• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Pengujian

4.3.1 Korelasi Rank Spearman

-500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000 3,500,000,000 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : data diolah

Berdasarkan Diagram Garis pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pemberian Saldo Piutang Dagang tetinggi yang dilakukan oleh PT. Srikandi Plastik Sidoarjo selama tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 2.989.777.871,-. Sedangkan pemberian Saldo Piutang Dagang terendah terjadi pada tahun 1999, yaitu hanya sebesar Rp.1,287,676,572,-

4.3 Hasil Pengujian

4.3.1 Korelasi Rank Spearman

Korelasi ini mengasumsikan bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan hasil pengamatan numerik atau nonnumerik. Berikut hasil nilai korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:

45

Tabel 4.4 : Korelasi Rank Spearman Correlations 1.000 -.988** -.744* . .000 .014 10 10 10 -.988** 1.000 .760* .000 . .011 10 10 10 -.744* .760* 1.000 .014 .011 . 10 10 10 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N PROSENTASE REALISASI PENAGIHAN FREKUENSI KESALAHAN PEMBERIAN KREDIT ULANG SALDO PIUTANG DAGANG Spearman's rho PROSENTAS E REALISASI PENAGIHAN FREKUENSI KESALAHAN PEMBERIAN KREDIT ULANG SALDO PIUTANG DAGANG

Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the .05 level (2-tailed). *.

Sumber : data diolah, Lampiran 2

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui besarnya hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan (X1) dengan saldo piutang dagang sebesar –0.744 berarti bahwa variabel prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang. Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan saldo piutang dagang sebesar 0.760 berarti bahwa variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang memiliki hubungan positif yang kuat dengan saldo piutang dagang.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.4.1 Implikasi Praktis

Berdasarkan pengujian hipotesis, maka dapat diketahui bahwa variabel prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan yang kuat dengan saldo piutang dagang. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada pihak manajemen perusahaan dengan cara melakukan usaha-usaha dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang dengan cara meningkatkan realisasi penagihan yang baik dan mengurangi frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang.

Dalam perencaanaan terhadap saldo piutang dagang diperlukan untuk mempertimbangkan jumlah dana yang tertanam dalam piutang dagang dan membandingkan jumlah tersebut dengan jumlah modal yang tersedia. Sedangkan pengendalian terhadap piutang sebenarnya dimulai sebelum ada persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, penyiapan, dan penerbitan faktur serta berakhir dengan penagihan hasil penjualan.

Adanya penjualan barang-barang dan jasa yang banyak dilakukan perusahaan dengan cara kredit dapat berakibat adanya tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang. Dalam tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeli. Jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang. Untuk itu, suatu perusahaan harus lebih bijak dalam memutuskan pemberian kredit ulang. Hal ini menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan.

47

Serta realisasi penagihan harus dapat terlaksana dengan baik agar dapat mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan.

Terdapat hubungan negatif (berlawanan) yang kuat antara prosentase realisasi penagihan dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti apabila prosentase realisasi penagihan meningkat maka saldo piutang dagang perusahaan akan mengalami penurunan. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada PT. Srikandi Palstik Sidoarjo untuk melakukan upaya dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan misalnya melakukan pengoptimalan terhadap penagihan yang ditargetkan agar penagihan tersebut dapat terealisasi dengan baik sehingga akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan.

Terdapat hubungan positif (searah) yang kuat antara frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti apabila frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang meningkat maka saldo piutang dagang perusahaan akan mengalami peningkatan juga. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada PT. Srikandi Palstik Sidoarjo untuk melakukan upaya dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan misalnya menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan, dan memperkecil frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang sehingga akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan.

Sesuai hasil riset didapatkan bahwa nilai korelasi (r) frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang sebesar 0.760 lebih erat dari pada nilai korelasi (r) prosentase realisasi penagihan sebesar 0.744. Oleh karena itu, supaya investasi

dalam piutang tidak besar atau dapat diminimumkan maka strategi utama yang digunakan adalah untuk frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan cara membuat sistem penjualan yang lebih teliti, dan terkoordinasi antara bagian penjualan dengan bagian piutang perusahaan agar kesalahan pemberian kredit ulang tidak terjadi. Hal ini juga dapat memanfaatkan software akuntansi yang terintegrasi dimana debitur yang melewati jatuh tempo dapat memunculkan peringatan akan keterlambatan hari serta besarnya nilai piutang. Dan strategi penunjangnya adalah prosentase realisasi penagihan sangat berpengaruh besar terhadap saldo piutang dagang. Oleh karena itu, ketepatan penagihan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk memperoleh hasil realisasi penagihan yang semakin baik sehingga saldo piutang akan semakin menurun.

