• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korean Wave sebagai National Brand Image Korea Selatan

Nation Brand Image

3.2 National Brand Image Korea Selatan

3.2.1 Korean Wave sebagai National Brand Image Korea Selatan

Nation Branding adalah suatu konsep pertama yang dikembangkan lebih dari

satu dekade lalu oleh penasihan pemerintah Inggris Simon Anholt. Nation Branding

adalah praktek menciptakan citra positif dari suatu negara yang mengarah pada persepsi yang lebih menguntungkan negara dari negara lain.115 Nation brand suatu negara sebagian besar merupakan suatu cerminan dari kekuatan yang menggunakan

soft power yang kuat sehingga dapat meningkatkan pengaruh suatu negara dan daya

saing di dunia internasional. Sehingga negara lain akan semakin beralih perhatian mereka untuk meningkatkan nation brand mereka. Di Korea Selatan, saat ini ada dua kekuatan utama nation branding, yaitu kampanye resmi nation branding, yang diluncurkan oleh pemerintah Korea Selatan pada tahun 2009, dan Korean wave

       115

Regina Kim. 2011. “Searchers and Planners : South Korea’s Two Approaches to Nation Branding”. (online) dari http://uskoreainstitute.org/wp-content/uploads/2011/05/RKim_YB2010.pdf. diakses pada 21 Juli 2013. Hal : 147.

(Hallyu dalam bahasa Korea).116 Rencana pemerintah Korea Selatan berhubungan langsung dengan Nation branding dan perhatian yang lebih besar terhadap promosi budaya populer Korea yaitu Korean wave di Asia Tenggara dan negara-negara lain.117

Pemerintah Korea Selatan melalui industri hiburannya, berbagi kepentingan bersama dalam meningkatkan citra korea di luar negeri dengan mempromosikan budaya Korea Selatan. Peningkatan dalam bidang tourism di Korea Selatan, menjadi salah satu tujuan rencana kebijakan yang harus dikembangkan oleh pemerintah Korea Selatan. Strategi yang telah dilakukan Korea Selatan selain Diplomasi Publiknya, Korea Selatan juga melakukan upaya dalam peningkatan National Brand image. Kepopuleran akan kebudayaan pop Korea ini telah memberikan peningkatan citra nasional Korea dimata masyarakat internasional. Berdasarkan data dari Korea Trade

Investment Promotion Agency (KONTRA) yang berisi mengenai citra Korea atau

Image Korea yang menjelaskan bahwa citra Korea telah mengalami peningkatan dari

60,6% hingga menjadi 67,3% pada tahun 2005, terutama peningkatan ini terjadi dalam masyarakat China dari 47,1% pada tahun 2004 menjadi 82,2% pada tahun 2005. Negara yang memiliki peningkatan terbesar dalam kesan yang baik dari Korea yaitu Negara China, yang menunjukkan hampir dua kali lipat presentase dari 47,1% hingga menjadi 82,2% dalam setahun.118 Dan kemudian pada tahun 2010 disusul

       116

Regina Kim. 2011. “Searchers and Planners : South Korea’s Two Approaches to Nation Branding”. Loc.cit. Hal : 147.

117

Place Branding and Public Diplomacy. 2012. “Sinking and Swimming at the Yeosu Expo: Public Diplomacy and Nation Branding in South Korea 2012”. (online) dari http://www.palgrave- journals.com/pb/journal/v8/n4/pdf/pb201223a.pdf. diakses pada 16 Juli 2013.

118

Dwirezanti, Adina. (2012). “Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisasa Peran Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010” Hal. 18.

dengan meningkatnya wisatawan asing dari Jepang hingga mencapai 31,6% dan China 25.5%.119 Sehingga melalui budaya, Korean wave sebagai salah satu bentuk aspirasi seni drama, tarian, dan musik yang membawa diri sebagai salah satu image

yang mewakili Korea Selatan dalam dunia internasional.

