• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMERINTAH KOREA SELATAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH VISITOR ARRIVALS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMERINTAH KOREA SELATAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH VISITOR ARRIVALS."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Dinda Yamita Setyowati NPM. 0944010019

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA

(2)

ii  Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dinda Yamita Setyowati

NPM : 0944010019

Program Studi : Hubungan Interrnasional Tahun Akademik : 2013/2014

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :

“STRATEGI PEMERINTAH KOREA SELATAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH VISITOR ARRIVALS”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 30 September 2013 Yang menyatakan

Materai

(3)
(4)
(5)

berjudul “Strategi Pemerintah Korea Selatan dalam Meningkatkan Jumlah

Visitor Arrivals”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkulihan sampai pada penyusunan skripsi penelitian ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada Dr. Jojok D, S.Sos, MSi selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. Dan tidak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Sarah Anarbaja S.IP, M.Hub.Int sebagai dosen pembimbing pendamping saya yang selama ini telah memberikan saya dukungan, bimbingan, nasihat dan uga motivasi agar selalu semangat dalam mengerjakan skripsi penelitian ini. Terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing saya hingga terselesaikannya Skripsi penelitian ini.

(6)

vi 

3. Juwito, S.Sos, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Drs. Saifuddin Zubri, MSi, selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komuniakasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Dr. Jojok D, S.Sos, MSi, selaku Ketua Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 6. Bapak dan Ibu Dosen HI, Bu Mega, Bu Tina, Bu Reza, Bu Indira, Pak Aswin,

Pak Tom, dan Pak Radityo, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan penulis mengenai berbagai mecam isu-isu dalam dunia internasional.

(7)

vii 

9. Tak lupa juga sahabat-sahabat saya yang tersayang khususnya Nur Hidayah Firyanti, Gusti Chandra, Novita, Winda, Sandra, Ade, Ipon dan semua sahabat-sahabat saya yang lainnya. Terimakasih juga telah memberikan semangat, dukungan dan serta doa yang sangat berarti dalam proses mengerjakan skripsi ini.

Saya menyadari tentu dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Maka dari itu, saya selaku penulis dan peneliti meminta maaf jika dikemudian hari diketahui ada ketidaktelitian atau kekeliruan dari segi penulisan.

Surabaya, 30 September 2013

(8)

viii 

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GRAFIK xii

ABSTRAK xiii

LAMPIRAN xiv

1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Tujuan Penelitian 6

1.4 Manfaat Penelitian 6

1.5 Kerangka Pemikiran 7

1.5.1 Peringkat Analisis 7

1.5.2 Landasan Pemikiran 8

1.5.2.1 Diplomasi Publik atau Public Diplomacy 8

(9)

ix 

1.7.1.1 Korean Wave 18

1.7.1.2 Nation Brand Image 19

1.7.1.3 Public Diplomacy 20

1.7.1.4 Visitor Arrivals 21

1.7.2 Tipe Penelitian 22

1.7.3 Jangkauan Penelitian 24

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data 24

1.7.5 Teknik Analisis Data 26

1.7.6 Sistematika Penulisan 27

II. PELAKSANAAN DIPLOMASI PUBLIK KOREA SELATAN 29

2.1 Ministry of Foreign Affairs(MOFA) 31

2.2 Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) 35 2.2.1 Korea Tourism Organization (KTO) 36 2.2.2 Korea Culture and Tourism Institute(KCTI) 37 2.3 Peningkatan Visitor ArrivalsKorea Selatan 39

III. STRATEGI PEMERINTAH TERHADAP PENINGKATAN JUMLAH

VISITOR ARRIVALS KOREA SELATAN 41

(10)

3.2 National Brand Image Korea Selatan 53

3.2.1 Korean Wave sebagai National Brand Image Korea Selatan 57

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 65

(11)
(12)
(13)
(14)

xiv  Judul :

STRATEGI PEMERINTAH KOREA SELATAN DALAM MENINGKATKAN JUMLAH VISITOR ARRIVALS

Skripsi ini bertujuan untuk meneliti bagaimana strategi pemerintah dalam usaha untuk meningkatkan Visitor arrivals Korea Selatan. Diplomasi publik yang telah dilakukan oleh Korea Selatan melalui Korean wave memberi dampak tersendiri bagi Korea. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan penjabaran secara deskriptif melalui penjelasan mengenai strategi peningkatan yang terjadi dalam visitor arrivals yang terjadi di Korea Selatan. Korea Selatan menggunakan Diplomasi publik sebagai kebijakan luar negerinya yang kemudian menjadikan Korean wave sebagai salah satu nation brand image Korea Selatan. Dalam penelitian ini, juga akan dijelaskan mengenai bagaimana peran dari

Korean wave dalam visitor arrivals.

(15)

salah satu Negara yang terkena dampak dari krisis ekonomi global tersebut. Pada saat krisis tersebut timbul sebuah kekhawatiran dari para investor untuk berinvestasi lebih lanjut di Korea Selatan. Krisis ini juga telah menyebabkan masalah pengangguran yang serius dan juga menyebabkan kesulitan sosial serta ekonomi Korea Selatan. Kemudian Korea Selatan meminjam bantuan dana kepada International Monetary

Fund (IMF) yaitu sebesar US $56 Milyar. Korea Selatan berusaha untuk melunasi

hutangnya dengan melakukan ekspor yang bisa dibilang besar-besaran, yang dapat membuat hutangnya terlunasi. 1 Dari adanya latar belakang ekonomi tersebut, pemerintah Korea Selatan mulai berusaha untuk mengembangkan adanya budaya sebagai salah satu alat diplomasi Korea Selatan. Korean wave yaitu suatu fenomena budaya di Korea Selatan yang meliputi tarian, drama Korea, makanan, musik dan lain-lain.2 Kemunculan Korean wave menjadi salah satu hal yang terpenting bagi Korea Selatan, kemajuan akan budaya Korea Selatan hingga menjadi budaya populer yang membuat Korean wave menjadi salah satu tujuan utama pemerintah dalam rencana kebijakan diplomasi Korea.

       1

Drs. Tulus Warsito. “Solusi Krisis Ala Korea Selatan”. Universitas Gajah Mada. (online) dalam http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=237, diakses pada 1 Mei 2013.

2 Cho Hae Joang. “Reading the “Korean Wave” as a sign of Global Shift”. Diakses dari

(16)

Korean wave merupakan suatu bentuk dari budaya populer dari Korea Selatan.

Korean Wave yaitu suatu reaksi dalam gaya budaya Korea Selatan yang diterima oleh

Negara-negara lain atau luar negeri dan termasuk juga produk-produk Korea Selatan sendiri.3 Dilihat dari sejarah awal kepopuleran Korean wave, Negara Vietnam dan China merupakan Negara-negara yang pertama di Asia tenggara yang mengalami kepopuleran budaya Korea yang dimulai pada 1997. Kemudian sejak saat ini kepopuleran Korean wave terus berkembang dengan diikuti oleh kepopuleran musik dan juga selebriti-selebriti Korea Selatan. Berbeda dengan di China dan Vietnam, kepopuleran Korean wave di Jepang dimulai sejak tahun 2003 setelah adanya drama Korea Winter Sonata yang ditayangkan di stasiun televisi Jepang NHK pada april 2003 dan setelah itu ditayangkan kembali pada Desember 2003 dan 2004.4

Kepopuleran akan kebudayaan pop Korea ini telah memberikan peningkatan citra nasional Korea dimata masyarakat internasional. Berdasarkan data dari Korea Trade

Investment Promotion Agency (KONTRA) yang berisi mengenai citra Korea yang

menjelaskan bahwa citra Korea telah mengalami peningkatan dari 60,6% hingga menjadi 67,3% pada tahun 2005, terutama peningkatan ini terjadi dalam masyarakat China dari 47,1% pada tahun 2004 menjadi 82,2% pada tahun 2005. Negara yang memiliki peningkatan terbesar dalam kesan yang baik dari Korea yaitu Negara China, yang menunjukkan hampir dua kali lipat presentase dari 47,1% hingga menjadi

       3

Korean Culture and Information Service. (2011). Hal : 15. 4

(17)

82,2% dalam setahun.5 Adanya peningkatan citra Korea terhadap China yang tinggi, membuat peningkatan tersendiri dalam visitor arrival di Korea Selatan terutama dari Negara China. Hal tersebut menjadi salah satu tujuan rencana kebijakan yang harus dikembangkan oleh pemerintah Korea Selatan.6 Kemudian, pada tahun 2010 disusul dengan meningkatnya wisatawan asing dari Jepang hingga mencapai 31,6% dan China 25.5%.7

