• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERDASARKAN OBSERVASI LAP

B. Air Kotor

Air kotor yang dihasilkan sebagai bahan ikutan aktifitas masyarakat tidak dapat dihindari keberadaannya, jenis air kotor yang dihasilkan yaitu air kotor rumah tangga (mandi dan cuci), dan sumber-sumber lainnya. Pengelolaan air kotor disalurkan melalui saluran-saluran yang ada, baik yang ada disetiap lingkungan perumahan/permukiman dan pinggiran jalan dan berakhir disetiap sungai yang ada.

Tabel 7. 12

Analisis Timbulan Air Limbah Di Kabupaten Indramayu Sampai tahun 2014

No Kecamatan

Penduduk Kebutuhan Air Bersih Penduduk

Terlayani Tahun 2014 TALD (Liter/Detik) Tahun 2014 Tahun 2009 Tahun 2014 Domestik Non-Domestik 1 Haurgeulis 93.104 97.225 112,5292 22,51 77.780,18 78,77 2 Gantar 66.683 69.635 80,596018 16,12 55.707,97 56,42 3 Kroya 63.825 66.650 77,141622 15,43 53.320,29 54,00 4 Gabuswetan 58.989 61.600 71,296572 14,26 49.280,19 49,91 5 Cikedung 39.758 41.518 48,052876 9,61 33.214,15 33,64 6 Terisi 53.473 55.840 64,630043 12,93 44.672,29 45,24 7 Lelea 49.837 52.043 60,23488 12,05 41.634,35 42,16 8 Bangodua 28.321 29.575 34,230373 6,85 23.660,03 23,96 9 Tukdana 54.505 56.918 65,87702 13,18 45.534,20 46,11 10 Widasari 35.971 37.563 43,475709 8,70 30.050,41 30,43 11 Kertasemaya 60.517 63.196 73,143672 14,63 50.556,91 51,20 12 Sukagumiwang 35.044 36.595 42,355398 8,47 29.276,05 29,65 13 Krangkeng 67.889 70.894 82,053284 16,41 56.715,23 57,44 14 Karangampel 64.981 67.857 78,53863 15,71 54.285,90 54,98 15 Kedokanbunder 44.925 46.913 54,297598 10,86 37.530,50 38,01 16 Juntinyuat 84.633 88.379 102,29022 20,46 70.703,00 71,60 17 Sliyeg 60.301 62.970 72,881733 14,58 50.375,85 51,02 18 Jatibarang 72.055 75.244 87,087922 17,42 60.195,17 60,96 19 Balongan 40.665 42.465 49,149823 9,83 33.972,36 34,40 20 Indramayu 104.002 108.606 125,70116 25,14 86.884,64 87,99

No Kecamatan

Penduduk Kebutuhan Air Bersih Penduduk

Terlayani Tahun 2014 TALD (Liter/Detik) Tahun 2014 Tahun 2009 Tahun 2014 Domestik Non-Domestik 21 Sindang 51.050 53.309 61,700754 12,34 42.647,56 43,19 22 Cantigi 24.248 25.322 29,307643 5,86 20.257,44 20,52 23 Pasekan 23.656 24.703 28,591923 5,72 19.762,74 20,01 24 Lohbener 55.715 58.181 67,339204 13,47 46.544,86 47,14 25 Arahan 34.120 35.630 41,238776 8,25 28.504,24 28,87 26 Losarang 57.949 60.514 70,039758 14,01 48.411,48 49,03 27 Kandanghaur 86.809 90.651 104,92067 20,98 72.521,17 73,44 28 Bongas 46.478 48.536 56,175442 11,24 38.828,47 39,32 29 Anjatan 87.593 91.471 105,86882 21,17 73.176,53 74,11 30 Sukra 45.958 47.993 55,547035 11,11 38.394,11 38,88 31 Patrol 54.755 57.179 66,179541 13,24 45.743,30 46,33 TOTAL 1.747.813 1.825.177 2112,47 422,49 1460141,56 1478,73

Sumber : Hasil Analisis

C. Listrik

Penyediaan tenaga lisrik untuk Kabupaten Indramayu dilakukan oleh PT. PLN (Persero) UPJ Indramayu melalui 3 (tiga) buah Gardu Induk sehingga dapat melayani kebutuhan listrik bagi seluruh masyarakat hingga ke desa-desa maupun untuk kebutuhan bagi berbagai sektor usaha dan jasa yang ada di Indramayu.

Pada Tahun 2007 di Indramayu tepatnya di Desa Sumberadem Kecamatan Sukra, telah direncanakan pembangunan PLTU dan sudah memasuki proses pembangunan (pengurugan lokasi).

