HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.3. Koping Pada Lansia
5.1.3.2. Koping Dengan Peredaan atau Peringanan
Distribusi Frekuensi Koping Dengan Peredaan Atau Peringanan Pada Lansia Di Panti Werda UPT. Pelayanan sosial lanjut usia Binjai Tahun 2010
No Koping Dengan Peredaan Atau
Peringanan
Pilihan terbanyak
%
1. Saat anda mengalami masalah, menenangkan diri dengan cara mis: merokok, minum alkohol, minum obat penenang?
SL ( 16 )
34,0 2. Setiap anda memiliki masalah, anda
mengalihkan masalah dengan cara melakukan hobi anda?
TP ( 21 ) 44,7
3. Masalah yang anda hadapi terbawa kedalam mimpi?
TP ( 20 ) 42,6 4. Masalah yang ada, anda jadikan sebagai
motivasi hidup anda untuk lebih baik?
KK ( 19 ) 40,4 5. Didepan orang banyak anda tidak
memperlihatkankan masalah anda, tetapi saat anda sendiri masalah itu trus anda pikirkan?
KK ( 18 ) 38,3
Koping dengan peredaan atau peringanan pada lansia di Panti werda UPT. Pelayanan sosial lanjut usia Binjai dapat dilihat Berdasarkan hasil, diketahui bahwa koping dengan peredaan atau peringanan pada lansia paling banyak yang menyatakan menenangkan diri dengan cara misalnya merokok, minum alkohol, minum obat penenang yaitu 16 orang (34,0%) dan paling sedikit yang menyatakan mengalihkan masalah dengan cara melakukan hobi yaitu 4 orang (8,5%).
Koping pada lansia yang dapat diketahui dari rata-rata skor yang diperoleh sebesar 24,53 dan mempunyai skor terendah yaitu 19 dan skor tertinggi yaitu 32.
5.1. Pembahasan
5.2.1. Stress Pada Lansia
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Stress mengkibatkan tubuh tidak akan mampu berespon terhadap suatu tugas (Hans Selye, 1950). Berdasarkan hasil penelitian stress fisik pada lansia paling banyak menyatakan tidak nyaman dengan lingkungan panti. Perasaan yang tidak nyaman dengan lingkungan yang baru. akan membuat diri lansia menjadi tidak nyaman untuk sesaat saja, tetapi akan menjadi terbiasa apabila berinteraksi dengan orang-orang yang seusianya. Lansia yang mengalami stress fisik paling banyak berusia antara 75-90 tahun. Umur yang semakin lanjut mengakibatkan kondisi fisik juga semakin menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Holmes dan Rahe, (1976) bahwa peristiwa-peristiwa yang mengubah hidup seseorang merupakan hal normal yang membutuhkan jenis dan waktu penyesuaian yang sama. Selain itu adanya perbedaan perubahan cuaca sewaktu lansia berada di rumahnya ataupun berada di lingkungan panti. menyebabkan lansia merasa tidak nyaman bila tidur di siang hari di dalam kamarnya. Kondisi tersebut akan menyebabkan gangguan pada kesehatan lansia. Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat (2008) yang mengutip pendapat Amberg (1979) bahwa muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas rutin pada lansia disebakan karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu
lelah karena gangguan pola tidur. Kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya. Selain itu adanya kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.