Im Jin Mo, memandang bahwa produk-produk dari budaya populer sebagai salah satu impor budaya global dari Amerika, yang menggunakan istilah campuran, dasar subkontrak dan juga arus budaya kontra. Pemerintahan Korea Selatan mengambil posisi bahwa Korean wave harus menjadi salah satu produk dari kompetisi yang maju di pasar global dan sebuah kebijakan yang berorientasi ekspor yang harus dibentuk untuk memaksimalkan keuntungan ekonomi. 8 Perhatian utama adalah untuk mengubah gelombang Korea ke sumber pendapatan yang berkelanjutan. Kritikus budaya dari Lee Dong Yeun, juga memandang mengenai Korean wave sebagai salah satu produk dari adanya modal budaya dan Negara industri.9 Penelitian, laporan, konferensi akademik dan juga pertemuan kebijakan yang diikuti. The Samsung

Economic Research Institute (2005) menyusun mengenai laporan khusus tentang

       5

Jiyeon So. 2009. “Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the Korean Wave on Asian Publics”. diakses dari http://citation.allacademic.com/one/www/research/index.php?click_key=2#search_top, pada 25 April 2013. Hal: 10-11.

6

Korean Culture and Information Service. (2011). “The Korean Wave : A New Pop Culture Phenomenon”. Hal : 65.

7

Korea.net. “Travel Information”. (online) dalam http://www.korea.net/AboutKorea/Tourism/Travel-Information. diakses pada 02 Mei 2013.  

8

(18)

dampak ekonomi dari gelombang Korea Selatan dengan judul “Korean Wave Sweeps

The Globe”.10 Laporan tersebut mengklasifikasikan Negara-negara yang mengimpor

budaya pop Korea menjadi empat tahapan, dalam hal pola mereka menggunakan produk dari budaya Korea. Pada tahapan pertama, yaitu menikmati budaya pop Korea dan ini diterapkan pada Negara Mesir, dan Rusia. Tahapan kedua yaitu melibatkan pembelian produk-produk yang terkait, seperti poster, karakter dan juga wisata seperti; Jepang, Taiwan dan Hongkong yang diklasifikasikan dalam kategori ini. Tahap ketiga adalah membeli produk buatan dalam negeri Korea. Dan kemudian yang terakhir yaitu, China dan Vietnam yang mencerminkan mengenai perkembangan preferensi umum untuk budaya Korea itu sendiri. Dalam laporan itu, tidak ada Negara yang termasuk kategori ini. Laporan ini mendesak mengenai pengembangan kualitas tinggi dari isi atau konten dengan membayar lebih dan memperhatikan strategi pemasaran seperti “co-development of content”.11

Dalam tulisan Jiyeon So yang berjudul Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the Korean Wave on Asian

Publics, ia menyebutkan bahwa Korean wave merupakan sebuah cara diplomasi yang

dimiliki oleh Korea Selatan berdasarkan konsep soft power oleh Nye yang menunjuk pada kemampuan untuk menunjukkan aset yang dimiliki seperti kebudayaan, nilai politik dan juga kebijakan. Soft power tidak hanya kemampuan untuk mengajak orang lain melalui sebuah argumentasi, tetapi juga kemampuan dalam mempengaruhi ke

       10

 Cho Hae Joang. “Reading the “Korean Wave” as a sign of Global Shift”. Loc.cit.  11

(19)

arah sebuah persetujuan bersama. Korean wave menjadi sebuah cara diplomasi yang berhasil bagi Korea.12 Kepopuleran Korean wave menjadi budaya populer digunakan Korea sebagai Diplomasi publik yang merupakan salah satu bagian dari Diplomasi budaya. Disamping itu, Drama Korea sangat dianggap sesuatu hal yang pertama menjadi salah satu “produk” ekspor budaya Korea di Negara-negara tetangganya, yaitu China dan Jepang.

Ketertarikan turis terhadap Korean wave membuat wisatawan asing berkunjung dan membuat income tersendiri bagi pendapatan Korea. Menurut data dari tourism

Statistic, China merupakan salah satu Negara dengan penduduk yang paling banyak

yang mengunjungi Korea Selatan. Dan hal tersebut selaras dengan hasil penelitian dari Adina Dwirezanti dengan judul “Budaya Populer sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisa Peran Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”. Sehubungan dengan semua hal tersebut diatas, Skripsi ini difokuskan pada Strategi Pemerintah Korea Selatan dalam usaha meningkatkan visitor arrivals

negaranya.

       12

(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari Latar Belakang diatas, ada pertanyaan yang hendak dicapai oleh Peneliti, yaitu Bagaimana strategi pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan jumlah Visitor Arrivals Negaranya?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa penjelasan yang hendak dicapai oleh penulis, antara lain :

1. Menjelaskan mengenai Strategi Pemerintah Korea Selatan dalam peningkatan

visitor arrivals.

2. Menjelaskan mengenai perkembangan Tourism atau Visitor arrivals di Korea Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi pelajar studi Hubungan Internasional dalam hal kajian mengenai Diplomasi publik, Nation

Brand Image dan pembangunan citra suatu bangsa melalui kebudayaan.

(21)

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Peringkat Analisis

Dalam penjelasan dari Laura Neack, Level of Analysis (LoA) merupakan suatu analisis kebijakan luar negeri seperti dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri atau domestik yang terjadi di dalam konteks politik. Studi mengenai kebijakan luar negeri sebagian besar berasal dari disiplin hubungan internasional. Terdapat tiga teori-teori besar yang mendominasi studi hubungan internasional, yaitu realisme, liberalisme, dan marxisme.13

Menurut Laura Neack, Level of analysis yang digunakan dalam suatu kebijakan luar negeri meliputi yaitu National self-image, culture, individu, single group atau

small group, politik domestik, opini publik dan juga Great powers (mengenai posisi

suatu negara dan kekuatan, siapa yang menjadi negara-negara besar atau yang berpengaruh yang memiliki Great powers). Level of Analysis adalah alat-alat/instrumen heuristik yang membantu peneliti atau penulis dalam mempelajari subjek kita/ subyek yang sedang diteliti. Hampir semua disiplin ilmu/kajian penelitian dalam hubungan internasional menggunakan Level of Analysis, meskipun Level of

Analysis yang digunakan sangat bervariasi dan tergantung pada displin penelitian

yang teliti.14

Sehingga, penelitian ini menggunakan Domestic Politics atau politik domestik sebagai Level of Analysis. Peter Trumbore dan Mark Boyer menjelaskan bahwa di

       13

 Laura Neack. “The New Foreign Policy: power seeking in a globalized era”. (United States of America : Rowman & Littlefield Publishers, Inc.). 2008. Hal 11-12. 

14

(22)

tingkat nasional, kelompok domestik menekankan pada pemerintah untuk melakukan atau mengadopsi suatu kebijakan yang mereka dukung dalam politik domestik negaranya sendiri. Permainan politik dalam negara adalah yang paling utama bagi setiap pemerintah, dan terlepas dari jenis pemerintah. Pemerintah sangat penting dalam hal aktor-aktor politik dan juga sumber daya, serta proses keputusan yang akan dibuat.15

1.5.2 Landasan Pemikiran

1.5.1.1 Diplomasi Publik atau Public Diplomacy

Seiring dengan kemajuan jaman dan juga munculnya globalisasi, diplomasi mengalami perkembangan yang tidak lagi didominasi oleh aktor-aktor Negara. Kekuasaan atau power tidak hanya berasal dari sifat persuasi atau paksaan saja, tetapi dari daya tarik yang sangat penting dalam mengembangkan soft power. Pengenalan yang terakhir adalah suatu tujuan yang penting dari adanya diplomasi publik. Diplomasi merupakan seperangkat norma dan aturan yang mengatur mengenai hubungan antar Negara. Hal tersebut tertanam dalam struktur organisasi, prosedur, rutinitas dan juga kebiasaan kementrian-kementrian asing. Diplomasi secara tradisional dilakukan oleh diplomat sesuai dengan standar professional yang dilembagakan. Bagi Negara-negara kecil, diplomasi publik merupakan salah satu

      

15

(23)

kesempatan untuk mendapatkan pengaruh dan membentuk suatu agenda internasional dengan cara-cara yang melampaui dari hard power (militer dan kekuatan ekonomi).16

