(Studi pada PT. Srikandi Plastik Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Oleh : ELLY ANGGRAENI
NPM. 0113010408
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
PENGENDALIAN SALDO PIUTANG MELALUI PENETAPAN
PROSENTASE REALISASI PENAGIHAN DAN FREKUENSI
KESALAHAN PEMBERIAN KREDIT ULANG
(Studi pada PT. Srikandi Plastik Sidoarjo)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh : ELLY ANGGRAENI
NPM. 0113010408 Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
Disusun Oleh: ELLY ANGGRAENI
0113010408/FE/EA
Telah Dipertahankan Di Hadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
”Vetaran” Jawa Timur Pada Tanggal 24 Oktober 2008
Pembimbing: Tim Penguji
Ketua
DR. Sumarsono, Msi DR. Sumarsono, Msi
Sekretaris
Dra. Ec. Endah Susilowati, Msi
Anggota
Dra. Ec. Tituk DW, Maks Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389
tuntunan-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGENDALIAN SALDO PIUTANG MELALUI PENETAPAN PROSENTASE REALISASI PENAGIHAN DAN FREKUENSI KESALAHAN PEMBERIAN KREDIT ULANG (Studi pada PT. Srikandi Plastik-Sidoarjo)”
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin dengan adanya saran dan bantuan serta dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Warsito, SH, MM, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya. 2. Bapak DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya. 3. Bapak Drs. Ec. Syarief Hidayat, Msi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Surabaya.
ii
4. Bapak DR. Sumarsono, Msi, selaku pembimbing tunggal yang memberikan petunjuk dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.
5. Keluarga tercinta dan tersayang, atas dukungan, support, spirit, baik moral maupun materi, mbak Iyum, mbak Ollie, mbak Ucok, Dopol, Mama Ayis, mbak Inih, ”You are my real life!”
6. Maz Abdi, dengan segenap semangat dan support yang selalu diberikan, tiada kata yang bisa saya sampaikan, hanya ALLAH S.W.T yang tahu rasa terima kasihku. I can’t express my word!
7. Bapak Alex dan keluarga, sera rekan-rekan, mbak Vera, mbak Fitri, mbak Ika, mbak Atik, mbak Ninda, semuanya atas kebaikan yang mengelilingi. Kalau sebatas pada kata tidak akan cukup. ”All of you is my best create” 8. For my qiut friends Eva, Nia, Yuni, Reny, Vina, Cherry, all of you is my
one of spirit in my darkness time.
Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis, senantiasa mendapatkan karunia dan rahmat yang tak terhingga dari ALLAH S.W.T
Surabaya, 24 Oktober 2008
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori... 11
2.2.1. Kredit ... 11
2.2.2. Piutang ... 14
2.2.2.1 Pengertian Piutang ... 14
2.2.2.2 Penilaian Piutang... 15
2.2.2.3 Klasifikasi Piutang ... 16
2.2.2.4 Cadangan Kerugian Piutang... 19
2.2.2.5Sistem Informasi Akuntansi Penagihan Piutang ... 22
2.2.3. Teori yang Melandasi Prosentase Realisasi Penagihan
dan Frekuensi Pemberian Kredit dengan Saldo Piutang ... 25
2.3. Kerangka Berpikir... 26
2.4. Hipotesis... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 28
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 29
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 30
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 30
3.4.1. Teknik Analisis ... 30
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 32
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 32
4.1.2 Lokasi Perusahaan... 35
4.1.3 Struktur Organisasi ... 35
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 40
4.2.1 Deskriptif Variabel Prosentase Realisasi Penagihan... 40
4.2.2 Deskriptif Variabel Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang... 41
4.2.3 Deskriptif Variabel Saldo Piutang Dagang ... 43
4.3 Hasil Pengujian ... 44
4.3.1 Korelasi Rank Spearman... 44
v
4.4.3 Perbedaan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu... 50 4.4.4 Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan Penelitian
dan Manfaat Penelitian... 54 4.4.5 Keterbatasan Penelitian... 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran... 57 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran... 27 Gambar 4.1 Skema Proses Produksi ... 35 Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ... 36 Gambar 4.3 Diagram Garis Prosentase Realisasi Penagihan Tahun 1998
Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo... 41 Gambar 4.4 Diagram Garis Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit
Tahun 1998-Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ... 42 Gambar 4.5 Diagram Garis Saldo Piutang Dagang Tahun 1998-Tahun 2007
PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ... 44
1998-Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ... 3 Tabel 4.1 : Prosentase Realisasi Penagihan Tahun 1998 sampai Tahun 2007
PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ... 40 Tabel 4.2 : Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang Tahun 1998-
Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo... 42 Tabel 4.3 : Saldo Piutang Dagang Tahun 1998-Tahun 2007
PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ... 43 Tabel 4.4 : Korelasi Rank Spearman ... 45 Tabel 4.5 Matrik Perbedaan Penelitian ... 53
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Statistik
Lampiran 2 : Nonparametric Corellations
Oleh : Elly Anggraeni
Abstraksi
Suatu perusahaan yang berkembang harus disertai dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan usahanya agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkannya. Peningkatan efisiensi dan efektivitas yang dilakukan dapat berjalan dengan baik apabila sistim dalam perusahaan tersebut dilaksanakan dengan adanya penyederhanaan sistim yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang pada PT. Srikandi Plastik.
Variabel yang digunakan adalah Saldo piutang sebagai variabel terikat, dan sebagai variabel bebasnya adalah Prosentase Realisasi Penagihan, dan Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang. Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitan ini adalah skala rasio. Data yang digunakan adalah data perusahaan akan target dan realisasi penagihan dan data akan Doubel Bon atau belum lunas atau piutang lewat batas waktu pembayaran tetapi diberi Purchasing Order Baru selama 10 tahun (periode 1998-2007). Teknik analisis data yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman dapat dijelaskan bahwa hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan (X1)
dengan saldo piutang dagang sebesar –0.744 berarti bahwa variabel prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang (Y). Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan saldo piutang dagang sebesar 0.760 berarti bahwa variabel frekuensi
kesalahan pemberian kredit ulang memiliki hubungan positif yang kuat dengan saldo piutang dagang (Y). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut kuat atau erat. Meskipun demikian, penelitian ini berhasil membuktikan bahwa adanya hubungan (korelasi) antara prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang di PT. Srikandi Plastik Sidoarjo.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era ini, perkembangan dunia usaha sangat pesat, banyak perusahaan baru mulai bermunculan, mulai dari perusahaan kecil, perusahaan menengah, sampai dengan perusahaan besar. Persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan yang sejenis di dalam segala bidang, terutama dalam peningkatan kualitas dan kuantitas barang dan jasa yang ditawarkan terjadi pada banyak perusahaan baru yang mulai bermunculan. Hal ini akan mempengaruhi harga jual yang kemudian juga akan mempengaruhi volume penjualan dan laba usaha perusahaan itu sendiri. Suatu perusahaan yang sedang berkembang harus disertai dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan usahanya agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkannya. Peningkatan efisiensi dan efektivitas yang dilakukan dapat berjalan dengan baik apabila sistim dalam perusahaan tersebut dilaksanakan dengan adanya penyederhanaan sistim yang ada. Adanya manajemen yang mampu mengatur perusahaan dengan baik juga diperlukan agar barang atau jasa yang ditawarkan dapat dipasarkan dengan baik dan tetap dapat bersaing di pasaran. Kegiatan penjualan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan penjualan tunai dan penjualan kredit. Menyadari pada
era sekarang ini sangat sulit untuk meningkatkan volume penjualan dan laba yang diperoleh perusahaan melalui penjualan tunai, maka beberapa perusahaan mengambil kebijakan-kebijakan, salah satunya yaitu dengan memberikan kelonggaran penjualan, yaitu dengan memberikan penjualan kredit. Penjualan kredit dapat membantu suatu perusahaan terutama dalam usahanya untuk mempertahankan pelanggan yang ada maupun untuk memikat pelanggan yang baru. Penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tidak hanya memberikan dampak positif terhadap peningkatan volume penjualan dan laba usaha saja, namun juga mempunyai konsekuensi terhadap resiko usaha (Warren, 2005:391).
