• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C. Saran

Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara kultur pesantren dengan pembentukan karakter santri , maka penulis memberikan beberapa saran kepada semua pihak yang bersangkutan sebagai berikut:

1. Bagi Pendidik

a. Diharapkan kepada para pendidik agar memperhatikan pendidikan karakter para santrinya, karena karakter merupakan unsur penting dalam kepribadian dalam bertingkah laku, tanpa karakter yang baik maka tingkah lakupun tidak akan baik, dengan selalu memjaga kultur pendidikan pesantren karena kultur merupakan salah satu factor penting untuk mendidik karakter santri dipesantren.

b. Hendaknya pendidik menjadi suri tauladan yang baik bagi para siswanya. Dengan demikian siswa akan dapat memilih seorang figur yang tepat dan dapat mencerminkan akhlak yang baik dalam penutan karakter serta menjadi pemimpin yang amanah.

2. Bagi Siswa

a. Keberhasilan dan kesuksesan dalam hidup tidak dapat terpisahkan dari anggapan seseorang tentang diri kita. Apabila karakter yang kita cerminkan adalah karakter yang baik maka masyarakat dapat menilai secara menyeluruh dan akan berimbas pada keberhasilan yang kita peroleh dan apabila karakter yang baik dari segala aktifitas yang sudah kita lakukan maka masyarakat akan menilai baik pula.

b. Jagalah selalu sikap dan akhlak dalam bergaul di masyarakat, baik di rumah, di pesantren dan di lingkungan sekitar. Biasakan berprilaku akhlakul karimah dan mengikuti sunah Rasul.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang : Toha Putra.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. 14, 2010.

Al-Qur’an dan Terjemahnya,,Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006.

Asrohah, Hanun , Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu Bawani , Imam dkk, Pesantren Buruh Pabrik , Yogjakarta : LKis.

Dhafier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 2011.

Fahruddin, “Peran Pesantren Dalam Menjaga Keluhuran Akhlaq Remaja Di

Era Modern ”, Skripsi pada UIN Malang 2011, tidak dipublikasikan.

Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Janan, Ahmad, Pondok Pesantren Dalam Perjalanan Sejarah., Jurnal Pondok Pesantren, 55 ,2008.

Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta : Paramadina, 1997. Ma'lûf , Louis, Kamus Munjid, Beirut: Dâr al-Mishria , 1986.

Margono , S, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 6, 2007.

Mas’ud, Abdurrahman, Dari Haramain ke Nusantara, Jejak Intelektual ArsitekturPesantren, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006 . Masyhud , H.M.Sulton dan Moh.Khusnurdilo, Manajement Pondok

Pesantren, Diva Pustaka Jakarta , 2005 .

Mu’in, Fathul, Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik Dan Praktik, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.

Nafi’, M.Dian dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren, Yogjakarta:Lkis Pelangi Aksaran, cet 1, 2007.

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta:Bumi Aksara, cet.ke-5, 2003.

Ndraha, Taliziduhu, Budaya organisasi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Nawawi, Sejarah Dan Perkembangan Pesantren”, Jurnal Study Islam Dan

Budaya, 2006.

Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 52.

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.

Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta : Erlanga,2002.

Sidiq, Sahril, hasil wawancara dengan Kepala Yayasan Amanah al-Gontory, pada hari kamis 19 Desember 2013 .

Siregar, Syofian, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Bumi Aksara, cet.1, 2013.

Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Sujatma, Rika Rachmita, “Pengembangan Kultur Sekolah”, Jurnal Pendidika, Jakarta, h 55, 2008.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 7, 2009.

Sulistyo, Joko, 6 Hari Jago Spss 17, Yogyakarta : Cakrawala , Cet. 1, 2010.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.

Tanshzil, Sri Wahyuni, Model Pembinaan Pendidikan Karakter Pada Lingkungan Pondok Pesantren Dalam Membangun Kemandirian Dan Disiplin Santri, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 13 No. 2 Oktober 2012, h 5.

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : Hidakarya Agung, Cet 1, 1982.

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2000.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Bekal Untuk Pemimpin Pengalaman Memimpin Gontor, Ponorogo: Trimurti press, cet-2, 2011.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Cet. 25, 2005.

Zarkasyi, Abdullah Syukri, Manajemen Pesantren Pengalaman Pondok Modern Gontor, Ponorogo: trimurti press, Cet.2, 2005.

Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), h. 18.

Interview : Ustad Syahril Siddiq ,S.Ag,M.M.Pd

Jabatan : Kepala Yayasan Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory

Pertanyaan

1. Saya ingin menanyakan bagaimana sejarah berdirinya Al-Amanah Al-Gontory ?

2. Bagaimanakah cara pembentukan kultur pesantren yang digunakan oleh Al-Amanah Al-Gontory?

3. Sebagai kepala yayasan Bagaimana bapak menanamkan karakter pada santri dan santriwati di Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory ?

