• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

3. Korelasi Variabel X

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel (X) dengan variable (Y), peneliti menggunakan Korelasi Bivariat Non Parametrik Pearson. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan analisis korelasi dari korelasi Pearson, dimana peneliti berusaha mencari hubungan satu variabel dengan variabel lain dengan cara menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Dengan analisis korelasi ini peneliti dapat menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan) dan dapat melihat babeberapa variabel secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mempengaruhi variabel lain.

Tingkat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti akan ditunjukkan oleh koefisien korelasi, yaitu suatu alat statistika yang digunakan untuk membantu penelitian dalam memahami tingkat hubungan tersebut.

Tabel 3.10. Pedoman Untuk Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 - 0.199 Sangat Rendah 0.20 - 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 0100 Sangat Kuat Sumber: Riduan (2004:214)

Dengan selesainya perhitungan dengan menggunakan analisis statistik tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengaruh variabel X terhadap Y.

Tabel 3.11 Korelasi antara Media Massa terhadap Rasionalitas Pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 lalu

Correlations

Media Massa

Rasionalitas Pemilih dalam Pilgubsu 2013

Media Massa Pearson Correlation 1 .675*

Sig. (2-tailed) .07 N 200 200 Rasionalitas Pemilih dalam Pilgubsu 2013 Pearson Correlation .675* 1 Sig. (2-tailed) .07 N 200 200

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi di atas, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.12. Hubungan antar Variabel Penelitian Berdasarkan Korelasi Bivariat Non Parametik Pearson

No Hubungan antar variabel Nilai r hitung Interpretasi hubungan

1 Tingkat Media Massa Rasionalitas Pemilih Pada Pilgubsu tahun 2013

(X-Y)

0,675 Kuat

Analisis ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. apakah ada hubungan antara antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y) Dengan mempergunakan analisis korelasi bivariat non parametrik

Pearson , koefisien korelasi antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam

Pilgubsu tahun 2013 (Y) diperoleh angka sebesar 0,675 ; angka ini menunjukkan adanya korelasi dengan tingkat hubungan kuat.

Untuk dapat mengetahui apakah angka korelasi tersebut signifikan atau tidak, dapat dilakukan hipotesis statistik sebagai berikut:

HO: ρ = 0, artinya terdapat pengaruh antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y)

H1:ρ≠ 0, artinya tidak ada pengaruh antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y)

Patokan pengambilan keputusan :

1. Jika Probabiitas atau signifikansi > 0.05, hubungan kedua variabel signifikan.

2. Jika probabilitas atau signifikansi < 0.05, hubungan kedua variabel tidak signifikan

Berdasarkan tabel korelasi pearson di atas, terlihat angka probabilitas atau signifikansi pengaruh antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y) adalah sebesar 0,07. angka probabilitas atau signifkansi 0,07 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.

Untuk menentukan keputusan uji hipotesis dapat dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:

HO: ρ = 0, artinya ada pengaruh yang berarti antara antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y)

H1:ρ ≠ 0, artinya tidak ada pengaruh yang berarti antara antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y)

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Jika Probabiitas atau signifikansi > 0.05, H0 diterima dan H1 ditolak. 2. Jika probabilitas atau signifikansi < 0.05, H0 ditolak dan H1 diterima

Angka probabilitas dari hasil perhitungan sebesar 0,07 > 0,05 Berarti dengan angka probabilitas sebesar 0,07, maka HO diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y).

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y), dilakukan penghitungan koefisien determinasi, dengan nilai R2 = 0,675 maka persentase kontribusi yang diperoleh adalah sebesar 67,5%, hal ini menunjukkan bawha variable antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y) sebesar 67.5 %, dan masih terdapat 32.5 % variasi dari variable dependen (Y) rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y) yang tidak dapat dijelaskan variable independen (X) Peran media massa, tetapi dapat dijelaskan oleh variable independen lain yang tidak teramati.