Image sangat perlu dimiliki oleh suatu Negara dalam upaya untuk membentuk

power. Dampak dari adanya nation brand suatu Negara yaitu, nation brand yang

berhasil meningkatkan citra suatu Negara yang dapat meningkatkan ekonomi. Dengan nation brand image, Hal tersebut dapat meningkatkan pariwisata, menarik investasi asing lebih banyak dan juga meningkatkan nilai dan arus ekspor dari Negara tersebut.120 Suatu Image yang membuat ketertarikan tersendiri dari Negara lain yang menjadikan hal tersebut sebagai salah satu bentuk identitas Negara tersebut dimata dunia internasional. Peningkatan dan penciptaan national brand image Korea Selatan bertujuan untuk memperbaiki citra Korea Selatan di mata Negara-negara internasional dan juga meningkatkan daya saing Korea dalam ekonomi global. Pemerintah Korea Selatan mulai melakukan soft power guna mencapai tujuan negaranya, yaitu dengan Diplomasi Publik. Dengan melakukan diplomasi publiknya, Korea Selatan melakukan hubungan dengan negara luar melalui budaya Korean Pop

atau Korean wave sebagai salah satu cara alternatifnya. Pemerintah Korea telah berusaha untuk mempertahankan dengan mensubsidi biaya produksi beberapa drama

       119

Korea.net. “Travel Information”. (online) dalam http://www.korea.net/AboutKorea/Tourism/Travel-Information. diakses pada 02 Mei 2013.  

120

Regina Kim. “South Korean Cultural Diplomacy and Efforts to Promote the ROK’s Brand Image in the United States and Around The World”. Diakses dari http://sjeaa.stanford.edu/journal111/Korea2.pdf. pada 01 Mei 2013. Hal ; 124.

Korea, film, dan juga dokumenter serta mengirim selebriti ke Negara-negara di wilayah Asia. Selain itu, karena biaya produksi yang tinggi menjadi salah satu alasan dalam penurunan Korean wave ini. Kemudian banyak dari para pembuat kebijakan Korea Selatan melihat Korean wave sebagai salah satu cara efektif dalam meningkatkan image Korea dan meningkatkan soft power Korea Selatan, selain itu juga mengunakannya untuk menarik para wisatawan dan meningkatkan eksport nasional. Selain dalam bidang hiburan, aspek lain dari budaya Korea yaitu memperkenalkan bahasa Korea Selatan ke beberapa negara. Dari banyak tujuan yang hendak dicapai pemerintah Korea Selatan melalui Korean wave tersebut, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang bersentuhan langsung dengan masyarakat Korea Selatan.

Terdapat Keberhasilan Korea Selatan dalam melakukan Diplomasi publik dan

national brand image-nya, salah satunya terwujud dengan Korea yang menjadi tuan

rumah rapat umum 2011 dari United Nations World Tourism Organization

(UNWTO), membuat keputusan pada pertemuan 154 anggota UNWTO di Astana, Kazakhstan bulan lalu. UNTWO dihadiri oleh menteri kebudayaan dari setiap negara-negara anggota yang diadakan pada setiap tahun.121 Acara terbesar di dunia pada pariwisata tersebut akan meningkatkan sekitar 15 milyar won ($ 13 juta) yang memberi manfaat terhadap bidang ekonomi Korea Selatan. Dari national brand       

121

ETN Global Travel Industry News. “Visit Korea Campaign to be the Main Focus of Tourism Board”. (online) dari http://www.eturbonews.com/12544/visit-korea-campaign-be-main-focus- tourism-board. diakse pada 13 Juli 2013.

image Korea, peran Korean wave terlihat lagi dengan adanya pemilihan Duta atau

brand ambassadors dalam Program Promosi Pariwisata, yaitu visit Korea 2010-2012.

Duta tersebut adalah artis dari Korean wave yang berperan dalam drama Korea, yaitu Bae Yong Joon, Kim Yu Na, dan masih banyak lagi duta-duta yang dipilih untuk mewakili program-program promosi Korea Selatan.

