• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. PENDAHULUAN

2.8. Kornea

Kornea adalah jaringan yang bersifat transparan dan avaskular, berfungsi membiaskan dan meneruskan cahaya kedalam bola mata serta melindungi bagian dalam bola mata dari lingkungan luar. Kornea memiliki diameter horizontal 11-12 mm dan vertikal 9-11 mm.10/24 Kornea mempunyai bentuk kurvatura yang prolate.25 Bentuk prolate dari kurvatura kornea akan mengakibatkan bagian sentralnya lebih steep dan kekuatan refraksi lebih besar daripada bagian perifer. Kekuatan refraksi bagian perifer lebih kecil daripada begian sentral mengakibatkan sinar

yang melalui kornea bagian perifer akan direfraksikan tidak sekuat sinar yang melalui bagian sentral kornea.26

Kornea merupakan modifikasi dari membran mukosa, dan juga modifikasi dari kulit25 Bagian depan kornea disusun oleh lima lapis epitel skuamosa nonkeratin yang menyerupai epidermis kulit yang telah mengalami modifikasi. Sel Langerhans terdapat di antara susunan epitel kornea. Lapisan terdalam sel epitel, lapisan basal, merupakan lapisan germinativum dan melekat kepada sel basal sekitarnya dan terletak di atas sel wing. Lapisan sel basal juga melekat ke membran basal melalui bantuan hemidesmosom.25

Pada membran basal terdapat tiga jenis molekul utama yaitu kolagen tipe IV, proteoglikan heparin sulfat dan protein non-kolagen (laminin, nidogen, dan osteonectin). Membran basal merupakan sawar (barrier) fisiologis penting antara epitel dan stroma kornea.25,26

Sel epitel terluar akan berdeskuamasi ke dalam lapisan air mata. Lapisan muko-protein pada air mata berfungsi untuk melekatkan lapisan air mata kepada mikrovili epitel.

2.9. Retina

Retina adalah jaringan paling kompleks dimata. Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optik, sebagai suatu reseptor kompleks dan sebagai suatu transducer yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu merubah rancangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut, sel ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Diretina perifer banyak fotoreaseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti ini adalah bahwa makula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama penglihatan perifer dan malam (skotopik).7

Gambar 3. Retina

Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat fatal. Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga, walaupun jarang dilaporkan. Retinoblastoma dapat tumbuh keluar (eksofitik) atau kedalam (endofitik). Retinoblastoma endofitik kemudian meluas kedalam korpus vitreum. Kedua jenis ini secara bertahap akhirnya mengisi mata dan meluas

melalui saraf optikus ke otak dan disepanjang saraf dan pembuluh-pembuluh emirasi di sklera ke jaringan orbita lainnya. Enukleasi adalah terapi pilihan untuk retinoblastoma besar. Mata dengan tumor yang berukuran lebih kecil pada anak dapat diterapi secara efektif dengan radioterapi

plaque atau external beam, krioterapi, atau fotokoagulasi. Kadang-kadang diperlukan kemoterapi untuk penanganan kasus rekuren, terutama untuk menyelamatkan mata kedua pada kasus bilateral apabila mata pertama telah dienukleasi, dan untuk penyakit metastatik. 7

Pada retina sering juga terjadi tumor, misalnya retinoblastoma yang terjadi pada anak.

Gambar 4. Retinoblastoma dan Gambaran CT Scan 2

Kasus retina blastoma banyak terjadi pada anak-anak dibawah 1 tahun. Gejala awal dari retinoblastoma adalah mata penderita seperti mata kucing, dan biasanya anak tersebut tidak

merasa sakit, juga orangtuanya tidak menyadarinya kalau retinoblastoma sudah menyerang anaknya, Gejala akan terlihat bila retinoblastoma ini sudah stadium lanjut. Maka perlunya memberikan informasi mengenai retinoblastoma ini ke masyarakat.