4, Korelasi Variabel X (Media Massa) mempengaruhi (pilihan dalam Pilgubsu 2013) Y

Tabel 3.13 Korelasi antara Media Massa terhadap pilihan pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 lalu Correlations Media Massa Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013 Media Massa Pearson

Correlation 1 .587

*

Sig. (2-tailed) .06

N 100 100

Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu

2013 Pearson Correlation .587 * 1 Sig. (2-tailed) .06 N 100 100

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi di atas, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.14. Hubungan antar Variabel Penelitian Berdasarkan Korelasi Bivariat Non Parametik Pearson

No Hubungan antar variabel Nilai r hitung Interpretasi hubungan

1 Tingkat Media Massa – Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013

(X-Y)

0,587 Sedang

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS

tahun 2013 (Y) Dengan mempergunakan analisis korelasi bivariat non parametrik

Pearson , koefisien korelasi antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam

Pilgubsu tahun 2013 (Y) diperoleh angka sebesar 0,587 ; angka ini menunjukkan adanya korelasi dengan tingkat hubungan sedang.

Untuk dapat mengetahui apakah angka korelasi tersebut signifikan atau tidak, dapat dilakukan hipotesis statistik sebagai berikut:

HO: ρ = 0, artinya terdapat pengaruh antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y)

H1:ρ≠ 0, artinya tidak ada pengaruh antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y)

Patokan pengambilan keputusan :

1. Jika Probabiitas atau signifikansi > 0.05, hubungan kedua variabel signifikan.

2. Jika probabilitas atau signifikansi < 0.05, hubungan kedua variabel tidak signifikan

Berdasarkan tabel korelasi pearson di atas, terlihat angka probabilitas atau signifikansi pengaruh antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Mempengaruhi Pilihan Responden dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y) adalah sebesar 0,06. angka probabilitas atau signifkansi 0,06 > 0,05, maka hubungan kedua variabel tersebut signifikan.

Untuk menentukan keputusan uji hipotesis dapat dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:

HO: ρ = 0, artinya ada pengaruh yang berarti antara media massa (X) terhadap Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013

H1:ρ≠ 0, artinya tidak ada pengaruh yang berarti antara media massa (X) terhadap Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

1. Jika Probabiitas atau signifikansi > 0.05, H0 diterima dan H1 ditolak. 2. Jika probabilitas atau signifikansi < 0.05, H0 ditolak dan H1 diterima

Angka probabilitas dari hasil perhitungan sebesar 0,06 > 0,05 Berarti dengan angka probabilitas sebesar 0,05, maka HO diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya adalah bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara antara media massa (X) terhadap Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi antara media massa (X) terhadap rasionalitas pemilih dalam Pilgubsu tahun 2013 (Y), dilakukan penghitungan koefisien determinasi, dengan nilai R2 = 0,587 maka persentase kontribusi yang diperoleh adalah sebesar 58,7%, hal ini menunjukkan bahwa variable antara media massa (X) terhadap Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013 sebesar 58.7 %, dan masih terdapat 41.3 % variasi dari variable independen (Y) Mempengaruhi Pilihan Pemilih dalam Pilgubsu 2013 yang tidak dapat dijelaskan variable independen (X) Peran media massa, tetapi dapat dijelaskan

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Tidak Menggunakan Hak Pilihnya Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013. 5.1. Status Sosial Ekonomi

Setidaknya ada tiga indikator yang biasa digunakan mengukur variabel status sosial ekonomi, yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat pekerjaan. Dengan pertimbangan agar dapat diukur, maka peneliti membuat kategori dengan penilaian yang tetap dan bukan penilaian menurut individual terhadap faktor pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dalam tingkatan seperti tinggi, sedang dan rendah.

Tabel 3.15. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Medan Johor

No. Pendidikan Jumlah Persentase

1. Tinggi 9 9%

2. Sedang 76 76%

3. Rendah 15 15%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Dari kuesioner yang disebarkan pada 100 orang responden Kecamatan Medan Johor, maka diperoleh data responden berdasarkan pendidikan terakhir, dapat dilihat pada tabel diatas. Secara umum responden yang diperoleh adalah masyarakat yang termasuk dalam kategori pendidikan sedang, yaitu setingkat SMA dan SMP. Sedangkan yang termasuk dalam kategori pendidikan tinggi ialah yang menempuh pendidikan terakhir sampai pada perguruan tinggi seperti Diploma dan Sarjana. Begitu juga dengan kategori pendidikan rendah ialah hanya tamatan SD, bahkan tidak sekolah ataupun tidak tamat SD.