Sehingga Pemerintah Korea Selatan menciptakan strategi national brand

image dengan berfokus pada peningkatan tourism. Dengan menggunakan tourism

brand “Korea, Sparkling” dan tourism slogan“Korea, Be Inspired”, Korea Selatan

bertujuan untuk menarik wisatawan asing hingga 10 juta sampai dengan 20 juta wisatawan.122 Pada 2007 hingga 2012, tourism brand dan tourism slogan melalui

Korean wave menjadi cara Korea Selatan dalam meningkatkan visitor arrivals

negaranya. 123 Terbukti dengan banyaknya selebriti dari Korean wave yang menjadi duta atau brand ambassadors kampanye kebudayaan dan tourism. Para selebriti Korea Selatan telah menjadi bagian dari Korean wave dan menjadi duta budaya resmi Korea Selatan. Ketika ketertarikan dari fans dari selebriti Korea, maka akan timbul rasa keinginan untuk meniru dan mempelajari aspek-aspek lain dari Korea Selatan, seperti bahasa, budaya, tempat wisata Korea Selatan, hingga masyarakatnya sendiri. Dengan ini, secara tidak langsung Korean wave telah memberikan pengaruh terhadap warga negara asing untuk tertarik untuk datang ke Korea Selatan dan mempelajari

       122

YU Byungchae. Director of International Tourism Division. Ministry of Culture, Sports and Tourism : Republic of Korea. “Korea’s Tourism Branding and Communication Strategy”. Hal : 6-8. 123

Korea be Inspired. “Whats Happening : 2010-2012 Designated Visit Korea years”. (onlie) dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/OO/OO_EN_13_4_2.jsp?cid=861057. Diakses pada 20 Juli 2013.

budaya hingga bahasa. Melalui Korean wave, Drama korea mengeksplorasi tema dan nilai-nilai budaya masyarakat Korea Selatan dengan berbagi dengan negara-negara lain, setiap negara akan melihat Korea Selatan lewat image budayanya. Pemerintah juga melakukan pertukaran budaya antara Negara Korea Selatan dengan negara- negara lain, khususnya di Asia. Selain itu, Korean wave telah berhasil dalam meningkatkan image Korea Selatan.124 Hal tersebut terlihat dari segi ekonomi, yaitu adanya kecenderungan meningkatnya permintaan pasar dunia akan produk dalam negeri Korea Selatan. Samsung dan LG adalah salah satu brand telepon genggam dari Korea Selatan yang dikenal di pasar dunia, dengan menggunakan strategi promosi melalui Korean wave, yaitu Drama Korea.

Banyak dari strategi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan visitor arrivals negaranya. Dengan diplomasi dan national

brand image¸ Korea Selatan berusaha untuk menjadi salah satu negara yang

mengembangkan image budayanya di dunia internasional. Dari Diplomasi publik, pemerintah Korea Selatan menciptakan suatu program Visit Korea Year melalui

Korean wave. Para selebriti yang melambangkan Korean wave menjadi salah satu hal

terpenting dalam berjalannya kampanye tersebut. Dan National brand image Korea Selatan, tak lepas dari peran Korean wave. Ketertarikan terhadap Korean wave tidak hanya datang dari Drama Korea dan musik pop, tetapi juga dalam hal budaya, sejarah serta tempat wisata yang secara keseluruhannya terkemas dalam Korean wave. Dan

       124

 “Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisasa Peran Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”. Hal. 18. 

Pemerintah Korea Selatan berinvestasi dalam mempertahankan sejarah budaya peninggalannya, dengan memperbaiki dan menjadikannya sebagai salah satu objek wisata potensial. Ketertarikan tersebut dapat menarik wisatawan asing untuk datang ke Korea Selatan dengan bentuk image yang telah dibentuk dalam Korean wave.

Berawal dari penurunan visitor arrivals pada tahun 2002-2003 (pada tabel 2.1), dan mengalami peningkatan tinggi pada tahun 2004. Pemerintah Korea Selatan bersama MCST dan KTO membuat program visit Korea year yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah visitor arrivals dan mempromosikan budaya Korea Selatan. Dan hasil Pencapaian dan strategi yang telah dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dapat meningkatkan visitor arrivals Korea Selatan. Pada tahun 2008 hingga tahun 2012, tercatat peningkatan visitor arrivals yang mencapai hingga 11,140,028 wisatawan asing dari semua negara internasional. Strategi pemerintah dalam mempromosikan Korean wave sebagai salah satu kebijakan diplomasi publik dan