PT. Srikandi Plastik sebagai perusahaan biji plastik dituntut dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri plastik seperti galon aqua, kantong plastik, kursi plastik, dan lain sebagainya. PT. Srikandi Plastik dalam penentuan biaya produksi biji plastik masih menggunakan sistem tradisional yaitu dengan mengalokasikan secara merata kepada produk yang dihasilkan tanpa memperhatikan penyebab terjadinya (driver) pembuatan produk tersebut dan ini menyebabkan harga pokok produk terdistribusi tidak akurat.
3
piutang bisa naik. Berikut ini data penjualan kredit akhir, piutang, dan perputaran piutang periode tahun 1998 sampai tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 : Data Penjualan Kredit dan Perputaran Piutang Dagang Tahun 1998-Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
Tahun Penjualan 1998 13,228,787,686 1,312,733,641 1,489,731,257 9,44 1999 14,388,955,976 1,489,731,257 1,287,676,572 10,36 2000 15,878,787,686 1,287,676,572 1,878,675,564 10,03 2001 17,808,979,769 1,878,675,564 2,989,777,871 7,32 2002 17,987,987,898 2,989,777,871 1,342,439,898 8,30 2003 21,123,415,220 1,342,439,898 1.563.468.675 14,54 2004 22.324.565.784 1.563.468.675 1.689.756.650 13,72 2005 22.133.430.000 1.689.756.650 1.786.876.876 12,73 2006 23.223.195.000 1.786.876.876 1.897.567.875 12,61 2007 24.132.668.400 1.897.567.875 2.399.564.546 11,23 Sumber : Srikandi Plastik, 2008
Berdasarkan data penjualan kredit dan saldo piutang terlihat adanya perputaran piutang dagang bergerak dari tahun 1998 sebesar 9,44 dan tahun 2001 membaik hingga tahun 2003 merupakan perputaran piutang dagang terbesar hingga mencapai 14,54 namun menurun kembali di tahun 2004 hingga tahun 2007.
ada persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, penyiapan, dan penerbitan faktur serta berakhir dengan penagihan hasil penjualan (Baridwan, 2004:126).
Dengan adanya penjualan barang-barang dan jasa yang banyak dilakukan perusahaan dengan cara kredit berakibat adanya tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa sampai saat diterimanya uang. Dalam tenggang waktu tersebut penjual mempunyai tagihan kepada pembeli. Jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang. Untuk itu suatu perusahaan dituntut lebih bijak dalam memutuskan pemberian kredit ulang. Hal ini menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan. Karena dasar pengukuran suatu perusahaan mengatur bahwa piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima.
Berdasarkan dari uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul “Pengendalian Saldo Piutang Melalui Penetapan Prosentase Realisasi Penagihan dan Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang Studi pada PT. Srikandi Plastik”.
5
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian yang akan penulis lakukan adalah:
Apakah terdapat hubungan prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang pada PT. Srikandi Plastik?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
a. Mengetahui hubungan prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang pada PT. Srikandi Plastik untuk mengefisiensikan penagihan piutang yang terjadi semakin berkurang.
b. Mengevaluasi dan memberikan alternatif pemecahan terhadap permasalahan yang muncul mengenai efisiensi penagihan piutang dagang di PT. Srikandi Plastik.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi PT. Srikandi Plastik
Realisasi Penagihan dan Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang dengan Saldo Piutang Dagang pada PT. Srikandi Plastik. Serta
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh :
1. Setyaningsih (2004), dengan judul ”Hubungan Pengendalian Internal
Piutang Guna Mengurangi Kerugian Piutang Pada PT Varia Usaha
Gresik”
a. Tujuan : untuk mengetahui hubungan antara pengendalian internal
piutang dengan kerugian piutang yang ada pada perusahaan.
b. Variabel yang digunakan adalah : kerugian piutang sebagai
variabel terikat (Y), struktur organisasi (X1), sistem otorisasi dan
prosedur pencatatan (X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan
yang cakap (X4).
c. Alat uji hipotesis : analisis korelasi rank spearman
d. Kesimpulan : bahwa pelaksanaan sistem pengendalian internal di
perusahaan secara keseluruhan menunjukkan pelaksanaan
pengendalian internal yang sudah cukup baik yaitu dengan
tanggung jawab jelas, adanya pemisahan dari masing-masing
fungsi yang ada, pemberlakuan otorisasi dari pihak yang
berwenang, serta telah melakukan prosedur pencatatan yang sesuai
dan didukung oleh dokumen yang lengkap, melakukan pengawasan
sesuai dengan job serta sesuai dengan pendidikan dari calon
karyawan.
e. Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah
digunakannya piutang sebagai variabel terikat, selain itu juga
digunakannya korelasi rank spearman dalam menganalisis datanya.
f. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
pada variabel bebas yang digunakan, di mana penelitian terdahulu
menggunakan variabel bebas struktur organisasi (X1), sistem
otorisasi dan prosedur pencatatan (X2), praktek yang sehat (X3),
dan karyawan yang cakap (X4) dengan obyek penelitian di PT
Varia Usaha Gresik. Sedangkan penelitian ini menggunakan
variabel bebas prosentase realisasi penagihan (X1), dan frekuensi
kesalahan pemberian kredit ulang (X2). Obyek penelitian ini adalah
pada PT. Srikandi Plastik.
2. Penelitian juga dilakukan oleh Asri (2004), dengan judul ”Pengaruh
Pengendalian Intern Atas Piutang Usaha Terhadap Efektivitas
Penagihan Piutang Pada PT. Edumedia Di Surabaya”,
a. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh antara pengendalian intern
atas piutang usaha terhadap efektivitas penagihan piutang.
b. Variabel yang digunakan adalah efektivitas penagihan piutang
sebagai variabel terikat (Y), sistem wewenang dan prosedur
pencatatan (X1), dan karyawan yang kompeten (X2).
9
d. Kesimpulan : bahwa terdapat pengaruh antara pengendalian intern
(sistem wewenang dan prosedur pencatatan, karyawan yang
kompeten) atas piutang usaha terhadap efektivitas. Dan
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel sistem
wewenang dan prosedur pencatatan mempunyai pengaruh yang
lebih dominan terhadap efektivitas penagihan piutang.
e. Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah
digunakannya piutang sebagai variabel terikat.
f. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
pada variabel bebas yang digunakan dan analisis data yang
digunakan, di mana penelitian terdahulu menggunakan variabel
bebas sistem wewenang dan prosedur pencatatan (X1), dan
karyawan yang kompeten (X2) dengan menggunakan teknik
analisis regresi linier berganda. Sedangkan penelitian ini
menggunakan variabel bebas prosentase realisasi penagihan (X1),
dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan
menggunakan analisis korelasi rank spearman. Obyek penelitian ini
adalah pada PT. Srikandi Plastik.
