• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 0,8750 0,8929 2 0,9167 0,8667 3 0,9000 0,9167 4 0,9545 0,8276 5 0,9545 0,8824 6 0,8750 0,9063 7 0,9118 0,8810 8 1,0000 0,9211 9 0,9118 0,8182 10 0,8788 0,9091 Rata-rata 0,9178 0,8822

Berat jenis rata-rata tali daun nanas berkitosan setelah direndam dalam air laut berkisar antara 0,2235 – 0,4231 g/cm3 dan tali daun nanas tanpa kitosan berkisar antara 0,2235 – 0,4268 g/cm3. Nilai berat jenis tali daun nanas untuk perendaman

dalam air laut secara rinci tercantum dalam Lampiran 4, sedangkan sebaran berat jenis rata-ratanya tampak pada Gambar 7.

Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai berat jenis tersebar normal

dengan nilai signifikansi 0,983 > 0,05. Hasil uji menggunakan rancangan acak lengkap menghasilkan nilai 0,040 > 0,05 untuk tali uji kontrol, artinya perendaman tali uji dalam air laut berpengaruh nyata terhadap nilai berat jenis tali uji. Hasil uji rancangan acak lengkap untuk tali uji berkitosan menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,039 < 0,05, artinya perendaman tali uji berkitosan dalam air laut memberikan pengaruh terhadap nilai berat jenis tali uji. Tabel perhitungan nilai statistik deskriptif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.

18

Pada perlakuan perendaman tali daun nanas dalam air laut, nilai kadar air tali uji berkitosan lebih tinggi dibandingkan dengan tali uji tanpa kitosan. Hasil yang sama terjadi pada nilai berat jenis tali daun nanas berkitosan dan tanpa kitosan, terlihat bahwa nilai kadar air dan berat jenis kedua tali uji berbanding lurus. Pada saat nilai kadar air meningkat, maka nilai berat jenis tali daun nanas meningkat. Hal ini bertentangan oleh Bowyer et al. (2003) dalam penelitiannya, bahwa makin rendah kandungan air maka makin kuat air terikat, begitupun sebaliknya.

Morfologi dari serat daun nanas menjadi penting untuk diketahui, karena memiliki kaitan terhadap berat jenis serat. Dumanauw (2001) menyatakan bahwa berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel dan kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Rata-rata ketebalan dinding sel dari serat daun nanas adalah 8,3 µm, terletak antara serat sisal (12,8 µm) dan serat batang pisang (1,2 µm) (Hidayat 2008).

Sifat Mekanik Nilai kekuatan putus tali serat daun nanas

Nilai rata – rata kekuatan putus yang diperoleh dari tali daun nanas seluruh perlakuan pada penelitian ini berkisar antara 101,7900 – 183,7497 kgf/cm2. Nilai kekuatan putus untuk masing – masing perlakuan yang diberikan pada tali daun nanas dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai kekuatan putus yang terkecil diperoleh dari perlakuan perendaman tali daun nanas pada kitosan 2% selama 30 menit (101,7900 kgf/cm2), sedangkan yang tertinggi adalah pada perlakuan perendaman tali daun nanas konsentrasi 1% dengan lama perendaman 45 menit (183,7497 kgf/cm2). Uji

normalitas Kolmogorov – Smirnov menunjukkan data kekuatan putus tersebar normal dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,056 > 0,05.

Tabel 9 Nilai kekuatan putus (σ) tali daun nanas

Konsentrasi kitosan

σ (kgf/cm2)

0 menit 15 menit 30 menit 45 menit

1% 125,0357 154,0791 125,6707 183,7497

1,5% 122,3892 151,5936 136,0695 176,2475

2% 117,5031 148,2473 101,7900 116,4746

Komposisi kitosan terbaik berdasarkan nilai kekuatan putus yang diperoleh pada penelitian pendahuluan ini adalah pada perlakuan perendaman tali daun nanas konsentrasi kitosan 1% dengan lama perendaman 45 menit. Tali daun nanas pada perlakuan tersebut mampu menahan tegangan maksimum sebesar 43,86 kgf dengan regangan sepanjang 7,8950 cm sebelum bahan uji putus. Ukuran kekuatan tali uji pada perlakuan tersebut berdasarkan nilai kekuatan putus maksimum sebesar 183,7497 kgf/cm2 (Lampiran 8).