nation brand image Korea Selatan, telah berhasil menciptakan image negaranya,

Grafik 3.1 Visitor Arrivals

65  4.1 Kesimpulan

Pada tahun 1997, terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan Korea Selatan terkena dampaknya. Adanya latar belakang sejarah ekonomi tersebut, Korea Selatan melakukan upaya dalam meningkatkan perekonomian negaranya. upaya tersebut yaitu dengan berfokus pada bidang pariwisata Korea Selatan. Visitor arrivals Korea Selatan mengalami peningkatan pada tahun 2008 hingga tahun 2012 yang terlihat pada tabel 2.1 diatas. Sejak terjadinya penurunan pada tahun 2002 hingga tahun 2003, Pemerintah Korea Selatan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kembali melalui program-program yang mendukungnya. Fokus dalam penilitian skripsi ini, yaitu pada strategi pemerintah Korea Selatan dalam peningkatan visitor arrivals

Korea Selatan pada tahun 2008-2012. Korean wave sengaja dibentuk oleh pemerintah Korea Selatan sebagai cara diplomasi publik Korea Selatan dengan negara lain.

Korean wave merupakan suatu bentuk budaya populer yang meliputi musik pop,

drama Korea dan budaya masyarakat Korea Selatan yang mencakup didalamnya. Melalui konsep soft power, pemerintah Korea Selatan menggunakan diplomasi publik sebagai salah satu kebijakan luar negerinya.

Adanya peningkatan dalam aspek pendidikan yang menjadi awal dari bentuk komunikasi budaya Korea Selatan, peningkatan pariwisata pada tahun 2000, dan juga

diikuti dengan peningkatan terhadap citra negara Korea Selatan pada tahun 2000- 2004 dari negara-negara kawasan Asia. Sehingga, Pada tahun 2005 pemerintah Korea Selatan mengambil keputusan secara resmi untuk membentuk Korean wave sebagai salah satu cara diplomasi publik negaranya. Dengan kepopuleran Korean wave akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan citra nasional atau national image Korea Selatan di mata internasional. Image dalam hal ini sangat penting untuk dilakukan demi memperoleh pengakuan atau nilai dari negara-negara lain. Secara nyata, peningkatan image tersebut akan berdampak juga pada tingkat visitor arrivals Korea Selatan. Dalam hal ini, ketertarikan terhadap Korea Selatan menjadi faktor terpenting. Pemerintah Korea Selatan membentuk institusi-institusi atau organisasi pariwisata yang bertugas untuk mendukung dan juga mempromosikan budaya Korea Selatan. Organisasi-organisasi ini dibentuk dengan mengembangkan urusan budaya dan juga pariwisata melalui promosi yang dapat menarik para wisatawan asing, yaitu Ministry

of Culture, Sports and Tourism (MCST) yang membawahi organisasi KTO atau

Korean Tourism Organization dan Korea Culture and Tourism Institute (KCTI).

KTO merupakan salah satu organisasi pemerintahan Korea Selatan yang bergerak dalam bidang pariwisata. Dalam menggembangkan visitor arrivals Korea Selatan, KTO dibawah wewenang Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) menciptakan program “Visit Korea Year Campaign”. Program tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah dalam melaksanakan diplomasi publiknya yaitu dengan menggunakan Korean wave. Visit Korea Year Campaign pertama kali diadakan pada tahun 2005 dengan program Visit Gyeonggi-Korea 2005, dan kemudian berlanjut

hingga pada tahun 2008 hingga tahun 2012 dengan nama program visit Gwangju

Jeonnam Korea Year 2008, Visit Incheon 2009, dan Visit Korea Year 2010-2012.

Kesuksesan Korean wave juga digunakan pemerintah dalam national brand

image Korea Selatan. Meningkatnya image Korea Selatan yang diikuti dengan

meningkatnya visitor arrivals Korea Selatan menjadi strategi yang tepat yang dilakukan pemerintah Korea Selatan. Dikutip dari artikel Gunjoo Jang & Won. K. Paik. Yang berjudul “Scientific Research: Korean wave as Tools for Korea’s New

Cultural Diplomacy”, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan dan Dewan

Presiden telah menggunakan dan memanfaatkan popularitas Korean wave untuk mempromosikan kepentingan nasional Korea dan untuk meningkatkan citra Korea di dunia. Kepentingan Korea Selatan saat ini yaitu meningkatkan visitor arrivals

negaranya. Selain itu, national brand image merupakan salah satu prioritas utama negara Korea Selatan. Beberapa proyek atau rencana yang juga dilakukan oleh dewan

national brand image yang terkait dengan peningkatan citra negaranya, yaitu

mempromosikan budaya Korea Selatan. Nation brand suatu negara merupakan suatu bentuk dari kekuatan yang menggunakan soft power, yang dapat meningkatkan pengaruh suatu negara dan meningkatkan daya saing di dunia internasional.