Kata diplomasi publik pertama kali digunakan di media The London Times pada bulan Januari 1856 pada saat mengkritik mengenai kebijakan Presiden Franklin Pierce dalam proses diplomasi. pada saat itu diplomasi publik lebih diartikan sebagai usaha untuk membuka atau menyampaikan kebijakan kepada publik. Dalam perkembangan teknologi, informasi dan transportasi menghasilkan beberapa perubahan, yaitu aktivitas diplomasi tidak lagi secara ekslusif menjadi yang utama dari aktor diplomasi resmi di bawah negara dan semakin membuat diplomasi publik semakin penting dan signifikan. Praktik diplomasi saat ini lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu revolusi dalam teknologi dan informasi, peningkatan peran media masa, globalisasi dalam bisnis dan sistem keuangan yang meningkatkan aktivitas diplomasi ekonomi, peningkatan partisipasi publik dalam hubungan internasional, perkembangan isu antar negara seperti hak asasi manusia, lingkungan, pengungsi, terorisme, dan juga kriminalitas internasional. Menurut dari Kamus Hubungan Internasional, diplomasi publik didefinisikan sebagai usaha sebuah negara untuk mempengaruhi opini publik di negara lain dengan menggunakan beberapa instrumen, seperti Film, pertukaran budaya, radio dan juga televisi.17

       16

 Josef Batora. 2005. “Multistakeholder Public Diplomacy of Small and Medium-Sized States : Norway and Canada Compared”. Hal ; 2-3. 

17

(24)

Diplomasi publik terdiri dari semua kegiatan dari aktor Negara dan juga non Negara yang berkontribusi terhadap pemeliharaan dan promosi soft power suatu Negara. Setiap pelaksanaan diplomasi publik melakukan promosi dengan menggunakan soft power suatu Negara yang harus melibatkan interaksi pemerintah dengan pihak yang berkepentingan. Seperti halnya interaksi yang menguntungkan tidak hanya Negara atau kementrian luar negeri saja, tetapi juga dengan aktor-aktor non Negara, karena nilai-nilai, gambar dan juga aset lain yang terkait dengan Negara yang memiliki efek yang memungkinkan pada kegiatan para aktor tersebut.18

Diplomasi publik tidak hanya dilakukan melalui pertemuan-pertemuan formal ataupun wawancara dengan diplomat, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai cara dimana terdapat kesempatan untuk mempengaruhi opini Negara lain dan kebijakannya. Isu-isu ekonomi, sosial, kesejahteraan, lingkungan dan sebagainya yang biasa disebut dengan low politics. Hal ini menjadikan kepentingan suatu Negara tidak lagi hanya terbatas dalam lingkup dan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga melibatkan aktor-aktor non-negara. Soft power menjadi instrumen atau alat yang penting, dimana Negara melalui beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai aktor dan organisasi-organisasi yang memiliki akibat terhadap publik secara internasional, seperti melalui aktor-aktor, galeri seni, musik, kelompok media dan wartawan, masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat, pengusaha dan produksinya, politisi,

       18

(25)

partai, dan pakar politik, akademisi, universitas-universitas, pemimpin agama, kelompok agama dan sebagainya.19

Diplomasi publik menjadi alat yang digunakan pemerintah untuk menjalankan suatu kepentingan nasional dengan berkomunikasi dan mengelola hubungan mereka dengan pihak lain, serta menarik penonton dari Negara lain, bukan hanya dari negaranya saja.20 Diplomasi publik mencoba untuk menarik dengan memberikan fokus melalui penyiaran, pemberian subsidi dalam ekspor, pertukaran dan sebagainya. Namun, apabila isi budaya, nilai-nilai dan kebijakan tersebut tidak menarik, maka diplomasi publik tersebut tidak akan dapat menjadi atraktif dan menghasilkan sesuatu yang bersifat persuasi bahkan justru akan menghasilkan kebalikannya. Dengan hal ini, kebudayaan menjadi salah satu alat diplomasi budaya yang merupakan seperangkat kegiatan yang menciptakan makna bagi masyarakat dan memiliki banyak keuntungan. Dan biasanya hal ini akan dibedakan antara budaya tinggi seperti sastra, seni dan juga pendidikan yang melayani elit masyarakat, dan juga adanya budaya populer yang berfokus kepada hiburan massa.21

Nye juga menjelaskan bahwa informasi merupakan salah satu kekuatan utama dengan adanya populasi dunia yang semakin besar yang mengakses informasi tersebut. Sehingga keberadaan mereka penting dalam melakukan sebuah diplomasi

       19

Tonny Dian Effendi. (2011). “Diplomasi Publik Jepang : Perkembangan dan Tantangan”. Op. cit. Hal ; 5-6.

20

Joseph S. Nye, Jr. “Public Diplomacy and Soft Power”. THE ANNALS of the American Academy of Political and Social Science”. Hal : 96.

21

(26)

terutama diplomasi publik ini. 22 Sekarang ini, Negara tidak hanya memiliki kepentingan terhadap Negara lain saja, tetapi juga media, swasta, lembaga dan organisasi-organisasi lainnya. Opini, sikap dan pandangan dari publik baik dalam negeri maupun luar atau internasional menjadi salah satu poin terpenting dalam tercapainya pelaksanaan diplomasi ini. Dari penjelasan Joseph S. Nye dalam “public

Diplomacy and Soft Power”,yaitu pentingnya diplomasi publik dalam hubungan

internasional saat ini. Soft power menjadi kemampuan untuk menarik perhatian pihak lain dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan melalui sebuah ajakan secara halus yang tidak dengan cara paksaan ataupun bayaran. Diplomasi publik dikategorikan sebagai alat dari Soft power tersebut.

1.5.1.2 Nation Brand Image

Banyak Negara termasuk Kanada, Amerika, Prancis, Inggris, Jepang, China, Korea Selatan, Singapura, Afrika, Selandia Baru, Israel dan juga Negara-negara Eropa paling barat yang telah menerima dan mempraktekkan nation brand. Pada tahun 1996, Simon Anholt merupakan orang yang pertama kali menciptakan istilah

“Nation Brand”. Nation brand memiliki empat sumber yang berbeda, yaitu ; Negara

asal, tempat atau tujuan dari branding, diplomasi publik, dan identitas nasional. Beberapa definisi utama dari brand image berbeda yang tergantung pada fokus dan

      

22 Dwirezanti, Adina. (2012). “Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisasa Peran

Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”. Universitas Indonesia : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Hal. 11.

(27)

juga tujuan atau hasilnya; untuk membentuk kembali suatu identitas nasional atau

national identity; untuk meningkatkan daya saing bangsa; untuk meliputi kegiatan

politik, budaya, bisnis, dan juga olahraga; untuk mempromosikan kepentingan ekonomi dan politik di dalam Negara dan di luar Negara; untuk mengubah; memperbaiki atau meningkatkan citra bangsa atau national image.23

Image akan menjelaskan mengenai pentingnya citra suatu Negara atau national

image. Konsep dari Nation brand image semakin menarik dan semakin penting dalam

beberapa tahun ini, terutama dalam era Globalisasi saat ini. Globalisasi yang telah membuat dunia lebih sering saling ketergantungan dan semua bangsa atau Negara yang berada dalam persaingan dalam hal investasi, wisatawan asing, ekspor, juga pedidikan dan lain-lain.24Image sangat perlu dimiliki oleh suatu Negara dalam upaya untuk membentuk power. Dampak dari adanya nation brand suatu Negara yaitu,

nation brand yang berhasil meningkatkan citra suatu Negara yang dapat

meningkatkan ekonomi. Dengan nation brand image, Hal tersebut dapat meningkatkan pariwisata, menarik investasi asing lebih banyak dan juga meningkatkan nilai dan arus ekspor dari Negara tersebut.25 Suatu Image yang

       23

Hwangjung Kim. (2012). “The Importance of Nation Brand”. Diakses dari

http://www.culturaldiplomacy.org/pdf/case-studies/Hwajung_Kim_The_Importance_of_Nation_Brand.pdf. pada 11 Mei 2013. Hal; 6-7. 24

John Fanning. “Branding and Begorrah : The Importance of Ireland’s Nation Brand Image”.