Wacana kemandirian energi kini berkembang terlebih lagi setelah adanya isu krisis energi yang tidak hanya melanda Indonesia juga melanda dunia secara global. Isu mengenai kemandirian energi ini tak pelak menjadi perhatian di Jawa Barat termasuk Kabupaten Indramayu. Hal ini karena Jawa Barat terancam mengalami defisit cadangan energi untuk pembangkit tenaga listrik. Disamping itu tuntutan terhadap peningkatan rasio elektrifikasi di Jawa Barat yang selama ini dinilai masih rendah (Jabar Caang 2010

dalam investasi energi dan pembangunan pembangkit listrik. Untuk itulah program elektrifikasi wilayah Jawa Barat kemudian digulirkan dengan jargon Jabar Caang 2010. Prioritas dalam program elektrifikasi regional Jabar Caang 2010 dibagi kedalam dua tahapan yaitu program yang diharapkan dapat berjalan dari tahun 2007-2010 meliputi program elektrifikasi desa belum berlistrik dan program elektrifikasi enam belas kabupaten (dengan rasio elektrifikasi menjadi 60-75%). Dan program yang diharapkan berjalan pada 2010-2025 yaitu elektrifikasi enam belas kabupaten (dengan peningkatan elektrifikasi menjadi 95%).

Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam program elektrifiaksi wilayah Jawa Barat (Jabar Caang 2010).

Tabel 7.13

Elektrifikasi Desa per Kabupaten 2007-2025

Kabupaten SR/IR Rasio

Elektrifikasi Investasi SR/IR 100% Rasio Elektrifikasi Investasi Indramayu 1.210 52,14% 772.520.000 249.321 100% 948.121.598.809

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2007, Jabar Cabang 2010 Jeung Mandiri

D. Telekomunikasi

PT Telkom membagi wilayah jasa telekomunikasi telepon tetap di Jawa Barat menjadi dua divisi regional (divre), yaitu: Divre II Jakarta dan Divre III Jawa Barat.

Untuk wilayah Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam Divre III Jawa Barat yang melayani kebutuhan telekomunikasi masyarakat sebagian besar wilayah Jawa Barat. Divre III Jawa Barat mempunyai tujuh Kadantel dengan area pelayanan:

a. Kandatel Bandung: area pelayanan Bandung dan Sumedang

b. Kandatel Garut: area pelayanan Garut c. Kandatel Subang: area pelayanan Subang

d. Kandatel Cirebon: area pelayanan Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka

e. Kandatel Tasikmalaya: area pelayanan Tasikmalaya dan Ciamis f. Kandatel Cianjur: area pelayanan Cianjur

g. Kandatel Sukabumi: area pelayanan Sukabumi

yang terjadi memicu terjadinya reformasi terhadap regulasi di bidang telekomunikasi. Hingga pada Juli 1999, pemerintah mengeluarkan kerangka yang disebut “Blueprint of the Indonesian Government’s Policy on Telecomunications” mencakup: pengembangan sektor telekomunikasi, kompetisi usaha, meningkatkan transparansi regulasi, memperluas aliansi strategis dengan investor asing serta menciptakan peluang usaha kecil dan menengah. Selanjutnya pada Agustus 2002 monopoli layanan telekomunikasi lokal diakhiri disusul kemudian dengan diakhirinya monopoli layanan jarak jauh dan internasional satu tahun kemudian.

UU 36 Tahun 1999 membagi penyelenggaraan telekomunikasi dalam tiga kategori: 1. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi

2. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi 3. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus

Sedangkan klarifikasi jaringan telekomunikasi terdiri dari: 1. Penyelenggaraan jaringan tetap:

a. Penyelenggaraan jaringan tetap lokal;

b. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh; c. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional; d. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup.

2. Penyelenggaraan jaringan bergerak:

a. Penyelenggaraan jaringan bergerak teresterial; b. Penyelenggaraan jaringan bergerak seluler; c. Penyelenggaraan jaringan bergerak satelit.

Penyelenggara telekomunikasi juga dibagi kedalam tiga kategori, yaitu: Penyelenggara

Jaringan Telekomunikasi, Penyelenggara Jasa Telekomunikasi, Penyelenggara

Telekomunikasi Khusus.

Fasilitas telekomunikasi selain dilayani oleh Telkom tentunya di era informasi yang semakin cepat ini berbagai provider selular telah memiliki pelanggan yang cukup banyak di Indramayu. Hal tersebut didukung dengan tersedianya berbagai sarana telekomunikasi yang ada baik dengan teknologi GSM maupun CDMA.