4. Apakah kultur budaya organisasi di Pondok Al-Amanah Al-Gontory berjalan dengan baik?

Jawaban

1. Menurut Ust Sahril Sidiq S.Ag,M.M.Pd .Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Al-Gontory mulai dirintis pada tahun 1992. Pesantren ini lahir dari keinginan (Alm) H. Nadjih. Hi bin H.M. Hidup untuk mendirikan sebuah pesantren yang sama dengan pesantren tempat beliau belajar dulu yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor. Beliau merasakan bahwa apa yang telah didapatnya dari Pondok Modern Darussalam Gontor sangat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Oleh karena itu, beliau mulai merintisnya di sebuah tempat di lembah dekat Situ Perigi. Berdirinya Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory pada tahun 1992 yang diawali dengan adanya keinginan almarhum H. Nadjih Bin H. Idup selaku Waqif Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory sekaligus pembina Yayasan Al-Urwatul Wutsqo Untuk mewakafkan tanahnya seluas 5,2 hektar guna mendirikan lembaga pendidikan seperti Pondok Modern Gontor di wilayah Tangerang Selatan, namun saat ini yayasan tersebut berubah menjadi Yayasan Al-Amanah Al-Gontory yang diketuai oleh Al-Ustadz Syahril Shiddiq, S.Ag,M.M.Pd. Berangkat dari santri dengan jumlah 5 santri putra dan dewan

masyarakat. Dukungan alumni dan masyarakat memberikan andil yang besar dalam perkembangan Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory selanjutnya. Dari tahun ketahun jumlah santri bertambah dan alumni yang melanjutkan ke perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri pun semakin meningkat serta peran aktif para alumni di masyarakat, hal ini semakin memperbaiki citra Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory.

2. Menurut saya cara membentuk kultur pesantren disamping memerlukan waktu yang panjang juga ,membentuk system dan disiplin pesantren yang baik ,dan memciptakan budaya-budaya bina santri dengan budaya organisasinya,organisasi kepramukaan,organisasi ketrampilan ,dan juga organisasi dalam asrama-asrama santri , yang telat dibentuk sedemikian rapih agar dapat menciptakan kultur pesantren yang baik dan dinamis agar peran kultur bisa membentuk pola fikir,pola kebiasaan,dan pola sikap dalam hubungan dengan orang lain,ini sudah diterapkan didalam kultur pesantren dimana santri sudah terbiasa hidup bersama-sama dan terbiasa dengan budaya antri, budaya disiplin pesantren dan lain-lainya. Sudah pasti semua itu merupakan bagian dalam membentuk karakter santri.

3. Ya,seperti yang saya jelaskan tadi,dengan disiplin yang baik, system yang ditaati oleh para guru dan santrinya,dan semua kegiatan-kegiatan yang telah diterapkan dipondok semua itu diharapkan bisa menciptakan karakter santri maupun santriwati.

4. Insya Allah sudah berjalan dengan baik,tetapi masih banyak pekerjaan rumah dan harus diperbaiki atau masih perlu banyak belajar dan dievaluasi agar bisa lebih baik lagi.

Pengisi Kuisioner

Nama :

Tempat Tangal Lahir :

Kelas :

Umur :

Daerah Asal :

Asal Sekolah Sebelumnya :

Alasan Masuk Pondok :

Jakarta,...

( ) Pengisi Data

(tidak setuju), atau STS (sangat tidak setuju) sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya.\

2. Pendapat anda tidak akan mempengaruhi sedikit pun terhadap nilai sekolah anda dan tidak ada kaitannya. \

3. Angket ini untuk kepentingan penelitian, oleh karena itu kami berharap jawaban yang obyektif, jujur dan tidak mengada-ngada.

1 Dengan membaca Al-quran membuat hati tenang

2 Membaca Al-quran sangat menyenangkan karena membuat fikiran jernih

3 Memahami isi kandungan dan makna Al-quran sangat menarik karena menambah wawasan.

4 Berbicara dengan mengunakan bahasa Arab dan Inggris di pesantren setiap hari adalah perkara mudah

5 Wajib berbicara bahasa Arab dan Inggris membebani diri saya 6 Sikap masayarakat terhadap para santri tidak baik

7 Kyai atau ustad dapat dijadikan suri tauladan bagi santri. 8 Kyai atau ustad tidak dapat dijadikan suri tauladan bagi santri. 9 Kyai atau ustad memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi

santri.

10 Disiplin sangat berguna untuk menjaga keteraturan pondok . 11 Pengurus organisasi pondok membantu menjalankan disiplin

pesantren.