Perlakuan terbaik yang diperoleh pada penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan melakukan pengujian ulang sebanyak 10 ulangan. Nilai kekuatan putus yang diperoleh dari tali daun nanas kontrol berkisar antara 100,1783 200,599 kgf/cm2, sedangkan kekuatan putus tali serat nanas berkitosan sebesar 104,1693 277,9618 kgf/cm2. Nilai kekuatan putus tali serat daun nanas berkitosan serta tanpa kitosan dapat dilihat pada Tabel 10 dan secara lengkap pada Lampiran 9.

Nilai kekuatan putus rata–rata tali uji berkitosan (172,0734 kgf/cm2) lebih besar

daripada tali uji tanpa kitosan (153,4089 kgf/cm2). Hasil yang terlihat bahwa kitosan mampu meningkatkan nilai kekuatan putus tali daun nanas. Uji normalitas

Kolmogorov – Smirnov menunjukkan data kekuatan putus tersebar normal dengan

nilai signifikansi 0,812 > 0,05. Analisis statistik untuk nilai kekuatan putus tali uji menghasilkan P-value sebesar 0,309 > 0,05 (Lampiran 10). Hasil analisis statistiknya adalah gagal tolak H0, yang artinya bahwa pemberian kitosan tidak

berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan putus tali daun nanas.

Tabel 10 Nilai kekuatan putus tali daun nanas tanpa kitosan dan berkitosan.

Ulangan σ (kgf/cm

2)

Tanpa kitosan Berkitosan

1 170,4968 161,2804 2 115,3312 159,2357 3 146,2446 165,2659 4 140,4944 164,3033 5 152,8753 104,1693 6 189,4013 277,9618 7 119,3074 148,2588 8 100,1783 228,3033 9 200,5993 171,8105 10 189,1606 140,1449 Rata-rata 153,4089 172,0734

Klust (1987) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi nilai kekuatan putus suatu material adalah kekakuannya (stiffnes). Kitosan tidak hanya mampu meningkatkan kekuatan putus tali daun nanas, namun juga mampu mengurangi kekakuan dari tali uji. Berdasarkan nilai kekuatan putus yang diperoleh, tali daun nanas tanpa kitosan mampu menahan beban sebesar 153,4089 kgf tiap luasan sebesar 1 cm2, sedangkan tali daun nanas berkitosan mampu

menahan beban lebih besar lagi yaitu 172,0734 kgf per luasan 1 cm2. Hal tersebut menunjukkan bahwa tali daun nanas tergolong kuat. Kitosan yang digunakan sebagai pengawet merupakan polisakarida yang dapat terserap dan terisolasi dalam serat daun nanas. Hal ini didukung dari hasil penelitian Dhanabalan et al. (2015) dan Yusof et al. (2015) melalui citra Scanning Electron Microscope (SEM) yang menyatakan bahwa struktur serat daun nanas yang multiselular dengan permukaan yang berongga dan memiliki struktur jaringan yang padat, mampu menyerap dan mengisolasi cairan dengan sangat baik (Gambar 8). Inilah yang membuat kekakuan serat daun nanas berkurang dan kekuatan putusnya meningkat, dimana hal tersebut berdampak positif. Meidina et al. (2011) dalam Fitriawati (2012) menyatakan bahwa muatan positif kitosan diketahui dapat berinteraksi dengan permukaan sel bakteri yang bermuatan negatif, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan bakteri penyebab kerusakan.

Suatu material alat penangkapan ikan harus tahan terhadap perendaman dalam air. Material tali daun nanas sendiri memiliki nilai kekuatan putus yang berubah– ubah berdasarkan percobaan perendaman dalam air laut yang dilakukan secara terus-menerus dari hari pertama hingga hari keempat.

20 0 50 100 150 200 250 300 350 0 1 2 3 4 σ (kgf /cm 2 ) Hari ke-

Tanpa kitosan Berkitosan

Gambar 8 Struktur serat daun nanas melalui citra SEM (Yusof et al. 2015).

Nilai kekuatan putus (σ) tali daun nanas berkitosan sebelum direndam air laut adalah 134,4476 kgf/cm2. Setelah direndam selama sehari, kekuatan putus meningkat menjadi 207,4720 kgf/cm2, lalu kembali meningkat menjadi 299,8140 kgf/cm2 pada hari kedua dan pada hari ketiga berkurang menjadi 269,6212 kgf/cm2.

Terjadinya penurunan kekuatan putus pada perendaman hari ketiga menunjukkan bahwa serat daun nanas mulai mengalami kerusakan.