BAB 3

KERANGKA KONSEPSIONAL 3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif, dengan mengambil data sampel dari rekam medik kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2013

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan

3.3 Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh data penderita dengan diagnosis tumor orbita yang dilakukan operasi di kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan sejak 2011 sampai dengan 2013.

3.3.2 Sampel Penelitian

Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling, yaitu semua subjek yang di diagnosa tumor orbita yang memenuhi kriteria inklusi di rekam medik kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2013

3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

 Kriteria Inklusi: adalah semua pasien yang didiagnosa sebagai tumor orbita 2011 sampai 2013

 Kriteria Ekslusi: adalah data pasien di rekam medik yang tidak lengkap

3.5. Desain Penelitian

3.6. Identifikasi Variabel Variabel Independen Usia Jenis Kelamin Diagnosa Klinis Variabel Dependen

- Penatalaksanaan Operatif Tumor Orbita

Data sampel yang memenuhi kriteria inklusi diambil data mengenai nama, nomer rekam medik, usia, jenis kelamin, lama keluhan, tanggal pertama dan terakhir dating ( waktu follow-up). Komplikasi yang dicatat adalah metastase ketempat lain.

3.7. Definisi Operasional

1. Tumor orbita adalah pasien yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan ke bagian poliklinik Mata dengan keluhan tumor di mata.

2. Usia adalah usia pasien saat pertama kali datang berobat ke RSUP HAM Medan. 3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien tumor yang menjadi sampel pada

penelitian ini dan tercatat pada rekam medis dan dikategorikan menjadi pria atau wanita.

4. Penatalaksanaan operatif adalah pengobatan yang diberikan kepada penderita tumor orbita secara operatif.

3.8. Alur Penelitian Rekam Medis Tumor Orbita Lateralisasi Umur Jenis Kelamin 3.9. Analisis Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk menilai persentase tumor orbita berdasarkan umur, jenis kelamin, diagnosis klinis dan penatalaksanaan. Data yang diambil dari data Rekam Medik kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan. Data akan dilakukan uji statistik secara uji regresi.

Penatalaksanaan:

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case series

dimana pengambilan data dari data klinis dibagian rekam medik kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan. Data penelitian adalah seluruh kasus tumor orbita yang dilakukan operasi di kamar operasi RSUP H. Adama Malik sejak Januari 2011 samapai Desember 2013

4.1. Analisis Data Univariat

4.1,1. Penderita tumor orbita menurut kelompok umur yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Tabel 4.1.1. Penderita tumor orbita menurut kelompok umur tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Kelompok Umur (Tahun) f (%) 0-10 10 (14,6) 11-20 8 (11,8) 21-30 11 (16,2) 31-40 8 (11,8) 41-50 14 (20,6) 51-60 11 (16,2) 61-70 6(8,8) Total 68 (100)

Penderita tumor orbita yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 14 penderita (20,6%) disusul dengan kelompok umur 21-30 tahun dan kelompok umur 51-60 sebanyak 11 penderita (16,2%)

4.1.2. Penderita tumor orbita berdasarkan umur tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Tabel 4.1.2. Penderita tumor orbita berdasarkan range umur anak-anak dan dewasa

Umur (Tahun) f (%) 0- 18(26,5) 50(73,5) Jumlah (%) 68 (100)

Penderita tumor orbita yang tertinggi penderita terdapat pada kelompok umur tahun sebanyak 50 penderita (873,5%) dan terendah pada kelompok umur 0- tahun sebanyak 18 penderita (26,5%).

4.1.3. Penderita tumor orbita berdasarkan jenis kelamin tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Tabel 4.1.3. Penderita tumor orbita berdasarkan jenis kelamin yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Jenis Kelamin f (%)

Laki-laki 36 (53)

Perempuan 32 (47)

Jumlah (%) 68 (100)

Jenis kelamin terbanyak penderita tumor orbita adalah laki-laki sebanyak 36 penderita (53%) diikuti perempuan sebanyak 32 penderita (47%).

