetapi pada kenyataannya variabel tersebut tidak berpengaruh.

Variabel lain yang tidak berpengaruh nyata adalah pengetahuan petani tentang iuran pengelolaan irigasi dan kepercayaan petani terhadap P3A. Fenomena yang menarik berkaitan tentang pengetahuan petani tentang iuran irigasi diharapkan petani mengetahui dan memahami tujuan dari diterapkannya iuran irigasi dan transparan terhadap alokasi dana yang telah terkumpul, sehingga akan mendorong untuk membayar iuran. Begitu pula dengan kepercayaan petani terhadap P3A diharapkan pengelolaan irigasi yang telah dilakukan oleh P3A dapat dipercaya petani sehingga dengan kesadaran petani bersedia dalam membayar iuran yang telah disepakati namun ternyata kedua variabel tersebut tidak berpengaruh.

7.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP 7.3.1 Karakteristik Responden

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTP petani digunakan sampel petani yang bersedia membayar iuran pengelolaan irigasi sebanyak 35 orang seperti pada metode CVM. Karakteristik responden dapat dilihat dari umur dan tingkat pendidikan petani. Penyebaran karakteristik responden bersedia membayar iuran disajikan pada Tabel 17.

78

Tabel 17. Penyebaran Karakteristik Responden Bersedia Membayar Iuran Keterangan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1. Berdasarkan Umur: < 40 40 – 55 >55 Total Responden: 2 22 11 35 5,7 62,9 31,4 100 2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan:

Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Total Responden: 16 15 1 3 35 45,7 42,8 2,9 8,6 100 3. Berdasarkan Pengalaman Berusahatani:

≤ 10 11 – 20 21 – 30 31 – 40 ≥ 40 Total Responden: 14 5 5 5 6 35 40 14,29 14,29 14,28 17,14 100

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa responden memiliki karakteristik yang sama dengan total responden yaitu sebagian besar termasuk ke dalam generasi tua, hal ini ditunjukkan oleh persentase terbesar yaitu 62,9 persen berumur 40-55 tahun dan 31,4 persen berumur lebih dari 55 tahun. Apabila jumlah responden tersebut dibandingkan total responden, maka dapat disimpulkan bahwa banyaknya petani yang tidak bersedia membayar iuran irigasi pada selang umur 40-55 tahun terdapat 6 orang dan berumur lebih dari 55 tahun terdapat 4 orang.

Karakteristik responden dapat diketahui melalui tingkat pendidikan petani yang cenderung sama dengan karakteristik total responden yaitu sebagian besar berpendidikan rendah. Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa petani yang tidak tamat SD sebanyak 16 orang atau 45,7 persen dari jumlah responden. Namun, jika

dihitung dari total petani responden yang tidak tamat SD yaitu 19 orang, maka ternyata sebanyak84,2 persen menyatakan bersedia membayar iuran irigasi.

Selain umur dan tingkat pendidikan, karakteristik responden dapat dilihat pada pengalaman berusahatani yang sama dengan total responden, dimana sebagian besar mempunyai pengalaman berusahatani kurang dari 10 tahun. Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa petani yang mempunyai pengalaman usahatani kurang dari 10 tahun sebanyak 14 orang atau 40 persen, namun jika dihitung dari total petani yang berpengalaman usahatani yaitu 18 orang, maka ternyata 40 persen menyatakan bersedia membayar iuran irigasi.

7.3.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat WTP digunakan persamaan regresi dengan nilai tengah WTP dalam satu tahun sebagai variabel respon dengan sepuluh variabel penjelas yang terdiri dari enam variabel kontinyu dan empat variabel bersifat dummy. Perhitungan nilai tengah WTP diambil dari nilai tengah masing-masing kelas WTP dalam satu tahun yang dipilih oleh responden yang bersedia membayar iuran pengelolaan irigasi. Nilai tersebut merupakan nilai yang akan digunakan untuk mendapatkan peningkatan pelayanan irigasi. Interval nilai WTP yang dipilih oleh responden adalah pada MT I dari Rp 2.500 dan tertinggi Rp 10.000 (dengan nilai tengah kelas WTP Rp 6.250), sedangkan pada MT II dari Rp 5.000 dan tertinggi Rp 20.000 (dengan nilai tengah kelas WTP Rp 12.500).

