BAB II : KAJIAN PUSTAKA
B. Konsep Pendidikan Pernikahan
5. Korelasi Pernikahan Dalam Dunia Pendidikan
77
ٓهَلَم اَهۡيَلَع ُةَراَجِحۡلٱَو ُساَّنلٱ اَهُدوُقَو ا ٗراَن ۡمُكيِل ۡهَأَو ۡمُكَسُفنَأ ْآوُق ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأٓهَي
ِئ
ةَك
َنوُرَم ۡؤُي اَم َنوُلَعۡفَيَو ۡمُهَرَمَأ ٓاَم َ َّلِلٱ َنوُصۡعَي َّلّ ٞداَدِش ٞظ َلاِغ
٦
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
3. Pendidikan pernikahan termasuk salah satu lingkungan pendidikan dari
3 lingkungan pendidikan yang telah banyak dijelaskan oleh ahli
pendidikan yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Dalam pendidikan pernikahan ini terdapat
sejumlah pengetahuan yang oleh Ahmad Tafsir pengetahuan tersebut
disebut sebagai kurikulum.104 Sehingga jenis pada pendidikan
pernikahan, juga termasuk bagian dari proses pendidikan yang dapat
dilakukan oleh manusia.
5. Korelasi Pernikahan Dalam Dunia Pendidikan 1. Karakter pendidik
78
Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
terciptanya insan kamil105 yang merupakan manifestasi nyata kepatuhan
dan ketundukan sebagai bentuk ketaqwaan kepada Allah.
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan Islam,
seorang pendidik mempunyai tanggung jawab mengantarkan peserta didik
kearah tujuan tersebut.
Seorang pendidik memiliki peran yang sangat krusial, seorang
pendidik tidak hanya mentransformasikan (transfer knowledge)
pengetahuan tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai dalam
diri peserta didik. Sehingga seorang pendidik harus memiliki sifat dan
kepribadian yang positif.
Seorang pendidik guru juga harus bersikap professional dalam
mendidik muridnya, jangan memandang sebelah mata kepada murid yang
menurut kita memang kurang dalam segala hal, dari mulai harta,
keturunan, kecantikan atau ketampanan peserta didik.
Allah menjelaskan dalam al-Qur’an bahwa kedudukan mulia manusia
bukanlah karena kaya atau miskinnya, cantik atau tampannya, melainkan
ketaqwaanlah106 yang menjadi tolok ukur kemuliaan manusia disisi
Rabbnya. Maka pendidik harus memiliki sikap adil dan tidak pilih kasih
terhadap peserta didiknya.
105 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012) Cet. 9. h. 101.
106 Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam tafsirnya al-Aisar menyebutkan bahwa: “Sesunggunya kemuliaan dan kesempurnaan yang ada pada diri seseorang itu berasal dari ruhnya (jiwanya) yang suci, akhlaknya yang baik, pendapatnya yang benar, kenalan serta pengalamannya yang banyak
79
Keadilan pendidik terhadap peserta didik dalam memberikan
pemahaman, bimbingan dan kasih sayang harus diterapkan dalam semua
lembaga pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Termasuk
juga pendidikan dalam keluarga (orang tua terhadap anak).
Keadilan orang tua terhadap anak dimaksudkan agar anak mempunyai
hak yang sama, baik dalam hibah, nafkah, pendidikan, dan lain-lain maupun
dalam menerima harta warisan.107
Dengan demikian maka tumbuhlah suasana yang kondusif yang dapat
membantu anak dalam menjalani pendidikan pertamanya didalam keluarga.
2. Peran Keluarga
Dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, nasab.
Sedangkan dalam isilah antropologi, keluarga adalah suatu komponen
terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki
tempat tinggal.108
Dalam sebuah proses pendidikan terdapat lingkungan-lingkungan
pendidikan yang berperan di dalamnya. Diantara lingkungan pendidikan
tersebut adalah lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan
pendidikan pertama dan utama.
Sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama, pendidikan
keluarga dapat mencetak anak agar mempunyai kepribadian yang
kemudian dapat dikembangkan dalam lingkungan pendidikan berikutnya,
107 Abdul Majid Khon, Ilmu Pendidikan Islam: Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Cet. 1, h. 70.
108 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 226.
80
sehingga lingkungan pendidikan selanjutnya tidak mengubah apa yang
telah dimilikinya, tetapi cukup mengkombinasikan antara pendidikan yang
diperoleh dari keluarga dengan lingkungan pendidikan yang lainnya.109
Pendidik dalam lingkungan keluarga adalah orang tua. Hal ini
disebabkan karena secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya
berada ditengah-tengah orang tuanya. Dari merekalah anak mulai
mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup banyak sekali tertanam sejak anak hidup ditengah
orang tuanya.
Dengan demikian orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang
memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, serta memberikan sikap
yang positif dan juga skill yang memadai, baik yang bersifat jasmani
maupun rohani.
Maka demi terwujudnya keberhasilan dalam pendidikan keluarga
sangat diperlukan sosok orang tua yang memiliki jiwa pendidik bagi
anak-anaknya.
Ayah. Yang merupakan sosok sentral dalam keluarga, sumber
kekuasaan yang memberikan pendidikan anaknya tentang manajemen dan
kepemimpinan, memberikan pendidikan komunikasi terhadap sesamanya,
memberi rasa aman dan perlindungan, sehingga sosok ayah senantiasa
memberikan pendidikan sikap yang senantiasa bertanggung jawab dan
109 Ibid., h.226
81
waspada. Pendidikan dasar-dasar pengembangan nalar serta daya intelek,
sehingga melahirkan kecerdasan intelektual.110
Ibu. Mempunyai peran utama dalam pembinaan dan pendidikan
anak-anaknya dikeluarga, karena kodrat dan fungsinya lebih mengarah pada
tugas tersebut.
Seorang ibu memberikan pedidikan sifat ramah tamah, asah, asih dan
asuh kepada anak-anaknya. Pengasuh dan pemelihara dalam keluarga yang
memberikan pendidikan yang berupa kesetiaan terhadap tanggung jawab.
Tempat pencurahan hati yang memberikan pendidikan berupa keterbukaan
dalam upaya pemecahan masalah. Sebagai pendidik di bidang emosi anak
yang dapat mendidik anaknya berupa kepekaan daya rasa dalam
memandang sesuatu sehingga dapat melahirkan kecerdasan emosional.
Selanjutnya demi tercapainya fungsi orang tua sebagai pendidik
dalam keluarga, latar belakang pendidikan dan lingkungan orang tua
tentunya menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut.
Dengan demikian proses pemilihan calon suami maupun istri baik dari segi
agama, pendidikan dan keturunan sangat dianjurkan dalam pernikahan.
Hal ini yang dianjurkan oleh syariat sebagai manifestasi nyata teori
pendidikan pranatal (tarbiyah qabl al-wiladah).111
Sehingga proses pendidikan dimulai sejak berawalnya lembaga
keluarga, baik fase pemilihan jodoh, pernikahan, melahirkan, hingga fase
110 Ibid., h.230
82
internalisasi nilai itu sendiri, karena hal ini akan memberikan pengaruh
yang sangat signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak baik
dari segi fisik maupin psikologinya.
C. Keluarga Menurut Pandangan Islam