• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara variabel perilaku merokok dengan variabel prestasi belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel Skala 1.5 Uji Korelasi Correlations

Perilaku Merokok Prestasi Belajar Perilaku Merokok Pearson

Correlation 1 -.199*

Sig. (1-tailed) .042

N 76 76

Prestasi Belajar Pearson

Correlation -.199* 1

Sig. (1-tailed) .042

N 76 76

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Pada Tabel 1.5 di atas dapat dilihat bahwa korelasi antara variabel perilaku merokok dengan variabel prestasi belajar memiliki skor Pearson correlation sebesar -0,199 dengan signifikansi sebesar 0,042 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai hubungan antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki laki kelas XI & XII SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara variabel perilaku merokok dengan prestasi belajar sebesar -0,199 dengan signifikansi sebesar 0, 042 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga, artinya semakin tinggi perilaku merokok maka semakin rendah prestasi belajar siswa, sebaliknya semakin rendah perilaku merokok maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa.

Rokok memberi pengaruh yang negatif terhadap prestasi belajar pada siswa karena asap dari sebatang rokok mengandung zat kimia beracun. Kandungan bahan kimia pada rokok adalah seperti nikotin, karbon monoksida, timah hitam, dan tar, dan salah satu bahan kimia yang sangat berbahaya adalah nikotin. Nikotin merupakan zat adiktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan menimbulkan efek ketagihan atau ketergantungan dalam jangka waktu yang lama. Nikotin juga merangsang zat kimia di otak sehingga menyebabkan kecanduan dan merangsang kelenjar adrenalin menghasilkan hormon yang mengganggu kerja jantung. Akibat paling buruk yang merugikan pelajar adalah kerusakan jaringan otak yang ditimbulkan nikotin (Afifa, 2012). Selain itu juga dapat mengakibatkan penurunan fungsi kognitif akan berdampak pada proses pembelajaran dan perolehan nilai akhir (Haustein & Groneberg, 2010).

Penelitian yang dilakukan Afifa, 2012, para perokok memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak merokok. Sampel dalam penelitian ini adalah 2.000 orang perokok aktif. Hasil dari penelitian membuktikan

bahwa para perokok aktif tersebut hanya memiliki IQ rata-rata pada angka 94, padahal IQ rata-rata non-perokok berada pada angka 101, sedangkan pada perokok aktif yang menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari memiliki rata-rata poin IQ 90, berarti para perokok yang gemar menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari semakin turun tingkat kecerdasannya.

Di sisi lain, fenomena perilaku merokok yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dijelaskan pula dalam konteks sosiologis. Sarafino (1994) menjelaskan bahwa pengaruh teman sebaya dalam perkembangan perilaku merokok individu sangatlah kuat individu yang memiliki relasi teman sebaya yang perokok akan berusaha menguatkan identitasnya bersama teman-teman sebayanya tersebut melalui perilaku yang sering mereka lakukan bersama. Dalam penelitian yang dilakukan Maharani (2015) dijelaskan bahwa semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-teman sebayanya adalah perokok juga, dan demikian pula sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi dari fakta yang ditemukan, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau remaja tersebut yang mempengaruhi teman-temannya untuk merokok. Pengaruh teman sebaya dalam keterkaitan antara perilaku merokok dan prestasi akademik individu di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: remaja yang merokok memiliki kecenderungan addict terhadap perilakunya, dan keinginan untuk merokok dapat muncul kapan saja tidak terkecuali pada saat proses belajar di sekolah. Keinginan untuk merokok tidak hanya dipengaruhi oleh adiksi yang dialami individu akan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh ajakan teman sebaya untuk merokok. Ketika individu tidak dapat mengontrol adiksi dan ajakan teman sebaya untuk merokok maka kecenderungan individu untuk merokok di sekolah sangat besar dan mempengaruhi minat belajarnya. Kecenderungan siswa untuk