(online) dalam

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=23&cad=rja&ved=0CIUBEB YwFg&url=http%3A%2F%2Fwww.mii.ie%2Fattachments%2Fwysiwyg%2F6051%2Farticles%2FIM R_2011_Fanning.pdf&ei=z22OUaeBD8eGrAet6YGgDA&usg=AFQjCNEgLaTdZgSciIYRkNdah7X H4aV3tA&bvm=bv.46340616,d.bmk. Diakses pada 11 Mei 2013.

25

(28)

membuat ketertarikan tersendiri dari Negara lain yang menjadikan hal tersebut sebagai salah satu bentuk identitas Negara tersebut dimata dunia internasional.

Menurut Keith Dinnie seorang professor di kampus Temple University di Jepang,

nation brand adalah suatu bentuk pertahanan diri dimana Negara-negara berusaha

untuk menceritakan kisah mereka sendiri daripada didefinisikan oleh media asing, Negara saingan, atau kelangsungan stereotip nasional.26 Oleh karena itu, nation brand

bisa menjadi sarana oleh Negara-negara kecil seperti Korea Selatan untuk dapat meningkatkan soft powernya mereka dan menjadi lebih terlihat dalam komunitas global.27 Sehingga, nation brand image sangat perlu digunakan oleh Korea Selatan dalam melakukan diplomasi publiknya untuk meningkatkan perekonomian.

Potter menjelaskan mengenai konsep dari national identity atau identitas nasional pada nation brand yang lebih spesifik oleh Keith Dinnie. Menurut Dinnie, nation

brand identity dan image memiliki tiga konsep; yaitu nation brand identity

merupakan komponen kunci yang termasuk dalam sejarah, bangsa, wilayah, rezim politik, seni, agama, icon, dan lain-lain; Komunikasi nation brand identity yang berarti ekspor yang bermerek, prestasi olahraga, brand ambassadors atau duta besar, artefak budaya, pemerintah, dan pariwisata; penonton nation brand image

diantaranya yaitu konsumen dalam negeri, konsumen eksternal, perusahaan domestik,

       26

 Regina Kim. “South Korean Cultural Diplomacy and Efforts to Promote the ROK’s Brand Image in the United States and Around The World”. Loc.cit. Hal ; 124. 

27

(29)

perusahaan eksternal, investor masuk, pemerintah dan media.28 Kemudian tujuan dari

nation brand image yaitu untuk menarik wisatawan, untuk merangsang investasi ke

dalam, dan juga untuk meningkatkan ekspor dan menarik bakat. Sehingga Dinnie menggaris bawahi mengenai “Nation Brand Management” yang harus diperlakukan dengan bunga yang besar, sebagai nation brand yang kuat dan positif yang dapat memberikan keunggulan kompetitif penting dalam ekonomi global saat ini.29

Korean wave sebagai salah satu cara efektif dalam meningkatkan image Korea

dan meningkatkan soft power Korea Selatan, selain itu juga mengunakannya untuk menarik para wisatawan dan meningkatkan eksport nasional. Selain dalam bidang hiburan, aspek lain dari budaya Korea yaitu menyebarkan bahasa Korea ke beberapa negara.30 Sehingga Nation brand image menjadi sangat penting dalam penelitian ini, karena berguna sebagai salah satu konsep mengenai sebab dari adanya peningkatan

visitor arrivals Korea Selatan.

Dari penjelasan diatas, dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut ;

       28

 Hwangjung Kim. (2012). “The Importance of Nation Brand”. Op.cit. Hal: 9-10.  29Hwangjung Kim. (2012). “The Importance of Nation Brand”. Loc.cit

30

(30)

Gambar. 1.0 Kerangka Pemikiran

Korean wave meliputi budaya tradisional Korea yang dipadu dengan budaya pop

dan kemudian disajikan dalam bentuk Drama Korea. Adanya Korean wave

menimbulkan ketertarikan oleh wisatawan asing akan budaya Korea, dimulai dari tempat bersejarah, budaya tradisional, tempat wisata, Artis atau selebriti, dan juga makanannya. Korean wave menunjukkan ciri khas kehidupan atau lifestyle Korea melalui Drama Korea tersebut, dilengkapi dengan aktor dan aktris yang mempunyai kemampuan acting baik dan penampilan yang khas atau berbeda dari kebanyakan selebriti-selebriti dunia. Melalui Korean wave, budaya dari Korea Selatan diperkenalkan ke Negara-negara lain sebagai salah satu diplomasi publik serta diplomasi budaya Korea Selatan. Semakin terkenalnya Korean wave membawa pengaruh juga pada tingkat ekonomi terutama visitor arrivals Korea Selatan.

Dari Kerangka peimikiran diatas, menggambarkan mengenai Diplomasi ini yang sangat penting dalam penelitian. Sehingga diplomasi publik digunakan untuk

TOURISM / VISITOR ARIVALS

Diplomasi Publik

Korean Wave sebagai

(31)

menjelaskan mengenai diplomasi yang telah dilakukan oleh Korea Selatan. Kemudian pemerintah menggunakan Korean wave sebagai salah satu nation brand image Korea Selatan untuk meningkatkan visitor arrivals negaranya.

1.6 Argumentasi

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kombinasi”, Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif (yang merupakan paparan dari data angka dan statistik).31 Sehingga dalam penelitian ini tidak menggunakan Hipotesis, dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian deksriptif yang tidak dirumuskan hipotesis dan penelitian ini lebih menggunakan Argumentasi.

Argumentasi dalam penelitian ini yaitu, Diplomasi Publik menggunakan Korean wave sebagai nation brand image sehingga menjadi salah satu strategi pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan Visitor Arrivals negaranya. Korean wave sengaja digunakan oleh Korea Selatan untuk meningkatkan citra negara dengan menjadi diplomasi publik dan meningkatkan ekonomi melalui nation branding.32 Salah satu strategi dari pemerintah Korea Selatan yaitu, Korean wave telah memfasilitasi tujuan diplomasi publik dan juga nation brand image, dengan mempromosikan nilai-nilai budaya Korea dengan mengaktifkan program belajar bahasa Korea dan juga melalui

       31

Prof. Dr. Sugiyono. 2011. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :99-100.

32

(32)

bidang pariwisata serta beberapa kebijakan-kebijakan atau program lainnya yang telah dilakukan oleh pemerintah.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1Definisi Konseptual dan Operasional

1.7.1.1Korean Wave

Definisi Konseptual : Korean Wave yaitu suatu reaksi dalam gaya budaya Korea yang diterima oleh luar negeri dan tidak hanya oleh Korea saja, termasuk juga produk-produk Korea Selatan sendiri.33Korean wave merupakan fenomena atau tren budaya Korea yang terjadi saat ini di seluruh dunia. Korean wave juga disebut dengan hallyu yang berasal dari pengucapan Korea yang dicetuskan oleh media di China, yaitu tren atau fenomena yang berasal dari kenaikan ekspor drama korea dan saat ini teah menyebar ke beberapa belahan dunia termasuk dengan musik pop atau K-pop, film, fashion atau pokaian, makanan dan juga bahasa itu sendiri.34Korean wave merupakan salah satu upaya pemerintah Korea Selatan untuk mengekplorasi beberapa aspek budaya pop Korea untuk kepentingan negara sebagai salah satu Diplomasi publik.35 Sehingga dapat disimpulkan bahwa Korean wave merupakan salah satu fenomena budaya pop Korea yang mendunia. Dan juga Korean wave

digunakan oleh Korea Selatan sebagai alat diplomasi publiknya.

       33

Korean Culture and Information Service. (2011). Hal : 15. 34

Korean Culture Office. “Korean Culture Worldwide”. (online) pada http://koreanculture.org.au/about/korean-culture-worldwide. diakses pada 14 Mei 2013.

35

(33)

Definisi Operasional : Korean Wave yaitu suatu fenomena budaya yang popular bagi Korea Selatan yang menjadi diplomasi publik Korea Selatan, dan fenomena tersebut memberi efek positif bagi Korea Selatan. Korean wave yang dimaksud dalam penelitian ini berfokus pada budaya pop Korea dan juga Drama Korea. Drama Korea mulai ditayangkan di luar Negara Korea Selatan pada 1998 di stasiun televisi China. Kemudian, Peran Korean wave menjadi penting dalam visitor arrivals Korea Selatan dari China.

