• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Biokimia Uji Nefroprotektif Jangka Pendek Dekok Biji

1. Kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2mL/kgBB

Hasil pemeriksaan histologi ginjal pada kontrol nefrotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mL/kgBB menunjukkan tidak ditemukan adanya perubahan patologi spesifik (Gambar 22.). Hasil ini tidak sejalan dengan hasil uji biokimia kadar kreatinin pada kontrol positif yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar kreatinin dibandingkan dengan kontrol negatif olive oil (p < 0,05). Beberapa alasan yang dimungkinkan menjadi penyebab hasil histologi ginjal, tidak menggambarkan hasil biokimia yaitu sesungguhnya karbon tetraklorida sudah dapat menyebabkan terjadinya perubahan biokimia (kadar kreatinin) namun

belum menyebabkan terjadinya perubahan struktural pada ginjal, selain itu pula juga dapat disebabkan karena pencuplikan organ ginjal tidak pada tempat terjadinya kerusakan, dan juga dimungkinkan kapasitas cadangan dari ginjal yang cukup besar sehingga kerusakan struktural pada ginjal tidak terlihat.

Menurut Ramarajan, Somasundaram, Subramanian, and Pandian (2012) karbon tetraklorida dosis 1,5 mL/kgBB pemberian tunggal secara intraperitonial menunjukkan terjadinya perubahan pada epitelium tubulus pada kelompok hewan uji. Selain itu pula, penelitian yang dilakukan oleh Haggag (2011) pemberian karbon tetraklorida dosis 1 mL/kgBB pemberian secara intraperitonial menunjukkan terjadinya vacuolation pada endotelial glomerulus dan pada bagian epitel tubulus ginjal.

2. Kontrol negatif olive oil dosis 2 mL/kgBB

Hasil pembacaan preparat histologi ginjal tikus kontrol negatif olive oil 2mL/kgBB menunjukkan terjadinya intratubular hialin cast yang ditandai dengan adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus namun hanya dalam beberapa lumen tubulus (Gambar 20.). Kata hialin biasanya merujuk pada perubahan dalam ruang ekstrasel yang menghasilkan gambaran merah muda, homogen, dan mirip kaca pada sediaan histologi yang dipulas dengan hematoksilin dan eosin. Kata hialin ini digunakan secara luas sebagai istilah histologi deskriptif dan bukan suatu penanda spesifik cedera sel. Terjadinya perubahan warna dapat disebabkan beragam kelainan. Penimbunan intrasel protein seperti eosinofilik dapat disebabkan beberapa hal diantaranya terjadinya

kebocoran protein yang melalui filter glomerolus yang dapat meningkatkan terjadinya reabsorpsi protein dalam vesikel. Vesikel-vesikel ini kemudian menyatu dengan lisosom membentuk fagolisosom yang tampak sebagai hialin merah muda dalam sitoplasma tubulus. Proses ini bersifat reversibel (Kumar et al., 2010).

Selain itu pula ditemukan adanya degenerasi hidropik epitel tubulus dimana ditandai dengan ukuran sel yang membesar dan juga adanya vakuola berbatas kurang jelas dalam sitoplasma (Gambar 21.). Hidropik epitel tubulus ini umumnya bersifat reversibel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil tidak menimbulkan kerusakan ginjal meskipun terjadi intratubular hialin cast dan degenerasi epitel tubulus.

Gambar 20. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang munujukkan terjadinya intratubular hialin cast

Gambar 21. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan terjadinya degenerasi epitel tubulus

3. Kontrol dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB

Pengamatan histologi ginjal pada tikus kontrol dekok menunjukkan bahwa prapemberian 6 jam dekok biji Persea americana Mill. pada satu tikus tidak memperlihatkan adanya perubahan patologi spesifik (Gambar 22.) dan pada 1 tikus lain menunjukkan adanya intratubular hialin cast (Gambar 20.). Hasil ini mendukung data kadar kreatinin dimana berbeda tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol olive oil ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian dekok biji Persea americana Mill. baik data kadar kreatinin maupun gambaran histologi ginjal tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada ginjal baik secara biokimia maupun struktural (Gambar 22.).