Untuk saat ini, sehubungan dengan kepopuleran Korean wave, image Korea Selatan merupakan salah satu bagian dari faktor penting berjalannya nation brand

image-nya. Image yang sengaja dibentuk oleh Korea Selatan yaitu melalui budaya

yang sekarang ini sedang dipromosikan ke dunia internasional yaitu Korean wave. Pemerintah Korea Selatan menciptakan strategi national brand image dengan

berfokus pada peningkatan tourism. Dengan menggunakan tourism brand “Korea,

Sparkling” dan tourism slogan“Korea, Be Inspired”, Korea Selatan bertujuan untuk

menarik wisatawan asing hingga 10 juta sampai dengan 20 juta wisatawan. Pada 2007 hingga 2012, tourism brand dan tourism slogan melalui Korean wave menjadi cara Korea Selatan dalam meningkatkan visitor arrivals negaranya. Terbukti dengan banyaknya selebriti dari Korean wave yang menjadi duta atau brand ambassadors

kampanye kebudayaan dan tourism. Para selebriti Korea Selatan telah menjadi bagian dari Korean wave dan menjadi duta budaya resmi Korea Selatan. Ketika ketertarikan dari fans dari selebriti Korea, maka akan timbul rasa keinginan untuk meniru dan mempelajari aspek-aspek lain dari Korea Selatan, seperti bahasa, budaya, tempat wisata Korea Selatan, hingga masyarakatnya sendiri. Korea Selatan menggunakan Diplomasi publik dan national brand image sebagai salah satu strategi yang berhasil dalam peningkatan visitor arrivals negaranya. Korean wave merupakan salah satu alat atau objek yang digunakan sebagai daya tarik bagi para wisatawan asing untuk berkunjung ke Korea Selatan. Melalui budaya-budaya populer yang terkandung didalamnya terutama drama Korea, menjadi salah satu faktor atas keberhasilan diplomasi publiknya. Dengan memperkenalkan Korea Selatan melalui budayanya yang menjadi awal mula terciptanya image yang menjadikan Korea Selatan dikenal di dunia internasional melalui diplomasi dan national brand image. Dari Diplomasi publik, pemerintah Korea Selatan menciptakan suatu program Visit Korea Year

dengan Korean wave. Yang kemudian tak lepas dari peran para selebriti yang melambangkan Korean wave menjadi salah satu hal terpenting dalam berjalannya

kampanye tersebut. Dan National brand image Korea Selatan, tak lepas dari peran

Korean wave. Sehingga Diplomasi Publik dan national Brand image Korea Selatan

merupakan salah satu strategi dari pemerintah yang dilakukan dalam meingkatkan

visitor arrivals negaranya.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian skrispi yang telah disimpulkan diatas, penulis memberikan saran kepada pemerintah Korea Selatan, yaitu sebagai berikut ;

1. Pemerintah Korea Selatan diharapkan dapat lebih mengembangkan program

“Visit Korea Year Campaign” dan diadakan setiap tahunnya hingga tahun

2013 hingga tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat lebih meningkatkan jumlah visitor arrivals Korea Selatan.

2. Para pembuat Kebijakan Luar negeri, diharapkan dapat lebih meningkatkan strategi diplomasi publik dan juga nation brand image dalam bidang pariwisata, karena hal tersebut terlihat berhasil meningkatkan jumlah wistawan asing yang datang ke Korea Selatan.

70 

Identity in International Relations”. Departement of Politics and International

Studies : Universtity of Warwick. Hal : 8.

Daniell S. Papp. 1997. “Contemporary International Relations, Frameworks for

Understanding”. United State of America : Allyn and Bacon. Hal; 442-443.

Josef Batora. 2005. “Multistakeholder Public Diplomacy of Small and Medium-Sized

States : Norway and Canada Compared”. Hal ; 2-3.