Dengan keterbatasan variable yang digunakan dalam penelitian ini maka untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya digunakan variabel lain selain variabel yang telah diteliti oleh penelitian terdahulu dan penelitian sekarang dalam mengetahui hubungan atau pengaruh terhadap saldo piutang dagang perusahaan. Variabel-variabel lain yang mempengaruhi naik turunnya saldo piutang dagang perusahaan adalah sebagai berikut:

- penagihan yang ditargetkan, dimana jika penagihan yang ditargetkan tidak tercapai maka akan meningkatkan saldo piutang dagang perusahaan.

- jumlah tagihan, dimana jika jumlah tagihan perusahaan semakin besar maka akan meningkatkan saldo piutang dagang perusahaan.

- umur piutang, dimana jika umur piutang semakn lama maka resiko perusahaan menanggung macetnya suatu kredit semakin besar.

49

4.4.2 Pengembangan Ilmu

Sesuai dengan hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti jika prosentase realisasi penagihan terjadi dengan baik maka akan mengurangi saldo piutang dagang perusahaan, sedangkan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang jika terlalu sering dilakukan akan meningkatakan saldo piutang dagang perusahaan.

Hasil penelitian ini juga menunjang dan sesuai dengan teori dari Litwak (1961) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat profesionalisme karyawan yang menentukan kredit dan realisasi penagihan dengan tingkat saldo piutang perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi prosentase realisasi penagihan maka perolehan saldo piutang dagang perusahaan akan menurun, dan sebaliknya, jika prosentase realisasi penagihan rendah maka perolehan saldo piutang dagang perusahaan akan meningkat. Serta teori dari Litwak (1961) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat profesionalisme karyawan yang menentukan kredit dan kesalahan pemberian kredit ulang dengan tingkat saldo piutang perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang perusahaan maka semakin tinggi pula saldo piutang dagang perusahaan, dan begitu juga sebaliknya apabila frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang perusahaan rendah maka saldo piutang dagang perusahaan akan menurun.

Penelitian ini menunjang hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Setyaningsih (2004) dengan judul ”Hubungan Pengendalian Internal Piutang

Guna Mengurangi Kerugian Piutang Pada PT Varia Usaha Gresik”, penelitian terdahulu yang dilakukan Asri (2004) dengan judul ”Pengaruh Pengendalian Intern Atas Piutang Usaha Terhadap Efektivitas Penagihan Piutang Pada PT. Edumedia Di Surabaya”, dan jurnal yang ditulis oleh Hermanto (2003) dengan judul ”Pengaruh Efektivitas Penagihan Piutang, Penjualan Kredit Terhadap Peningkatan Saldo Piutang Pada PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang”.

4.4.3 Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitian Terdahulu

Sesuai dengan hasil pengujian dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa prosentase realisasi penagihan mempunyai hubungan yang negatif atau berlawanan dengan saldo piutang dagang perusahaan sedangkan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan yang positif atau searah dengan saldo piutang dagang perusahaan. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu :

1) Setyaningsih (2004)

Obyek dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2004) adalah PT. Varia Usaha Gresik. Variabel yang digunakan adalah kerugian piutang (Y), struktur organisasi (X1), sistem otorisasi dan prosedur pencatatan (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan yang cakap (X4). Metode analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman. Kesimpulan: bahwa pelaksanaan sistem pengendalian internal di perusahaan secara keseluruhan menunjukkan pelaksanaan pengendalian internal yang sudah cukup baik yaitu dengan tanggung jawab jelas, adanya pemisahan dari

51

masing-masing fungsi yang ada, pemberlakuan otorisasi dari pihak yang berwenang, serta telah melakukan prosedur pencatatan yang sesuai dan didukung oleh dokumen yang lengkap, melakukan pengawasan secara periodik serta telah melakukan penyeleksian karyawan sesuai dengan job serta sesuai dengan pendidikan dari calon karyawan.

2) Asri (2004)

Obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Asri (2004) adalah PT. Edumedia Di Surabaya. Variabel yang digunakan adalah efektivitas penagihan piutang (Y), sistem wewenang dan prosedur pencatatan (X1), dan karyawan yang kompeten (X2). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linier Berganda. Kesimpulan : bahwa terdapat pengaruh antara pengendalian intern (sistem wewenang dan prosedur pencatatan, karyawan yang kompeten) atas piutang usaha terhadap efektivitas. Dan berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel sistem wewenang dan prosedur pencatatan mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap efektivitas penagihan piutang.

