• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Landasan Teoritis

1.7.1 Teori Kontrol Sosial

Teori kontrol sosial pada dasarnya berusaha menjelaskan kenakalan remaja dan bukan kejahatan oleh orang dewasa, namun disini saya mehubungkan antara perilaku penyimpangan pada waktu kecil atau remaja membawa dampak

17

pada anak sampai tumbuh menjadi dewasa dan akan melakukan pelanggaran ataupun kejahatan, pengaruh bawaan dari masa lalu atau remaja membuat seseorang menjadi serakah, berkurangnya pendekatan keluarga atau pembentukan pada masa anak-anak, kurangnya pembentukan kepribadian dari keluarga maupun lingkungan sekolah akan berpengaruh pada waktu seseorang itu menempati posisi tertentu dalam jabatannya nanti. Perilaku pada masa kanak-kanak akan berpengaruh besar dalam karirnya dan akan menjadi kebiasaan.

Menurut Travis Hirschi Teori kontrol Sosial kajiannya melihat dari sudut pandang criminal biology yaitu faktor dari dalam si pelaku dan criminal sociology yaitu faktor kondisi dalam lingkungan yang mempengaruhi perilaku seseorang seperti attachment, involvement, commitment, belief.9

1. Teori Containment (Containment Theory)

Teori containment, merupakan salah satu bagian dari teori control sosial. Ini muncul sebagai akibat dari tiga ragam perkembangan dalam kriminologi. Pertama adanya reaksi terhadap orientasi labeling dan konflik, dan kembali pada penyelidikan tentang tingkah laku kriminal. Kedua munculnya studi tentang

criminal juctice” sebagai ilmu baru yang telah membawa pengaruh terhadap kriminologi menjadi lebih pragmatis dan berorientasi pada sistem. Ketiga teori control sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik penelitian baru khususnya bagi

tingkah laku anak atau remaja, yakni “self report survey”.10

9Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Ctk.Kedua PT. Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 46

18

Perkembangan teori kontrol sosial dipelopori oleh Emile Durkeim ketika ia menyatakan bahwa masyarakat akan selalu memiliki angka nyata tentang kejahatan dan perilaku menyimpang yang merupakan gejala normal dalam masyarakat.11 Kemudian perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 1950-an, beberapa ahli telah mempergunakan pendekatan teori kontrol sosial ini terhadap kenakalan anak. Pada tahun 1951, Albert J. Reiss telah mengelompokkan kenakalan berdasarkan tipe psikologinya, teorinya didasarkan pada pendekatan psikiatri dan sosiologi dan merupakan orang pertama yang mengemukakan teori kontrol diri dari kenakalan. Kenakalan terjadi karena lemahnya mekanisme kontrol ego dan superego.12

Perkembangan selanjutnya, diikuti oleh Sykes dan Matza (1957) yang menyatakan bahwa kenakalan terjadi karena rendahnya komitmen pada norma masyarakat dan norma hukum. Sykes dan Matza memperkenalkan 5 (lima) teknik netralisasi. Teknik netralisasi adalah teknik yang dikembangan dari pandangan kritis bahwa orangyang terlibat tindak kejahatan adalah salah, mereka harus rasional, mau mempetimbamgkan dan membuat tingkah laku yang salah dapat diterima sebagai suatu kenyataan sebelu mereka melanjutkan tindakannya. ke 5 (lima) teknik adalah : penolokan tanggung jawab, penolokan rasa sakit, penolokan korban, menghukum bagi yang dinyatakan salah, mengharap loyalitas yang lebih tinggi.13

11Ibid

12Koentjoro, Kriminologi dalam Perspektif Psikologi Sosial, available at : http://koentjoro- psy.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/kriminologi-1.pdf, accessed 21 Januari 2015.

19

Pendekatan lain digunakan oleh F. I van Nye, yang mengemukakan bahwa teori kontrol tidak sebagai penjelasan umum tentang kejahatan melainkan penjelasan yang bersifat kasuistis. F. I van Nye pada hakikatnya tidak menolak adanya unsur psikologis, disamping unsur sub kultur dalam proses terjadinya kejahatan. Sebagian kasus kenakalan, disebabkan gabungan antara hasil proses belajar dan kontrol sosial yang kurang efektif.14 Pada tahun 1961, Walter Reckless menyampaikan teori containment yang menjelaskan bahwa kenakalan merupakan hasil (akibat) dari interrelasi antara dua bentuk kontrol, yakni inner containment dan outer containment.