Berdasarkan dari uraian diatas menjelaskan bahwa tingginya angka masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya lebih dekat dengan pendidikan kelas menengah ataupun sedang, yang cukup memperoleh informasi dengan baik, berwawasan politik, dan memungkinkan untuk kritis terhadap pemilihan walikota. Karena aspek pendidikan mampu membuat masyarakat memiliki pandangan yang luas dan menciptakan kemampuan lebih besar untuk mempelajari kehidupan politik serta sangat memungkinkan untuk menguasai aspek-aspek birokrasi, seperti pada saat pendaftaran maupun mempertahan hak sebagai pemilih. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar kepeduliaanya terhadap politik, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin kecil tingkat kepeduliannya terhadap masalah politik. Namun yang terjadi adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang lebih mendominasi dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dalam hal tidak menggunakan hak pilihnya, hal ini dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, masyarakat medan johor pada umumnya berpendidikan sedang yaitu setingkat SMA dan SMP sehingga mayoritas responden berpendidikan sedang. Kedua, masyarakat Medan Johor merupakan massa mengambang, sehingga mudah dimobilisasi khususnya mereka yang berpendidikan rendah, sedangkan responden yang berpendidikan sedang setidaknya tidak mudah dimobilisasi, karena mereka sudah memiliki pertimbangan rasional dalam menentukan pilihan politiknya, terlebih lagi bagi masyarakat yang berpendidikan tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi pada umumnya tidak menggunakan hak

pilihnya dipengaruhi oleh ketidakpercayaan pada pemerintah dan calon gubernur, demikian juga dengan masyarakat yang berpendidikan sedang lebih cenderung dipengaruhi oleh ketidakpercayaan terhadap calon gubernur, sedangkan masyarakat yang berpendidikan rendah lebih mementingkan urusan pekerjaan.

Tabel 3.16. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Medan Johor

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Pedagang 12 12%

2. PNS/Pensiunan 6 6%

3. Wiraswasta 51 51%

4. Ibu Rumah Tangga 24 24%

5. Mahasiswa 4 4%

6. Pengangguran 3 3%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden di Kecamatan Medan Johor mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta dan sebagian responden ada yang bekerja sebagai pedagang, PNS/Pensiunan, Ibu Rumah Tangga, Mahasiswa dan Pengangguran. Dalam hal ini peneliti membagi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan kedalam tiga kategori yaitu. Pertama, kategori tinggi yakni pekerjaan yang berkaitan langsung dengan pemerintah seperti, Pegawai Negeri Sipil dan pensiunan PNS. Kedua, kategori sedang yakni pekerjaan yang membutuhkan modal maupun skill serta mempunyai penghasilan, seperti wiraswasta dan pedagang. Ketiga, kategori rendah pekerjaan yang tidak membutuhkan modal maupun skill, tidak memiliki penghasilan serta tidak berkaitan langsung dengan pemerintah seperti, pengangguran, ibu rumah tangga

dan mahasiswa, dimana pada saat penelitian dilakukan responden tersebut pada umumnya dijumpai sedang berada dirumah pada saat jam kerja.

Bagi masyarakat di Kecamatan Medan Johor khususnya yang bekerja di sektor informal ataupun pekerjaan yang kurang mempunyai kaitan langsung dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, keterlibatan politik dalam pemilu justru dinilai oleh sebagian dari mereka kurang menguntungkan dan tidak ada keuntungan signifikan yang diperoleh masyarakat dalam keikutsertaan mereka dalam pemilihan. Sebab, jika datang ke TPS, maka mereka kehilangan pemasukan karena tidak bekerja. Apalagi, jika keterlibatan politik seperti mengikuti aktivitas kampanye, tetapi ada juga masyarakat yang mengikuti kampanye dengan harapan mendapat bantuan berupa sembako, pakaian dan uang transportasi. Responden beranggapan bahwa pemilihan bukan sarana penting dalam memperbaiki kondisi kesejahteraan.

