• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Bimbingan Pribadi Sosial terhadap Konformitas Teman

BAB II KAJIAN TEORI

F. Kontribusi Bimbingan Pribadi Sosial terhadap Konformitas Teman

Penanganan masalah konformitas teman sebaya, asertivitas dan perilaku merokok berkaitan erat dengan bimbingan pribadi sosial. Bimo Walgito (2004: 5) mengartikan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam mencegah atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan. Hal senada dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (dalam Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, 2006: 6) yang mendefinisikan bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

Bimbingan pribadi sosial merupakan salah satu bidang layanan yang ada di sekolah. Syamsu Yusuf (2006:11), menjelaskan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu untuk menyelesaikan masalah pribadi sosial yang dialaminya, seperti masalah hubungan dengan orang lain, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan penyelesaian konflik. Bimbingan pribadi sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan sikap pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif, serta keterampilan-keterampilan pribadi sosial yang tepat.

87

Menurut W. S. Winkel (dalam Dewa Ketut Sukardi, 2008: 53), bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi masalah dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di lingkungan pergaulan sosial. Konformitas teman sebaya dan asertivitas merupakan keterampilan pribadi sosial yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri dengan lingkungan, sedangkan perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan perawatan jasmani.

Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan (2006: 14) menyebutkan tujuan pemberian layanan bimbingan pribadi sosial pada aspek pribadi sosial individu adalah sebagai berikut:

1. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memiliki sikap toleran terhadap umat beragama lain.

3. Mampu merespon secara positif mengenai pemahaman tentang kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan.

4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstrukstif. 5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain. 6. Memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

7. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, dan tidak melecehkan harga dirinya.

88

8. Memiliki tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.

9. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.

10.Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik, baik konflik dalam diri sendiri maupun dengan orang lain.

11.Memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara efektif.

Tujuan tersebut kiranya relevan dengan karakteristik diri siswa yang termasuk pada usia remaja. Pada usia remaja, siswa mengalami banyak konflik, baik yang menyangkut masalah pribadi ataupun sosial, sehingga usia remaja dituntut agar mampu menyesuaikan diri. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, remaja lebih konformitas pada kelompoknya (Moeljono Notosoedirjo & Latipun, 2007: 196). Remaja yang memiliki sikap asertif maka dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi konformitas negatif yang berhubungan dengan tuntutan atau aturan-aturan pada kelompok teman sebaya. Remaja yang salah penyesuaian banyak terjadi, mereka melakukan tindakan-tindakan tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan merokok banyak dilakukan oleh remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan, penyalahgunaan obat, dan zat adiktif. Usia remaja memang disebut juga sebagai usia bermasalah (Hurlock, 1991: 208), oleh karena itu dibutuhkan bimbingan agar dapat membantu remaja melakukan penyesuaian diri pada usia remajanya secara optimal.

89

Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik umumnya memiliki ciri-ciri, yaitu memiliki persepsi yang akurat terhadap realita, mampu untuk beradaptasi dengan tekanan atau stres dan kecemasan, mampu mengekspresikan perasaannya, dan memiliki relasi interpersonal yang baik (Siswanto, 2007: 37). Selain penyesuaian diri yang baik juga diperlukan kepribadian sehat agar remaja mampu mengoptimalkan tugas perkembangannya. Kepribadian sehat juga berkaitan dengan kesehatan mental, terlebih kesehatan fisik. Orang yang sehat adalah orang yang mampu memuaskan kebutuhan akan kenikmatannya tanpa harus bertolak belakang dengan norma-norma sosial yang ada di masyarakat (Siswanto, 2007: 155).

Siswanto (2007:155) menjelaskan sebagian teori dalam psikologi menyebutkan ciri-ciri individu yang sehat secara mental yaitu individu hidup di saat ini bukan di masa lalu, hidupnya digerakan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki tanggung jawab terhadap orang lain, serta melihat kesempatan dalam hidup sebagai tantangan bukan ancaman. Individu yang memiliki kepribadian sehat tidak memiliki ketakutan atau kecemasan seperti takut hidup sendirian dan takut tidak mampu merubah cara hidupnya sehingga dapat bersikap asertif dengan nyaman tanpa disertai perasaan cemas. Individu yang sehat menggambarkan diri mereka sebagai pribadi yang jujur, penuh cinta dan bertanggung jawab. Individu tersebut mampu menghadapi realita sesuai dengan keadaan tanpa dibuat-buat dan memiliki teman-teman yang mampu memberikan perasaan nyaman dan dukungan di saat-saat yang diperlukan (Siswanto, 2007: 40).

90

Menurut Syamsu Yusuf (2009: 177) dalam membantu remaja mencapai tugas-tugas perkembangannya, maka guru atau konselor sekolah dapat memfasilitasinya dengan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Memberikan bimbingan tentang keterampilan-keterampilan sosial.

2. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok (kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler atau OSIS).

3. Membimbing siswa tentang hidup berteman secara sehat.

4. Membantu siswa mengembangkan apresiatifnya terhadap kondisi dirinya (kekuatan dan kelemahannya).

5. Memberikan informasi kepada para siswa tentang cara menghadapi frustasi atau stres secara sehat.

6. Memberikan bimbingan kepada para siswa tentang cara-cara memecahkan masalah atau mengambil keputusan.

7. Membantu siswa mengembangkan rasa percaya dirinya.

8. Bersama siswa mendiskusikan tentang masalah peranan sosial pria atau wanita dalam masyarakat.

Berdasarkan pemaparan mengenai kontribusi bimbingan pribadi sosial terhadap konformitas, asertivitas dan perilaku merokok pada remaja maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial memiliki fungsi, yaitu: membantu remaja (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya, mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya mencegahnya (contohnya perilaku merokok), menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memfasilitasi perkembangan siswa, membantu siswa mengatasi

91

masalahnya, serta membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap lingkungan sosialnya.

Dokumen terkait