1.7.1.2 Nation Brand Image

Definisi Konseptual : Dalam artian luas, Nation brand atau national branding

mengacu pada penerapan strategi pada branding korporasi untuk masing-masing Negara dengan tujuan mempengaruhi urusan luar negeri dan interaksi internasionalnya. Nation branding lebih berfokus pada pengembangan pada cintra atau image positif guna mendukung kehadiran suatu Negara dan pengaruh Negara tersebut di dunia internasional.36 Tujuan dari nation brand image yaitu untuk menarik wisatawan, untuk merangsang investasi ke dalam, untuk meningkatkan ekspor dan menarik bakat.37 Dalam beberapa arti yang lain, nation brand merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melakukan kampanye dengan menggunakan iklan, menciptakan citra baik melalui brand.38 Sehingga nation brand image merupakan

       36

Lee Hudson. “Nation Branding Explained”. Council on Foreign Relations. (online) dari http://www.cfr.org/information-and-communication/nation-branding-explained/p14776. diakses pada 14 Mei 2013.

37

Hwangjung Kim. (2012). Hal: 9-10. 38

(34)

salah satu usaha pemerintah dalam menciptakan image dan membentuk identitias nasional suatu bangsa atau national identity guna untuk memperkuat diri dalam persaingan dengan negara lain.

Definisi Operasional : Peningkatan dan penciptaan dari national brand image

Korea Selatan bertujuan untuk memperbaiki citra Korea Selatan di mata Negara-negara internasional dan meningkatkan daya saing Korea dalam ekonomi global terutama dari segi Visitor Arrivals.

1.7.1.3 Public Diplomacy

Definisi Konseptual : Public Diplomacy atau diplomasi publik menjadi alat yang digunakan pemerintah untuk menjalankan suatu kepentingan nasional dengan berkomunikasi dan mengelola hubungan mereka dengan pihak lain, serta menarik penonton dari Negara lain, bukan hanya dari negaranya saja.39 Pengertian Diplomasi publik menurut Edmund Gullion yaitu, suatu opini publik yang dapat berperan dalam rangka mendukung kebijakan Negara dan membantu mempengaruhi opini masyarakat Negara-negara lainnya mengenai Negaranya.40 Diplomasi publik juga sebagai sebuah usaha untuk mempromosikan kepentingan nasional dengan menumbuhkan pemahaman, menginformasikan dan memengaruhi masyarakat di negara lain.41 Diplomasi publik tidak hanya dilakukan melalui pertemuan-pertemuan formal ataupun wawancara dengan diplomat, tetapi juga dapat dilakukan dengan

       39

Joseph S. Nye, Jr. Hal: 96. 40

Daniell S. Papp. 1997. “Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding”. United State of America : Allyn and Bacon. Hal; 442-443.

41

(35)

berbagai cara yang dapat mempengaruhi opini Negara lain dan kebijakannya. Seperti mengenai isu-isu yang menjadi pokok utama, yaitu isu ekonomi, sosial, kesejahteraan, lingkungan dan sebagainya yang disebut dengan Low politics.42 Dapat disimpulkan bahwa, Diplomasi publik merupakan interaksi dengan mengajak negara lain dengan memberikan opini publik yang tentunya opini positif guna mempromosikan Negara atau mencapai national interest.

Definisi Operasional : Public Diplomacy atau diplomasi publik yaitu hubungan interaksi Korea Selatan dengan Negara lain, yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik atau opini Negara-negara lain pada suatu Negara dengan melakukan diplomasi. Sehingga opini positif Korea Selatan dapat diciptakan melalui Korean wave dan menarik para wisatawan dari Negara-negara lain untuk berkunjung ke Korea Selatan.

1.7.1.4 Visitor Arrivals

Definisi Konseptual : Visitor Arrivals atau Kedatangan pengunjung dilakukan dengan melalui udara atau transportasi lain dan diukur jumlah wisatawan yang datang dari negara lain ke negara tempat tujuan.43 Pengunjung atau visitor meliputi seorang penumpang yang transit atau yang berhenti lebih dari di negaranya sendiri untuk koneksi penerbangan dan tujuan-tujuan lainnya, dan Penumpang kapal pesiar dan

       42

John Baylis and Steve Smith. 2005. “The Globalization of World Politics : An Introduction to International Relations”. United States of America : Oxford University Press. Hal; 192-193.

43

(36)

non-penduduk yang tinggal di negara itu yang kurang dari satu hari.44Visitor Arrival

juga didefinisikan sebagai jumlah orang atau wisatawan asing yang tiba di negara asing yang bertujuan untk berwisata dan lain-lain.45 Sehingga dapat disimpulkan bahwa visitor arrivals merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh warga negara asing yang datang atau berkunjung ke negara lain jangka waktu tertentu.

Definisi Operasional : Visitor Arrivals atau Kedatangan pengunjung merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang atau warga negara asing yang berkunjung dan datang ke negara lain selain negara aslinya dia berada. Kunjungan atau rekreasi yang dilakukan oleh masyarakat dari Negara lain yang datang ke Korea Selatan karena adanya rasa ketertarikan terhadap budaya pop Korea Selatan, yang membuat meningkatnya bidang pariwisata terutama Visitor arrivals Korea.

1.7.2 Tipe Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti merupakan kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan juga sistematis. Kemudian, data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid, reliable

       44

Metodology For Complication of Tourism Statistics. (online) dari statsmauritius.gov.mu/English/Documents/Methodology/tourism.doc . diakses pada 22 Mei 2013.

45

(37)

dan juga obyektif. 46 Menurut Prof. Dr. Sugiyono, bermacam-macam metode penelitian yang dilihat dari landasan filsafat, data dan analisisnya yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tipe metode penelitian Kuantitatif, metode penelitian Kualitatif dan juga metode penelitian Kombinasi (mixed methods).47

Peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif, yaitu peneliti sebagai instrument utama untuk pengumpulan data dan pengolahan atau analisis data, serta memfokuskan perhatian pada proses dan arti dari suatu peristiwa yang diteliti.48 Dalam pendekatan metodologi penelitian Kualitatif, penelitian dapat dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pengumpulan data (Data Colloective), pengolahan data (Data

Analysis), Laporan penelitian (report writing).49 Berdasarkan karakteristiknya,

penelitian kulitatif dapat dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif dan data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif juga lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome, melakukan analisis data secara induktif dan juga lebih menekankan pada makna (data dibalik yang teramati).50 Penggunaan metode kualitatif menjadi pilihan penulis dalam melakukan penelitian ini dikarenakan penulis melihat mengenai Strategi pemerintah Korea Selatan dalam peningkatan visitor       

46

 Prof. Dr. Sugiyono. 2011. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal :3. 

John W. Creswell. 2009. “Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches”. California: Sage Publications. Hal: 148-161.

50

(38)

arrivals Korea. Sehingga penelitian ini merupakan salah satu isu terbaru dalam hubungan internasional saat ini yang tepat untuk menggunakan metode penelitian kualitatif.

1.7.2 Jangkauan Penelitian

Jangkauan penelitian ini berkaitan dengan seberapa jauh jangkauan penelitian yang dilakukan atau batasan dalam penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, jangkauan penelitian mengenai bagaimana strategi pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan visitor arrivals. Peningkatan yang terjadi yaitu sekitar tahun 2008 hingga 2012.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Sehingga, teknik pengumpulan data sangat penting untuk dilakukan untuk memenuhi standar data yang akan ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,

berbagai sumber, dan berbagai cara. 51 Dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada labotarium dengan metode eksperimen. Dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat

       51

(39)

menggunakan sumber primer dan juga sumber sekunder.52 Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dan selanjutnya, dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pngumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan juga gabungan

keempatnya.53

Dalam penelitian kualitatif, data yang digunakan yaitu data primer dan juga data sekunder. Data primer yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari website-website resmi. Sedangkan data sekunder lebih didapatkan dari literature review atau jurnal penelitian dari berbagai sumber-sumber seperti Koran, majalah, buku, ataupun artikel atau berita di internet.54 Sehingga, Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data Primer dengan mendapatkan data-data dari website resmi Korea, dan beberapa bidang yang terkait seperti situs resmi visitor

arrival Korea Selatan. Kemudian menggunakan data Sekunder, yaitu dengan

mendapatkan dari literature review atau Jurnal yang berhubungan dengan Korea Selatan dan juga yang terkait dengan materi dan teori yang digunakan, serta menggunakan buku seperti buku metode penelitian sebagai acuan dalam sistematika penelitian atau penulisan.

       52

Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal : 308.

53

Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Loc.cit.