Dari seluruh responden hanya dua orang responden saja yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sedangkan masyarakat kelurahan Pekan Labuhan da sekitar 22.146 orang PNS. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tidak memilih tampaknya tidak memperoleh dukungan dari kalangan PNS. Rendahnya jumlah PNS yang tidak menggunakan hak pilihnya menunjukkan bahwa mereka masih antusias untuk mengikuti pemiliu dan menganggap bahwa kehadiran pemilih merupakan salah satu tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Dimana PNS merupakan sektor-sektor yang berkaitan langsung dengan kebijakan pemerintah, para PNS ini juga bertanggungjawab atas kinerja pemerintah.

Bagaimanapun penilaian buruk terhadap pemerintah, tidak menutup kemungkinan ditujukan juga kepada aparat pemerintah atau para pegawai negeri sipil.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang memiliki pekerjaan kategori tinggi pada umumnya tidak menggunakan hak pilihnya dipengaruhi oleh ketidakpercayaan pada pemerintah, sedangkan masyarakat yang memiliki pekerjaan kategori sedang lebih cenderung dipengaruhi oleh ketidakpercayaan pada calon gubernur, demikian juga dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan kategori rendah pada umumnya mereka berhalangan sehingga tidak bisa menggunakan hak pilih.

Tabel 3.17. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Kecamatan Medan Johor

No. Penghasilan Jumlah Persentase

1. Tinggi 7 7%

2. Sedang 60 60%

3. Rendah 33 33%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Pada tabel di atas dapat dilihat distribusi responden berdasarkan penghasilan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu antara lain. Pertama, kategori tinggi yaitu responden yang memiliki penghasilan diatas Rp4.000.000. Kedua, kategori sedang yaitu responden yang memiliki penghasilan diantara Rp 1.000.000 - Rp 4.000.000. Ketiga , kategori rendah yaitu responden yang memiliki penghasilan dibawah Rp 1.000.000.

Karakteristik responden di Kecamatan medan johor berdasarkan penghasilan, dimana responden mayoritas berpenghasilan berkisar Rp 1.000.000-Rp 4.000.000, diikuti oleh responden yang berpenghasilan lebih kecil dari 1.000.000-Rp

1.000.000, sisanya ialah masyarakat yang berpenghasilan lebih besar dari Rp 4.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua orang memiliki peluang yang sama untuk terlibat dalam partisipasi politik, dimana masyarakat yang memiliki penghasilan sedang ataupun rendah lebih dominan tidak memilih dibandingkan dengan masyarakat yang berpenghasilan tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang berpenghasilan tinggi dan sedang pada umumnya tidak menggunakan hak pilihnya dipengaruhi oleh ketidakpercayaan pada calon gubernur, sedangkan masyarakat yang berpenghasilan rendah cenderung dipengaruhi oleh ketidakpercayaan pada pemerintah

5.2. Faktor Sosiologis

Faktor sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial maupun pengelompokkan informal seperti keluarga dianggap memiliki peranan di dalam menentukan pilihan-pilihan politiknya

Tabel 3.18. Jawaban Responden Apakah Ada Pihak Keluarga Yang Mempengaruhi Untuk Tidak Mempergunakan Hak Pilih

No. Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. Ada 5 5%

2. Tidak Ada 95 95%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2012

Keluarga merupakan tempat dimana seseorang bertumbuh dan berkembang, sehinggga keluarga sangat memberikan pengaruh besar bagi seseorang untuk bertindak dan memberikan sikap pada semua gejala yang ada.

Keluarga memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendidikan maupun perkembangan sosiologis seseorang.