3. Terdapat pula jurnal yang mendukung penelitian ini, yaitu berjudul
”Pengaruh Efektivitas Penagihan Piutang, Penjualan Kredit Terhadap
Peningkatan Saldo Piutang Pada PT. Saribumi Sriguna Putra
a. Tujuan Jurnal tersebut untuk mengetahui pengaruh efektivitas
penagihan piutang, penjualan kredit terhadap peningkatan saldo
piutang di PT. Saribumi Sriguna Putra.
b. Variabel yang akan digunakan meliputi: efektivitas penagihan
piutang, penjualan kredit, dan saldo piutang. Analisis data
dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, dan pengujian
hipotesis (uji F dan uji t).
c. Alat uji hipotesis : Analisis regresi linier berganda
d. Kesimpulan : (1) Untuk pengujian secara serempak, dilihat dari
nilai F hitung lebih besar F tabel, maka H0 ditolak yang berarti
bahwa efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara
bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
peningkatan piutang. Sehingga hipotesis pertama “efektivitas
penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang”
menerima H1. (2) Untuk pengujian secara parsial, didapatkan dari
nilai t hitung untuk kedua variabel lebih besar dari t tabel, maka H0
ditolak. Sehingga hipotesis kedua“ efektivitas penagihan piutang,
penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap peningkatan piutang” menerima H1.
e. Persamaan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah
11
f. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah
obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Hermanto (2003) adalah PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang.
Variabel yang digunakan adalah saldo piutang (Y), efektivitas
penagihan piutang (X1), dan penjualan kredit (X2) dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda. Sedangkan
penelitian saat ini menggunakan variabel bebas prosentase realisasi
penagihan (X1), dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang
(X2) dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman. Obyek
penelitian ini adalah pada PT. Srikandi Plastik.
2.2 Landasan Teori 2.2.1. Kredit
Kredit berasal dari bahasa latin yaitu ”credere” yang berarti
percaya. Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 1998, kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Agar pemberian kredit dapat mencapai sasaran, dalam arti bahwa
kredit itu dapat membantu pemohon kredit sesuai dengan kebutuhannya, di
Cara perhitungan kebutuhan kredit ini tergantung pada jenis kredit
yang diberikan. Kalau kredit itu berupa kredit jangka pendek (kredit modal
kerja) maka kebutuhan kredit itu dapat diketahui dari budget kas. Rencana
pembayaran kembali atau pelunasan kredit disusun sesuai dengan cash
budget/cash flow projection, jenis serta sifat kredit yang diminati serta
projected income statement (Munawir, 2002:250). Dengan demikian kredit
pembayaran kembali ini hanya merupakan alat untuk lebih mempermudah
dalam melihat rencana pelunasan kredit. Dari penilaian terhadap aspek
finansial tersebut kiranya sudah mencakup tujuan daripada penilaian
terhadap pertimbangan pemberian kredit, yaitu dengan mengetahui sampai
dimana kemampuan perusahaan pemohon kredit di dalam: (Munawir,
2002:251)
a. Melaksanakan operasinya pada masa yang akan datang
b. Menyediakan kebutuhan modal kerja
c. Memenuhi kewajiban finansialnya
d. Menciptakan atau memperoleh laba
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan dengan demikian kredit
adalah pemberian kepercayaan. Hal itu berarti bahwa kredit yang
diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit
sesuai dengan waktu dan syarat yang telah disetujui bersama. Berdasarkan
hal diatas, maka pemberian kredit mempunyai beberapa unsur dasar untuk
menyetujui permohonan atas suatu kredit, yaitu:
13
Merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan benar-benar di terima di masa yang akan datang
sesuai dengan jangka waktu kredit.
b. Kesepakatan
Didalam kredit mengandung unsur kesepakatan antara si
pemberi kredit dengan si penerima kredit dituangkan ke dalam suatu
perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajiban masing-masing.
c. Jangka Waktu
Yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan
pemberian kredit dan pelunasannya. Untuk kondisi tertentu, jangka
waktu dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
d. Resiko
Karena adanya jangka waktu, pengembalian kredit akan
memungkinkan resiko terjadinya atau macet pemberian suatu kredit.
Semakin panjang suatu jangka waktu kredit maka semakin besar
resikonya dan sebaliknya.
e. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu
kredit bagi bank, atau yang kita kenal dengan nama bunga. Selain itu,
didapat dari pembebanan biaya administrasi kredit yang juga
2.2.2 Piutang
2.2.2.1 Pengertian Piutang
Piutang adalah tuntutan (claims) terhadap pihak tertentu yang penyelesaiannya diharapkan dalam bentuk kas selama kegiatan normal
perusahaan. Klaim timbul karena berbagai sebab. misalnya penjualan
secara kredit, pemberian pinjaman kepada karyawan, porsekot dalam
kontrak pembelian, porsekot kepada karyawan. (Kieso, 2002:386)
Secara luas piutang diartikan sebagai tagihan atas segala sesuatu
hak perusahaan baik berupa uang, barang maupun jasa atas pihak ketiga
setelah perusahaan melaksanakan kewajibannya, sedangkan secara sempit
piutang diartikan sebagai tagihan yang hanya dapat diselesaikan dengan
diterimanya uang di masa yang akan datang. Pada umumnya piutang
timbul ketika sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit
dan berhak atas penerimaan kas di masa mendatang, yang prosesnya
dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada
langganan, melakukan pengiriman barang, penagihan dan akhirnya
menerima pembayaran, dengan kata lain piutang dapat juga timbul ketika
perusahaan memberikan pinjaman uang kepada perusahaan lain dan
menerima promes atau wesel, melakukan suatu jasa atau transaksi lain
yang menciptakan suatu hubungan dimana satu pihak berutang kepada
yang lain seperti pinjaman kepada pimpinan atau karyawan. Piutang
merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam modal kerja suatu
15
bagian piutang yang terdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk
yang terjual dan sebagian lain yang termasuk modal kerja potensial yaitu
bagian yang merupakan keuntungan. (Baridwan, 2004:125)
2.2.2.2 Penilaian Piutang
Piutang termasuk dalam komponen aktiva lancar. Dalam
hubungannya dengan penyajian piutang di dalam neraca digunakan dasar
pengukuran nilai Realisasi/ Penyelesaian (realizable/settlement value). Dasar pengukuran ini mengatur bahwa piutang dinyatakan sebesar jumlah
bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima
(Baridwan, 2004:125).
Dari prinsip di atas dapat diketahui bahwa untuk melaporkan
piutang, dalam neraca adalah sebesar jumlah yang akan direalisasikan
yaitu jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih. Jumlah piutang yang
diharapkan akan ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang
diperkirakan akan tidak dapat ditagih kepada jumlah piutang. Karena
neraca itu disusun setiap akhir periode maka setiap akhir tahun perlu
dihitung jumlah kerugian dari piutang-piutang. Kerugian piutang ini
dibebankan pada periode yang bersangkutan sehingga dapat dihubungkan
antara kerugian piutang dengan penjualan-penjualan yang mengakibatkan
timbulnya piutang tersebut. Pencatatan kerugian piutang sebelah debit
diperlukan perubahan-perubahan dalam buku pembantu piutang
(Baridwan, 2004:125).