Joseph S. Nye, Jr. “Public Diplomacy and Soft Power”. THE ANNALS of the

American Academy of Political and Social Science; , hlm. 96.

Laura Neack. (2008). “The New Foreign Policy : Power Seeking in A Globalized

Era”. United States of America : Roman & Littlefield Publishers,INC). Hal.

Xi-xii.

Millie Creighton. 2009. “Japanese Surfing the Korean Wave : Drama Toursim,

Nationalism, and Gender Via Ethnic Eroticisms”. Southeast Review of Asian

Studies 31: 12-13.

Prof. Dr. Sugiyono. 2011. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :99-100.

Tonny Dian Effendi. (2011). “Diplomasi Publik Jepang : Perkembangan dan Tantangan”. Ghalia Indonesia : Bogor. Hal : 6-9.

Website Resmi (Online)

Cho Hae Joang. “Reading the “Korean Wave” as a sign of Global Shift”. Diakses dari

http://www.ekoreajournal.net/sysLib/down.php?file=..%2FUPLOAD%2FT_arti cles%2FPDF4548. Pada 24 April 2013. Hal ; 168.

Doobo Shin, “Hybridity and the Rise of Korean Popular Culture in Asia”, diakses dari http://ebookbrowse.com/hybridity-and-the-rise-of-korean-popular-culture- in-asia-pdf-d24782900, pada 24 April 2013.

Drs. Tulus Warsito. “Solusi Krisis Ala Korea Selatan”. Universitas Gajah Mada. (online) dalam http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=237, diakses pada 1 Mei 2013.

Dwirezanti, Adina. (2012). “Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisasa Peran Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005- 2010”. Universitas Indonesia : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.

Hwangjung Kim. (2012). “The Importance of Nation Brand”. Diakses dari http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-

studies/Hwajung_Kim_The_Importance_of_Nation_Brand.pdf. pada 11 Mei 2013. Hal; 6-7.

Jiyeon So. 2009. “Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A

Case Study of the Influences of the Korean Wave on Asian Publics”. diakses

dari

http://citation.allacademic.com/one/www/research/index.php?click_key=2#sear ch_top, pada 25 April 2013.

John Fanning. “Branding and Begorrah : The Importance of Ireland’s Nation Brand

Image”. (online) dalam

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=23&ca d=rja&ved=0CIUBEBYwFg&url=http%3A%2F%2Fwww.mii.ie%2Fattachme nts%2Fwysiwyg%2F6051%2Farticles%2FIMR_2011_Fanning.pdf&ei=z22OU aeBD8eGrAet6YGgDA&usg=AFQjCNEgLaTdZgSciIYRkNdah7XH4aV3tA& bvm=bv.46340616,d.bmk. Diakses pada 11 Mei 2013.

Kim, J. Y. (2007), Rethinking Media Flow Under Globalisation: Rising Korean

Wave and Korean TV and Film Policy Since 1980s - Warwick Research

Archive Portal, Welcome to Warwick Research Archive Portal – Warwick Research Archive Portal,http://wrap.warwick.ac.uk/1153/.

Korean Culture and Information Service. (2011). “The Korean Wave : A New Pop Culture Phenomenon”.

Korea.net. “Economic Situation”. (online) dalam http://www.korea.net/AboutKorea/Economy/Overview. diakses pada 02 Mei

Korean Tourism Organization : Visit Korea. (online) dalam http://english.visitkorea.or.kr/enu/index.kto. diakses pada 10 Mei 2013.

“Promotion of Korean Culture Through th “Korean Wave”. 2006. Diplomatic White

Paper. Diakses dari

http://www.mofat.go.kr/english/political/whitepaper/index.jsp. pada tanggal 28 April 2013.

Korea Tourism Organization. “Economic Benefits of Tourism”. (online) dalam http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto. diakses pada 03 Mei 2013.

Lee Hudson. “Nation Branding Explained”. Council on Foreign Relations. (online) dari http://www.cfr.org/information-and-communication/nation-branding- explained/p14776. diakses pada 14 Mei 2013.

Regina Kim. “South Korean Cultural Diplomacy and Efforts to Promote the ROK’s

Brand Image in the United States and Around The World”. Diakses dari

Dokumen terkait