Tabel di atas menjelaskan bahwa sangat sedikit responden yang mendapat pengaruh oleh pihak keluarga dalam menentukan untuk menggunakan hak pilihnya, dalam hal ini pihak keluarga yang mempengaruhi ialah suami terhadap istrinya. Tetapi pada umumnya responden menyatakan bahwa tidak ada pihak keluarga yang mempengaruhinya untuk tidak menggunakan hak pilihnya, hal ini menjelaskan bahwa perilaku tidak memilih ditentukan oleh preferensi individual sekaligus membuktikan bahwa kehidupan keluarga di Kecamatan Medan Johor cukup bebas dalam menentukan sikap politiknya.

Pada umumnya, motivasi yang mendasari kegiatan politik seseorang sangat bervariasi termasuk dalam menentukan untuk tidak memilih. Motif ini bisa disengaja atau tidak sengaja, rasional atau emosional, diilhami psikologis atau sosial, diarahkan dari dalam diri sendiri atau dari luar dan dipikirkan atau tidak dipikirkaniii. Maka pihak keluarga dapat dikatakan hampir tidak memberikan pengaruh dalam hal tidak menggunakan hak pilih, melainkan lebih dipengaruhi oleh faktor psikologis yakni faktor kekuatan dari dalam individu sebagai faktor yang menentukan pilihan-pilihan politiknya.

5.3. Sistem Politik

Konsep sistem di sini tidak semata-mata dalam pengertian prosedur dan aturan main, tetapi lebih mengarah pada kebijakan pemerintah dan kinerjanya dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan tersebut.

Tabel 3.19. Jawaban Responden Apakah Percaya Pemerintah Dapat Membawa Perubahan Kearah Yang Lebih Baik

No. Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. Percaya 13 13%

2. Kurang Percaya 17 17%

3. Tidak Percaya 70 70%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian responden menyatakan percaya terhadap pemerintah dapat membawa perubahan yang lebih baik, artinya ialah bahwa mereka masih menaruh harapan kepada pemerintah sebagai agen pembawa perubahan tetapi yang terjadi adalah pemerintah belum dapat dipercaya sehingga mereka tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya, dan tidak tertutup kemungkinan mereka cukup puas dengan keadaan yang ada.

Pada umumnya responden merasa pesimis atau kurang percaya bahkan tidak percaya samasekali pemerintah dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik, pemerintah dianggap tidak mempunyai pengaruh, terutama pengaruh baik terhadap kehidupan seseorang, karena kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya, dan janji-janji politik yang belum terpenuhi oleh pemerintah kepada masyarakat, serta “track record” pemerintah yang sangat mengecewakan masyarakat, sehingga kekecewaan inilah yang dapat meningkatkan rasionalitas masyarakat dalam melihat realitas politik sekaligus

sebagai penyadaran politik bagi masyarakat yang dapat meningkatkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah dalam membawa perubahan yang lebih baik. Angka ini cukup tinggi dan menghawatirkan, karena dapat mengancam delegitimasi pemerintah kapan saja. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketidakpercayaan terhadap pemerintah mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya.

Tabel 3.20. Jawaban Responden Apakah Pemerintah Sudah Melakukan Sosialisasi Politik Kepada Masyarakat.

No. Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. Sudah 20 20%

2. Belum 66 66%

3. Tidak Tahu 14 14%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Sosialisasi politik merupakan proses mentransformasikan budaya politik, norma-norma, hak dan keawajiban dari generasi ke generasi berikutnya, dalam hal ini sosialisasi politik yang dilakukan dapat berupa informasi mengenai pemilihan gubernur SUMUT, diantaranya mengenai tata cara mencontreng, kapan pemilu diadakan dan siapa saja yang menjadi kandidat.

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian responden tidak mengetahui sosialisasi politik yang dilakukan oleh pemerintah, mereka beralasan ketidakpercayaan pada pasangan calon gubernur menyebabkan mereka tidak menggunakan hak pilihnya. Selain itu responden yang mengatakan pemerintah belum melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya lebih dipengaruhi oleh ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Hal ini berarti, bahwa sebagian masyarakat kurang mendapat informasi mengenai

pemilihan calon gubernur dan wakil gubernur, kurangnya sosialisasi politik bagi masyarakat dapat menjadi faktor yang mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya, sebab minimnya perolehan informasi mengenai pemilihan umum dapat mengesampingkan rasionalitas seseorang dalam menentukan pilihan politiknya.