54

(40)

1.7.4 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca atau diri sendiri. Analisa data kualitatif lebih bersifat induktif, yaitu suatu analisis yang berdasarkan data yang diperoleh, yang selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.55 Analisi data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesei pengumulan data dalam periode tertentu. Menurut Miles dan Huberman (1984), aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction, data display, dan conclusion drawing atau verification.56

Data Reduction atau Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.57 Data Display (Penyajian Data), yaitu Setelah melakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya yaitu mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, yang paling sering digunakan untuk menyajikan

       55

 Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal : 333. 

56

Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal : 334.

57

(41)

data adalah dengan teks yang bersifat naratif.58 Dengan meggunakan display data, maka akan berguna untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Kemudian langkah yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi atau Conclusion Drawing

Verification, Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.59

1.7.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan skripsi ini, dapat dijelaskan mengenai sistematika penulisan yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut; Dalam bab I pendahuluan ini, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah atau pertanyakan masalah, tujuan dari penelitian, kerangka pemikiran atau landasan pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini yang juga terkait dengan peringkat analisis dan juga landasan teoritik, dan dilengkapi dengan hipotesa serta metodologi penelitian.

Dalam bab II ini yang berisi mengenai pelaksanaan diplomasi publik Korea Selatan, akan lebih menjelaskan dan menyebutkan mengenai pelaksanaan dari

       58

Prof. Dr. Sugiyono. “Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods)”. Bandung : Alfabeta CV. Hal : 339.

59

(42)

Diplomasi Publik yang telah dijalankan oleh Korea Selatan menciptakan program-program penunjang kebijakan luar negerinya.

Kemudian dalam bab III mengenai Analisa Strategi pemerintah terhadap peningkatan visitor arrivals Korea Selatan. Melalui penjelasan peran Korean wave

dalam pelaksanaan diplomasi Publik di Korea Selatan, dalam bab tiga ini, lebih menjelaskan mengenai strategi yang diambil oleh pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan visitor arrivals.

(43)

29 

telah membuat perubahan dalam pelaksaan diplomasi saat ini. Pelaksanaan diplomasi saat ini yang dibutuhkan bukan lagi hard power, tetapi membutuhkan strategi diplomasi soft power.59Diplomasi publik dalam hal ini berkaitan dengan soft power, yang juga sangat berkaitan dengan budaya, nilai-nilai nasional dan brand image. Tujuan dari diplomasi publik yaitu suatu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk mendekati warga negara lain secara langsung dengan melalui seni, pengetahuan, media, bahasa, bantuan, dan sebagainya yang juga berhubungan dengan kebudayaan. Korea Selatan melaksanakan diplomasi publiknya dengan menggunakan unsur budaya, bahasa, brand image dan nilai-nilai nasionalnya.60 Semakin meluasnya diplomasi publik yang dijalankan Korea Selatan, maka opini publik akan menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan diplomasi di tingkat internasional.

Pada awalnya Korea Selatan melakukan kerjasama dalam bidang bisnis dengan Cina dan Jepang, untuk meningkatkan perekonomiannya di wilayah Asia. Kemudian peran Korea Selatan telah meluas ke beberapa negara daerah Asia lainnya yang berfokus pada promosi strategi diplomatik negaranya. Pada tahun 2010

       59

. Dwirezanti, Adina. (2012). “Budaya Populer Sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisasa Peran Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010”. Universitas Indonesia : Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Hal. 1-2. 

60

(44)

pemerintah Korea Selatan mulai mendirikan "Korea Public Diplomacy Forum

(KPDF)", yang menunjukkan bahwa Korea Selatan sudah benar-benar berfokus pada perkembangan pelaksanaan diplomasi publiknya. Duta diplomasi publik yang mengendalikan dan mengkoordinasikan strategi diplomasi publik yang diangkat.61 Kemudian Korea Selatan memperkenalkan kebudayaan daerahnya melalui Mutual

Cultural Exchange Project atau pertukaran budaya. Dengan Mutual cultural

exchange project tersebut, pemerintah Korea Selatan meningkatkan pertukaran

budaya antar negara dengan megadakan berbagai acara budayanya, seperti pertunjukan, pameran, dan festival film sabagai salah satu cara untuk meningkatkan

Mutual understanding.62 Selain berfokus pada budaya, diplomasi publik Korea

Selatan juga berfokus dalam bidang olahraga. Sesuai rencana Korea Selatan yang menjadi tuan rumah pertandingan Olahraga internasional seperti Winter Olympics

2018.63 Dengan adanya hal tersebut, diharapkan akan membawa peningkatan terhadap perekonomian Korea Selatan yang tinggi dan meningkatkan brand value

negaranya. Selain itu, olahraga juga membantu untuk mempromosikan prestise atau kedudukan nasional dan meningkatkan hubungan dengan negara lain. Dari bidang budaya, dan olahraga, diplomasi publik Korea Selatan juga memperluas bidang pendidikannya dengan membuka jaringan pendidikan atau beasiswa bagi mahasiswa

       61

USC Center on Public Diplomacy. “The Republic of Korea’s Public Diplomacy as a Policy

Tool of Soft Power”. (online) dari http://uscpublicdiplomacy.org/index.php/pdin_monitor/article/the_republic_of_koreas_public_diploma

cy_as_a_policy_tool_of_soft_power/. Diakses pada 16 Juli 2013. 62

USC Center on Public Diplomacy. “The Republic of Korea’s Public Diplomacy as a Policy Tool of Soft Power”. Loc.cit.

63

(45)

dari negara lain, salah satunya yaitu perkembangan kerjasama Korea Selatan dengan Amerika Serikat. Pertukaran pelajar atau adanya program beasiswa yang diadakan, akan menjadi salah satu cara yang efektif bagi pemerintahan Korea Selatan dalam pengembangan budaya dan bahasanya.

Departemen Luar Negeri (Deplu) atau Ministry of Foreign Affairs (MOFA) melakukan berbagai kegiatan diplomasinya dengan tujuan untuk    meningkatkan

national brand value Korea Selatan dan prestise dalam masyarakat internasional.64

Semua kebijakan yang dilakukan tak lepas dari peran institusi pemerintahan Korea Selatan, yaitu Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST).

2.1 Ministry of Foreign Affairs(MOFA)

Kementerian luar negeri diresmikan menurut Organisasi UU pemerintah Korea Selatan pada 17 juli 1948.65 Pada tahun 1998, Ministry of Foreign Affairs and

Trade (MOFAT) merupakan nama dari kementrian luar negeri Korea Selatan

sebelum diganti menjadi Ministry of Foreign Affairs (MOFA) pada tahun 2013.66 MOFA menetapkan dan melaksanakan kebijakan luar negeri, diplomasi ekonomi dan kerjasama ekonomi, mengambil bagian dalam ekonomi masyarakat internasional, mengelola perjanjian dan kesepakatan internasional, melindung warga Korea Selatan

       64

Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea. “Overview”. (online) dalam

http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/culture/overview/index.jsp?menu=m_20_150_10. Diakses pada 9 Juli 2013.

65

Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea. “History”. (online) dalam http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/culture/overview/index.jsp?menu=m_20_150_10. Diakses pada 9 Juli 2013.

(46)

yang berada di Luar negeri, mempromosikan kerjasama kebudayaan, mempromosikan olahraga, Seni, pariwisata dan analisis hubungan internasional. MOFA berusaha untuk memperkenalkan dan melakukan diplomasi yang efektif yang sesuai dengan kepentingan nasional Korea Selatan. Menurut MOFA, terdapat rencana diplomasi publik Korea Selatan yang dilakukan, yaitu melalui principal goals and

directions of Korean Cultural Diplomacy67. Terdapat dua Fokus utama yang

dilakukan oleh MOFA, yaitu ;

1. Promosi kerjasama dengan negara lain melalui pertukaran budaya ; dengan mendukung berbagai program pertukaran budaya yang dilaksanakan pada tingkat pemerintah ataupun non-pemerintah, dan menciptakan dasar yang kuat untuk kerjasama antar Korea Selatan dengan negara-negara lain. Kemudian dalam era globalisasi, program pertukaran budaya tidak hanya akan membantu Korea Selatan dalam menumbuhkan identitas budaya nasional, tetapi juga akan meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap rakyatnya yang beragam budaya di seluruh dunia.

