• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA

TERHADAP PENYELESAIAN STUDI DI PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN FISIKA

(Laporan Penelitian)

Oleh:

IWAN PERMANA SUWARNA NIP.197805042009011013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, merupakan salah satu lembaga

penyelenggara tenaga kependidikan (LPTK), sekaligus berperan sebagai

lembaga penyedia sumber daya pendidik dan kependidikan di tingkat

dasar maupun menengah. Beban tersebut akan terasa berat, terlebih

adanya tuntutan output yang dihasilkan harus berkualitas. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang bisa dikemukaan, seperti: sejauhmana FITK

menghasilkan para lulusannya?; bagaimanakah profil para mahasiswa

lulusan FITK; dimanakah letak keunggulan dan kelemahan mahasiswa

lulusan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?

Tuntutan terhadap perubahan kualitas pendidikan merupakan

suatu keharusan. Perubahan tersebut haruslah dimulai dari perbaikan

kualitas para calon tenaga pendidiknya. Statistik hasil penelitian tentang

kualitas para tenaga pendidik di tingkat dasar sampai atas menunjukkan

mutu yang rendah, masih jauh dari memadai. Persentase guru yang tidak

layak dan belum layak mengajar: 60% untuk guru SD, 40% guru SLTP,

43% guru SMA, dan 34% guru SMK jika dilihat dari segi kualitasnya.

Berdasarkan linieritas kompetensi pendidikan yang dimiliki, 17,2% (=

69.477) guru mengajar bukan pada bidang studi yang dikuasainya

(kompas). Penelitian lain menunjukkan dari segi kualifikasinya: dari 1,2

juta guru SD yang ada saat ini hanya 8,3% yang telah berijasah sarjana.

Menurut Mulyasa dalam seminar pendidikan pada mediaindonesia.com,

salah satu indikator rendahnya kualitas guru di Indonesia adalah banyak

guru yang tidak lulus ketika dites soal Ujian Nasional. Peneliti simpulkan

hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan akademik dari para guru

dalam memahami konten. Fakta lain seperti yang diungkapkan Surya

(3)

dalam media yang sama "Saya pernah menemukan ada guru matematika

di Indonesia bagian timur yang tidak bisa menambahkan 0,5 dengan 0,75,"

Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak

didik yang dihasilkan. Bagaimana kondisi anak didik yang akan

dihasilkan jika para tenaga pendidiknya memiliki kemampuan seperti itu.

Bagaimanakah kemampuan akademik mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam FITK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai calon tenaga pengajar? Sebelum

mereka menjadi tenaga pengajar, bagaimanakah kemampuan mereka

dalam menyelesaikan studinya? Adakah korelasi antara kemampuan

akademik dengan kemampuan menyelesaikan studi?

Latar belakang masalah di atas mengungang rasa ketertarikan saya

untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut. Adapun judul

penelitiannya adalah: Korelasi Kemampuan Akademik Mahasiswa

terhadap Penyelesaian Studi di Program Studi Pendidikan Fisika.

B. Identifikasi Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi, sebagai berikut:

1. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya

disebabkan oleh rendahnya kualitas para tenaga pendidiknya.

2. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta merupakan salah satu lembaga kependidikan penyedia

sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam

bentuk pertanyaan seperti berikut: Apakah kemampuan akademik

mahasiswa berkorelasi terhadap penyelesaian studi di Program Studi

Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

(4)

1. Bagaimanakah kemampuan akademik mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika?

2. Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di

Program Studi Pendidikan Fisika?

3. Apakah kemampuan akademik mahasiswa program studi pendidikan

fisika berkorelasi terhadap kemampuan menyelesaikan studinya?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui profil kemampuan akademik mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika.

2. Mengetahui profil kemampuan menyelesaikan studi mahasiswa

program studi pendidikan fisika.

3. Mengetahui korelasi kemampuan akademik mahasiswa program studi

pendidikan fisika terhadap kemampuan menyelesaikan studi.

E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Manfaat dan kegunaan dari penelitian ini secara khusus, antara

lain:

1. Dengan diketahuinya profil kemampuan akademik akademik

mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA pada Program Studi Pendidikan

Fisika, informasi ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur pencapaian

penyelenggaran pendidikan khususnya di program studi pendidikan

fisika dalam mempersiapkan calon tenaga pendidik, sekaligus dapat

dijadikan sebagai cerminan kualitas mutu para calon pendidik.

2. Dengan diketahuinya profil kemampuan menyelesaikan studi

mahasiswa program studi pendidikan fisika, informasi ini dapat

dijadikan bahan evaluasi dan instrospreksi terhadap lembaga FITK,

(5)

3. Dengan diketahuinya korelasi antara kemampuan akademik terhadap

kemampuan menyelesaikan studi para mahasiswa Program Studi

Pendidikan Fisika, informasi ini dapat memberikan analisis terhadap

faktor-faktor yang menghambat dalam menyelesaikan studi

mahasiswa di program studi pendidikan fisika, sekaligus dapat

dijadikan sebagai bahan perbaikan kurikulum prodi, perencanaan

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Akademik Mahasiswa

Untuk mendapatkan suatu prestasi dalam berbadai bidangn

tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan

dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang

telah dicapainya dalam belajar.

Kemampuan akademik seorang mahasiswa adalah kemampuan

seseorang dalam memahami/menguasai berbagai bidang akademik.

Kemampuan akademik mahasiswa adalah kemampuan mahasiswa dalam

memahami/ menguasai semua mata kuliah. Biasanya kemampuan ini

terukur dalam bentuk nilai secara akademik. Nilai tersebut diperoleh dari

hasil konversi skor akhir mahasiswa selama satu semester.