3) Hermanto (2003)

Obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2003) adalah PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang. Variabel yang digunakan adalah saldo piutang (Y), efektivitas penagihan piutang (X1), dan penjualan kredit (X2). Metode analisis yang digunakan adalah Metode Regresi Linier Berganda. Kesimpulan : (1) Untuk pengujian secara serempak, dilihat dari nilai F hitung lebih besar F tabel, maka H0 ditolak

yang berarti bahwa efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang. Sehingga hipotesis pertama “efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang” menerima H1. (2) Untuk pengujian secara parsial, didapatkan dari nilai t hitung untuk kedua variabel lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak. Sehingga hipotesis kedua“ efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang” menerima H1.

4) Elly Anggraeni (2008)

Obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Elly Anggraeni (2008) adalah PT. Srikandi Plastik Sidoarjo. Variabel yang digunakan adalah saldo piutang dagang (Y), prosentase realisasi penagihan (X1), dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2). Metode analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman. Kesimpulan: bahwa besarnya hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan (X1) dengan saldo piutang dagang sebesar –0.744 berarti bahwa variabel prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang. Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan saldo piutang dagang sebesar 0.760 berarti bahwa variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang memiliki hubungan positif yang kuat dengan saldo piutang dagang.

53

Tabel 4.5 Matrik Perbedaan Penelitian No Nama

Peneliti

Obyek

Penelitian Variabel Hasil

1. Setyaningsih (2004) PT. Varia Usaha Gresik 1. Kerugian piutang 2. Struktur organisasi 3. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

4. Praktek yang sehat 5. Karyawan yang

cakap

Pelaksanaan sistem pengendalian internal di perusahaan secara keseluruhan menunjukkan pelaksanaan pengendalian internal yang sudah cukup baik yaitu dengan tanggung jawab jelas, adanya pemisahan dari masing-masing fungsi yang ada, pemberlakuan otorisasi dari pihak yang berwenang, serta telah melakukan prosedur pencatatan yang sesuai dan didukung oleh dokumen yang lengkap, melakukan pengawasan secara periodik serta telah melakukan penyeleksian karyawan sesuai dengan job serta sesuai dengan pendidikan dari calon karyawan.

2. Asri (2004) PT. Edumedia Di Surabaya 1. Efektivitas penagihan piutang 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan 3. Karyawan yang kompeten

Terdapat pengaruh antara pengendalian intern (sistem wewenang dan prosedur pencatatan, karyawan yang kompeten) atas piutang usaha terhadap efektivitas. Dan berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel sistem wewenang dan prosedur pencatatan mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap efektivitas penagihan piutang 3. Hermanto (2003) PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang 1. Efektivitas penagihan piutang 2. Penjualan kredit 3. Saldo piutang

Untuk pengujian secara serempak, dilihat dari nilai F hitung lebih besar F tabel, maka H0 ditolak yang berarti bahwa efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap

peningkatan piutang. Sehingga hipotesis pertama “efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang” menerima Hi.

Untuk pengujian secara parsial,

didapatkan dari nilai t hitung untuk kedua variabel lebih besar dari t tabel, maka H0

ditolak. Sehingga hipotesis kedua“ efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap

peningkatan piutang” menerima Hi

4. Elly Anggraeni (2008) PT. Srikandi Plastik Sidoarjo 1. Saldo piutang dagang 2. Prosentase realisasi

Prosentase realisasi penagihan mempunyai hubungan yang negatif atau berlawanan dengan saldo piutang dagang perusahaan

penagihan 3. Frekuensi

kesalahan pemberian kredit ulang

sedangkan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan yang positif atau searah dengan saldo piutang dagang perusahaan

Sumber :Peneliti, 2008

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya meliputi perusahaan manufaktur. Untuk penelitian berikutnya, disarankan dapat menggunakan obyek penelitian yang berbeda, seperti: perusahaan rokok, perusahaan telekomunikasi, perusahaan kontraktor, perusahaan asuransi, perusahaan makanan dan minuman, dan lain-lain. Dan juga menggunakan metode yang berbeda, seperti: korelasi peason, analisis regresi sederhana, dan lain-lain.

4.4.4 Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan yang telah dikemukakan pada Bab I dapat dijelaskan bahwa tujuan yang menyatakan untuk mengetahui adanya hubungan prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan yang menyatakan bahwa prosentase realisasi penagihan mempunyai hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang perusahaan sedangkan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan positif yang kuat dengan saldo piutang dagang perusahaan.