2. Penguatan daya saing nasional dengan meningkatkan citra nasional ; budaya telah menjadi salah satu pokok terpenting dalam Korea Selatan, Kontribusi dalam upaya diplomatik merupakan isu budaya yang bertujuan

       67

Ministry of Foreign Affairs Republic of Korea. “Issue: Principal Goals and Directions of Korean Culture Diplomacy and Related Policies”. (online) dari http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/culture/issues/index.jsp?menu=m_20_150_20&sp=/webmodule/ht

(47)

untuk meningkatkan citra nasional Korea Selatan dimata internasional yang akan memberikan kontribusi untuk memperkuat daya saing seluruh komunitas internasional.

MOFA juga telah berpartisipasi aktif dalam hubungan internasional mengenai isu-isu seperti Konvensi tentang Perlindungan dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya, sehingga memperkuat citra negara sebagai anggota yang bertanggung jawab dari masyarakat internasional.68 MOFA juga bergabung dengan

Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) dalam melakukan tujuan yang

berhubungan dengan budaya dan image Korea Selatan. Yang kemudian dalam

principal goals and directions of Korean Cultural Diplomacy tersebut terdapat arah

suatu kebijakan yang akan dilakukan, seperti69 ;

1. Pelaksanaan kegiatan budaya dan promosi secara komprehensif dan sistematis ; mengkoordinasikan kegiatan budaya berbeda yang diadakan di luar negeri.

2. Pendirian dan pengembangan strategi budaya dan promosi khusus bagi negara-negara atau wilayah yang relevan ; mengembangkan program dengan memperhatikan karakteristik unik dari budaya masing-masing serta merumuskan strategi yang efektif yang akan mempromosikan citra Korea di luar negeri dan mendukung program pertukaran budaya.

       68

Shin Seung Jun. “Strategic Directions for the Activation of Cultural Diplomacy to Enchance the Country Image of the Republic of Korea (ROK)”. (online) dalam http://programs.wcfia.harvard.edu/files/fellows/files/shin.pdf. diakses pada 16 juli 2013. Hal : 51-53. 69

(48)

3. Penguatan hubungan kerjasama dengan organisasi lokal serta perusahaan-perusahaan Korea Selatan di luar negeri ; yaitu dengan pemanfaatan pada media lokal dan internasional yang akan meningkatkan pemahaman dan opini atau pendapat dari berbagai kalangan dari seluruh masyarakat internasional tentang budaya Korea Selatan, sehingga berkontribusi untuk pembentukan opini publik yang menguntungkan terhadap Korea Selatan. Kemudian, Mengamankan dan memelihara kerjasama yang sistematis dengan cabang luar negeri dari Korea Tourism Organization (KTO),

Korea Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA), perusahaan Korea

Selatan, masyarakat Korea Selatan, dan pusat-pusat budaya Korea Selatan yang berhubungan dengan luar negeri.

4. Perluasan program budaya berorientasi masa depan ; Eksplorasi dan perluasan program budaya yang berorientasi terhadap pemuda dan generasi berikutnya untuk efek jangka panjang dari diplomasi kebudayaan.

5. Partisipasi aktif dalam Organisasi Internasional ; Pemerintah Korea Selatan telah aktif berpartisipasi dalam upaya internasional untuk mengatur kegiatan industri dalam budayanya yang termasuk diskusi pada Konvensi Keanekaragaman Budaya melalui organisasi internasional seperti UNESCO.

(49)

kontribusi untuk kerjasama regional dengan mempromosikan perdamaian dan kemakmuran yang memanfaatkan budaya antara Korea-Jepang, dan Korea-China. Dalam bidang olah raga, MOFA juga melakukan diplomasi dengan menjadi tuan rumah Olimpiade 1988 dan Piala Dunia 200270. MOFA juga mengundang wartawan-wartawan dari berbagai negara-negara berkembang untuk meningkatkan citra negara Korea Selatan dengan menunjukkan perkembangan yang telah dicapai oleh pemerintah Korea Selatan, dengan melakukan promosi dengan berbagi warisan budaya, dan mempublikasikan berbagai proyek memberikan keuntungan kepada negara-negara berkembang untuk merevitalisasi program pertukaran intelektual.71

2.2 Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST)

Pada tahun 1998, MCST lebih dikenal sebagai Ministry of Culture and

Tourism (MCT) kemudian berganti menjadi Ministry of Culture, Sport and Tourism

(MCST) pada tahun 2008.72 Kementrian Kebudayaan, Olahraga dan pariwisata atau

Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST), merupakan suatu instansi

pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap urusan pariwisata.73 Kementrian tersebut terlibat dalam membangun rencana pembangunan kepariwisataan nasional

       70

Shin Seung Jun. “Strategic Directions for the Activation of Cultural Diplomacy to Enchance the Country Image of the Republic of Korea (ROK)”.Op.cit.

71

Shin Seung Jun. “Strategic Directions for the Activation of Cultural Diplomacy to Enchance the Country Image of the Republic of Korea (ROK)”. Op.cit.

72

Ministry of Culture, Sport and Tourism (MCST). “About MCST : History”. (online) dalam http://www.mcst.go.kr/english/aboutus/history.jsp. diakses pada 9 Juli 2013.

73

(50)

Korea Selatan, pengelolaan yang berhubungan dengan pariwisata, promosi pariwisata dan juga pengembangan dana.

Terdapat dua Organisasi yang langsung bergerak dibawah MCST , Korea

Tourism Organization (KTO) dan Korea Culture and Tourism Institute (KCTI).

Tugas MCST yaitu mengendalikan dan mengawasi pekerjaan kedua organisasi KTO dan KCTI. MCST mempromosikan industri pariwisata dan strategi-strategi untuk menarik wisatawan asing, melaksanakan promosi pariwisata dan memfasilitasi kerjasama dengan badan-badan internasional dan pemerintahan asing. 74 Pemerintah Korea Selatan telah melakukan upaya promosi pariwisata dengan daya tarik wisata, kompleks wisata dan zona wisata khusus yang melibatkan partisipasi pemerintah dengan dukungan dari publik dan swasta yang bertujuan untuk mendorong investasi asing dan swasta. Selain itu pemerintah juga melakukan pemeliharaan terhadap sumber daya wisata dan pengembangan wisata yang terkait dengan infrastruktur pariwisata Korea Selatan. Image budaya Korea Selatan yaitu termasuk Hallyu atau

Korean wave, Hangul atau Alfabet Korea, Hanbok atau Rumah tradisional Korea

Selatan, masakan Korea Selatan, dan taekwondo atau Seni bela diri Korea Selatan.75

2.2.1 Korea Tourism Organization (KTO)

Pada tahun 2008, Korea National Tourism Organization (KNTO) berganti nama menjadi Korea Tourism Organization (KTO). KTO yaitu sebuah perusahaan

       74

OECD. “Directorate for Science, Technology and Industry : National Tourism Policy Review Republic of Korea”. Hal : 8.

75

(51)

publik global yang bertugas untuk mempromosikan Korea Selatan sebagai salah satu tujuan wisata kelas dunia.76 Organisasi ini didirikan pada tahun 1962 sebagai perusahaan investasi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap industri pariwisata Korea Selatan yang berdasarkan pada international tourism corporation Act dan kebijakan-kebijakan pemerintah yaitu tourism promotion law pada tahun 1961.77 Tujuan dari organisasi ini tak lain yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Korea dan menyebarkan budaya Korea Selatan ke seluruh dunia melalui penguatan pengembangan industri pariwisata. Mengembangkan urusan budaya dan juga pariwisata melalui promosi yang dapat menarik para wisatawan asing. KTO melakukan program Visit Korea Year Campaign yang bekerja sama dengan kedua Organisasi tersebut. Program tersebut dimulai pada tahun 2005 yang diawali dengan menciptakan program Visit Gyeonggi-Korea 2005, Visit Jeju Year 2006, Visit Gyeingbuk-Korea 2007, visit Gwangju Jeonnam Korea Year 2008, Visit

Incheon 2009, dan Visit Korea Year 2010-2012. Dan lebih lanjut akan dibahas pada

bab III.

2.2.2 Korea Culture and Tourism Institute(KCTI)

Korea Culture and Tourism Institute (KCTI) atau Korea Tourism Research

Institute (KTRI) merupakan sebuah lembaga pemerintahan yang memberikan

kontribusi untuk mewujudkan Korea Selatan yang kreatif dan meningkatkan kualitas

       76

KTO. “KTO Overview : Vision”. (online) dalam

http://kto.visitkorea.or.kr/eng/overview/About/vision.kto. diakses pada 9 Juli 2013. 77

(52)

kehidupan budayanya.78 KCTI bertugas untuk penelitian, layanan informasi, proyek bersama di lembaga bantuan yang bertujuan untuk membangun, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kebijakan yang terbaik untuk Korea Selatan. lembaga ini juga melakukan perumusan kebijakan dalam pariwisata nasional dan melakukan penelitian mengenai pengembangan pariwisata.