80

Tabel 18. Hasil Perhitungan Nilai Tengah WTP

Uraian Minimum Maksimum Nilai Tengah WTP

Musim Tanam I 2.500 10.000 6.250

Musim Tanam II 5.000 20.000 12.500

Hasil perhitungan statistik mengenai rata-rata, minimum dan maksimum dari variabel penjelas yang bersifat kontinyu adalah sebagai berikut :

Tabel 19. Nilai Rata-rata Variabel Kontinyu Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi WTP

Variabel Rata-rata Minimum Maksimum

Nilai Tengah WTP (Rp/kotak/tahun) 16.964 11.250 23.750

Umur (Tahun) 51,4 28 70

Tingkat Pendidikan (Tahun) 5,1 0 12

Pengalaman Berusahatani (Tahun) 24,1 1 60

Pendapatan (Rp/Tahun) 2.559.777 238.330 10.421.750

Tanggungan Keluarga (orang) 3,9 2 10

Luas Lahan Garapan (Ha) 0,5 0,07 2

Jumlah responden yang bersedia membayar 35 orang dari 45 responden

Sumber: Data Primer Diolah

Untuk variabel umur dan tingkat pendidikan telah dijelaskan pada bagian karakteristik responden sebelumnya, sedangkan untuk variabel pengalaman berusahatani menunjukkan rata-rata responden memiliki pengalaman dalam berusahatani selama 24,1 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa petani cenderung telah mandiri dalam berusahatani dan banyak pengalaman yang terjadi di sawah. Mengingat umur responden rata-rata 51,4 tahun, maka dapat diperhitungkan responden yang bersedia membayar iuran pengelolaan irigasi rata-rata bisa mandiri dalam berusahatani mulai umur 28 tahun.

Variabel pendapatan diduga dapat mempengaruhi petani dalam membayar iuran pengelolaan irigasi. Dalam satu tahun responden yang mau membayar

memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 2.559.777 dengan rata-rata luas lahan yang digarap sebesar 0,5 hektar. Range pendapatan tersebut berkisar dari Rp 238.330 sampai dengan Rp 10.421.750 per tahun. Selain melihat seberapa besar pendapatan dan luas lahan garapan, perlu pula mengetahui tingkat tanggungan keluarga. Dalam penelitian ini, pengertian tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang belum bisa menenuhi kebutuhannya dan masih dibiayai oleh petani responden, termasuk petani itu sendiri. Rata-rata tanggungan keluarga responden yang bersedia membayar iuran sebanyak 3,9 orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa responden cenderung memiliki jumlah anggota keluarga yang tidak banyak, sehingga cenderung bersedia membayar iuran irigasi, apalagi terdapat 14 responden (40 persen) dari total responden memiliki sumber penghasilan lain.

7.3.3 Faktor-faktor yang Memepengaruhi WTP Petani terhadap Peningkatan Pelayanan Irigasi

Pada Tabel 20 menunjukkan hasil analisis fungsi WTP responden yang bersedia untuk membayar iuran pengelolaan irigasi dengan nilai tengah WTP responden dalam satu tahun sebagai variabel respon.

Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh R2 yang diperoleh sebesar 47,4 persen yang berarti 47,4 persen keragaman WTP petani terhadap iuran irigasi dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya sebesar 52,6 persen diterangkan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung sebesar 2,16 dengan nilai-P sebesar 0,059 menunjukkan bahwa variabel-

82

variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP petani terhadap iuran pengelolaan irigasi pada α = 10 persen.

Pada Tabel 20 terlihat bahwa dari sepuluh variabel penjelas dalam fungsi, empat variabel berpengaruh nyata terhadap besarnya WTP petani pada selang kepercayaan 95 persen dan 90 persen. Variabel umur berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah negatif yang berarti bahwa semakin tua umur petani maka

Dokumen terkait