12 Banyak para santri yang melangar disiplin pondok 13 Disiplin membentuk mental dan karakter santri.

14 Pengurus organisasi pesantren tidak menjalankan disiplin pesantren. 15 Disiplin tidak membentuk mental dan karakter santri.

16 Dengan berorganisasi santri bisa lebih dewasa dalam berfikir. 17 Berorganisasi membuat santri malas belajar dikelas.

18 Santri yang berorganisasi banyak yang tidak naik kelas.

19 Dengan berorganisasi santri lebih peka terhadap lingkungan social. 20 . Organisasi merupakan unsur penting di pesantren.

21 Berorganisasi merupakan element yang tidak penting. 22 Organisasi di pesantren sangat beragam.

ditakuti para santri.

25 Organisasi pesantren tidak berjalan dengan baik.

26 Organisasi pesantren tidak mengajarkan jiwa kepemimpinan 27 Berorganisasi merupakan hal yang tidak penting bagi santri. 28 Berorganisasi sangat membosankan.

29 Kultur pesantren mengikuti pola perkembangan zaman.

30 Penting adanya labolaturium bahasa dan komputer di pesantren untuk mengikuti perkembangan zaman.

31 Penting adanya labolatorium penelitian saints dipesantren untuk mengikuti perkembangan zaman.

32 Pesantren tidak perlu mengikuti perkembangan zaman karena tidak berdampak apapun bagi perkembangan pesantren

33 Santri menyadari pentingnya belajar pelajaran yang mngikuti pola perkembangan zaman.

34 Pesantren membudayakan sholat berjamaah.

35 Sholat adalah salah satu rukun islam yang harus dijalankan. 36 Dengan mengerjakan sholat hati menjadi tenang.

37 Budaya mengucapkan salam sangat dianjurkan

38 Budaya saling menghargai merupakan salah satu ajaran islam. 39 Pesantren tidak mengajarkan budaya saling menghormati dan

menghargai dengan adanya budaya kekerasan. 40 Pesantren menanamkan nilai budaya disiplin santri.

41 Kebersamaan memperkokoh rasa persaudaraan sesama santri. 42 Dengan bersama-sama segala sesuatu lebih terasa ringan. 43 Kebersamaan itu merugikan.

44 Budaya tolong menolong adalah ajaran agama islam yang mengajarkan kebaikan dalam hubungan antar sesama manusia.

48 Nasehat guru merupakan ajakan kepada kebaikan 49 Bersikap santun kepada guru termasuk ahlak mulia. 50 Sopan-santun kepada guru tidak dianjurkan.

51 Berada di pondok menbuat hati tentram.

52 Berada di pondok senang karena banyak teman.

53 Berada di pondok tidak menyenangkan karena kehidupanya keras. 54 Santri bangga dengan pondok tempat dimana ia belajar.

55 Tidak penting menjaga nama baik pesantren ,karena pesantren tidak memberikan manfaat apapun bagi santri.

56 Santri wajib menghormati kyainya.

57 Santri bersunguh-sunguh dalam belajar karena mempercayai selogan “ man jadda wajadda “

58 Berbuat baik terhadap guru merupakan syarat menuntut ilmu.

59 Tidak perlu kita berbuat baik karena belum tentu orang lain akan baik terhadap kita.

60 Kebaikan berakibat buruk.

61 Kebaikan akan selalu mengalir sepanjang masa . 62 . Orang yang baik akan disukai orang lain.

63 Santri percaya pahala kebaikan, maka selalu bertindak jujur dalam menjalankan amanah dalam mengemban organisasi

64 Jika salah bisa meminta maaf ,jadi bisa santri menjalankan organisassi dengan tidak amanah. Karena bisa meminta maaf

65 Organisasi tidak terlalu memberikan pendidikan penting,Maka biasa-biasa saja dalam menjalankanya.

66 Mengucapkan salam adalah salah satu ciri orang mu’min.

67 Santri yang baik adalah yang selalu mengucapkan salam terhadap saudaranya.

70 Belajar bersama merupakan hal yang menyenangkan.

71 Dengan belajar bersama bisa saling menanyakan pelajaran yang belum difahami.

72 Belajar bersama mengasikan ,karena bisa mencontek tugas milik teman.

73 Sebagai seorang santri jika ada teman yang mendapatkan musibah maka wajib menolongnya.

74 Sebagai seorang santri jika ada teman yang sakit maka wajib menjenguknya.

75 Ketika teman membicarakan kejelekan orang lain santri ikut serta membicarakan hal tersebut

76 Jika teman kita mendapatkan musibah maka saya menghinanya 77 Membaca buku tidaklah mendatangkan manfaat .

78 Santri yang baik adalah yang gemar membaca buku.

79 Bermain dengan teman lebih penting dari pada membaca buku dan berdiskusi.

Dokumen terkait