Apabila jelas bahwa piutang sudah tidak dapat ditagih maka
rekeningn cadangan kerugian piutang didebit dan piutangnya dihapuskan,
pada saat ini buku pembantu piutang baru dikredit. Penghapusan piutang
baru dilakukan jika terdapat bukti-bukti yang jelas seperti debiturnya
bangkrut, meninggal dan lain-lain. Selain menggunakan cadangan
kerugian piutang terdapat satu cara lain untuk mengakui kerugian piutang
yang disebut dengan metode penghapusan langsung. Dalam metode ini
kerugian piutang baru diakui pada waktu piutang dihapuskan dan
penghapusan piutang baru dilakukan bila terdapat bukti-bukti yang jelas.
Penggunaan metode langsung tidak dapat melaporkan piuatng dengan
jumlah yang diharapkan bisa ditagih, tetapi neraca menunjukkan jumlah
bruto piutang, sehingga tidak sesuai dnegan prinsip akuntansi (Baridwan,
2004:126).
2.2.2.3 Klasifikasi Piutang
Pada umumnya piutang bersumber dari kegiatan operasi normal
perusahaan yaitu penjualan kredit atas barang dan jasa kepada pelanggan,
tetapi selain itu masih banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan
17
a. Piutang Dagang
Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari
penjualan secara kredit pada barang-barang atau jasa-jasa yang
dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang normalnya,
biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Dalam
piutang ini hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang,
oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan (konsinyasi) tidak
dicatat sebagai piutang sampai saat di mana barang-barang tadi sudah
dijual. Sedangkan piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan
dipisahkan menjadi aktiva lancar dan tidak lancar, tergantung pada
jangka waktu angsuran tersebut. Apabila lebih dari satu tahun maka
tidak dilaporkan dalam kelompok aktiva lancar, tetapi masuk
kelompok aktiva lain-lain.
b. Piutang Bukan Dagang
Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau
jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok
piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang
bukan dagang (bukan usaha). Piutang bukan dagang akan dilaporkan
dalam kelompok aktiva lancar apabila akan dilunasi dalam jangka
waktu kurang dari satu tahun atau dalam siklus usaha yang normal.
yang normal akan dikelompokkan dalam aktiva lain-lain. Yang
termasuk dalam piutang usaha antara lain:
1) Persekot dalam kontrak pembelian
2) Klaim terhadap perusahaan pengangkutan untuk barang-barang
rusak atau hilang
3) Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian-kerugian yang
dipertanggungjawabkan
4) Klaim terhadap pegawai perusahaan
5) Klaim terhadap restitusi pajak
6) Tagihan terhadap langganan untuk pengembalian tempat barang
7) Uang muka pada pegawai perusahaan
8) Piutang deviden
9) Piutang pesanan pembelian saham, dan lain-lain
Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih
banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu
biasanya diklasifikasikan sebagai berikut : (Warren, 2005:392)
a. Piutang Usaha
Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan
barang dagang atau jasa secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebit
akun piutang usaha. Piutang usaha (account receivable) semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif
pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha diklasifikasikan dalam
19
b. Wesel Tagih
Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal.
Sepanjang wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka
biasanya diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel
atau wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam
puluh hari. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha
pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang berasal dari transaksi
penjualan, maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (trade receivable). Kecuali tidak ada keterangan lain, akan diasumsikan bahwa semua wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi
penjualan.
c. Piutang Lain-Lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika
piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang
tersebut diklasifikasikan dalam aktiva lancar. Jika penagihannnya lebih
dari satu tahun, maka piutang ini diklasif ikasikan sebagai aktiva tidak
lancar. Piutang lain-lain (other receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
2.2.2.4 Cadangan Kerugian Piutang
Dalam metode cadangan setiap akhir periode dilakukan penaksiran
bersangkutan. Ada dua dasar yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah kerugian piutang, yaitu: (Baridwan, 2004:126)
a. Jumlah Penjualan
Apabila kerugian piutang itu dihubungkan dengan proses pengukuran
laba yang teliti maka dasar perhitungan kerugian piutang adalah
jumlah penjualan. Kerugian piutang dihitung dengan cara mengalikan
persentase tertentu dengan jumlah penjualan periode tersebut.
Persentase kerugian piutang dihitung dari perbandingan piutang yang
dihapus dengan jumlah penjualan tahun-tahun lalu kemudian
disesuaikan dengan keadaan tahun yang bersangkutan. Kerugian
piutang itu timbul karena adanya penjualan kredit. Tetapi karena
pemisahan jumlah penjualan menjadi penjualan tunai dan kredit
menimbulkan tambahan pekerjaan, maka untuk praktisnya persentase
kerugian piutang bisa didasarkan pada jumlah penjualan periode yang
bersangkutan. Taksiran kerugian piutang ini dibebankan ke rekening
kerugian piutang dan kreditnya adalah rekening cadangan kerugian
piutang.
b. Saldo Piutang
Apabila saldo piutang digunakan sebagai dasar perhitungan kerugian
piutang maka arahnya adalah menilai aktiva dengan teliti. Perhitungan
kerugian piutang atas dasar piutang akhir periode dapat dilakukan
21
1) Jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo
piutang.
Dalam cara ini saldo piutang dikalikan dengan persentase
tertentu, hasilnya merupakan saldo rekening cadangan kerugian
piutang yang diinginkan. Untuk menghitung jumlah kerugian
piutang, hasil perhitungan tadi dikurangi atau ditambah dengan
saldo rekening cadangan kerugian piutang.
2) Cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang
Dalam cara ini hasil kali persentase kerugian piutang
dengan saldo piutang merupakan jumlah yang dicatat sebagai
kerugian piutang dan dikreditkan ke rekening cadangan kerugian
piutang tanpa memperhatikan saldo rekening cadangan kerugian
piutang.
3) Jumlah cadangan dinaikkan sampai suatu jumlah yang dihitung
dengan menganalisis umur piutang
Metode ini disebut metode analisis umur piutang. Piutang
masing-masing langganan dibagi dalam dua kelompok, yaitu
belum menunggak dan menunggak. Yang dimaksud dengan
menunggak adalah sudah melebihi jangka waktu kredit. Piutang
yang menunggak dipisah-pisahkan dalam kelompok berdasar
lamanya waktu menunggaknya. Selanjutnya dari masing-masing
jumlah tunggakan ditetapkan persentase kerugian piutangnya.
mempertimbangkan saldo rekening cadangan kerugian piutang
merupakan jumlah kerugian piutang. (Baridwan, 2004:128)
2.2.2.5 Sistem Informasi Akuntansi Penagihan Piutang
Penagihan piutang dari penjualan kredit dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
a. Fungsi yang terkait dalam sistem penagihan piutang dari penjualan
kredit.
b. Dokumen yang digunakan dalam sistem penagihan piutang.
c. Sistem penagihan piutang melalui penagih perusahaan dilaksanakan
dengan prosedur.
