• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3. Korelasi Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya

Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya dapat dilihat dari grafik di bawah ini.

Gambar. 4. 5 Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya

Hasil perhitungan statistic terhadap hubungan antara kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studi.

Tabel 4. 3 Hasil perhitungan statistic terhadap hubungan antara kemampuan akademik mahasiswa terhadap

kemampuan menyelesaikan studi

Cor relations 1.000 -.238* . .018 53 53 -.238* 1.000 .018 . 53 53 Correlation Coef f icient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed) N IPK WAKTU Kendall's tau_b IPK WAKTU

Correlation is s ignif icant at the .05 lev el (2-tailed). *. 1.75 2.00 2.25 2.50 2.75 3.00 3.25 3.50 3.75 3.5 3.8 4.0 4.3 4.5 4.8 5.0 5.3 5.5 5.8 6.0 6.3 6.5 6.8 7.0 7.3 7.5 IPK

Korelasi antara kemampuan akademik terhadap kemampuan menyelesaikan studi mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika adalah 0,018. Nilai korelasi tersebut termasuk kategori korelasi sangat rendah.

B. Pembahasan

1. Kemampuan Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika

Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika pada tiap angkatan wisuda berbeda-beda. Rerata IPK tertinggi terdapat pada angkatan 79 yaitu 3,25. Wisuda angkatan 79 memiliki rerata IPK tertinggi dikarenakan semua wisudawan/ti memiliki IPK di atas 3 dan faktor yang membuat tingginya rerata IPK angkatan ini adalah adanya wisudawan yang memperoleh IPK pada tingkat kepuasan terpuji/cumlaude yaitu sebesar 3,64 yang memberikan kontribusi besar terhadap rerata IPK angkatan. Rerata IPK terendah terdapat pada angkatan 78 yaitu 2,73 hal ini disebabkan mayoritas wisudawan/ti pada angkatan ini memiliki IPK kurang dari 2,5 dan sedikitnya wisudawan yang memiliki IPK di atas 3 yang berakibat pada rendahnya rerata IPK pada angkatan wisuda 78 ini.

Meningkatnya kemampuan akademik mahasiswa pada tiap angkatan, disebabkan adanya perbaikan kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran maupun fasilitas penunjang pembelajaran yang dilakukan oleh FITK, seperti: digunakannya LCD projector di tiap kelas yang dimulai tahun 2008. Pada tahun 2008 mahasiswa angkatan 2003 sebagian besar sudah tidak mengikuti lagi perkuliahan, artinya IPK akhir mahasiswa sudah didak mengalami penambahan, pengaruh penggunaan LCD projector dan fasilitas lainnya tidak dapat dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa angkatan 2003 dan angkatan 2004. Hal ini merupakan salah satu faktor semakin meningkatnya kemampuan akademik

mahasiswa. Karena dengan menggunakan LCD projector dosen dapat memperoleh beberapa keuntungan diantaranya: dapat menyampaikan materi secara sistematis dan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Selain itu, gambar-gambar yang bersifat abstrak dapat visualisasikan dengan bentuk dan warna yang real. Dapat digunakan untuk menyajikan pesan di semua ukuran ruangan kelas. Dapat menarik perhatian mahasiswa, karena memungkinkan penyajian yang variatif dan disertai dengan warna-warna yang menarik. Tatap muka dengan mahasiswa dan selalu terjaga dan memungkinkan siswa untuk mencatat hal-hal yang penting. Dapat menyajikan pesan yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Dapat digunakan berulang-ulang dalam kelas berbeda, tanpa harus mempersiapkan kembali. Membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat dipadukan dengan unsur suara.

Faktor lainnya adalah semakin baiknya input siswa yang masuk menjadi mahasiswa di program studi pendidikan fisika. Taraf intelegensi mahasiswa baru meningkat. Gagne dan Berliner dalam (Winkel, 1997) menyatakan bahwa antara intelegensi dengan kesuksesan di sekolah ada korelasinya. Meningkatnya kemampuan intelegensi input mahasiswa ini di sebabkan oleh makin ketatnya atau selektifnya proses seleksi mahasiswa baru pada program studi pendidikan fisika. Input yang baik akan menghasilkan out put yang baik pula. Artinya proses pembelajaran selama perkuliahan terjadi secara alami, tidak terjadi kesalahan proses. Karena proses pembelajaran yang salah bukannya dapat meningkatkan kemampuan, tetapi akan berdampak pada turunnya kualitas out put yang dihasilkan. Dengan demikian proses pembelajaran yang terjadi di Program Studi Pendidikan Fisika sudah berlangsung dengan baik dan berada pada jalur yang benar. Hal ini terlihat dari kemampuan akademik mahasiswa lulusan yang mayoritas (83%) kemampuannya sangat memuaskan.

Kemampuan akademik mahasiswa dari angkatan 2003 sampai 2005 berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Secara teori ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan akademik. Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu: faktor internal/pribadi dan eksternal/lingkungan (Gagner & Berliner dalam Winkel, 1997). Faktor internal meliputi: intelegensi, motivasi, dan kepribadian. Mahasiswa dengan taraf intelegensi yang tinggi dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki taraf intelegensi rendah. Namun, intelegensi bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan prestasi akademik karena masih ada faktor motivasi, kepribadian, dan faktor eksternal.

Adanya perbedaan motivasi belajar antar mahasiswa lebih diakibatkan oleh: perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, dan haus. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata (Winkel, 1997).

2. Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Fisika.

Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya sangat beragam/berbeda-beda. Demikian juga kemampuan mahasiswa pada tiap angkatan wisuda dan berdasarkan angkatan masuk. Perbedaan ini disebabakan oleh adanya perbedaan motivasi belajar dan menyelesaikan studi pada tiap mahasiswa. Kemampuan mahasiswa terklasifikasikan kedalam tiga kategori berbeda yaitu lamat sekali, lambat, dan tepat. Dimana sebagian besar berada pada kategori lambat (60%). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa untuk menyelesaikan studinya

rendah. Hal ini terbukti dari hasil penyebaran angket kepada para lulusan yang menunjukkan hasil, 86% mahasiswa tidak termotivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan studinya dan menyatakan bahwa motivasinya rendah. Menurut mahasiswa, hal ini diakibatkan oleh menurunnya semangat mahasiswa ketika tidak berhasil menemui dosen pembimbing dan tidak mendapatkan arahan dan bimbingan yang baik.

Winkel (1997) menyatakan bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang aktif pada saat tertentu dimana ada kebutuhan untuk mencapai tujuan. Demikian juga dengan Gagne dan Berliner dalam Winkel (1997) yang menjelaskan bahwa motivasi merupakan segala sesuatu yang menggerakan individu dari perasaan bosan menjadi berminat untuk melakukan sesuatu. Winkel menyatakan bahwa motivasi merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar yang berfungsi untuk: mencari dan menemukan informasi mengenai suatu hal, menyerap informasi dan mengelolannya, dan mengubah informasi yang didapat menjadi suatu hasil seperti pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap, dan kreativitas.

Rendahnya motivasi pada mahasiswa bisa diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: motivasi yang muncul pada diri mahasiswa bersumber dari internal dirinya sendiri dan eksternal dari orang lain atau lingkungannya. Peneliti mengindikasikan bahwa rendahnya motivasi mahasiswa ini lebih diakibatkan oleh faktor lingkungan, yaitu lingkungan kampus. Lingkungan kampus kurang memberikan iklim edukasi yang baik, penyediaan fasilitas sumber belajar yang kurang memadai, seperti: perpustakaan (buku-buku perkuliahan dan jurnal-jurnal penelitian), dan fasilitas internet. Mahasiswa angkatan 2003 dan 2004 menyatakan kesulitan dalam mencari sumber-sumber referensi dalam menyelesaikan skripsinya. Mereka harus mencari-cari referensi ke tempat-tempat yang cukup jauh dari kampus, bahkan diperoleh di kampus lain di luar kota seperti di UPI Bandung. 100% mahasiswa alumni mengemukakan faktor

penyebabnya diantaranya adalah kurang lengkapnya fasilitas perpustakaan dan fasilitas internet di dalam kampus, tidak tersedianya fasilitas komputer bersama yang bisa digunakan untuk mengakses internet. Hal ini menyebabkan menurunnya motivasi yang ada pada diri seseorang, seperti yang terdapat dalam teori ERG yang dinamakan komponen frustasi-regresi (frustation-regresion aspect). Jika kebutuhan-kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi, mundur ke level yang lebih rendah. Berlawanan dengan harapan yang diinginkan oleh pihak kampus dalam hal ini.

Lingkungan kampus yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga mahasiswa terdorong untuk belajar dan berprestasi. Ada beberapa karakteristik lingkungan universitas yang nyaman sebagai tempat belajar menurut Gagne dalam Winkel, 1997, yaitu: Universitas/sekolah yang mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha mahasiswa agar suskes baik dalam bidang akademik maupun sosial, adanya kurikulum yang menantang dan terarah, adanya perhatian dan kepercayaan siswa serta orang tua terhadap kampus, adanya ketulusan dan keadilan bagi semua siswa dengan latar belakang, ras maupun etnik yang berbeda, adanya kebajikan dan peraturan kampus yang jelas dan konsisten, adanya partisifasi siswa dalam pembuatan peraturan sekolah, adanya mekanisme dalam menyampaikan pendapat siswa, membangun kerjasama dengan komunitas keluarga dan masyarakat, adanya forum diskusi tentang isu-isu yang terjadi pada para siswanya.

Faktor eksternal lainnya adalah lingkungan rumah. Lingkungan rumah terutama orang tua, memegang peranan penting karena orang tua dapat dijadikan sebagai figur yang dapat diteladani atau di turuti untuk dijadikan sebagai guru, rendah sekali. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga, dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal

ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis. Motivasi belajar berupa rangsangan dari orang, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis yang bersangkutan, rendah. Faktor inilah salah satu penyebab rendahnya motivasi mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di program studi pendidikan fisika. Mayoritas orang tua para mahasiswa alumini adalah seorang petani, yang memiliki kemampuan keilmuan yang kurang/rendah demikian juga fasilitas edukasi yang dimiliki keluarga untuk anak. Winkel (1997) menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan).

Faktor penyebab lainnya adalah motivasi internal pada diri mahasiswa untuk berprestasi rendah. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, mahasiswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kegiatan belajar untuk memuaskan rasa ingin tahu, atau mengharapkan pujian sebagai hadiah atas prestasi yang diraihnya. Kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan, masih kurang. Winkel (1997) mengemukakan bahwa motivasi yang paling penting dalam dunia pendidikan adalah motivasi untuk berprestasi, dimana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses. Hal ini tidak ditunjukkan oleh sebagian besar mahasiswa alumni program studi pendidikan fisika.

3. Korelasi Kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studinya.

Korelasi antara kemampuan akademik terhadap kemampuan menyelesaikan studi mahasiswa program studi pendidikan fisika adalah sangat rendah. Hubungan ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik baik belum tentu bisa menyelesaikan studi dalam waktu yang cepat/singkat. Demikian juga sebaliknya, mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik rendah belum tentu menyelesaikan studinya lambat/telat. Faktor utama penyebabnya adalah adanya perbedaan motivasi pada masing-masing mahasiswa.

BAB V

Dokumen terkait