Walaupun masyarakat mengetahui informasi mengenai pemilu, seperti yang dinyatakan oleh lebih dari separuh responden bahwa pemerintah sudah melakukan sosialisasi politik kepada masyarakat, tetapi mereka tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya dengan alasan tidak percaya pada pasangan calon gubernur. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat sangat apatis terhadap perilaku politiknya dan menarik diri dari dunia politik serta tidak mau tahu dengan kegiatan politik, maka dapat ditarik kesimpulan sosialisasi politik yang dilakukan pemerintah tidak mempengaruhi masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya.

5.4. Sistem Pemilihan Umum

Sikap tidak memilih juga berkaitan dengan persepsi dan evaluasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pemilihan umum.

Tabel 3.21. Jawaban Responden Apakah Pernah Mengikuti Kampanye Calon Gubernur Sumut tahun 2013

No. Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. Ya 14 14%

2. Tidak 86 86%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden mengatakan tidak pernah mengikuti kampanye yang dilakukan oleh calon gubernur. Hal ini berarti

rendahnya ketertarikan masyarakat untuk mengenal lebih dekat calon gubernur, Sebab ada anggapan dengan mengikuti kampanye maka aktivitas sehari-hari masyarakat akan terganggu, maka tidak heran jika jumlah masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya sangat besar, serta membuktikan bahwa para calon gubernur kurang berhasil dalam melakukan kampanye. Walaupun ada masyarakat yang mengikuti kampanye, mereka tidak secara khusus tertarik untuk mengenal lebih dekat dan mengetahui visi dan misi dari calon gubernur, artinya mengikuti kampanye tersebut dilakukan bukan semata-mata karena ingin memperoleh informasi mengenai calon gubernur dan secara tidak sadar mereka termasuk dalam hirarki partisipasi politik berupa partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi dan kampanye. Tetapi pada umumnya mereka mengikuti kampanye karena mengharapkan keuntungan materi, seperti uang transportasi, kaos, sembako dan lain sebagainya, hampir tidak ada dari mereka yang datang dengan sendirinya. Mengikuti kampanye atau tidak ternyata sama saja, dimana mereka tetap saja tidak menggunakan hak pilihnya yang lebih dipengaruhi oleh ketidakpercayaan pada calon gubernur.

Tabel 3.22. Jawaban Responden Apakah perlu mengikuti Pilgubsu Tahun 2013

No. Jawaban Responden Jumlah Persentase

1. Perlu 82 18%

2. Tidak Perlu 18 82%

Jumlah 100 100%

Sumber : Kuesioner 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mengatakan perlu untuk mengikuti pemilihan umum, dan sisanya mengatakan tidak perlu mengikuti pemilihan umum. Melihat perbandingan tersebut masyarakat pada

umumnya beranggapan bahwa masih perlu untuk mengikuti pemilu, Sebab pemilihan umum merupakan syarat dalam kehidupan demokrasi khususnya dalam menentukan pimpinan serta suatu harapan dan kepercayaan terhadap pemimpin yang terpilih melalui proses pemilihan umum yang demokratis dapat memperbaiki situasi dan keadaan politik, ekonomi, sosial budaya dan lainnya, jadi yang menjadi masalah bukan terletak pada pemilihan umum tetapi lebih cenderung pada ketidakpercayaan terhadap calon gubernur yang menjadi peserta pemilu.

Disamping itu, bagi responden yang mengatakan tidak perlu lagi untuk mengikuti pemilihan umum, mereka teralienasi dan termajinalkan dalam proses politik sehingga menarik diri atau menghindarkan diri untuk terlibat dalam proses pemilihan umum. Sebab ada anggapan bahwa siapapun calon gubernur tidak akan dapat membawa perubahan yang lebih baik yang dapat dirasakan langsung oleh

Dokumen terkait