Nilai kekuatan putus (σ) tali daun nanas tanpa kitosan sebelum direndam air laut adalah 162,5075 kgf/cm2. Setelah tali daun nanas direndam selama sehari, kekuatan putusnya menjadi 161,5247 kgf/cm2, lalu kembali meningkat menjadi 234,2907 kgf/cm2 pada hari kedua dan pada hari ketiga menjadi 270,3631 kgf/cm2. Terjadinya penurunan kekuatan putus pada perendaman hari keempat menunjukkan bahwa tali daun nanas mulai mengalami degradasi. Sebaran nilai kekuatan putus pada percobaan perendaman tali daun nanas dalam air laut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Nilai kekuatan putus tali daun nanas hasil perendaman dalam air laut. Data nilai kekuatan putus tali daun nanas menyebar normal dengan nilai signifikansi sebesar 0,531 > 0,05. Hasil analisis menggunakan rancangan acak lengkap diperoleh nilai signifikansi, 0,870 > 0,05 (Lampiran 12). Hasil analisis statistik menunjukkan data tidak berpengaruh nyata, artinya lama perendaman tali uji dalam air laut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan putus tali daun nanas.

Perendaman serat daun nanas dalam air laut menunjukkan waktu yang dibutuhkan serat tersebut mulai terdegradasi. Serat daun nanas berkitosan mengalami penurunan nilai kekuatan putus pada hari ketiga, sementara serat tanpa kitosan mengalami penurunan kekuatan putus pada hari keempat. Ini menunjukkan bahwa kitosan mampu mempercepat proses serat daun nanas agar lebih mudah terurai di alam, sehingga tidak menumpuk menjadi sampah yang menyebabkan

ghost fishing.

Klust (1987) menjelaskan bahwa serabut tumbuh–tumbuhan merupakan bagian dari tanaman yang sudah mati yang sebagian besarnya terdiri dari selulosa. Oleh sebab itu, mikroorganisme pemakan selulosa dari jenis bakteri mudah menyerang serat alami yang berada dalam kondisi lembab atau terendam dalam air. Hal ini mengakibatkan serat alami mudah rusak atau tidak tahan lama bila dijadikan material alat penangkapan ikan, namun kelebihannya adalah memiliki daya degradasi yang tinggi jika dibandingkan dengan serat sintesis.

Perendaman serat daun nanas dalam air akan memberikan pengaruh yang besar terhadap karakterisasi fisik dan mekanik serat tersebut. Kebenaran teori ini telah terbukti melalui penelitian yang telah dilakukan yang menjelaskan bahwa terdapat perubahan karakterisasi fisik dan mekanik serat daun nanas dengan pemberian pengawet kitosan dan perlakuan perendaman dalam air laut.

Mekanisme kerja zat anti mikroba secara umum adalah dengan merusak struktur–struktur utama dari sel mikroba seperti dinding sel, sitoplasma, ribosom dan membran sitoplasma. Adanya zat anti mikroba pengawet kitosan, akan menyebabkan denaturasi protein. Keadaan ini akan menyebabkan interaksi enzim, sehingga sistem metabolisme terganggu atau menjadi rusak dan akhirnya tidak ada aktivitas sel mikroba (Volk dan Wheeler 1990). Helander et al. 2001 menambahkan bahwa sebagai kation, kitosan mempunyai komponen untuk mengikat berbagai macam komponen seperti protein. Muatan positif dari gugus NH3+ pada kitosan

dapat berinteraksi dengan muatan negatif pada permukaan sel bakteri. Adanya kerusakan pada dinding sel bakteri mengakibatkan melemahnya kekuatan dinding sel, bentuk dinding sel menjadi abnormal dan pori–pori dinding sel bakteri membesar. Hal tersebut mengakibatkan pelemahan kekuatan dinding sel, bentuk dinding sel menjadi abnormal dan pori–pori dinding sel menjadi membesar. Hal tersebut mengakibatkan dinding sel bakteri tidak mampu mengatur pertukaran zat– zat dari dan menuju sel, kemudian membran sel menjadi rusak, sehingga aktivitas metabolisme akan terhambat. Hingga akhirnya bakteri akan mengalami kematian. Sifat–sifat tersebut yang menjadikan kitosan mampu untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Suatu material memiliki sifat mulur yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.Sifat mulur merupakan perubahan panjang yang terjadi pada suatu material yang dikenai gaya tertentu. Pada kurva hubungan beban dan kemuluran menunjukkan bahwa garis kurva beban dan kemuluran tali daun nanas tanpa kitosan menghasilkan 4 titik puncak, sedangkan tali daun nanas nanas berkitosan menghasilkan 1 titik puncak. Titik puncak pertama untuk tali uji berkitosan mencapai nilai kemuluran sebesar 2,0867 cm dengan beban sebesar 33 kgf. Nilai kemuluran tali uji tanpa kitosan lebih tinggi dibandingkan tali uji berkitosan yaitu 2,2354 cm, dengan nilai beban sebesar 31 kgf. Beban yang mampu ditahan oleh tali uji berkitosan pada titik puncak pertama lebih besar dibandingkan dengan beban pada tali uji tanpa kitosan. Ini menunjukkan bahwa pada beban 31 kgf untuk tali