Fungsi yang terkait dalam sistem penagihan piutang dari penjualan
kredit adalah :
a. Fungsi sekretariat
Fungsi ini bertanggungjawab dalam penerimaan cek dan surat
pemberitahuan atau remittance advice melalui pos dan para debitur perusahaan. Fungsi ini juga bertugas membuat daftar surat pemberitahuan
yang diterima bersama dari para debitur dan fungsi ini berada di tangan
bagian sekretariat.
b. Fungsi penagihan
Fungsi ini bertanggungjawab untuk melakukan penagihan kepada
23
dibuat oleh fungsi akuntansi dan fungsi ini berada di tangan bagian
penagihan.
c. Fungsi kas
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi
sekretariat atau fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dari
berbagai fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh dan fungsi ini
berada di tangan bagian kas.
d. Fungsi akuntansi
Fungsi ini bertanggungjawab dalam pencatatan penerimaan kas
dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke
dalam kartu piutang, dan fungsi ini berada di tangan bagian akuntansi.
e. Fungsi pemeriksa intern
Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan
yang ada di tangan fungsi kas secara periodik, dan melakukan rekonsiliasi
bank, untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi, dan fungsi ini berada di tangan bagian pemeriksa intern.
Dokumen yang digunakan dalam sistem penagihan piutang adalah :
1) Surat pemberitahuan
2) Daftar surat pemberitahuan
3) Bukti setor bank
4) Kuitansi.
Surat pemberitahuan merupakan dokumen untuk memberitahu
merupakan rekapitulasi penerimaan kas. Bukti setor bank merupakan bukti
penyetoran kas yang diterima dari piutang ke bank. Kuitansi merupakan
bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang
telah melakukan pembayaran utang mereka.
Sistem penagihan piutang melalui penagih perusahaan
dilaksanakan dengan prosedur adalah :
1) Penerimaan piutang mengirimkan daftar piutang yang sudah saatnya
ditagih kepada bagian penagihan.
2) Bagian penagihan mengirimkan penagih untuk melakukan penagihan
kepada debitur.
3) Bagian penagihan menerima cek atas nama dalam surat pemberitahuan
dari debitur.
4) Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian
piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.
5) Bagian kas mengirim kuitansi sebagai tanda penerimaan kas kepada
debitur.
6) Bagian kas menyetor ke bank, setelah cek atas nama tersebut dilakukan
endorsement oleh pejabat yang berwenang.
7) Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.
Sistem pengendalian intern yang baik mengharuskan agar semua
penerimaan kas dari debitur harus dalam bentuk cek atas nama atau giro
bilyet. Penerimaan kas dari debitur dalam bentuk uang tunai memberikan
25
penerimaan kas melalui penagih perusahaan ini yang biasa dilaksanakan di
Indonesia, sedangkan bentuk lain masih jarang dilakukan.
2.2.3 Teori yang Melandasi Prosentase Realisasi Penagihan dan Frekuensi Pemberian Kredit dengan Saldo Piutang
Teori professional oleh Litwak (1961) menyatakan bahwa apabila
organisasi mampu meningkatkan dan mengembangkan spesialisasi SDM,
maka organisasi tersebut akan memperoleh hasil kerja yang besar. Caranya
antara lain melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap anggota
organisasi, sehingga masalah organisasi dapat dipecahkan secara
professional dan fleksibel (Liliweri, 1997:44).
Berdasarkan teori professional diatas bila dihubungkan dengan
variable prosentase realisasi penagihan dan variable kesalahan pemberian
kredit ulang dengan saldo piutang, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
karyawan yang menentukan kredit yang professional akan sangat
ditentukan oleh pengetahuan (knowledge), kemampuan dan keahlian atau
(skill) untuk menjamin realisasi penagihan dengan baik agar sesuai dengan
prosentase penagihan yang ditargetkan perusahaan dan untuk menjamin
terhindarnya dari kesalahan pemberian kredit ulang terhadap pelanggan
yang masih mempunyai piutang sehingga akan menekan saldo piutang
2.3 Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu dapat disusun beberapa
premis dalam kaitannya dengan membangun kerangka pikir dan hipotesis
sebagai berikut:
Premis 1 : Adanya hubungan antara pengendalian internal atas piutang
dan realisasi penagihan piutang dengan efektivitas penagihan
piutang perusahaan (Asri, 2004)
Premis 2 : Adanya hubungan antara tingkat profesionalisme karyawan
yang menentukan kredit dan realisasi penagihan dengan tingkat
saldo piutang perusahaan (Litwak, 1961 dalam Lilivery,
1997:44)
Premis 3 : Adanya hubungan antara pengendalian internal piutang dan
kesalahan pemberian kredit ulang dengan kerugian piutang
yang ada pada perusahaan (Setyaningsih, 2004)
Premis 4 : Adanya hubungan antara tingkat profesionalisme karyawan
yang menentukan kredit dan kesalahan pemberian kredit ulang
dengan tingkat saldo piutang perusahaan (Litwak, 1961 dalam
Lilivery, 1997:44)
Premis 5 : Adanya hubungan antara realisasi penagihan, kesalahan
pemberian kredit ulang dengan efektivitas penagihan sehingga
mempengaruhi tingkat saldo piutang perusahaan (Hermanto,
27
Dari premis-premis hasil penelitian terdahulu dan teori-teori yang
ada, maka dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dan kajian
teoritas yang dikemukakan, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut :
1. Bahwa prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan dengan
saldo piutang dagang. (berdasarkan premis nomor1, 2 dan 5)
2. Bahwa frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang memiliki hubungan
dengan saldo piutang dagang. (berdasarkan premis nomor 3, 4 dan 5) Prosentase Realisasi Penagihan
(X1)
Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang
(X2)
Saldo Piutang Dagang
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Adapun definisi operasional adalah pernyataan definisi variabel-variabel
secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman
empiris (Sugiyono, 2005:38) adalah:
a. Variabel terikat (Dependent Variable)
Saldo piutang (Y) yaitu saldo piutang dagang lewat batas waktu pembayaran
di PT. Srikandi Plastik.
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dari penelitian ini adalah prosentase realisasi penagihan dan
frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang.
Dalam penelitian ini ada 2 variabel bebas (Independent Variable) yaitu: 1. Prosentase Realisasi Penagihan sebagai (X1)
Yaitu besarnya prosentase realisasi penagihan di PT. Srikandi Plastik Rumus :
Sumber : PT. Srikandi Plastik
29
2. Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang sebasai (X2)
yaitu besarnya nilai frekuensi pemberian kredit ulang di PT. Srikandi
Plastik
Dalam penelitian ini, pengukuran variabel yang digunakan dalam
penelitan ini dengan menggunakan skala rasio, yaitu skala interval dan memiliki
nilai dasar (based value) yang tidak dapat dirubah (Ghozali, 2005: 5). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data berupa
numerik/angka-angka (kuantitatif). Data-data tersebut dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan
analisa untuk menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan
kebijakan bagi perusahaan serta sebagai bahan evaluasi.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2005: 78), sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu yang memenuhi syarat
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian yaitu tersedianya data yang diperlukan
untuk menghitung variabel-variabel dalam penelitian ini pada laporan keuangan
perusahaan. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel dalam penelitian ini
adalah PT. Srikandi Plastik Sidoarjo.
Sampel data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
perusahaan akan target dan realisasi penagihan selama 10 tahun (periode
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu
mencari data variabel penelitian yang digunakan melalui buku-buku, jurnal,
laporan-laporan yang dipublikasikan, internet, surat kabar, dan lain sebagainya.
Data sekunder dikumpulkan dari data perusahaan akan target dan realisasi
penagihan selama 10 tahun (periode 1998-2007) dan data perusahaan akan Doubel Bon atau belum lunas atau piutang lewat batas waktu pembayaran tetapi diberi Purchasing Order Baru (periode 1998-2007).