merokok ketika jam pelajaran sering membuat siswa tersebut tidak mampu untuk tetap fokus pada penjelasan guru karena ingin segera melakukan perilaku merokoknya tersebut. Banyak perilaku yang sering terlihat di lingkungan akademik terkait perilaku merokok siswa, beberapa siswa yang tidak mampu menahan dorongan untuk merokok seringkali meminta ijin keluar kelas dengan alasan ke toilet namun kemudian merokok di sana,tidak jarang pula siswa dengan sengaja melakukan pembolosan untuk melakukan perilakunya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku merokok tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik individu dalam proses belajar akan tetapi perilaku merokok juga dapat mempengaruhi minat belajar dan prestasi belajar individu.

Pada dasarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk merokok. Faktor lain dari perilaku merokok yang memberikan dampak negatif bagi para pelajarselain dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah dilihat dari segi ekonomi. Kita ketahui pelajar belum mampu membeli rokok dengan uang mereka sendiri sehingga mereka bisa saja membeli rokok dengan cara yang tidak halal, seperti mengambil uang SPP untuk membeli rokok, ataupun bisa saja mereka mengambil uang orang tua mereka, meminta uang teman-teman di sekolah untuk membeli sebatang rokok. Hal tersebut dapat mempengaruhi performa akademik anak yang bersangkutan di sekolah karena ketidakmampuan untuk mengontrol dorongannya membeli rokok.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki–laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi perilaku merokok siswa maka semakin rendah pula prestasi belajar yang dimiliki, atau sebaliknya semakin rendah perilaku merokok semakin tinggi prestasi belajar.

Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa rata-rata siswa laki-laki kelas XI &

XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga memiliki perilaku merokok yang tergolong sedang, dengan prestasi belajar yang tergolong sedang pula. Selanjutnya, data sumbangan efektif pengaruh variabel perilaku merokok ke variabel prestasi belajar yang ditemukan peneliti adalah sebesar 3, 96%. Artinya bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar tidak semata hanya ditentukan oleh perilaku merokok siswa akan tetapi dipengaruhi pula oleh faktor lain selain perilaku merokok. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat di bawah ini :

1. Faktor Internal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal digolongkan menjadi dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a. Faktor Fisiologis. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan fisik siswa.

b. Faktor Psikologis. Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa digolongkan menjadi tiga hal, yaitu: intelegensi, sikap, dan motivasi siswa.

2. Faktor Eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari hal-hal lain yang berada di luar diri individu. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga. Faktor lingkungan keluarga dibagi lagi menjadi tiga hal, yaitu : sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan perhatian orang tua dan suasana hubungan antar keluarga.

b. Lingkungan Sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa adalah kompetensi guru dan siswa serta kurikulum metode mengajar.

Selain uraian di atas, Azwar (2010) turut menjelaskan faktor-faktor yangmempengaruhi prestasi belajar antara lain:

1. Faktor Internal

a. Keadaan fisik, meliputi : panca indra dan kondisi fisik secara umum, kondisi kesehatan individu mempengaruhi performa akademiknya.

b. Keadaan psikologis, meliputi : sikap, motivasi, kebiasaan, emosi, penyesuaian diri, kemampuan khusus, dan kemampuan umum.

2. Faktor Eksternal; berkaitan dengan situasi-situasi di luar individu seperti kondisi tempat belajar, sarana dan fasilitas belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar.

3. Faktor Sosial; meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya di sekitar individu.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku merokok dengan prestasi belajar pada siswa laki-laki kelas XI & XII di SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan:

1. Bagi siswa yang merokok, sebaiknya menghentikan aktifitas merokok mengingat dampak negatif yang sangat merugikan bagi diri sendiri.

2. Bagi Institusi Pendidikan dan pemerintahan terkait, diharapkan dapat mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya pelajar mengenai dampak negatif yang ditimbulkan dari merokok.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperketat bias penelitian seperti umur, jenis kelamin, dan intensitas perokok.

Dokumen terkait