22 2,2354 2,6160 2,6239 3,1975 2,0867 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 K em u lu ra n (c m ) Beban (kgf)

Tanpa kitosan Berkitosan

uji tanpa kitosan dan 33 kgf untuk tali uji berkitosan sudah mengalami kerusakan. Aplikasinya ketika tali daun nanas digunakan pada alat penangkapan ikan melebihi beban tersebut maka penggunaannya harus benar-benar diperhatikan. Berdasarkan banyaknya jumlah titik puncak yang terbentuk pada kurva beban dan kemuluran, diketahui bahwa peningkatan beban dan perubahan nilai kemuluran untuk tali uji berkitosan lebih stabil dibandingkan tali uji tanpa kitosan. Hasil ini sesuai dengan hasil uji kekuatan putus tali daun nanas yang menunjukkan bahwa tali daun nanas berkitosan memiliki nilai kekuatan putus yang lebih tinggi dibandingkan tali daun nanas tanpa kitosan.

Nilai kemuluran yang meningkat lalu menurun secara tiba–tiba hingga menghasilkan titik puncak, menunjukkan bahwa telah terjadi indikasi kerusakan pada tali uji. Artinya, tali uji tanpa kitosan mengalami kerusakan lebih awal dengan beban yang lebih rendah dibandingkan dengan tali uji berkitosan. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa tali daun nanas tanpa kitosan lebih mulur dibandingkan tali daun nanas berkitosan. Kurva beban dan kemuluran yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10 dan data lengkapnya pada Lampiran 7.

Gambar 10 Kurva hubungan beban dan kemuluran tali daun nanas tanpa kitosan dan berkitosan.

Nilai kemuluran tali daun nanas tanpa kitosan tidak stabil, sehingga membentuk beberapa titik puncak. Artinya, bahwa pilinan beberapa helai serat nanas menjadi seutas tali, mampu menahan beban hingga puluhan kgf. Nilai kemuluran yang meningkat lalu kembali menurun hingga membentuk beberapa titik puncak disebabkan adanya helaian serat nanas yang putus. Ketika terdapat helaian serat yang putus, maka nilai kemuluran tali uji menurun. Nilai kemuluran kembali meningkat karena terdapat helaian serat lainnya yang masih mampu menahan beban yang diberikan hingga seluruh helaian serat benar–benar putus.

Pada perlakuan perendaman tali daun nanas dalam air laut selama satu hari sudah mulai meningkatkan nilai beban dan kemuluran tali uji jika dibandingkan dengan tali uji tanpa perlakuan perendaman dalam air laut. Pada perlakuan perendaman selama satu hari menghasilkan masing-masing satu titik puncak untuk tali daun nanas berkitosan maupun tanpa kitosan. Nilai kemuluran tali uji tanpa kitosan pada

titik puncak pertama sebesar 1,0400 cm dengan beban sebesar 11 kgf. Nilai kemuluran tali uji berkitosan lebih besar dari tali uji tanpa kitosan yaitu 6,6625 cm dengan beban yang lebih besar yaitu 43 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa ketika tali uji direndam dalam air laut selama satu hari, maka beban yang mampu ditahan oleh tali uji sebelum mulai mengalami kerusakan adalah sebesar 11 kgf untuk tali uji tanpa kitosan dan 43 kgf untuk tali uji berkitosan. Jika beban yang diberikan lebih dari itu, maka sebaiknya perlu berhati-hati dalam menggunakan tali uji tersebut karena pemberian beban melebihi itu sudah menyebabkan beberapa serat dari 60 helai serat yang dipilin mulai putus.