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Rank Spearman. Korelasi ini mengasumsikan bahwa data terdiri dari pasangan-pasangan hasil pengamatan numeric atau nonnumeric. Setiap data Xi maupun Yi
ditetapkan peringkatnya relatif terhadap X dan Y yang lain, dari yang terkecil
sampai terbesar. Peringkat terkecil diberi nilai 1. Jika, diantara nilai-nilai X dan Y
terdapat angka sama, masing-masing nilai sama diberi peringkat rata-rata dari
posisi yang seharusnya. Data akan berbentuk skala ordinal. Setelah data
dikumpulkan, lalu dicari skornya, baik untuk tiap individu maupun secara total.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel X dan variabel Y,
dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer program SPSS. Cara analisis
Koefisien Korelasi Rank Spearman: (Wijaya, 2000:95)
31
2. Apabila terdapat nilai pengamatan yang sama, rankingnya adalah rata-ratanya.
3. Menentukan selisih ranking (di) untuk setiap pasang variabel X dan Y
4. Menghitung nilai statistik Rs, yaitu :
Rs = 1- 6 Σ di² n(n²-1)
Keterangan :
Rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
n = Jumlah pengamatan dalam sampel
di = Selisih ranking untuk setiap pasang variabel X dan Y
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan
Pabrik plastik PT. Srikandi Plastik Sidoarjo adalah pabrik yang bergerak dalam bidang pembuatan produk-produk plastik seperti tali rafia, tas kresek dan bijih plastik. PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ini didirikan oleh bapak Nyoto pada tanggal 10 Juli 1996 telah mendapatkan pengesahan badan hukum dengan nomor 6909/BH/II/90. Modal PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ini dimiliki 100 % oleh bapak Nyoto yang dikelola oleh keluarga sendiri. PT. Srikandi Plastik Sidoarjo ini mulai berproduksi sebagai institusi Bisnis plastik yang cukup dikenal bagi perusahaan-perusahaan yang perlu bahan mentah bijih plastik seperti Ria Star, Napolly, Indo Plastikindo dan lain sebagainya. PT. Srikandi Plastik Sidoarjo memiliki jumlah karyawan sebanyak 92 orang.
Pada dasarnya proses utama dalam peleburan plastik meliputi proses penerimaan bahan baku, proses sortir plastik, proses cuci plastik, proses peleburan plastik, dan proses pengepakan.
1. Proses Penerimaan Bahan Baku
Proses penerimaan bahan baku merupakan proses utama dalam produksi, dimana pada bagian ini semua bahan-bahan plastik yang telah terkumpul dari para pengepul barang (supplier barang-barang bekas) dijadikan satu pada suatu ruang tertentu. Pada proses ini sebagian besar karyawannya adalah para
33
pria, dimana mereka mengangkat barang-barang dari para pengepul, lalu menimbangnya dan dikumpulkan menurut jenis atau bahannya.
2. Proses Sortir Plastik
Tujuan dari proses sortir adalah untuk menyeleksi semua jenis plastik dari proses penerimaan bahan baku yang sesuai dengan standart kualitas yang ditentukan oleh unit quality control. Proses ini barang diterima kemudian dipilah-pilah menurut jenis atau bahan serta kualitas plastiknya. Barang yang diterima jika berukuran besar dijadikan satu dengan barang lain yang berukuran besar pula. Barang yang mempunyai kualitas buruk (terlihat kusam, usang, dan kotor) dikumpulkan tersendiri untuk diolah dengan barang yang rusak lainnya. Kualitas botol yang diterapkan adalah dengan membagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok plastik dengan kualitas baik, kelompok plastik harus disortir kembali, dan kelompok plastik yang dikarantina, maksudnya adalah belum bisa diputuskan apakah plastik berkualitas baik atau perlu disortir kembali.
3. Proses Cuci Plastik
4. Proses Peleburan Plastik
Proses peleburan plastik merupakan proses yang sangat penting dalam industri plastik, hal ini disebabkan mutu bijih plastik yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengoprasian dapur peleburan. Pada proses ini, kondisi ruangan begitu sangat panas dikarenakan sarana peleburan plastik berbentuk tangki besar dengan alat pengaduk yang masih tradisional. Pada tangki tersebut dihubungkan pada suatu terusan, dimana terusan tersebut juga digunakan sebagai sarana untuk mengendalikan suhu plastik. Leburan plastik yang mengalir pada terusan tersebut menuju ke pencetakan untuk dijadikan bijih-bijih plastik kecil.
5. Proses Pengepakan
35
Gambar 4.1 : Skema Proses Produksi Proses Penerimaan Bahan Baku
Proses Sortir Plastik
Proses Cuci Plastik
Proses Peleburan Plastik
Proses Pengepakan
Sumber data: Bagian Produksi PT.Srikandi Plastik Sidoarjo
4.1.2 Lokasi Perusahaan
Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Pabrik Plastik PT. Srikandi Plastik Desa Kalibader Kalijaten 22-24 Sepanjang Sidoarjo. Dengan adanya letak yang strategis tersebut maka PT. Srikandi Plastik Sidoarjo dapat menjalankan fungsi produksi dengan optimal.
4.1.3 Struktur Organisasi
koordinasinya bertanggung jawab pada atasan sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing. Jabatan tertinggi dipegang oleh direktur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan struktur organisasi sebagai berikut :
Gambar 4.2 : Struktur Organisasi PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
Sumber : PT. Srikandi Plastik Sidoarjo, 2005
Adapun Tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing – masing bagian seperti tersebut dalam struktur organisasi tersebut antara lain :
a. Direktur
1) Memeriksa laporan periodik (Tahunan, Semesteran, triwulan, bulanan, tentang perkembangan produksi pabrik)
2) Mengangkat dan memberhentikan karyawan
3) Membuat peraturan bagi karyawan mengenai gaji pokok dan peraturan lain bagi karyawan pabrik disesuaikan dengan peraturan koperasi. 4) Bertanggung jawab atas segala aktivitas pabrik baik intern maupun
ekstern
5) Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada masing – masing bagian.
Kabag Produksi
Kabag Keuangan & Umum Kabag
KOMERSIAL
Kasir Akuntansi Umum Pergudangan
DIREKTUR
37
b. Kepala Bagian Produksi
1) Bertanggung jawab atas kelancaran, kelangsungan dan kontinuitas proses produksi
2) Mengambil kebijaksanaan yang terkait dengan proses produksi 3) Menyediakan barang jadi untuk siap dikirim kepada pasar 4) Membuat laporan periodik kepada Administratur
c. Seksi Produksi Produk Jadi
1) Mengolah dan memproses bahan baku plastik menjadi tali rafia dan tas kresek.
2) Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi
3) Menyediakan barang jadi sesuai permintaan bagian pemasaran. d. Seksi Produksi Bijih Plastik
1) Mengolah dan memproses bahan mentah menjadi biji plastik. 2) Menyediakan persediaan bujih plastik sesuai grade.