Stress fisiologik pada lansia paling banyak mengenai gangguan pencernaan karena harus menyesuaikan diri dengan makanan di panti. Hal ini disebabkan karena lansia menyadari bahwa dengan meningkatnya usia maka kemampuan dari anggota gerak tubuh dan proses metabolisme tubuh juga akan semakin menurun. Lansia kurang percaya dengan penyajian makanan dan minuman di panti. Banyaknya lansia yang dirawat di Panti Werda menimbulkan anggapan pada lansia bahwa kurang percaya akan Selain itu menurut (Golstein, 1989) bahwa dalam proses metababolisme tubuh, terdapat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Hal ini juga ditegaskan oleh Alem (1989) dan Darmojo (1999) bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur.kondisi kebersihan makanan yang disediakan di panti. Lansia merasa dengan jumlah lansia yang banyak, kemungkinan akan kesulitan untuk mengontrol makanan agar tetap bersih dan terolah dengan baik. Kondisi tersebut menyebabkan lansia tidak mau mengkonsumsi kalori. Hal ini disebabkan oleh menurunya fungsi pencernaan dan organ-organ tubuh lainnya pada lansia. Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho
(2008) bahwa proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan dengan perubahan yang terkait waktu. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup. Berikut akan dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
Stress psikis atau emosional pada lansia paling banyak takut dan cemas karena keluarga akan melupakannya bila berada di panti. Lansia mempunyai anggapan bila berada di lingkungan keluarga, tentunya akan menambah berat beban keluarga, karena adanya anggapan lansia meruapakan kelompok dari orang-orang yang sakit, sehingga solusi yang terbaik bagi keluarga membawa lansia ke panti. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Nugroho (2008) bahwa keberadaan lanjut usia dipersepsikan negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyakat sekitarnya. Adanya anggapan bahwa menjadi tua identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi ini muncul karena memandang lanjut usia hanya dari kasus lanjut usia yang sangat ketergantungan dan sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti itu tentu saja tidak semuanya benar. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, lanjut usia harus dipandang sebagai individu yang memiliki kebutuhan intelektual, emosional, dan spiritual, selain kebutuhan yang bersifat biologis.
5.1.2. Koping Pada Lansia
Koping merupakan kemampuan seseorang untuk menguasai situasi yang di nilai sebagai suatu tantangan dalam mengatasi tuntutan-tuntutan tekanan yang membangkitkan emosi atau dapat dikatakan sebagai reaksi seseorang terhadap stress (Lazarus, 1976). Koping dengan tindakan langsung pada lansia paling banyak menyatakan sebelum masalah datang sudah mempersiapkan diri. Lansia mengalami keterbatasan dalam penanganan masalah karena kemampuan secara psikologis dan kesehatan juga sudah menurun, maka persiapan lansia hanya pada melakukan aktivitas-aktivitas lain sehingga tidak terfokus pada masalah yang dialaminya. Koping dengan tindakan langsung pada lansia termasuk termasuk koping avoidance yaitu memilih cara menghindari atau menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam dan apati yaitu menerima begitu saja keadaan/situasi yang tidak menyenangkan bagi dirinya. Kategori koping tersebut banyak terdapat pada lansia, dikarenakan lansia menganggap bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan untuk menghadapi masalahnya.
Koping dengan peredaan atau peringanan pada lansia paling banyak yang menyatakan menenangkan diri dengan cara misalnya merokok, minum alkohol, minum obat penenang. Lansia menganggap bahwa lansia menjadi lebih baik bila duduk sambil merokok dan juga minum obat penenang bila ada sesuatu masalah yang sedang dihadapinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat (2004) bahwa apabila stres tidak cepat di tanggulangi atau di atasi dengan baik, maka akan dapat berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang
paling berat, maka dapat di lakukan dengan cara: pengaturan diet, istrahat dan tidur, olah raga dan latihan teratur, berhenti merokok, pengaturan waktu, dan lain-lain. Koping dengan peredaan atau peringanan merupakan koping yang mengacu pada mengurangi/ menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan/ fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya (Harber & Runyon, 1984). Lansia melakukan koping dengan menenangkan dirinya sendiri dan apabila tidak merasa tenang, lansia beribadah dan merokok untuk mengalihkan permasalahannya. Menurut (Harber & Runyon, 1984) koping jenis ini termasuk dalam koping yang diarahkan pada gejala (Sympton Directed Modes), artinya gangguan gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut, yang salah satunya dengan merokok, dan melakukan relaksasi, meditasi atau berdoa untuk mengatasi ketegangan juga tergolong ke dalam symptom directed modes tetapi bersifat positif.
BAB 6