Hasil perendaman tali daun nanas dalam air laut selama dua hari hanya menghasilkan satu titik puncak untuk tali daun nanas tanpa kitosan saja sedangkan tali uji tanpa kitosan tidak mengasilkan titik puncak. Nilai kemuluran tali daun nanas berkitosan pada titik puncak pertama sebesar 3,7075 cm dengan beban 42 kgf. Ini menunjukkan bahwa pada tali uji berkitosan dengan beban sebesar 42 kgf sudah mulai membuat beberapa helaian serat pada satu tali uji mulai putus. Pada tali daun nanas tanpa kitosan yang tidak membentuk titik puncak menunjukkan bahwa pemberian beban melebihi 60 kgf masih dapat ditahan oleh tali uji tanpa kitosan. Nilai beban maksimum yang dapat ditahan oleh kedua tali uji hingga hampir seluruh helaian serat dalam satu tali uji putus adalah 60 kgf untuk tali uji tanpa kitosan dan 46 kgf untuk tali uji berkitosan.

Perendaman tali daun nanas dalam air laut selama tiga hari, menghasilkan masing-masing satu titik puncak untuk tali daun nanas tanpa kitosan dan tali daun nanas berkitosan. Titik puncak pada tali daun nanas tanpa kitosan menghasilkan nilai kemuluran sebesar 2,7642 cm dengan beban sebesar 34 kgf. Nilai kemuluran titik puncak tali uji berkitosan lebih kecil dibandingkan tali uji tanpa kitosan yaitu 2,2089 cm dengan nilai beban yang lebih tinggi sebesar 45 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa saat tali uji diaplikasikan pada alat penangkapan ikan, maka pemberian beban pada tali uji sebaiknya disesuaikan dengan besar beban pada titik puncak pertamanya. Alasannya karena pada beban 34 kgf untuk tali uji tanpa kitosan dan 45 kgf untuk tali uji berkitosan sudah membuat beberapa helaian serat dalam satu pilinan tali uji mulai putus. Artinya bahwa tali daun nanas yang akan direndam selama tiga hari dan diberi beban melebihi nilai tersebut, memiliki kemungkinan putus lebih cepat sehingga dibutuhkan pertimbangan dan perhitungan yang lebih akurat jika tali uji digunakan dalam pembuatan alat penangkapan ikan.

Perendaman tali daun nanas dalam air laut selama empat hari, menghasilkan dua titik puncak untuk tali daun nanas tanpa kitosan dan satu titik puncak untuk tali daun nanas berkitosan. Pada titik puncak pertama untuk tali uji tanpa kitosan menghasilkan kemuluran 1,4706 cm dengan beban 29 kgf, sedangkan tali uji berkitosan mengasilkan nilai kemuluran sebesar 2,5827 cm pada beban 28 kgf. Hal ini menunjukkan bahwa beban yang sebaiknya diberikan pada tali uji tanpa kitosan pada perendaman selama empat hari adalah sebesar 29 kgf dan pada tali uji berkitosan sebesar 28 kgf. Apabila beban yang diberikan melebihi nilai tersebut, maka dalam menggunakan tali uji untuk material alat penangkapan ikan harus lebih hati-hati karena pada beban tersebut sudah mulai membuat beberapa helaian pada tali uji putus. Kurva perbandingan beban dan kemuluran tali daun nanas berkitosan maupun tanpa kitosan pada perendaman dalam air laut dapat dilihat secara berurutan pada Gambar 11 dan lebih lengkap pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

24 1,0400 6,6625 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 K em u lu ra n (c m ) Beban (kgf) 1 Hari 3,7075 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 K em u lu ra n (c m ) Beban (kgf) 2 Hari 2,7642 2,2089 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 K em ulu ra n (cm ) Beban (kgf) 3 Hari 1,4706 1,3075 2,5827 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60 62 64 66 68 K em ulu ra n (cm ) Beban (kgf) 4 Hari

Tanpa kitosan Berkitosan

Gambar 12 Kurva hubungan beban dan kemuluran tali daun nanas hasil perendaman dalam air laut.