3) Membuat laporan secara periodik kepada manajer produksi e. Seksi Pemeliharaan Mesin dan Gedung
1) Bertanggung jawab terhadap kesiapan sarana dan prasarana demi kelancaran dan kontinuitas proses produksi
2) Merawat serta menjaga kondisi mesin – mesin instalasi dan gedung 3) Meneliti dan mengontrol kerusakan mesin listrik, instalasi dan gedung 4) Membuat laporan secara periodik kepada manajer produksi
1) Bersama –sama dengan direktur yang lain menyusun rencana pendapatan dan biaya pabrik
2) Membuat laporan keuangan dan mengerjakan pembukuan dan administrasi keuangan
3) Menyelengarakan pengolahan surat – surat dinas yang berkaitan dengan keuangan dan umum
4) Menghimpun data, membuat laporan periodik dan menyusun data pelaporan keungan dari seluruh unit kerja
g. Seksi Keuangan
1) Membuat laporan keuangan
2) Menyelenggarakan pembukuan dan administrasi keuangan
3) Menyelenggarakan inventarisasi dari semua barang yang diperolehnya 4) Sebagai pemegang kas dan melakukan pembayaran atas pembelian –
pembelian yang dilakukan oleh pabrik 5) Menerima hasil penjualan .
6) Melaksanakan administrasi bukti – bukti keuangan
7) Membuat laporan secara periodik kepada Kabag Keuangan dan Umum h. Seksi Umum
1) Menyelenggarakan pengolahan administrasi dan umum
2) Menghimpun data dan membuat laporan serta menyusun data pelaporan dari seluruh unit kerja yang ada
39
4) Membuat perencanaan dan pemeliharaan kantor atau pabrik dan seluruh sarana dan prasarana yang ada
5) Membuat laporan secara periodik kepada Kabag Keuangan dan Umum i. Kepala Bagian Komersial
1) Melaksanakan kegiatan pemasaran atau penjualan atas produksi yang dihasilkan
2) Melakukan penagihan terhadap hasil penjualan
3) Melakukan kerjasama dengan perusahaan plastik, grosir toko dan lain-lain, dalam rangka pemasaran atau penjualan produk yang dihasilkan 4) Melakukan kegiatan promosi atas produk yang dihasilkan
5) Membuat laporan secara periodik kepada direktur j. Seksi Penjualan
1) Melakukan pemasaran produk yang dihasilkan
2) Melakukan penagihan atas pembayaran pembayaran atas hasil penjualan
3) Membuat laporan secara periodik kepada Kabag Komersial k. Seksi Pengadaan
1) Melaksanakan pengadaan bahan baku . 2) Melakukan seleksi mutu bahan baku.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosentase realisasi penagihan, frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang, dan saldo piutang dagang. Untuk lebih jelas mengenai gambaran masing-masing variabel tersebut, maka dapat dilihat melalui analisis secara deskriptif.
4.2.1 Deskriptif Variabel Prosentase Realisasi Penagihan
Data Prosentase Realisasi Penagihan PT. Srikandi Plastik selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 : Prosentase Realisasi Penagihan Tahun 1998 sampai Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
Tahun
Penagihan Yang Terealisasi
Penagihan yang Ditargetkan
Prosentase Realisasi Penagihan
1998 11,739,056,429 12,964,211,932 91%
1999 13,101,279,404 13,813,397,737 95%
2000 14,000,112,122 15,719,999,809 89%
2001 14,819,201,898 16,918,530,781 88%
2002 16,645,548,000 17,088,588,503 97%
2003 19,559,946,545 20,278,478,611 96%
2004 20,634,809,134 21,878,074,468 94%
2005 20,346,553,124 21,690,761,400 94%
2006 21,325,627,125 22,990,963,050 93%
2007 21,733,103,854 23,891,341,716 91%
41
Berdasarkan data Prosentase Realisasi Penagihan PT. Srikandi Plastik Sidoarjo pada Tabel 4.1 maka dapat dibuat diagram garis sebagai berikut :
Gambar 4.3 : Diagram Garis Prosentase Realisasi Penagihan Tahun 1998 Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
PROSENTASE REALISASI PENAGIHAN
80 85 90 95 100
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Diagram Garis pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa Prosentase Realisasi Penagihan tertinggi pada PT. Srikandi Plastik Sidoarjo selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 mengalami fluktuasi. Prosentase Realisasi Penagihan tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 97%. Sedangkan Prosentase Realisasi Penagihan terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar 88%.
Tabel 4.2 : Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang Tahun 1998- Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
Tahun Frekuensi Kesalahan
Pemberian Kredit Ulang
1998 26
Berdasarkan data Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit PT. Srikandi Plastik Sidoarjo pada Tabel 4.2 maka dapat dibuat diagram garis sebagai berikut :
Gambar 4.4 : Diagram Garis Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang Tahun 1998 - Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
43
Berdasarkan Diagram Garis pada Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit Ulang tertinggi yang ditetapkan oleh PT. Srikandi Plastik Sidoarjo selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 terjadi pada tahun 2001 yaitu sebanyak 29. Sedangkan Frekuensi Kesalahan Pemberian Kredit terendah terjadi pada tahun 2002, yaitu sebanyak 19.
4.2.3 Deskriptif Variabel Saldo Piutang Dagang
Data Saldo Piutang Dagang yang ditetapkan oleh PT. Srikandi Plastik selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 ditampilkan pada Tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 : Saldo Piutang Dagang Tahun 1998-Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
Tahun Saldo Piutang Dagang 1998 1,489,731,257 1999 1,287,676,572 2000 1,878,675,564 2001 2,989,777,871 2002 1,342,439,898 2003 1,563,468,675 2004 1,689,756,650 2005 1,786,876,876 2006 1,897,567,875 2007 2,399,564,546 Sumber : data perusahaan, Lampiran 1
Gambar 4.5 : Diagram Garis Saldo Piutang Dagang Tahun 1998-Tahun 2007 PT. Srikandi Plastik Sidoarjo
SALDO PIUTANG DAGANG
-500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 3,000,000,000 3,500,000,000
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : data diolah
Berdasarkan Diagram Garis pada Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pemberian Saldo Piutang Dagang tetinggi yang dilakukan oleh PT. Srikandi Plastik Sidoarjo selama tahun 1998 sampai dengan tahun 2007 terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 2.989.777.871,-. Sedangkan pemberian Saldo Piutang Dagang terendah terjadi pada tahun 1999, yaitu hanya sebesar Rp.1,287,676,572,-
4.3 Hasil Pengujian
4.3.1 Korelasi Rank Spearman
45
Tabel 4.4 : Korelasi Rank Spearman Correlations
Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). **.
Correlation is significant at the .05 level (2-tailed). *.
Sumber : data diolah, Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui besarnya hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan (X1) dengan saldo piutang dagang sebesar
–0.744 berarti bahwa variabel prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang. Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan saldo piutang dagang
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.4.1 Implikasi Praktis
Berdasarkan pengujian hipotesis, maka dapat diketahui bahwa variabel prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan yang kuat dengan saldo piutang dagang. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada pihak manajemen perusahaan dengan cara melakukan usaha-usaha dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang dengan cara meningkatkan realisasi penagihan yang baik dan mengurangi frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang.
Dalam perencaanaan terhadap saldo piutang dagang diperlukan untuk mempertimbangkan jumlah dana yang tertanam dalam piutang dagang dan membandingkan jumlah tersebut dengan jumlah modal yang tersedia. Sedangkan pengendalian terhadap piutang sebenarnya dimulai sebelum ada persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, penyiapan, dan penerbitan faktur serta berakhir dengan penagihan hasil penjualan.
47
Serta realisasi penagihan harus dapat terlaksana dengan baik agar dapat mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan.