4.1.4. Lateralisasi penderita tumor mata yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Tabel 4.1.4. Penderita tumor orbita berdasarkan leteralisasi yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik 2011-2013 Lateralisasi f (%) Kanan (OD) 31 (45,6) Kiri (OS) 37 (54,4) Jumlah (%) 68 (100)

Lateralisasi dari penderita tumor orbita yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik adalah mata kiri yang paling banyak 37 penderita (54,4%), kemudian mata kanan 31 penderita (45,4%).

4.2. Analisis Data Bivariat

Tabel 4.2.1. Penderita tumor orbita berdasarkan umur dan jenis kelamin yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013

Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan f(%) f(%) Total p-value 0-10 11-21 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 4(11,1) 6(18,8) 7(19,4) 1(3,1) 5(13,9) 6(18,8) 5(13,9) 3(9,4) 5(13,9) 8(25,0) 5(13,9) 6(18,8) 5(13,9) 2(6,3) 10(14,7) 8(11,8) 11(16,2) 8(11,8) 13(19,1) 11(16,2) 7(10,3) 0,290 Total 36(52,9) 32(47,1) 68(100)

Pada tabel diatas terlihat persentase yang paling banyak penderita tumor orbita pada kelompok umur 41-50 tahun dengan jenis kelamin perempuan, diikutin pada kelompok umur 0-10 tahun perempuan, umur 11-20 tahun laki-laki, umur 21-30 tahun perempuan, dan kelompok umur 51-60 tahun perempua. Setelah di uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara umur penderita tumor orbita dengan jenis kelamin dimana p-value 0,290. (lampiran crosstabs)

Tabel 4.2.2. Penderita tumor orbita berdasarkan range umur anak-anak, dan dewasa yang dihubungkan dengan jenis kelamin yang tercatat di kamar operasi RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013 Kelompok Umur Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan f (%) f (%) 0 - 6 (33,3) 12 (66,6) 18(26,5) - 25 (50) 25 (50) 50 (73,5) Total 31 37 68 (100)

Pada tabel 4.2.2 terlihat penderita tumor orbita lebih banyak pada usia diatas 19 tahun (73,5%) dibandingkan dengan usia < 19 tahun., tetapi dilihat dari jenis kelamin antar laki-laki dengan perempuan jumlahnya sama banyak.

Tabel 4.2.3 Jenis operasi yang dilakukan pada masing-masing pasien yang dihubungkan dengan faktor umur

Jenis Operasi Umur

0- >19-70

Total (%) Rekonstruksi palpebra

Rekonstruksi palpebra + ekstraksi tumor Rekonstruksi palpebra + eviserasi

Rekonstruksi palpebra + semi eksenterasi Rekonstruksi palpebra + enukleasi

Rekonstruksi socket

Rekonstruksi socket + ektraksi tumor Eviserasi Enukleasi 1 21 5 13 - 1 2 3 1 - 4 2 1 1 1 3 1 1 22 (32,4) 18(26,5) 1(1,5) 5(7,4) 1(1,5) 6(8,8) 2(2,9) 4(5,9) 2(2,9) Eksenterasi Ektraksi tumor - 1 - 3 1(1,5) 3(4,4) Ektraksi tumor + eksentersi Biopsi Rekonstruksi socket + Eviserasi - 1 1 - 1 - 1(1,5) 1(1,5) 1(1,5) Jumlah (%) 68(100)

Pada tabel 4.2.3 terlihat jenis operasi yang paling banyak dilakukan pada pasien tumor orbita adalah rekonstruksi palpebra (32,4%), kemudian diikutin dengan rekonstruksi palpebra dan ektraksi/pengangkatan tumor orbita (26,5%) baik pada usia anak-anak 0-19 tahun maupun pada usia dewasa >19-70 tahun.

BAB 5 DISKUSI

Penelitian ini bertujuan untuk melihat prevalensi pasien tumor orbita yang berobat ke RSUP H. Adam Malik Medan dengan jangka waktu 2011-2013. Data-data pasien diperoleh dari rekam medik yang ada di kamar operasi RSUP H. Adam Malik yang dilakukan operasi oleh dokter spesialis bedah mata.