Tahun 1969, Tarvis Hirschi mengeluarkan sebuah teori dengan nama social bond. Hirschi percaya bahwa manusia itu dilahirkan untuk melanggar hukum dan akan menjauhkan diri dari perbuatan itu jika terjadi hal yang khusus. Kejadian khusus akan terjadi, manakala ikatan orang pada jalur utama masyarakat itu kuat. Kuatnya ikatan orang pada alur utama masyarakat itu terjadi karena adanya 4 (empat) elemen, yakni : attachment, commitment, involvement, dan belief.15

Pada penelitian ini penulis mempergunakan teori containment sebagai salah satu landasan teori dalam membahas dan menganalisa permasalahan, yang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan anak melakukan balapan liar. Penulis mempergunakan teori containment, karena teori ini memliki ke khasan atau ciri khusus, dimana dalam teori containment dijelaskan mengapa anak tersebut

14Lilik Mulyadi, Kajian Teoristis dan Analisis Terhadap Dimensi Teori-Teori Kriminologis

dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana Modern, available at : http/www.pt-

jambi.go.id/uploads/others/kajian_kritis_dan_analitis_terhadap_dimensi_teori_teori_kriminologi_ dalam_perspektif_ilmu_pengetahuan_hukum_pidana_modern.pdf,accessed 21 Januari 2015

20

melakukan kenakalan, padahal mereka sudah mengetahui adanya larangan yang mengatur mengenai perbuatan yang dilakukan. Namun, mereka tetap saja melakukan kenakalan itu karena dipengaruhi oleh dorongan dan tarikan baik yang berasal dari dalam diri ataupun luar diri anak tersebut. Selanjutnya dalam paragraf berikutnya akan dipaparkan lebih lanjut mengenai penjelasan dari teori containment.

Containment theory menurut Walter Reckless adalah untuk menjelaskan mengapa di tengah berbagai dorongan dan tarikan-tarikan beraneka macam, dan apapun itu bentuknya, conformity (penerimaan pada norma) tetaplah menjadi sikap yang umum.16 Teori containment pada dasarnya menyatakan bahwa individu- individu memiliki berbagai kontrol sosial (containment) yang membantunya di dalam melawan tekanan-tekanan yang menarik mereka menuju kriminalitas. Artinya disini bahwa containment internal dan eksternal memiliki posisi netral, berbeda dalam tarikan sosial (social pull) dan dorongan dari dalam individu.17

Teori ini berusaha untuk mencatat kekuatan-kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi individu-individu melakukan tindak kejahatan, juga sifat-sifat perorangan yang bisa mengisolasi mereka dari atau dorongan mereka melakukan kriminalitas. dengan Demikian kehadiran ataupun ketidakhadiran social pressures berinterksi dengan kehadiran atau ketidakhadiran containment untuk menghasilkan atau tidak menghasilkan kejahatan perorangan.18

16Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2009, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 94-95.

17Lilik Mulyadi, op.cit.

18Frank E. Hagan, 1989, Introduction to Criminology, Theories, Methods and Criminal Behavior, Nelson-Hall, Chicago, h. 44.

21

Walter Reckless bersama rekan-rekannya merasakan bahwa teori tersebut sangat bermanfaat dalam menjelaskan kejahatan maupun bukan kejahatan seperti

yang ditunjukkan dalam artikel “The Good Boy a High Delinquency Area”. Seseorang bisa mendapatkan pengaruh untuk melakukan kejahatan dan disebabkan karena external pressures yang kuat dan external pull serta kelemahan inner containments dan outer containments, sedang yang lainnya tekanan-tekanan (pressures) yang sama seperti ini bisa melawan disebabkan karena berkat keluarga yang kuat atau pemaknaan diri yang kuat.19

Berdasarkan penjelasan teori containment dapat kita lihat bahwa anak dapat melakukan suatu penyimpangan atau kenakalan karena disebabkan oleh sejauh mana dorongan-dorongan dari faktor internal (seperti kebutuhan yang harus dipenuhi, kesalahan, kekejaman) dan eksternal seperti (seperti kemiskinan, pengangguran) dapat dikontrol oleh outer containment dan inner containment seseorang.

Dokumen terkait