Terdapat hubungan negatif (berlawanan) yang kuat antara prosentase realisasi penagihan dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti apabila prosentase realisasi penagihan meningkat maka saldo piutang dagang perusahaan akan mengalami penurunan. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada PT. Srikandi Palstik Sidoarjo untuk melakukan upaya dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan misalnya melakukan pengoptimalan terhadap penagihan yang ditargetkan agar penagihan tersebut dapat terealisasi dengan baik sehingga akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan.
Terdapat hubungan positif (searah) yang kuat antara frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti apabila frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang meningkat maka saldo piutang dagang perusahaan akan mengalami peningkatan juga. Dengan demikian dapat memberikan implikasi kepada PT. Srikandi Palstik Sidoarjo untuk melakukan upaya dalam rangka mengendalikan saldo piutang dagang perusahaan misalnya menghindarkan adanya kredit macet yang akan berakibat pada laporan keuangan perusahaan, dan memperkecil frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang sehingga akan menurunkan saldo piutang dagang perusahaan.
dalam piutang tidak besar atau dapat diminimumkan maka strategi utama yang digunakan adalah untuk frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang dengan cara membuat sistem penjualan yang lebih teliti, dan terkoordinasi antara bagian penjualan dengan bagian piutang perusahaan agar kesalahan pemberian kredit ulang tidak terjadi. Hal ini juga dapat memanfaatkan software akuntansi yang terintegrasi dimana debitur yang melewati jatuh tempo dapat memunculkan peringatan akan keterlambatan hari serta besarnya nilai piutang. Dan strategi penunjangnya adalah prosentase realisasi penagihan sangat berpengaruh besar terhadap saldo piutang dagang. Oleh karena itu, ketepatan penagihan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan untuk memperoleh hasil realisasi penagihan yang semakin baik sehingga saldo piutang akan semakin menurun.
Dengan keterbatasan variable yang digunakan dalam penelitian ini maka untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya digunakan variabel lain selain variabel yang telah diteliti oleh penelitian terdahulu dan penelitian sekarang dalam mengetahui hubungan atau pengaruh terhadap saldo piutang dagang perusahaan. Variabel-variabel lain yang mempengaruhi naik turunnya saldo piutang dagang perusahaan adalah sebagai berikut:
- penagihan yang ditargetkan, dimana jika penagihan yang ditargetkan tidak tercapai maka akan meningkatkan saldo piutang dagang perusahaan.
- jumlah tagihan, dimana jika jumlah tagihan perusahaan semakin besar maka akan meningkatkan saldo piutang dagang perusahaan.
49
4.4.2 Pengembangan Ilmu
Sesuai dengan hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa prosentase realisasi penagihan dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan dengan saldo piutang dagang perusahaan. Hal ini berarti jika prosentase realisasi penagihan terjadi dengan baik maka akan mengurangi saldo piutang dagang perusahaan, sedangkan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang jika terlalu sering dilakukan akan meningkatakan saldo piutang dagang perusahaan.
Hasil penelitian ini juga menunjang dan sesuai dengan teori dari Litwak (1961) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat profesionalisme karyawan yang menentukan kredit dan realisasi penagihan dengan tingkat saldo piutang perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi prosentase realisasi penagihan maka perolehan saldo piutang dagang perusahaan akan menurun, dan sebaliknya, jika prosentase realisasi penagihan rendah maka perolehan saldo piutang dagang perusahaan akan meningkat. Serta teori dari Litwak (1961) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat profesionalisme karyawan yang menentukan kredit dan kesalahan pemberian kredit ulang dengan tingkat saldo piutang perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang perusahaan maka semakin tinggi pula saldo piutang dagang perusahaan, dan begitu juga sebaliknya apabila frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang perusahaan rendah maka saldo piutang dagang perusahaan akan menurun.
Guna Mengurangi Kerugian Piutang Pada PT Varia Usaha Gresik”, penelitian terdahulu yang dilakukan Asri (2004) dengan judul ”Pengaruh Pengendalian Intern Atas Piutang Usaha Terhadap Efektivitas Penagihan Piutang Pada PT. Edumedia Di Surabaya”, dan jurnal yang ditulis oleh Hermanto (2003) dengan judul ”Pengaruh Efektivitas Penagihan Piutang, Penjualan Kredit Terhadap Peningkatan Saldo Piutang Pada PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang”.
4.4.3 Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitian Terdahulu
Sesuai dengan hasil pengujian dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa prosentase realisasi penagihan mempunyai hubungan yang negatif atau berlawanan dengan saldo piutang dagang perusahaan sedangkan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang mempunyai hubungan yang positif atau searah dengan saldo piutang dagang perusahaan. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu :
1) Setyaningsih (2004)
Obyek dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2004) adalah PT. Varia Usaha Gresik. Variabel yang digunakan adalah kerugian piutang (Y), struktur organisasi (X1), sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
(X2), praktek yang sehat (X3), dan karyawan yang cakap (X4). Metode
51
masing-masing fungsi yang ada, pemberlakuan otorisasi dari pihak yang berwenang, serta telah melakukan prosedur pencatatan yang sesuai dan didukung oleh dokumen yang lengkap, melakukan pengawasan secara periodik serta telah melakukan penyeleksian karyawan sesuai dengan job serta sesuai dengan pendidikan dari calon karyawan.
2) Asri (2004)
Obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Asri (2004) adalah PT. Edumedia Di Surabaya. Variabel yang digunakan adalah efektivitas penagihan piutang (Y), sistem wewenang dan prosedur pencatatan (X1), dan karyawan yang kompeten (X2). Metode analisis yang
digunakan adalah Metode Regresi Linier Berganda. Kesimpulan : bahwa terdapat pengaruh antara pengendalian intern (sistem wewenang dan prosedur pencatatan, karyawan yang kompeten) atas piutang usaha terhadap efektivitas. Dan berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel sistem wewenang dan prosedur pencatatan mempunyai pengaruh yang lebih dominan terhadap efektivitas penagihan piutang.
3) Hermanto (2003)
Obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2003) adalah PT. Saribumi Sriguna Putra Palembang. Variabel yang digunakan adalah saldo piutang (Y), efektivitas penagihan piutang (X1),
dan penjualan kredit (X2). Metode analisis yang digunakan adalah Metode
yang berarti bahwa efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang. Sehingga hipotesis pertama “efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang” menerima H1. (2) Untuk pengujian secara parsial, didapatkan dari nilai t hitung untuk kedua variabel lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak. Sehingga hipotesis kedua“ efektivitas penagihan piutang, penjualan kredit secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan piutang” menerima H1.
4) Elly Anggraeni (2008)
Obyek yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Elly Anggraeni (2008) adalah PT. Srikandi Plastik Sidoarjo. Variabel yang digunakan adalah saldo piutang dagang (Y), prosentase realisasi penagihan (X1), dan frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2). Metode
analisis yang digunakan adalah Korelasi Rank Spearman. Kesimpulan: bahwa besarnya hubungan antara variabel prosentase realisasi penagihan (X1) dengan saldo piutang dagang sebesar –0.744 berarti bahwa variabel
prosentase realisasi penagihan memiliki hubungan negatif yang kuat dengan saldo piutang dagang. Hubungan antara variabel frekuensi kesalahan pemberian kredit ulang (X2) dengan saldo piutang dagang