Sistem Pendidikan yang digunakan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta adalah Sistem Kredit Semester (SKS). Yang dimaksud SKS adalah

penyelenggaraan pendidikan yang menyatakan beban studi mahasiswa,

beban kerja tenaga pengajar, dan beban penyelenggaraan suatu mata

kuliah dan program selama 16 minggu kerja, dalam satuan kredit. Skor

akhir mahasiswa di konversi kedalam bentuk huruf, yang memiliki nilai

bobot. Kriteria penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Patokan

(PAP). Berikut ini adalah kriteria PAP dalam mengkonversi nilai angka ke

nilai huruf:

Tabel 2. 1 Tabel Konversi Nilai Angka ke Huruf

Nilai Angka Nilai Huruf Nilai Bobot

80 100 A 4

70 79 B 3

60 69 C 2

(7)

Nilai Angka Nilai Huruf Nilai Bobot

50 59 D 1

Sumber: Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hidayatullah Jakarta, 2010/2011.

Kemampuan akademik mahasiswa ini selanjutnya dinyatakan

dalam indeks prestasi (IP). IP mahasiswa selama satu semester disebut

indeks prestasi semester (IPS), sedangkan kumpulan indeks prestasi

beberapa semester disebut indeks prestasi kumulatif (IPK). Baik IPS

ataupun IPK biasanya dinyatakan dalam rentang angka 0 – 4. Skala tersebut terbagi menjadi tiga skala kepuasan yaitu:

Tabel 2. 2 Skala Kepuasan Indeks Prestasi Kumulatif

IPK Keterangan

3,50-4,00 Kumlaude / terpuji

2,75-3,49 Amat baik / sangat memuaskan 2,00-2,74 Baik/memuaskan

Sumber: Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hidayatullah Jakarta, 2010/2011.

Penentuan yudisium kelulusan ditetapkan berdasarkan buku

pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjelaskan

bahwa predikat kelulusan dinyatakan sebagai berikut:

1. Predikat kelulusan Cumlaude hanya diberikan kepada mahasiswa

yang memiliki IPK 3,50 ke atas dan studinya tidak lebih dari 5 tahun,

tidak pernah melakukan perbaikan nilai serta tanpa nilai D.

2. Sangat memuaskan, apabila tidak memenuhi syarat poin 1, tetapi

mencapai IPK tidak kurang dari 3,00.

3. Memuaskan, apabila tidak memenuhi point 1 dan 2, namun mencapai

IPK 2,50 –2,99.

4. Cukup, apabila tidak memenuhi point 1,2,dan 3 serta hanya mencapai

(8)

Para alumnus program studi pendidikan fisika diharapkan

memiliki kemampuan atau secara umum adalah sebagai berikut:

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah S.W.T;

2. Mampu mengintegrasikan nilai-nilai keilmuan (kefisikaan dan

kependidikan), ke-Islaman, dan ke-Indonesiaan dalam melaksanakan

tugasnya;

3. Memiliki wawasan yang luas tentang ilmu-ilmu kependidikan dan

sains-fisika;

4. Mampu melaksanakan dan mengembangkan program kependidikan

secara profesional;

5. Menguasai dasar-dasar kompetensi pedagogik, bersikap profesional,

berkepribadian, dan ber empati, sebagai bekal menjadi guru

sains-fisika;

6. Mampu melaksanakan penelitian yang terkait dengan pemecahan

masalah-masalah kependidikan;

7. Mampu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat terutama

dalam bidang pendidikan.

Kompetensi lulusan program studi pendidikan fisika secara

khusus, terbagi kedalam empat kompetensi besar, diantaranya:

kependidikan/keguruan (mengajar), keilmuan (kefisikaan), penguasaan

teknologi (untuk pembelajaran), dan kepribadian atau sikap (keislaman).

Ke empat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

Kompetensi kependidikan / keguruan (mengajar), terdiri dari:

1. Memiliki penguasaan bidang ilmu (Content Knowledge): Mengerti konsep-konsep utama dalam pembelajaran fisika, metode metode

penemuan, dan struktur keilmuan fisika. Mampu memberikan

pengalaman belajar sehingga bidang ilmu yang diajarkan menjadi

(9)

2. Memiliki kemampuan pengembangan pribadi dalam pembelajaran

(Human Development and Learning): Mengetahui bagaimana individu tumbuh, berkembang, dan belajar serta menyediakan kesempatan

belajar yang mendukung pengembangan intelektual, sosial, personal

untuk semua peserta didik.

3. Memiliki kemampuan dalam memahami adanya keragaman

(Diversity): Memahami bagaimana peserta didik berbeda dalam pendekatan pembelajarannya dan mampu menciptakan kesempatan

belajar dan mengadaptasi perbedaan belajar tersebut.

4. Memiliki kemampuan dalam membuat perancanaan pembelajaran

(Planning for Instruction): Memahami rencana pembelajaran dan desain pembelajaran berdasarkan disiplin ilmu, peserta didik, lingkungan dan

tujuan kurikulum.

5. Memiliki kemampuan dalam menciptakan lingkungan belajar

(Learning Environment): Memiliki pengetahuan tentang individu, kelompok dan sifat (kebiasaan) peserta didik untuk menciptakan

lingkungan belajar yang memberi semangat positif interaksi sosial,

peningkatan belajar aktif, dan motivasi diri.

6. Memiliki kreativitas dalam menciptakan pembelajaran (Instructional Delivery): Memahami dan menggunakan variasi strategi pembelajaran untuk usaha pengembangan siswa dalam berfikir kritis, penyelesaian

masalah, dan keterampilan bekerja.

7. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi (Communication): memiliki pengetahuan dan teknik komunikasi menulis efektif, verbal,

nonverbal, dan visual untuk melaksanakan metode penemuan,

kolaborasi, komunikasi, dan dukungan interaksi di dalam kelas.

8. Memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian (Assessment): Memahami variasi strategi penilaian formal dan informal dan

menggunakannya untuk mendukung pengembangan berkelanjutan

(10)

9. Memiliki kemampuan dalam memahami hubungan kolaboratif

(Collaborative relationships): Memahami tata hubungan komunitas di dalam pendidikan dan mengembangkan serta memelihara hubungan

kolaboratif antara kolega, orang tua, dan komunitas untuk

mendukung proses pembelajaran dari peserta didik.

10.Memiliki kemampuan dalam melakukan refleksi dan pengembangan

secara profesional (Reflection and Professional Growth): memiliki kemampuan dalam melakukan reflektif secara berkelanjutan dalam

mengevaluasi bagaimana efek pilihan dan tindakan terhadap siswa,

orang tua, dan profesional lainnya dalam komunitas belajar dan secara

aktif mencari peluang untuk pengembangan profesionalitasnya.

11.Memiliki sikap profesional dan kepemimpinan (Professional Conduct and Leadership): Memahami pendidikan sebagai profesi, memelihara standar sikap prefesional, dan memelihara kepemimpinan untuk

mengembangkan proses belajar siswa berjalan baik.

Kompetensi keilmuan (Fisika), terdiri dari: kemampuan dalam

memahami konsep konsep fisika, prinsip prinsip, dan hukum hukum

fisika diantaranya; menguasi secara menyeluruh pengetahuan esensial

dan ketrampilan yang diperlukan untuk mengajar fisika dan memahami

aplikasi yang luas dari prinsip-prinsip fisika untuk situasi dunia nyata (

real world ).

Kompetensi penguasaan teknologi (untuk pembelajaran), terdiri

dari:

1. Kemampuan memahami konsep konsep dan dasar-dasar

pengoperasian komputer/teknologi (Basic Computer/ Technology Operations and Concepts): Memiliki kemampuan dalam mengoperasikan sistem komputer untuk menjalankan software, mengakses, membuat dan memanipulasi data dan mempublikasikan hasilnya. Guru juga

(11)

sistem komputer dan mengaplikasikan dasar-dasar strategi

troubleshooting jika diperlukan.

2. Memiliki kemampuan dalam penggunaan teknologi secara personal

dan profesional (personal and professional use of technology): Memiliki kemampuan dalam menggunakan teknologi sebagai alat bantu

peningkatan pengembangan personal/profesional dan produktivitas,

menggunakan teknologi dalam komunikasi, kolaborasi, pelaksanaan

riset, dan penyelesaian masalah, dan akan menanamkan aspek etik

dan legalitas dalam penggunaan sumber-sumber teknologi.

3. Memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan teknologi dalam

pembelajaran (Application of Technology in Instruction): Guru dapat menggunakan teknologi pembelajaran yang mendukung proses

pembelajaran diberbagai tingkat pendidikan dan materi ajar. Ia harus

dapat merencanakan unit pembelajaran yang mengintegrasikan

berbagai jenis software, alat bantu belajar. Materi ajar yang dikembangkan dan penilaian harus efektif untuk berbagai

karakteristik populasi peserta didik.

4. Mengetahui isu-isu sosial, etik, dan kemanusiaan ( Social, Ethical and Human Issues): memiliki kekmampuan dalam mengaplikasikan konsep dan ketrampilan dalam membuat keputusan yang terkait dengan

isu-isu sosial, etika, dan kemanusiaan dengan teknologi/komputer. Guru

dapat memahami perkembangan teknologi informasi, dan efeknya

terhadap dunia kerja serta sosial, dan potensi pembelajaran sepanjang

hidup dalam dunia kerja.

5. Memiliki kemampuan dalam menggunakan alat bantu produktivitas

(Productivity Tools): memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan perlengkapan modern alat bantu pembelajaran berbasis teknologi

untuk mendukung proses pembelajaran, peningkatan komunikasi di

luar kelas, peningkatan menajamen kelas, alat bantu administrasi yang

(12)

6. Memiliki kemampuan dalam mengakses telekomunikasi dan informasi

(Telecommunications and Information Access): memiliki kemampuan dalam dapat menggunakan telekomunikasi dan mengakses

sumber-sumber informasi untuk mendukung pembelajaran.

7. Memiliki kemampuan dalam melakukan riset, penyelesaian masalah,

dan pengembangan produk (Research, Problem Solving, and Product Development): Memiliki kemampuan dalam menggungkan komputer dan macam-macam teknologi dalam riset, penyelesaian masalah, dan

pengembangan hasil kerja. Guru dapat menguasi penggunaan

maca-macam media, presentasi, dan merencanakan serta berpartisipasi

dalam tim dan proyek berkolaborasi yang memerlukan analisis dan

penilaian kritis, dan mampu menyajikan hasil pengembangan.

8. Memiliki ketrampilan melek informasi (Information Literacy Skills): Memiliki ketrampilan melek informasi untuk dapat mengakses,

mengevaluasi dan menggunakan informasi untuk mengembangkan

proses belajar mengajar.

Kompetensi kepribadian Islami, meliputi aspek: kehidupan pribadi,

kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berorganisasi, beramal, berbisnis,

berprofesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang

perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa

yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan

yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan

prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah

kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor

(13)

Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal.:

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu :

1). Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang

berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

a). Kesehatan badan; Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik

yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan

fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur,

untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga

untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan

ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

b). Pancaindera; Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya

belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa

ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam

belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar

hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan

dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki

cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya

didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan

mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

(14)

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa, antara lain adalah :

a) Intelligensi; Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki

siswa. Menurut Binet (Winkle,1997) hakikat inteligensi adalah

kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan

itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf

inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di

mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang

lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.

Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah

diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun

bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi

rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .

b) Sikap; Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan

prestasi belajarnya. Menurut Wirawan (1997) sikap adalah kesiapan

seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.

Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah

merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di

sekolah.

c) Motivasi; Menurut Irwanto (1997) motivasi adalah penggerak perilaku.

Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi

timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam

diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar.

Sedangkan menurut Winkle (1997) motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

(15)

yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan

faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah

dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat

akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar

diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,

antara lain adalah :

1). Faktor lingkungan keluarga:

a). Sosial ekonomi keluarga; Dengan sosial ekonomi yang memadai,

seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang

lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

b). Pendidikan orang tua; Orang tua yang telah menempuh jenjang

pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami

pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan

yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga;

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara

langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung,

seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2). Faktor lingkungan sekolah

a). Sarana dan prasarana; Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan

tulis, OHP akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar

sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar

b). Kompetensi guru dan siswa; Kualitas guru dan siswa sangat penting

(16)

disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.

Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan

baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa

ingintahuannya, hubungan dengan guru dan temantemannya

berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar

yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk

terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c). Kurikulum dan metode mengajar; Hal ini meliputi materi dan

bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode

pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk

menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang

paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif

bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat

siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan

cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam

mengikuti pelajaran.

3). Faktor lingkungan masyarakat

a). Sosial budaya; Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.

Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan

mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah

pekerjaan guru/pengajar

b). Partisipasi terhadap pendidikan; Bila semua pihak telah berpartisipasi

dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa

kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang

akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu

(17)

2. Menjadi Mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang baik

Berikut ini ada beberapa cara untuk menjadi mahasiswa yang

berkualitas dalam hal pengetahuan intelektual:

1. Ikutilah perkuliahan dengan semangat yang menggebu-gebu.

2. Banyak membaca buku-buku, baik di bidang yang kita tekuni ataupun

bidang-bidang lainnya.

3. Mengikuti Keorganisasian, baik intra kampus ataupun ekstra kampus,

sebagai pembelajaran kepemimpinan dan latihan bagi kita.

4. Aktif dalam sebuah komunitas hobbi dan juga kedaerahan.

5. Hidup sederhana tanpa gengsi yang terlalu tinggi.

6. Syukuri yang ada, jangan minder, tinggikan percaya diri.

7. Berkuliah dengan keras, berkuliah dengan cerdas, dan berkuliah

dengan ikhlas.

B. Studi Mahasiswa

Studi adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi

atau belajar di suatu tingkat/jenjang pendidikan tertentu. studi seorang

anak di tingkat sekolah dasar adalah selama enam tahun. studi di tingkat

sekolah menengah pertama adalah tiga tahun, sedangkan di tingkat

menengah atas adalah tiga tahun, dan di jenjang perguruan tinggi

khususnya program strata satu (S1) adalah empat tahun.

Seorang mahasiswa program S1 membutuhkan waktu empat

setengah tahun sampai tujuh tahun. Batas maksimal mahasiswa dalam

menyelesaikan studi dapat berbeda-beda untuk tiap perguruan tinggi,

bergantung pada kebijakan dari perguruan tingginya. Mahasiswa yang

melebihi studi yang telah ditentukan biasanya akan dikenakan sanksi

drop out (DO) oleh pihak perguruan tinggi.

Beban studi untuk menyelesaikan jenjang Strata 1 (S1) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah antara 144 160 SKS dengan rentang waktu

(18)

program studi pendidikan fisika jurusan pendidikan IPA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah 157 SKS.

C. Efective Learning 1. Motivasi

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu kata movere yang berarti bergerak. Dalam konteks sekarang, motivasi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses psikologi yang menghasilkan suatu intensitas, arah,

dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Pada

tahun 1943, pakar psikologi motivasi (Abraham Maslow dalam Winkel,

1997) memaparkan teori hierarki kebutuhan dari motivasi yang sekarang

menjadi terkenal. Moslow menyatakan bahwa psikologi motivasi adalah

sebuah fungsi dari lima kebutuhan dasar, yaitu:

a. Psikologi: Kebutuhan dasar yang utama. Antara lain kebutuhan akan

makanan, minum, udara untuk bertahan hidup.

b. Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap

kerugian fisik dan emosional.

c. Cinta: Keinginan untuk dicintai dan mencintai. Mengandung

kebutuhan akan kasih sayang dan rasa memiliki.

d. Penghargaan: Kebutuhan akan reputasi, kebanggaan, dan pengakuan

dari orang lain. Juga mengandung kebutuhan akan kepercayaan diri

dan kekuatan.

e. Aktualisasi diri: Keinginan untuk menjadi apa yang ia ingin jadi.

Untuk menjadi terbaik adalah kesanggupan dari menjadi apa.

Pakar psikologi motivasi yang lain, (Clayton Alderfer dalam

Winkel, 1997) mengembangkan sebuah teori alternatif dari kebutuhan

manusia pada akhir 1960an. Teori ini membedakan kebutuhan yang telah

dikembangkan oleh Maslow menjadi tiga level dari yang terendah sampai

(19)

kebutuhan-kebutuhan hubungan (Relatedness Needs) yang berfokus pada bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan sosialnya,

kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan (Growth Needs) yang meliputi kebutuhan akan tumbuh sebagai manusia pada umumnya dan menggunakan

kemampuannya untuk mencapai potensi yang penuh.

Meskipun teori psikologi motivasi ERG mengasumsikan bahwa

perilaku yang termotivasi mengikuti suatu hierarki yang agak serupa

dengan hierarki yang dikemukakan oleh Maslow, terdapat perbedaan

penting. Pertama, teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu level

kebutuhan bisa menggerakkan motivasi pada saat yang bersamaan.