Percobaan perendaman tali daun nanas dalam air laut ternyata mampu meningkatkan nilai kemuluran tali uji. Ini sejalan dengan peningkatan kekuatan putus pada tali uji, penyebabnya adalah air laut mampu mengurangi kekakuan serat sehingga meningkatkan nilai kemulurannya. Semakin panjang garis kurva menandakan bahwa semakin besar beban yang dapat ditahan oleh tali uji. Terdapat beberapa titik puncak yang terbentuk pada kurva perbandingan beban dan kemuluran selama dilakukan perendam tali uji yang direndam selama satu, dua, tiga dan empat hari. Ini menandakan bahwa serat daun nanas yang dipilin menjadi seutas tali, putus satu persatu. Ketika helaian yang satu putus maka helaian yang lain menopang beban yang semakin meningkat, hingga sampai pada beban maksimum yang membuat hampir seluruh helaian putus.

Pada penelitian ini, beban maksimum yang diperoleh belum membuat seluruh helaian serat dalam satu tali uji putus. Hal ini menunjukkan bahwa tali daun nanas memiliki kekuatan putus lebih besar dari nilai kekuatan putus dan kemuluran maksimum yang dihasilkan dalam penelitian ini. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah serat daun nanas yang digunakan sebagai tali uji berasal dari jenis tanaman nanas yang berbeda. Penelitian lanjutan mengenai kekuatan putus sehelai serat dan tali daun nanas dengan membandingkan beberapa jenis tanaman nanas yang ada di Indonesia perlu dilakukan untuk memberikan informasi tambahan mengenai kekuatan serat daun nanas sebelum dan setelah menjadi tali.

Penelitian lain mengenai serat alami sebagai material alat penangkapan ikan sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian tersebut terkait nilai kemuluran adalah serat daun pandan yang memiliki kemuluran 20,1 mm dan serat rami serta katun sebelum diawetkan adalah 11,9 mm dan 17,2 mm (Lenkosmanerri 1998). Nilai- nilai kemuluran serat tersebut lebih kecil dari nilai kemuluran serat daun nanas yang diawetkan maupun serat tanpa pengawetan kitosan. Nilai kemuluruan suatu material alat penangkapan ikan perlu diperhatikan karena berkaitan erat dengan kekuatan putus material tersebut.

Tali Daun Nanas untuk Material Alat Penangkapan Ikan

Pada alat penangkapan ikan, nilai berat jenis dan kadar air suatu material alat tangkap harus benar-benar diperhitungkan, karena akan bergantung pada daya serap air dan kecepatan tenggelam material tersebut. Beberapa alat penangkapan ikan membutuhkan material yang cepat tenggelam di dalam air ketika dioperasikan, contohnya pukat cincin (purse seine), bubu dasar dan lampara dasar, sedangkan sebagian lainnya membutuhkan material yang ringan sehingga mudah ditarik atau gampang mengapung di dasar perairan. Alat tangkap tersebut seperti gillnet

permukaan dan jenis pukat tarik serta pukat hela yang sekarang ini penggunaannya sudah dilarang.

Nilai berat jenis suatu material perlu diketahui, karena akan berpengaruh terhadap performa alat penangkapan ikan ketika dioperasikan. Seperti diketahui bahwa secara teori, jika berat jenis suatu benda lebih besar (>) dari berat jenis air maka benda tersebut akan tenggelam. Jika berat jenis benda sama dengan (=) berat jenis air, maka benda tersebut akan melayang. Jika berat jenis benda kurang dari (<) berat jenis air, maka benda tersebut akan mengapung. Analisis tersebut penting dalam menentukan material alat penangkapan ikan. Berdasarkan nilai berat jenis

26

tali daun nanas yang diperoleh dalam penelitian ini, maka tali daun nanas cenderung tenggelam di dalam air tawar dan air laut (1,9178 > 1,00 dan 1,025 g/cm3).

Berdasarkan hasil pengukuran nilai kekuatan putus tali daun nanas (Ananas sp.)

dapat dilihat bahwa serat daun nanas dapat diolah menjadi tali temali untuk digunakan pada alat penangkapan ikan. Lenkosmanerri (1998) menjelaskan bahwa kekuatan putus benang rami dan benang katun sebelum diawetkan adalah 2,98 kgf dan 2,52 kgf. Nilai kemuluran benang rami dan katun sebelum diawetkan adalah 11,9 mm dan 17,2 mm dengan diameter benang 0,77 mm. Rachmah et al. (2015) menemukan potensi lain dari serat daun pandan yang juga diuji kekuatan putus dan kemulurannya, dimana diperoleh nilai kekuatan putus serat daun pandan sebesar 4 kgf dan kemuluran sebesar 20,1 mm dengan diameter strand yang diuji adalah 0,02

Dokumen terkait