• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

H. Kontrol Kualitas Gel

Sifat fisik dengan data kuantitatif dapat digunakan untuk mengevaluasi

sediaan gel yang dihasilkan. Evaluasi sifat fisik gel harus mencakup paling tidak:

penampilan sediaan, pH dan viskositas. Parameter-parameter tersebut harus

direkam untuk evaluasi stabilitas pada kondisi penyimpanan dengan interval

waktu tertentu (Lieberman, dkk., 1989).

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan. Untuk memperoleh nilai kestabilan suatu sediaan

farmasetika atau kosmetik dalam waktu singkat, dapat dilakukan uji stabilitas

dipercepat untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dengan waktu sesingkat

mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk

mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya terjadi pada kondisi normal

Stabilitas fisik dari sediaan semisolid, seperti gel, penting untuk

dievaluasi. Formula gel yang tidak stabil dapat mengalami perubahan yang

irreversibel pada viskositas dan rheologinya. Sineresis merupakan salah satu contoh bentuk ketidakstabilan gel, yaitu pemisahan fase cair sehingga bentuk gel

berubah dari semisolid menjadi cairan dan menyebabkan perubahan viskositas

(Djajadisastra, 2004).

Sifat fisik dan stabilitas fisik gel dapat diketahui dengan melakukan

berbagai uji, yaitu:

1. Uji organoleptis

Gel diamati organoleptisnya pada suhu kamar (27oC), meliputi warna, bau, dan sineresis (Lieberman dkk., 1989). Warna gel tidak boleh berubah, bau

gel tidak boleh menjadi tengik, serta tidak boleh mengalami sineresis selama masa

penyimpanan.

2. Pengukuran pH

Pengukuran pH penting dilakukan untuk sediaan topikal karena pH yang

terlalu asam atau basa akan mengiritasi kulit. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan kertas indikator pH universal yang dicelupkan kedalam sediaan. pH

gel harus berkisar antara 5,5-10 agar dapat diterima kulit (Sari dan Istidiartuti,

2006).

3. Uji homogenitas dan pemisahan

Salah satu syarat sediaan gel adalah homogen dan tidak terjadi

gel yang dihasilkan memiliki warna merata serta tidak ada partikel dalam gel

(Syamsuni, 2006).

4. Uji viskositas

Viskositas gel tidak boleh berubah selama masa penyimpanan.

Pengamatan dilakukan selama beberapa waktu untuk melihat stabilitas gel. Suatu

sediaan dianggap memiliki stabilitas yang baik jika memiliki persentase

perubahan viskositas <15% (Zath dan Kushla, 1996).

5. Uji daya lekat

Peningkatan viskositas gel akan meningkatkan daya lekat gel. Uji daya

lekat dilakukan dengan mengoleskan 0,5 gram gel diantara dua plat kaca. Kedua

plat disatukan, ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit, kemudian

beban dilepaskan. Kedua plat dilepaskan, waktu untuk kedua plat saling lepas

dicatat (Voigt, 1995).

6. Uji daya sebar

Daya sebar bukan merupakan data absolut karena tidak ada literatur yang

menyatakan angka pastinya. Jadi, data hasil daya sebar merupakan data yang

relatif (Suardi, Armenia dan Maryawati, 2008). Uji daya sebar dilakukan dengan

menaruh 1 gram gel ditengah kaca bulat, kemudian diatas gel diletakkan kaca

bulat lainnya, didiamkan satu menit lalu diukur diameter gel yang menyebar.

Beban 50 gram diletakkan diatas kaca bulat , didiamkan satu menit lalu diukur

diameter gel yang menyebar. Dilakukan berulang hingga penambahan beban

7. Uji kestabilan fisik

Djajadisastra (2004) menyebutkan tiga cara uji kestabilan fisik gel yaitu:

a. Uji kestabilan jangka panjang (real time study)

Uji ini dilakukan sampai waktu kadaluarsa sediaan. Dilakukan pada suhu

25±20C untuk sediaan dengan penyimpanan di suhu sejuk, dan pada 30±20C untuk sediaan dengan penyimpanan di suhu kamar. RH diatur pada 75±5%.

Uji kestabilan jangka panjang dan jangka pendek dilakukan untuk

menentukan tanggal kadaluarsa sediaan gel.

b. Uji kestabilan jangka pendek / dipercepat (accelerated study)

Uji ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dengan

waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada kondisi

yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasanya

terjadi pada kondisi normal. Uji biasa dilakukan selama enam atau tiga

bulan dengan suhu dan kelembapan ektrim.

1.) Elevated temperature

Setiap kenaikan 10oC akan mempercepat reaksi dua sampe tiga kalinya, namun cara ini terbatas karena suhu yang jauh diatas normal

akan menyebabkan perubahan yang tidak pernah terjadi pada suhu

normal. Biasa dilakukan pada suhu 40±20C RH 75±5%.. Jika diperoleh hasil yang baik, maka sediaan tersebut akan stabil pada penyimpanan

2.) Elevated humidities

Umumnya uji ini dilakukan untuk menguji kemasan produk. Jika

terjadi perubahan pada produk dalam kemasan karena pengaruh

kelembapan, hal ini menandakan bahwa kemasannya tidak memberikan

perlindungan yang cukup terhadap udara.

c. Cycling Test

Cycling test biasa ditujukan untuk menguji terjadinya sineresis pada gel. Sineresis terjadi karena sebagian cairan antarsel keluar ke permukaan dan

menyebabkan gel mengkerut. Pengujian ini dilakukan dalam interval waktu

(siklus), suhu, dan kelembapan tertentu, yang biasanya lebih ekstrim dari

kondisi penyimpanan normal.

Angela (2012) melakukan uji stabilitas terhadap gel yang dibuat dengan

metode cycling test untuk melihat potensi terjadinya sineresis dan perubahan organoleptis selama 6 siklus (12 hari). Uji dilakukan pada suhu rendah 4±20C dan suhu tinggi 40±20C. Satu siklus berarti gel disimpan pada suhu rendah selama 24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam oven selama 24 jam.

I. Rheosys Merlin II

Rheosys Merlin II adalah instrumen yang dapat mengukur viskositas

secara otomatis sehingga memaksimalkan akurasi, reliabilitas, dan efisiensi kerja.

Hasil pengukuran Rheosys Merlin II diolah oleh software Rheosys Micra yang dapat menyajikan data viskositas sekaligus kurva aliran. Rheosys Micra

kebutuhan, seperti shear rate dalam RPM, suhu, jumlah titik pengukuran (no. steps), dan interval waktu pengukuran tiap steps. Penyajian data secara otomatis dapat meminimalisir kesalahan operator dalam pengambilan data (Rheosys LLC,

2008).

Rheosys Merlin II dilengkapi dengan dua sistem pengukuran dan spindle,

yaitu cup-bob dan cone-plate. Pada penelitian ini, digunakan spindle cone-plate

dengan sistem mengukuran Cone&Plate 5/30mm (sistem 6) karena viskositas gel pegagan yang dihasilkan cukup kental untuk diukur menggunakan cone-plate.

Untuk melihat profil reologi, digunakan stepped shear rate yang berarti pengukuran dilakukan dalam berbagai kecepatan putar (RPM) secara bertahap (semakin cepat). Di akhir pengukuran, akan didapatkan data viskositas dalam tabel dan tipe reologi dalam kurva aliran dari gel yang diuji (Rheosys LLC, 2008).

Dokumen terkait