Enam puluh delapan subjek dapat dikumpulkan dan dilakukan operasi pengangkatan tumor orbita. Seluruh sampel ini tidak ada yang dikeluarkan dari penelitian karena data-data yang di perlukan untuk penelitian ini sudah lengkap tercatat direkam medic kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan.

Pada penelitian ini, sunjek (tabel 1) dibagi dalam 7 kelompok berdasarkan usia 0-10 tahnun, 11-20 tahun, 21-30 taahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, dan 61-70 tahun. Berdasarkan penelitian Dermichi H, Shield CL dan kawan-kawan pada penelitiannya di temukan paling banyak penderita tumor orbita di usia tahun (63%) dari jumlah sampel 950 pasien. Namun, tidak ada di jelaskan pada penelitian mengapa jumlah penderita tumor orbita meningkat pada usia lanjut. Kemungkinan disebabkan makin bertambahnya usia pada seseorang maka secara signifikan menurunkan daya tahan tubuh orang tersebut, apabila ada pertumbuhan sel-sel dalam tubuh seseorang maka pertumbuhannya tidak terkontrol yang disebabkan daya tahan tubuh yang semakin menurun37

Pada penelitian Bonan Volanta G, Strianese D, Grassi P dan kawan-kawan yang dilakukan di Itali terlihat bahwa jumlah tumor orbita meningkat pada usia >60 tahun dibandingkan dengan usia < 60 tahun38

Proporsi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan (tabel 2) terdapat perbedaan jumlah penderita tumor orbita, dimana laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Perbedaan jumlah penderita tumor orbita ini tidak berbeda secara bermakna. Sampai saat ini belum ada penelitian yang melaporkan mengenai perbedaan jumlah penderita tumor orbita antara laki-laki dengan perempuan.

Pada tabel yang menjelaskan lateralisasi dari penderita tumor orbita dimana mata kiri lebih banyak dari mata kanan. Belum ada penelitian yang memberikan informasi mengenai proporsi lateralisasi penderita tumor orbita, dan mengapa lebih banyak mata kiri daripada mata kanan. Mengenai dari pemilihan jenis tindakan operasi yang dilakukan pada penderita tumor orbita paling banyak adalah rekonstruksi palpebra (30,8%), dan diikuti dengan rekonstruksi palpebra dengan ektraksi tumor (29,4%). Sampai saat ini belum ada studi yang menjelaskan mengapa jenis operasi yang dilakukan pada penderita tumor orbita itu adalah rekonstruksi palpebra. Ini kemungkinan karena mempertimbangkan dari segi kosmetik. Sedangkan jenis operasi dengan ekstraksi tumor karena tujuan dari operasi yang dilakukan adalah untuk menghilangkan tumor tersebut.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pada penelitian ini terlihat penderita tumor orbita yang paling banyak pada umur 41-50 tahun, dan pada jenis kelamin dimana laki-laki lebih banyak jumlah penderita tumor orbita dibandingkan perempuan.

2. Pada penderita tumor orbita berdasarkan umur dan jenis kelamin terlihat jumlah penderita tumor orbita pada usia 19 - 70 tahun yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki sama banyak

3. Pada uji statistik dengan sistem regresi pada tabel karakteristik tumor orbita berdasarkan umur dan jenis kelamin maka terlihat tidak ada hubungan antara meningginya umur dengan jenis kelamin, terlihat dari p-value 0,290.

4. Pada tabel 4.2.3 mengenai jenis operasi yang dilakukaan pada penderita tumor orbita yang dihubungkan dengan faktor usia terlihat paling banyak adalah rekonstruksi palpebra pada usia >19-70 tahun 21 orang. Ini akibat kemungkinan dilihat dari segi kosmetiknya. Tindakan eksisi pada palpebra, harus diikutin dengan rekonstruksi yang memadai sehingga fungsi palpebra kembali sebagai organ yang dapat memproteksi bola mata

6.2. Saran

Pada pencatatan data-data dikamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan seharusnya dicatat/dicantumkan juga data-data jenis pekerjaan pasien masing-masing, lamanya mulai adanya kelainan mata.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. American Academy of Ophthalmology: Epidemiology of cataracts. In: American Academy of Ophthalmology, editor. Basic and clincal science course: Ophtalmic Pathology and Intra Ocular Tumors. Section 4. San Francisco: American Academy Of Ophthalmology 2009-2010. p.207-15.