Hingga saat ini selain PT. Telkom telah hadir Telkomsel, Indosat, XL dan Esia dengan berbagai kelebihan yang dimiliki masing-masing. Sehingga dapat mendukung komunikasi bisnis bagi berbagai pelaku usaha yang ada di Kabupaten Indramayu.

Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar

Di Kabupaten Indramayu sektor Permukiman yang diprogramkan 5 (lima) tahun kedepan adalah dengan membangun komponen-komponen sebagai berikut :

1. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan

2. Program Lingkungan Permukiman Sehat Masyarakat Berpenghasilan Rendah

(MBR) dan Miskin

3. Pembangunan Sistem Drainase

4. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah

5. Pembangunan Rumah Khusus Nelayan

6. Master Plan, DED, Pelatihan Manajemen dan Supervisi.

Program pembangunan, optimalisasi dan rehabilitasi pada sektor permukiman adalah merupakan pekerjaan perbaikan/rehabilitasi yang dilakukan terhadap kawasan permukiman agar kawasan tersebut dapat berfungsi dengan optimal. Total investasi untuk progam 5 (lima) tahun tersebut membutuhkan biaya yang sumber dananya dianggarkan dari dana APBN dan APBD Kab/Kota. Secara keseluruhan pengalokasian dana untuk sektor Permukiman dapat dilihat dalam lampiran indikator program.

Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Usulan dan prioritas proyek pembangunan infrastruktur permukiman dilakukan dengan merinci masing-masing proyek yang diprogramkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara spesifik memperlihatkan :

a. Kelayakan Teknis

b. Kelayakan Ekonomi/Keuangan

c. Kelayakan Sosial

d. Kelayakan Lingkungan

Kerangka Dasar Pengembangan Permukiman

 Pembangunan Lingkungan Permukiman Berimbang

Bertujuan untuk mewujudkan suatu kawasan perumahan yang dapat menampung secara serasi berbagai kelompok masyarakat dengan komposisi perbandingan pengembangan 1 : 3 : 6, yaitu 1 unit hunian tipe kecil, 3 unit hunian tipe sedang dan 6 unit hunian tipe kecil.

UU No. 80/1999 tentang Kasiba/Lisiba yang merupakan turunan UU No. 41/1999

 Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penataan Lingkungan

Permukiman Kumuh (PPM-Squatters)

Yaitu untuk pengentasan kemiskinan yang menyentuh kawasan permukiman kumuh yang statusnya tidak berijin/ilegal.

 Subsidi Selisih Bunga

Memberikan kemudahan agar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dapat memiliki rumah.

7.2 Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan

7.2.1 Petunjuk Umum

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.

Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.

 Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapatkan perhatian.

 Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

2. Permasalahan dan Tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara

 Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan

 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien.

 Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan

 Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Indramayu

 Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang memiliki potensi wisata.

 Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.

 Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan lain-lain kurang diperhatikan.

4. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

 Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.

 Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran

masyarakat.

 Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.

5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.

 Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015,

200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas Kumuh.

Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggarisbawahi bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan

Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.

Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses Pemberdayaan Masyarakat sesuai siklus PNPM .

A. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan

1) Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien.

2) Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri.

3) Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.

4) Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan

arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

5) Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.

B. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan

1) Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan dan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah Negara.

2) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk

memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

3) Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan dan permukiman.

4) Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat.

5) Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota.

6) Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan dan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan / mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian Membangun (seni dan budaya).

9) Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan dan Gedung melalui kerja sama dengan pihak-pihak yang berkompeten.

C. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

 Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan.

 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung.

 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur.

 Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan

gedung.

 Pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.

 Pembinaan teknis pembangunan gedung negara.

 Penyusunan Rencana Induk Sistem Proyeksi Kebakaran (RISPK).

 Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan Gedung.

 Percontohan pendataan bangunan gedung.

 Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.  Rehabilitasi bangunan gedung dan Negara.

 Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan

Permukiman dan Bangunan (PIPPB)

2) Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

 Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

 Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan.

Landasan Hukum Penataan Bangunan dan Lingkungan

Landasan hukum yang mendasari Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan didasarkan pada:

1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUGB).

3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

6. Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi.

7. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Bangunan Gedung.

8. Peraturan Menteri No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pedoman

Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

9. Peraturan Menteri No. 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli

Bangunan Gedung.

10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

11. Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs

12. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No 2 Tahun 2001 tentang

Bangunan.

Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Dalam pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan, maka dilakukan prioritas pembangunan Nasional yang meliputi :

1. Penanggulangan Kemiskinan

2. Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pembangunan perdesaan

3. Mitigasi dan penanggulangan kebencanaan

4. Percepatan pembangunan infrastruktur 5. Pembangunan wilayah terisolir/terpencil

Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Indramayu

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Indramayu dalam penataan gedung dan lingkungan didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kabupaten Indramayu, yaitu untuk :

1. Terselenggaranya pola pemanfaatan ruang dan penataan pertanahan berwawasan lingkungan, berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

2. Pengembangan wilayah-wilayah prioritas.

3. Mengembangkan kawasan-kawasan yang dapat mengakomodasi

kepentingan sektor-sektor strategis dan perlu mendapat dukungan ruang.

4. Mengembangkan kawasan penunjang untuk tumbuh dan berkembangnya

sektor-sektor strategis. Sasaran yang hendak dicapai adalah :

1. Pemantapan kawasan lindung untuk meningkatkan fungsi lindung terhadap

tanah, air dan udara yang meliputi kawasan hutan lindung, zona resapan air, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk/situ dan kawasan sekitar mata air sebagai asset daerah.

2. Pengembangan kawasan budidaya yang selaras dan serasi dengan seluruh kegiatan pertanian, kehutanan, pariwisata, permukiman, pertambangan dan industri.

3. Pengembangan sistem perkotaan dan perdesaan

Strategi yang dilakukan dalam upaya penataan bangunan dan lingkungan berdasarkan kebijakan serta sasaran yang hendak dicapai salah satunya adalah dengan penataan pada kawasan perkotaan dan permukiman. Pengembanganya diarahkan pada tersedianya prasarana dan sarana kota. Kawasan perkotaan dikembangkan sebagai simpul yang mampu menggerakkan perekonomian daerah, menjadi pusat pelayanan, pemerintahan, pendidikan dan pusat kegiatan ekonomi.

7.2.2 Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Bangunan-bangunan gedung yang ada di Kabupaten Indramayu secara umum terletak menyebar secara linear. Perkembangan kegiatan perkotaan umumnya terjadi pada koridor jaringan jalan utama yang dilalui jalan negara dan jalan propinsi. Perkembangan kegiatan perkotaan yang terkonsentrasi, sebagian besar terdapat di Kecamatan

Indramayu yang merupakan PKW, dimana pada wilayah ini merupakan akumulasi kegiatan perkotaan skala regional.

Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kondisi bangunan gedung yang ada di Kabupaten Indramayu yang umumnya menyebar sepanjang jaringan jalan utama yang meliputi :

1. Bangunan Umum perdagangan dan jasa

2. Bangunan Bersejarah

3. Bangunan Fasilitas Rumah Sakit

4. Bangunan Kawasan Perumahan yang tersebar di seluruh Kabupaten Indramayu

5. Bangunan-bangunan yang baru akan direncanakan

6. Bangunan-bangunan yang mempunyai nilai ekonomi

Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Indramayu. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang yang semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.

Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Indramayu menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni.

Selain itu, faktor keselamatan gedung belum diperhtaikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi, dan faktor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab musibah kebakaran.

7.2.3 Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah belum tersusunnya dokumen perencanaan yang lebih detail dalam upaya pembahasan Penataan bangunan dan lingkungan yang ada. Selain itu, dukungan bantuan teknis dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan masih terbatas dokumen perencanaannya yang merupakan acuan implementasi dilapangan, seperti Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK), Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Bantuan Teknis

pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dll. Masyarakat serta pemerintah setempat pun masih memiliki pengetahuan yang terbatas dalam hal penataan bangunan dan lingkungan, terutama bagi keselataman bangunan gedung.

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Idramayu meliputi penataan kawasan kumuh dan revitalisasi kawasan.

Adapun permasalahan lain sebagai berikut :

1. Banyaknya bangunan gedung yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,

keamanan, kenyamanan dan kemudahan.

2. Masih terdapatnya permukiman kumuh yang memerlukan penataan yang lebih layak.

3. Belum terkendalinya pengendalian dan pemanfaatan ruang terbuka hujau.

4. Belum optimalnya penanganan kawasan yang berpotensi ekonomi seperti bangunan

bersejarah.

Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Sasaran dan tujuan dari penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Indramayu adalah sebagai berikut :

NO BIDANG SASARAN TUJUAN

1. PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PERDESAAN  Jalan setapak  jalan lingkungan  pemugaran rumah  Terwujudnya Peningkatan Derajat Kesehatan Lingkungan Permukiman 2. PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PERKOTAAN  Jalan setapak  Jalan lingkungan

 Pemugaran rumah dan

bangunan pemerintah  Terwujudnya peningkatan Derajat kesehatan Lingkungan Permukiman 3 BIDANG PEMADAMAN KEBAKARAN  Tersedianya pos pelayanan pemadam kebakaran di Indramayu

Dokumen terkait