Kedua, teori ERG memiliki apa yang dinamakan komponen

frustasi-regresi (frustation-regresion aspect). Jadi, jika kebutuhan-kebutuhan tertentu tidak terpenuhi, individu akan menjadi frustasi, mundur ke level yang

lebih rendah.

David McClelland, seorang pakar psikologi motivasi yang terkenal

telah mempelajari hubungan antara kebutuhan dengan perilaku sejak

tahun 1940an. Ia membagi kebutuhan menjadi tiga jenis, yaitu prestasi

(achievement), kekuasaan (power), dan afilasi (affilation). Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. The Need for Achievement: Menyatakan bahwa motivasi dan kemampuan sangat mendorong untuk memperkuat lebih keras lagi

mencapai prestasi (sukses) atau keinginan menyelesaikan suatu

kesulitan.

b. The Need for Affiliation. Keinginan untuk menghabiskan waktu dalam aktivitas serta hubungan sosial.

c. The Need of Power. Merefleksikan keinginan individu untuk mempengaruhi, melatih, mengajar, atau mendorong seseorang untuk

sukses.

Terence Mitchell, seorang peneliti terkenal mengenai perilaku

(20)

bagaimana psikologi motivasi mempengaruhi perilaku dan kemampuan

bekerja. Ia menerangkan bahwa individual inputs dan job context

merupakan dua kategori kunci dari faktor yang mempengaruhi motivasi.

Kedua kategori ini saling mempengaruhi satu sama lain yang juga

mempengaruhi motivational process yang nantinya akan membentuk

motivated behaviors. Ia juga menjelaskan bahwa motivated behaviors secara langsung dipengaruhi oleh individual's ability dan job knowledge (skills),

motivasi, dan suatu kombinasi yang membatasi job context factors.

Performance seseorang, pada akhirnya akan dipengaruhi oleh motivated behavior.

a. Pengertian Motivasi

Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan

atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat.

Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu

mempunyai tujuan tertentu.

Tidak bisa dipungkiri, setiap tindakan yang dilakukan oleh

manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Untuk lebih memperjelas

pembahasan tentang motivasi, berikut pengertian motivasi menurut

beberapa para ahli manajemen sumber daya manusia, diantaranya yaitu:

1). Wexley & Yukl, motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif,

dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.

2). Mitchell, motivasi adalah proses-proses psikologikal, yang

menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi

kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan tertentu.

3). Gray, motivasi adalah sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal,

atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya

sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan

(21)

4). Morgan, motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus

merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:

keadaan yang mendorong tingkah laku, tingkah laku yang di dorong

oleh keadaan tersebut, dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut.

5). McDonald, motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri

seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi

mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam

organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota

organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena

setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun

psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda

pula.

6). Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes,

menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang

dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan

dengan kepuasan kerja dan perfoman pekerjaan.

7). T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

8). A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi

dengan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan

dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja.

9). H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan

yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu

perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.

10). Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah

fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan

menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan

(22)

11). Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu

perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan

reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu

bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang

memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan,telah terjadi di

dalam diri seseorang.

Dari pengertian-pengertian motivasi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi

yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk

melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat

mencapai tujuannya.

b. Teori Motivasi

Untuk memahami tentang motivasi, akan dibahas beberapa teori

tentang motivasi, teori-teori tersebut diantarnaya:

1). Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.Maslow pada

intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat

atau hierarki kebutuhan, yaitu: fisiologis, keamanan, keselamatan dan

perlindungan, sosial, kasih sayang, rasa dimiliki; penghargaan, rasa

hormat internal seperti harga diri, prestasi; aktualisasi diri, dorongan

untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.

Menurut maslow, jika seorang pimpinan ingin memotivasi

seseorang, maka ia perlu memahami sedang berada pada anak tangga

manakah posisi bawahan dan memfokuskan pada pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.

2). Teori Motivasi X dan Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor yang menyatakan

(23)

dasarnya satu negatif (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan

order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif (teori Y) bahwa

kebutuhan order tinggi mendominasi individu.

3). Teori Motivasi - Higiene

Dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang

mengembangkan teori kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang

motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor yang membuat orang merasa

tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau ekstrinsik-intrinsik

tergantung dari orang yang membahas teori tersebut. Faktor-faktor dari

rangkaian ini disebut pemuas atau motivator yang meliputi: prestasi

(achievement), pengakuan (recognition), tanggung jawab (responsibility), - kemajuan (advancement), pekerjaan itu sendiri (the work itself),

kemungkinan berkembang (the possibility of growth).

4). Teori Motivasi kebutuhan McClelland

teori ini dikemukakakn oleh McCelland. Teori ini dikenal dengan

teori kebutuhan. Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan, yaitu:

prestasi (achievement), kekuasaan (power), afiliasi (pertalian).

5). Teori Motivasi Harapan - Victor Vroom

Teori ini berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan

untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan

dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu

keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran bagi individu

tersebut.

Teori pengharapan mengatakan seorang karyawan dimotivasi

untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya akan

menghantarkan ke suatu penilaian kinerja yang baik, suatu penilaian yang

(24)

kenaikan gaji, atau promosi dan ganjaran itu akan memuaskan tujuan

pribadi karyawan tersebut.

6). Teori Motivasi Keadilan

Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi

oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Individu

bekerja untuk mendapat tukaran imbalan dari organisasi.

7). Reinforcement theory

Teori motivasi ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau

proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi

perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan di masa yang akan

datang dalam proses pembelajaran. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki

individu, maka akan banyak menentukan kualitas perilaku yang

ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam

kehidupan lainnya.

c. Menumbuhkan Motivasi bagi Pelajar

Dalam setiap bidang, motivasi selalu dibutuhkan, karena inilah

yang menjadi pendorong atau tenaga untuk bergerak. Begitupun dengan

pelajar. Motivasi pelajar dibutuhkan agar siswa lebih giat dalam belajar

dan berinovasi menghasilkan karya yang positif.