2. American Academy of Ophthalmology; Orbital Neoplasma. In: Orbit, Eyelids, and lacrimal system. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2008. p. 81-8 3. Smolders MH, Grniewski-Wijnands, Meinders AE, Fogteloo AJ, Pijl H, Keizer RJWD,

Exofthalmos in Obesity. Ophthalmic Res. 2004;36:78-81.

4. Chan W, Madge SN, Senaratne T, Senanayake S, Edusuriya K, Selva D, et al. Exophthalmometric values and their biometriccorrelates: the kandy eye study. Clinical and Experimental Ophthalmology, 2009; 37:496-502.

5. Demerci H, Shields CL, Karatza EC, Shield JA. Orbital limphoproliferative tumors: analysis of clinical features and systemic involvement 160 cases. Ophthalmology. 2008 Sep; 115(9): 1626-31

6. Yan J, Wu Z, Li Y. The diferentiation of idiopathic inflamatory pesudotumor from Lymphoid tumors of orbit: analysis of 319 caes. Orbit. 2004 Dec; 23(4):245.

7. Char DH. Orbital lymphoid lesions and orbital tumor. In: Tumor of the eye and ocular adnexa. Ontairo: BC Decker; 2001.p.438.

8. Ghozi MT, Eksofthalmometri penduduk daerah Istimewa Jogyakarta. Berkal Ilmu Kedokteran. 1984;16:29-35

9. Fledelius HS, Stubgaard M. Changes in eye position during growth and adult life. Acta Ophthalmologica. 1986;64:481-6

10. Shields JA, Shields CL, Scartozzi R. Survey of 1264 patients with orbital tumors and simulating lessions: The 2002 Montgomery Lecture, part 1. Ophthalmology. 2004 May; 111(5): 997-1008.

11. Harris GJ. Idiopathic orbital inflamation: a pathogenetic construct and treatmant strategy: The 2005 ASOPRS Foundation Lecture. Ophthal Plast Reconstr Surg. 2006 Mar-Apr; 22(2):79-86.

12. Ahn Yuen SJ. Idiopathic orbital inflamation: distribution, clinical features, and treatment outcome. Arch Ophthalmol. 2003 Mar;11(1):3-15.

13. Esmaeli B, Faustina M. Orbital lymphoma. In: orbital tumor: diagnosis and management. China: Springerlink; 2005.p.137.

14. Garrity JA, Henderson JW, Camron JD. Hematopoeitic tumors. In: Henderson' s orbital tumors. Minnesota: Lippincont Williams & Wilkins;2007.p.245-7

15. Sodhi PK, Gupta VP, Pandey RM. Exophthalmometricvalues in a normal Indian population. Orbit.2001;20(1):1-9

16. Ohtsuka K, Hashimoto M, Suzuki Y. High insidence of orbital malignant lymphoma in Japanese patients. Am J Ophthalmol. 2004 Nov; 138(5).p.881-2

17. SJO LD. Ophthalmic lymphoma epidemiology and pathogenesis Acta Ophthalmol. 2009: Thesis I:P.1-20

18. Kuppers R. Mechanisms of B-cell lymphoma pathogenesis. Nat Rev Cancer 2005 Apr;5(4):p.251-62.

19. Decaudin D, de Cremoux P, Vincent-Salomon A, Dendale R, Rouic LL. Ocular adnexal lymphoma: a review of clinicopathologic features and treatment options. Blood. 2006 Sep I; 108(5):1451-60.