Dari manfaat yang dikemukakan memberikan masukan kepada pihak manajemen perusahaan khususnya bagian akuntansi bahwa prosentase realisasi penagihan sangat penting bagi perusahaan dalam rangka mengendalikan saldo

55

piutang perusahaan. Karena apabila prosentase realisasi penagihan meningkat maka akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan. Sedangkan untuk frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang juga berhubungan dengan saldo piutang perusahaan dimana apabila frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dilakukan terus menerus akan menyebabkan kenaikan saldo piutang dagang perusahaan. Oleh karena itu, dalam pengendalian saldo piutang dagang perusahaan harus mampu meningkatkan prosentase realisasi penagihan dan memperkecil frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang.

4.4.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan secara optimal, namun demikian dalam hasil penelitian ini masih terdapat keterbatasan, yaitu antara lain:

1. Keterbatasan data yang tersedia, hal ini mungkin berbeda jika peneliti ikut terjun langsung dalam kegiatan perhitungan pada bagian akuntansi. Karena selama ini penelitian hanya berdasarkan data yang telah tersedia dan data yang telah jadi, yang dibuat oleh perusahaan.

2. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya hubungan dari variabel-variabel lain selain variabel yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel-variabel lain yang dimungkinkan juga berhubungan dengan saldo piutang dagang perusahaan.

3. Dalam penelitian ini juga hendaknya memperpanjang periode penelitian agar data yang didapatkan lebih banyak dan hasil yang diperoleh lebih baik dan akurat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan Korelasi Rank-Spearman dapat dijelaskan bahwa besarnya hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan (X1) dengan saldo piutang dagang sebesar –0.744 berarti bahwa variabel prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang (Y). Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan saldo piutang dagang sebesar 0.760 berarti bahwa variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang memiliki hubungan positif yang kuat dengan saldo piutang dagang (Y). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut kuat atau erat. Meskipun demikian, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa adanya hubungan (korelasi) antara prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang di PT. Srikandi Plastik Sidoarjo.

57

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Perusahaan harus lebih bijak dalam memutuskan pemberian kredit ulang. Hal ini menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan. Dan juga realisasi penagihan harus dapat terlaksana dengan baik agar dapat mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya digunakan variabel lain selain variabel yang telah diteliti dalam penelitian terdahulu dan penelitian sekarang guna mengetahui hubungan atau pengaruh terhadap saldo piutang dagang perusahaan. Variabel-variabel lain yang mempengaruhi naik turunnya saldo piutang dagang perusahaan adalah penagihan yang ditargetkan, jumlah tagihan, umur piutang, dan lain-lain. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan juga menggunakan obyek penelitian yang berbeda, seperti: perusahaan rokok, perusahaan telekomunikasi, perusahaan kontraktor, perusahaan asuransi, perusahaan makanan dan minuman, dan lain-lain. Dan juga menggunakan metode yang berbeda, seperti: korelasi peason, analisis regresi sederhana, dan lain-lain. Agar hasil penelitian selanjutnya akan lebih bersifat representatif dan bervariasi.

Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Penerbit BPFE.s

Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kieso, Donald E, dan Weygrandt, Jerry J, 2002, Akuntansi Intermediate, Edisi

Ketujuh, Jakarta Barat: Binarupa Aksara.

Kurniawan, Tjakrawala, 2002, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat

Liliweri, Alo, 1997, Gatra-gatra Antar Komunikasi Antar Budaya, Cetakan I Agustus 2001, Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).

Munawir S, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi IV, Yogyakarta: Liberty. Wijaya, 2000, Statistik Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS), Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Warren, Carl S, Reeve, James M, dan Fress, Philip E, 2005, Pengantar Akuntansi, Jakarta: Salemba Empat

Penelitian

Wahyu Riska Setyaningsih, 2004, Hubungan Pengendalian Internal Piutang Guna Mengurangi Kerugian Piutang Pada PT. Varia Usaha Gresik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Anisa Octavenna Asri, 2004, Pengaruh Pengendalian Intern Atas Piutang Usaha Terhadap Efektivitas Penagihan Piutang Pada PT. Edumedia Di Surabaya, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Bambang, Hermanto, 2003, Pengaruh Efektivitas Penagihan Piutang, Penjualan Kredit Terhadap Peningkatan Saldo Piutang Pada PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang. Universitas Sumatera Utara, Jurnal Akuntansi Manajemen, Vol. 2 No. 1, April, hal: 121 – 136.

Dokumen terkait