Untuk memotivasi pelajar, ada beberapa cara. Diantaranya

adalah:

1). Menetapkan visi

Setiap pelajar hendaknya memiliki visi yang jelas. Untuk apa dia

belajar? Apa yang diharapkan begitu ia menyelesaikan studinya? Dengan

demikian, ia tidak akan asal saja dalam menjalani proses studinya.

Seorang Luiz Alvarez, peraih Nobel Fisika, selalu melaksanakan nasihat

ayahnya untuk selalu duduk diam sambil memejamkan mata dan

(25)

dipecahkan. Ia selalu bermimpi untuk menjadi The Most, The Best and

The First dalam setiap bidang yang digelutinya. Kebiasaan baik Luiz ini

bisa dijadikan motivasi pelajar, agar memiliki mental juara.

2). Belajar bukan karena paksaan

Jadikan belajar sebagai makanan, dimana Anda akan lapar jika

tidak melakukannya. Buat bagaimana caranya agar belajar menjadi

aktivitas yang menyenangkan, bukan suatu paksaan. Memang, awalnya

ini seperti sebuah pengorbanan.

Namun jika Anda menjalaninya dengan ikhlas, maka lama

kelamaan Anda akan bisa menikmati proses belajar, bahkan ketagihan.

Leon Joseph, seorang seniman Prancis di abad 19 bisa memotivasi pelajar

melalui nasihatnya: Kebahagiaan adalah mereka yang berani bermimpi

dan berani berkorban demi mewujudkan mimpinya.

3). Fokus

Sebuah ungkapan yang sangat bagus untuk memotivasi pelajar

adalah: "kehidupan tidak akan pernah menjadi luar biasa tanpa focus,

dedikasi dan disiplin". Dengan fokus, maka akan membuat Anda lebih

tajam dalam menentukan sasaran.

Ibaratnya, sinar matahari tidak akan bisa membakar kertas, akan

tetapi jika sinar ini difokuskanlewat sebuah kaca pembesar, sinar ini

mampu membakar tidak hanya kertas, tapi bahkan daging pun bisa

matang terbakar.

4). Tidak ada kamus menyerah

Setiap orang pastinya pernah mengalami kegagalan. Mungkin

Anda juga pernah mengalaminya. Bisa jadi Anda sudah bersusah payah,

berjuang, belajar, namun Anda tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.

Kesuksesan akan mendatangi siapa saja yang tidak takut terhadap

kegagalan. Begitulah ucapan Winston Churchill, tokoh terpenting sejarah

Inggris Modern dan sejarah dunia, yang bisa memotivasi pelajar.

(26)

Kata-kata seorang Napoleon Hill mungkin bisa dijadikan motivasi

pelajar: "kesabaran, keteguhan hati, dan kerja keras adalah kombinasi

untuk sukses. Karenanya, jika Anda ingin sukses, maka Anda harus siap

menjalani prosesnya.

Akan beda hasilnya jika Anda belajar ketika akan ujian saja,

dengan mereka yang belajar secara rutin. Persiapan mendadak dalam

ujian, bisa jadi akan mengacaukan semuanya. Ingatan yang tidak

mengendap lama akan mudah hilang begitu saja. Tidak semua orang yang

sukses memiliki prestasi yang bagus sejak kecil. Bahkan, tidak sedikit

yang menemui masalah, seperti disleksia atau sukar mengeja kata-kata. Sebut saja dalam hal ini Bill Gates (pendiri dan CEO Microsoft) dan Lee

Kuan Yew (mantan Perdaa Menteri Singapura, kemudian menjadi menteri

Senior) adalah dua contoh penderita disleksia yang berhasil. Kunci

mengatasi masalahnya tidak lain adalah memberikan pengulangan belajar

dan memberikan dorongan pada anak tersebut. Itulah mengapa, motivasi

pelajar ini memegang peran penting dalam mendukung kesuksesan

seseorang.

Secara garis besar ada dua faktor yang membuat seseorang dapat

termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari

faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas

pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya

dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor

eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan

sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak

mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi

dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri

kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar

(27)

Ada beberapa untuk meningkatkan motivasi belajar kita,

diantaranya: Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan

berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari

orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar;

Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang

yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang

lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri,

atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi;

Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti

halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau

penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka

kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual

minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi; Belajar

apapun, Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal

maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan

seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar

berwirausaha, dan lain lain-lainnya; Belajar dari internet, Kita bisa

memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang

yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar

pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin

termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.; Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif. Di dunia ini, ada orang yang selalu

terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat,

gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau

berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya; Cari motivator.

Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor

dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup.

Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari

(28)

memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi. Resep sukses menurut

William A. Ward: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain

bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap.

d. Faktor-faktor penyebab perbedaan motivasi belajar

Menurut Winkel, 1997, beberapa faktor di bawah ini sedikit

banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi

belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya: Perbedaan fisiologis

(physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual. Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual. Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya. Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain. Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah

menjadi kemampuan nyata.

2. Cara Menjadi Pembelajar Efektif

Setiap orang mungkin mendambakan kemampuan lebih dalam

mengingat suatu hal, materi, peristiwa atau hal apapun secara akurat.

Mengingat informasi yang sedang dipelajari, dan mampu

mengaplikasaikannya kembali dalam berbagai macam situasi dengan baik

secara efektif. Willis, J. (2008) mengungkapkan beberapa cara untuk

meningkatkan kemampuan pembelajar kearah yang lebih efektif,

diantaranya dengan:

a. Meningkatkan kemampuan dasar dalam mengingat; Beberapa cara

terbaik untuk meningkatkan daya ingat, adalah meningkatkan fokus,

menghindari sesi menjemukan dan pengaturan waktu belajar;

b. Terus belajar dan berani mencoba dengan berlatih hal-hal yang baru.