20. Jacobiec FA, Kowles DM. An overview of ocular adnexal lymphoid tumors. Trnas Am Ophthalmol Soc.1989;87:p.420-44.

21. Kashkaoli MB, Nojomi M, Parvaresh MM, Sanjari MS, Moderred M, Noorani MM. Normal values of Hertel Hexofthalmometry in Iran children, teenagers, and adults from Tehran, Iran. Optometry and Vision Science. 2008:85:1012-7

22. Quant JR, Woo GC. Normal values fo eye position and head size in Chinese children from Hongkong. Optometry and Vision Science. 1992;69(2):152-8

23. Guirao A, Gonzalez C, Redondo M, Geraghty E, Norrby S, Artal P. Average optical performance of the human eye as a function of age in a normal population Invest Ophthalmol Vis Sci. 1999;40:197-202.

24. Artal P, Ferro M, Miranda I, Navarro R. Effects of aging in retinal image quality J Opt Soc Am A. 1993;10:1656-62.

25. Beden U, OzarslanY, Ozturk HE, Sonmez B, Erkan D, Oge I. Exopthalmometry values of Turkish adult population and the effet of age, sex, refractive status and Hertel basevalues on Hertel reading. Eur. J. Ophthalmol. 2008;18(2):165-71

26. OpthalmologY AAO.Orbit, eyelidsand Lacrimal System. Ophthalmology AAO, editor. San Fransisco: LEO;2006-2007

27. Ganessan K, Bakhsi S. Proptosis in children: Approach. Indian journal nof medical and pediatric oncology. 2004; 25(2):33-4

28. Shindu K, Downie J, Ghabrial R, Martin F. Aetology of chilhood proptosis. J Paediatr Child Health. 1998 Aug;34(4):374-6

29. Weaver AA, Loftis KL, Tan JC, Duma SM, Stitzel JD. CT based three-dimensional measurment of orbit and eye anthropometry. Investigative Ophthalmology and Visual Science.2010;51(10):1892-7

30. Cole HP, Couvillion JT, Fink AJU, Haik BG, Kastl PR. Exopthalmometry: A comparative study of Naugle in Hertel Instrument. Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery. 1997;13(3):189-94.

31. Hertel E. A simple exophthalmometer. Strabismus.2008;16:89-91.

32. Keye SB, Green JR, Luck J. Lowe KJ. Depedence of ocular protrusion, asymetry of protrusion and lateral interorbital withd on age. Acta Ophthalmologica. 1992;70:762-85. 33. Tsai C, Kau HC, Kao SC, Hsu WM. Exopthalmos of patients with Grave's disease in

Chinese of Taiwan. 2006;20:569-73.

34. Peyster RG, Ginsberg F, Silber JH, Adler LP. Exopthalmos caused by excessive fat: CT volumetric analysis and differential diagnosis. American Journal of Roentgenology.1986;3:459-64.

35. Ophthalmology AAO. Basic Clinical Science Course. Clinical Optics. Ophthalmology AAO, editor. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology2006-2007.

36. Nora RLD, Sitorus L, Simangunsong L, Syarif D, Barliana JD, Riono P. Hubungan parameter antropometri dengan miopia dan komponen biometri okular pada anak-anakusia 6-15 tahun di Jakarta Timur. Jakarta: University of Indonesia; 2008.

37. Demirci H, Shield CL , Shield JA, Honavar SG, Mercado GJ, Tovilla JC. Orbital tumors in the older adult population. Ophthalmology.2002;243-8.