Fungsi utama KCTI yaitu sebagai penyedia penelitian mengenai kebijakan pariwisata pemerintah dan industri, mendukung perumusan rencana promosi pariwisata menengah dan jangka panjang, konsultasi pemerintah daerah dan industri pariwisata, dan menganalisis dan meramalkan tren pariwisata domestik dan asing. KCTI melakukan penelitian setiap tahunnya dan menggelompokkan berdasarkan bidang yang terkait seperti Arts and Culture Policy, Cultural Industry Policy, dan

Tourism Policy. Secara umum terdapat Hasil dari KCTI tepatnya pada tahun 2011

yaitu seperti, A Study on the Cultural Value of Content Industry, A Study on Making the Content Industry National Strategic Industry, A study on the development of

tourism policy program for Korean style village in rural area, dan Tourism Policy for

Promotion of Inbound Tourism Utilizing the Neo-Korean Wave.79Data Selengkapnya

akan terlampir pada lampiran halaman xiii.

       78

Culture 360.org. “Korea Culture and Tourism Institute (KCTI)”. (online) dari http://culture360.org/organisation/korea-culture-and-tourism-institute-kcti/. Diakses pada 14 Juli 2013. 79

(53)

2.3 Peningkatan Visitor Arrivals Korea Selatan

Melalui Beragam upaya dan kebijakan dari badan-badan pemerintahan yang terkait dengan sektor pariwisatanya, Pemerintah Korea Selatan selalu mengharapkan agar jumlah visitor arrivals yang berkunjung ke negaranya semakin bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 hingga 2002 terjadi sedikit peningkatan hingga menjadi 5,347,468 dari 5,147,204 pada tahun 2001.80 Pada tahun 2001 hingga 2002, peningkatan terjadi hanya 3.9% dari 5.147 pada tahun 2001 hingga menjadi 5,347 pada 2002. Tingkat penurunan hanya terjadi antara tahun 2002 hingga tahun 2003. Pada 2003 tingkat visitor arrivals mengalami penurunan hingga -11.1 menjadi 4,752,762 dari 5,347,468 pada tahun 2002. Pada tahun selanjutnya dimulai dari tahun 2003, visitor arrivals Korea Selatan mengalami peningkatan yang signifikan hingga tahun 2012.81 Dalam penulisan skripsi ini, peneliti meneliti pada tahun 2008-2012 karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan secara signifikan. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2012 secara signifikan terjadi dimulai dari tahun 2008, dengan Jumlah wisatawan asing yang mengunjungi Korea Selatan pada tahun 2012 mencapai hingga 11,140,028 untuk pertama kalinya, yang menunjukkan bahwa Korea Selatan telah menjadi tujuan wisata kelas dunia.

       80

Korea Tourism Organization. “Visitor Arrivals, Korean Departures, Int’l Tourism Receipt and Expenditures”. (online) dari http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/keyFacts/visitorArrivals.kto. diakses pada 6 Juli 2013.

81

(54)

Berikut ini adalah tabel yang berisi mengenai jumlah visitor arrivals Korea Selatan secara keseluruhan, ;

Tabel . 2.1

International Visitor Arrivals

Year Visitor Arrivals

(Number)

Changes (%)

2002 5,347,468 3.9

2003 4,752,762 -11.1

2004 5,818,138 22.4

2005 6,022,752 3.5

2006 6,155,047 2.2

2007 6,448,240 4.8

2008 6,890,841 6.9

2009 7,817,533 13.4

2010 8,797,658 12.5

2011 9,794,796 11.3

2012 11,140,028 13.7

(55)

41 

3.1 Diplomasi Publik Korea Selatan

Berdasarkan pada tabel 2.1, menunjukkan bahwa Jumlah visitor arrivals

Korea Selatan meningkat secara signifikan dari pada tahun-tahun sebelumnya. Dalam peningkatan ini, pemerintah harus memiliki strategi yang tepat untuk mempertahankannya. Sehingga dalam bab III ini akan memaparkan dan menjelaskan mengenai Strategi pemerintah dalam peningkatan visitor arrivals. Berdasarkan dari konsep soft power oleh Nye yang menunjuk pada kemampuan untuk menunjukkan aset yang dimiliki seperti kebudayaan, nilai politik dan juga kebijakan. Soft power

tidak hanya kemampuan untuk mengajak orang lain melalui sebuah argumentasi, tetapi juga kemampuan dalam mempengaruhi ke arah sebuah persetujuan bersama. Diplomasi merupakan salah satu cara soft power Korea Selatan dalam mencapai tujuan negaranya. Korean wave menjadi sebuah cara diplomasi yang berhasil bagi Korea Selatan.

(56)

1999.80 Dikutip dalam tulisan Jiyeon So yang berjudul “Pop Culture as an Instrument For Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the

Korean wave on Asian Publics”, terdapat beberapa alasan yang menjadikan Korean

wave dibentuk sebagai Diplomasi publik, yaitu seperti dalam bidang pendidikan.

Korean wave telah meningkatkan minat masyarakat internasional untuk datang dan

mempelajari Korea Selatan, yaitu dalam Bahasa Korea. Di Universitas Jepang, terdapat universitas yang mengalami peningkatan dari 142 pada tahun 1992 hingga menjadi 335 pada tahun 2004. Menurut Jiyeon So, bidang pendidikan menjadi sebuah langkah pertama dalam proses komunikasi budaya Korea Selatan.81

Dalam bidang Pariwisata, adanya fenomena Korean wave telah memberikan peningkatan terhadap jumlah wisatawan asing yang datang ke Korea Selatan sebesar 30% pada tahun 2000 dan sebagian besar wisatawan asing berasal dari Jepang, Cina dan Taiwan.82 Dari peningkatan dan kemajuan dalam bidang pariwisata, Korean wave

juga meningkatkan citra negara. Adanya peningkatan wisatawan asing ke Korea Selatan, telah menggambarkan bagaimana citra negara Korea Selatan di dunia internasional melalui kepopuleran budaya pop Korea atau budaya populernya. Hal tersebut terbukti berdasarkan data dari Korea Trade Investment Promotion Agency       

80

 OECD. “Directorate for Science, Technology and Industry : National Tourism Policy Review Republic of Korea”. (online) dari http://www.oecd.org/korea/33649881.pdf. diakses pada 6 Juli 2013. Hal : 5.

81

Jiyeon So. 2009. “Pop Culture as an Instrument for Global Public Diplomacy: A Case Study of the Influences of the Korean Wave on Asian Publics”. diakses dari http://citation.allacademic.com/one/www/research/index.php?click_key=2#search_top, pada 25 April 2013. Hal: 10-11. 

82

Gambar

Gambar. 1.0 Kerangka Pemikiran
Tabel . 2.1
Grafik 3.1 Visitor Arrivals

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menemukan permasalahan bahwa PT Asuransi Adira Dinamika Outlet Jambi melakukan kesalahan perhitungan PPh Pasal 21 yang disebabkan kesalahan dalam perkalian tarif

adalah pelanggan jasa penerbangan Garuda Indonesia yang berada di Branch.

Penghitungan kerugian negara adalah pemeriksaan investigatif yang dilakukan untuk menghitung serta memperoleh jumlah pasti nilai kerugian negara yang terjadi akibat

Kondisi lift tersebut saat ini dalam keadaan rusak dan untuk memfungsikan kembali dilakukan perbaikan dengan terlebih dahulu dilakukan analisis dan identifikasi

Oleh karena itu, bagi Anda yang berkeinginan menggunakan jasa ekspedisi murah, baik melalui jalur darat, udara, serta laut, pastikan Anda menggunakan jasa pengiriman

Interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas menunjukkan tidak berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, saat berbunga, berat kering

kontrol positif dengan isolat KIVM/b, KVM/a dan blanko DMSO terdapat perbedaan yang bermakna pada data persen penghambatan proliferasi sel MCF-7.. Antara isolat KIVM/b

Mengingat pentingnya pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan demam berdarah ini serta relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu tentang Perkembangan Pelayanan