Salah satu cara untuk menjadi seorang pembelajar yang efektif adalah

(29)

c. Belajar dengan berbagai cara. Belajar tidak hanya terfokus pada satu

cara saja, tetapi dengan melibatkan dan memfungsikan indera lain.

Tidak hanya mendengarkan, tetapi dibantu dengan indera mata untuk

melihat visualisasi, dan melatihnya secara verbal melalui indra mulut

kita. Dengan cara seperti ini memudahkan otak untuk menyimpan

data tentang subjek, interkoneksinya akan lebih cepat dan mudah;

d. Mengajarkan apa yang telah dikuasai kepada orang lain;

e. Memanfaatkan kemampuan belajar sebelumnya dalam menggunakan

kemampuan belajar baru. Banyak cara untuk menjadi pembelajar yang

efektif diantaranya dengan menggunakan pembelajaran relasional,

yang melibatkan interkonektivitas informasi baru untuk hal-hal yang

sudah diketahui. Sebagai contoh, jika Anda belajar tentang Romeo dan

Juliet, Anda mungkin mengasosiasikan apa yang Anda pelajari tentang

permainan dengan pengetahuan sebelumnya yang Anda miliki

tentang Shakespeare, seperti periode sejarah dan informasi yang

relevan mengenai penulis dan kehidupannya dan lainnya;

f. Berlatih dari pengalaman.

Belajar biasanya akan melibatkan kemampuan membaca buku,

menghadiri perkuliahan atau melakukan penelitian di perpustakaan

atau dalam web. Ketika melihat-lihat buku bacaan dan menulis

beberapa catatan yang dianggap penting, sebenarnya hal tersebut telah

menerapkan kemampuan dalam memperoleh pengetahuan dan

mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Perlu latihan dan

keteraturan seperti dalam berolah raga;

g. Lebih baik melihat jawaban dibanding berusaha keras untuk

mengingat-ingat informasi. Tentu saja, belajar bukanlah proses yang

sempurna. Kadang-kadang, kita melupakan rincian hal-hal yang telah

kita pelajari. Jika Anda menemukan diri Anda berjuang untuk

mengingat beberapa berita gembira informasi, penelitian

(30)

jawaban yang benar. Satu studi menemukan bahwa semakin lama

Anda menghabiskan mencoba mengingat jawabannya, semakin besar

kemungkinan akan melupakan jawaban di kemudian hari. Mengapa?

Karena upaya untuk mengingat informasi yang dipelajari sebelumnya

benar-benar hasil dalam belajar "error state" bukan jawaban yang benar; h. Memahami gaya belajar terbaik yang dimiliki. Strategi lain yang

efisiensi dalam belajar adalah mengenali kebiasaan dan gaya belajar

Anda. Ada sejumlah teori yang berbeda tentang gaya belajar, yang

semua bisa membantu Anda mendapatkan pemahaman yang lebih

baik tentang bagaimana Anda belajar dengan baik.

i. Gunakan ujian untuk meningkatkan kemampuan belajar. Meskipun

kelihatannya menghabiskan waktu belajar, namun ujian merupakan

salah satu cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar,

penelitian menunjukkan, mengambil tes sebenarnya membantu

mengingat apa yang telah Anda pelajari. (Chan, J.C., et all, 2007).

Penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang belajar dan kemudian

diuji sudah ingat jangka panjang yang lebih baik dari bahan, bahkan

pada informasi yang tidak tercakup dalam tes. Siswa yang punya

waktu ekstra untuk belajar tetapi tidak diuji memiliki signifikansi lebih

rendah.

j. Tidak mengerjakan terlalu banyak tugas (multitasking), penelitian menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya dapat membuat belajar

kurang efektif. Dalam studi tersebut, peserta kehilangan sejumlah

besar waktu mereka, dengan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas

lainnya, Anda akan belajar lebih lambat, menjadi kurang efisien dan

membuat kesalahan lebih. Bagaimana Anda bisa menghindari bahaya

multitasking? Mulailah dengan memusatkan perhatian Anda pada

tugas di tangan dan terus bekerja dengan jumlah waktu yang telah

(31)

a. Prinsip Belajar

Prinsip atau konsep-konsep belajar disampaikan oleh Robert

M.Gegne, (Muslam, dkk, 2004:28 ) meliputi:

1). Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan

harapan pendidikan tentang respon anak yang diharapkan, beberapa

kali secara berturut-turut.

2). Pengalaman, adanya situasi dari respon secara berulang-ulang

sehingga menjadi sebuah kebiasaan tingkah laku yang dipraktikkan

supaya belajar menjadi lebih sempurna dan lebih lama diingat.

3). Penguatan, adanya respon menyenangkan seperti hadiah bagi prestasi

belajar tertentu

4). Motivasi positif, percaya diri dalam belajar

5). Tersedia materi pelajaran yang lengkap dan menyeluruh untuk

memancing siswa

6). Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar

7). Ada strategi yang tepat untuk membiasakan anak-anak dalam belajar

8). Aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam

pengajaran.

Menurut prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Robert M.Gegne

tersebut di atas, bahwa pengulangan merupakan sebagian dari prinsip

atau konsep dasar dalam proses pembelajaran. Pengulangan ini

menjadikan sebuah perilaku dapat dilakukan secara terus-menerus secara

berkala dan menjadi sebuah kebiasaan. Artinya, bahwa pembiasaan

merupakan sebagian dari proses belajar yang handal untuk diterapkan.

b. Proses Perbuatan Belajar

Sebagaimana dikutip oleh Sudjana dalam bukunya, Dasar-Dasar

Belajar Mengajar (2009), Gagne berpendapat bahwa terdapat delapan tipe

perbuatan yang diidentikkan sebagai perbuatan belajar. Delapan tipe

(32)

1). Belajar Signal, yang merupakan proses belajar yang paling sederhana

yang melibatkan reaksi dan rangsangan saja.

2). Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan

reaksi yang berulang-ulang ketika terjadi suatu penguatan rangsangan.

Membiasakan reaksi secara berulang-ulang dan permanen.

3). Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar yang menghubungkan

gejala/faktor /yang satu dengan lainnya sehingga membentuk sebuah

rangkaian yang berarti.

4). Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya

5). Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang

berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya.

6). Belajar konsep, yaitu menempatkan obyek menjadi satu klasifikasi

tertentu di dalam pemikiran dan konsepsi tertentu.

7). Belajar kaedah, yaitu menghubungkan beberapa konsep.

8). Belajar memecahkan masalah dengan cara menggabungkan beberapa

kaedah dalam rangka menyelesaikan masalah tertentu.

Dari kedelapan perbuatan belajar di atas memberikan gambaran

bahwa yang termasuk dalam perbuatan proses belajar salah satunya

adanya suatu kegiatan yang dibiasakan secara berulang-ulang dalam

rangka merangkaikan beberapa stimulus, sehingga reaksi yang dihasilkan

lebih cepat dan mudah terbentuk. Stimulus-stimulus diusahakan untuk

dilakukan dalam proses tersebut, yang mana stimulus itu juga akan

memberikan dampak signifikan di masa yang akan datang, bagi persepsi

dan apresiasi individu terhadap sebuah tujuan belajar atau tugas

perkembangan tertentu.

c. Teori Belajar

Banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi.

(33)

adalah: 1) teori behaviorisme; 2) teori belajar kognitif menurut Piaget; 3)

teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan 4) teori belajar gestalt.

1). Teori Behaviorisme

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab II bahwa behaviorisme

merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.

Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,

dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu

dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks

sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme

ini, diantaranya :

a). Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing

menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

(1). Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin

kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai

respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara

Stimulus- Respons.

(2). Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan

pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan

kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau

tidak berbuat sesuatu.

(3). Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan

semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

(34)

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing

menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

(1). Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang

salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan

stimulus lainnya akan meningkat.

(2). Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent

conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan

reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

c). Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan

selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum

belajar, diantaranya :

(1). Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan

meningkat.

(2). Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus

penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan

musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama

terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa

didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh

reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang

meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,

namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti

dalam classical conditioning.

(35)

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning

adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan

teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme

lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata

refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi

yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema

kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini,

bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral

terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku

(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.

Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan

berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan

teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip

kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut

Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold

method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode

rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan

Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

2). Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek

perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap a) sensory motor; b) pre operational; c) concrete operational dan d) formal operational. Menurut Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap

perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi

kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang

ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh

pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan

(36)

lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari

lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran

adalah :

a). Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh

karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai

dengan cara berfikir anak.

b). Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi

lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat

berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

c). Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi

tidak asing.

d). Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e). Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling

berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

3). Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran

merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.

Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut

Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,

untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk

hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara

kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk

mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.

Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang

mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan

fase yaitu, a) motivasi; b) pemahaman; c) pemerolehan; d) penyimpanan;

(37)

4). Teori Belajar Gestalt

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti

sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah

bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu

keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada

tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :

a). Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua

yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek

seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure

dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka

akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

b). Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan

dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

c). Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.

d). Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan

dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.

e). Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan

cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan

simetris dan keteraturan; dan

f). Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:

a). Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan

perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam

(38)

“Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar.

Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah

beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.

b). Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan

antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral.

Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada,

sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang

nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah

sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya

merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat

(lingkungan geografis).

c). Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau

suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan

obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang,

seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh

dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung

atau binatang tertentu.

d). Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah

merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu

reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang

dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang

diterima.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

a). Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya

peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan

(39)

b). Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan

dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu

unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat

penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam

identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.

Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna

yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

c). Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan

stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin

dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik

mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru

hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan

membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d). Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,

materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi

dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

e). Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam

situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan

Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian

obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian

menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang

tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip

pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun

ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan

terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok

dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian

Gambar

Tabel 2.  1 Tabel Konversi Nilai Angka ke Huruf
Tabel 2.  2  Skala Kepuasan Indeks Prestasi Kumulatif
Gambar. 4. 1 Kemampuan akademik mahasiswa Program Studi
Gambar 4. 1 Kemampuan akademik mahasiswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperkirakan durasi kecepatan renang lompatan ikan kerapu bebek tidak lebih dari 10 detik, maka kecepatan burst speed dicapai pada saat kecepatan renang sebesar 6,4

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, dapat diketahui bahwa variabel dividend yield berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan, panjang serat merupakan sifat yang sangat menentukan kekuatan kertas dan sangat mempengaruhi kekuatan sobek serta

Pada awalnya kata tersebut merupakan bentuk interferensi terhadap bahasa Sunda, tetapi kemudian berintegrasi, sehingga kata tersebut bukan lagi menjadi unsur pinjaman, tetapi

Properti yang digunakan untuk gerakan tari yang menirukan “Burung” adalah ….. Pada umumnya bahan pembuatan kerangka layangan adalah dari

Sebelas kultivar lokal tersebut meliputi lima kultivar padi ketan putih (Latisa, Tawon, Semok, Pelem, Genjah), tiga kultivar padi ketan merah (Garingan, Merah Pendek, Jowo),

Kseimpulannya, bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe Team Assisted Individualization berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada materi

[r]