38. Bonavolantar G, Strianese D, Grassi P, Comune C, Tranva F et all. Journal Ophthalmology Reconstruction Surgery;2013:29(2):79-86

Lampiran 1. Dummy Tabel

Tabel 1: Proporsi penderita tumor orbita menurut kelompok umur di RSUP H. Adam Malik 2011-2013 KELOMPOK UMUR (Tahun) F (%) 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 Jumlah

Tabel 2.Proporsi penderita tumor orbita range umur anak-anak dan dewasa

Umur (tahun) f(%)

0 - ≤19

>19 - <70 Jumlah (%)

Tabel 3: Proporsi jenis kelamin penderita tumor orbita di RSUP H. Adam Malik 2011-2013

JENIS KELAMIN F

(%) Laki-laki

Perempuan Jumlah (%)

Tabel 4: Proporsi lateralisasi penderita tumor mata di RSUP H. Adam Malik 2011-2013

LATERALISASI F

(%) OD

OS Jumlah (%)

Tabel 5: Proporsi penderita tumor orbita berdasarkan umur dan jenis kelamin tercatat pada rekam medik kamar operasi RSUP H. Adam Malik 2011-2013

KELOMPOK UMUR JENIS KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN f (%) f (%) TOTAL p-value 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 TOTAL

Tabel 6. Proporsi tumor orbita berdasarkan range umur anak-anak dan dewasa yang dihubungkan dengan jenis kelamin

Kelompok Umur Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan f (%) f (%) 0 - - Total

Tabel 7. Jenis operasi yang dilakukan pada pasien tumor orbita yang di hubungkan dengan faktor usia

Jenis Operasi Umur

0- >19-70

Total (%) Rekonstruksi palpebra

Rekonstruksi palpebra + ekstraksi tumor Rekonstruksi palpebra + eviserasi

Rekonstruksi palpebra + semi eksenterasi Rekonstruksi palpebra + enukleasi

Rekonstruksi socket

Rekonstruksi socket + ektraksi tumor Eviserasi Enukleasi Eksenterasi Ektraksi tumor

Ektraksi tumor + eksentersi Biopsi Rekonstruksi socket + Eviserasi Jumlah (%)

LAMPIRAN 2

LEMBARAN PENJELASAN PADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth

Bapak/Ibu/Saudara/i. Di Tempat

Nama saya dr. Selly Azmeila, SpM, saat ini saya sedang menjalanin program pendidikan magister klinik di Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera Utara.

Saya sedang meneliti tentang Pasien Tumor Orbita pada Kamar Operasi RSUP HAM periode 2011-2013.

Adapun tujuan umum penelitian ini, untuk mengetahui karakteristik penderita tumor orbita di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Desember 2013. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dan tindakan pada tumor orbita pada pasien RSUP HAM sehingga dapat memberikan sumbangan data epidemiologi bagi angka kebutaan di Sumatera Utara.

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran usia, jenis kelamin, diagnosis klinis dan penatalaksanaan penderita tumor orbita di RSUP H. Adam Malik dan sebagai bahan pengembangan keilmuan maupun penelitian selanjutnya di bidang Ilmu Kesehatan Mata.

Pada penelitian ini, saya akan mengambil data-data pasien dari buku laporan di kamar operasi bagian mata RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2011- Desember 2013.

Penelitian ini sama sekali tidak melibatkan pasien maupun keluarga pasien karena data-data pasien dicatat dari rekam medis di kamar operasi RSUP H. Adam Malik Medan.

Terima Kasih.

Medan, Hormat saya

Lampiran 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

RIWAYAT PRIBADI

1. Nama : dr. Selly Azmeila, SpM 2. Tempat/tgl lahir : Medan/ 23 Agustus 1969 3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam 5. Status : Kawin

6. Alamat : Perumahan Royal Sumatera, Cluster Diamond P04 NO 29 Jalan Jamin Ginting, Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. S1 (Univ/Thn) : Fakultas Kedokteran USU (1995) 2. Sp1(Univ/Thn) : Fakultas Kedokteran UI (2010)

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Dokter PTT: - Puskesmas Deli Tua Medan 1996-1998 - Puskesmas Remu Sorong- Papua 1999-2002 2. Dokter PNS: Puskesmas Tanjung Kaswari – Papua 2002-2005

KARYA ILMIAH/PUBLIKASIH

1. INTERNAL LIMITING MEMBRANE DRY IN MACULAR HOLE SURGERY

2. DIAMETER FOTOPIK DAN MESOPIK PUPIL PADA PASIEN KATARAK

Dokumen terkait