4. Kelompok perlakuan jangka pendek dekok biji Persea americana Mill. dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 mL/kgBB

Hasil gambaran histologi ginjal pada tikus dengan pemberian jangka pendek (1,4, dan 6 jam) dekok biji Persea americana Mill. sebelum pemberian

karbon tetraklorida menunjukkan hasil yang beragam pada tiap kelompok perlakuan.

Hasil histologi ginjal pada kelompok praperlakuan jam ke-1 menunjukkan tidak adanya perubahan patologi yang spesifik pada ginjal. Hasil pengamatan histologi ginjal ini, dapat dikatakan mendukung hasil biokimia kadar kreatinin sebab kadar kreatinin kelompok praperlakuan meskipun berbeda bermakna ( p < 0,05) dengan kelompok kontrol negatif olive oil namun kadar kreatinin masih dalam range normal. Oleh karena itu, pada pengamatan histologi ginjal tikus tidak ditemukannya adanya perubahan patologi (Gambar 22.).

Gambar 22. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang tidak menunjukkan perubahan patologi spesifik

Histologi ginjal pada praperlakuan dekok biji Persea americana Mill. jam ke-4 memperlihatkan terjadinya intratubular hialin cast yang ditandai adanya masa homogen eosinofilik dalam lumen tubulus meskipun tidak pada seluruh lumen (Gambar 20.). Selain itu pula, ditemukan adanya dilatasi pada beberapa

lumen tubulus yang ditandai dengan bentuk sel epitel tubulus yang mengalami pemendekan atau pemipihan (Gambar 23.).

Kelompok praperlakuan jam ke-6, dua tikus menunjukkan tidak ditemukannya perubahan patologi spesifik pada ginjal dan satu tikus menunjukkan terjadinya intratubular hialin cast dan dilatasi lumen tubulus (Gambar 20. dan Gambar 23.). secara garis besar, hasil pembacaan histologi ginjal ini tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia dimana secara statistik terjadi perbedaan bermakna dengan kontrol olive oil dan kontrol positif karbon tetraklorida ( p < 0,05). Nilai purata kadar kreatinin kelompok praperlakuan jam ke-6 (0,84 ± 0,03 mg/dL) berada sedikit diatas batas normal (0,2-0,8 mg/dL). Tidak ditemukannya perubahan patologi spesifik pada ginjal ini dimungkinkan tidak tercupliknya bagian ginjal yang mengalami perubahan ataupun kapasitas cadangan ginjal yang relatif besar.

Gambar 23. Gambaran mikroskopik pada ginjal yang menunjukkan terjadinya dilatasi pada lumen tubulus

Berdasarkan hasil histologi ginjal menunjukkan beberapa ketidak sesuai dengan hasil pemeriksaan biokimia kadar kreatinin. Hal ini dimungkinkan bahwa

karbon teteraklorida sudah dapat menyebabkan terjadinya perubahan biokimia (kadar kreatinin) namun belum menyebabkan terjadinya perubahan struktural pada ginjal, selain itu pula juga dapat disebabkan karena pencuplikan organ ginjal tidak pada tempat terjadinya kerusakan, dan juga dimungkinkan kapasitas cadangan dari ginjal yang cukup besar sehingga kerusakan struktural pada ginjal tidak terlihat. Maka dari itu, hasil pemeriksaan histologi ginjal ini menjadi data pendukung dari hasil pemeriksaan biokimia kadar kreatinin. Untuk memperkuat hasil penelitian ini maka perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan nilai BUN (Blood Urea Nitrogen) untuk mengetahui kinerja filtrasi ginjal, pemeriksaan GST ( Glutation S-transferase ) untuk mengetahui adanya radikal bebas yang ada dalam darah, pemeriksaan TBARS ( Thiobarbituric acid reactive substance) untuk mengetahui adanya metabolit aldehida karbon tetraklorida yaitu malondialdehida yang bersifat toksik bagi sel. Selain itu pula, dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan nefrotoksikan lain seperti gentamisin untuk mengetahui apakah ada perbedaan waktu proteksi yang baik dan juga mekanisme kerja dekok biji Persea americana Mill.

Dokumen terkait