RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
7.1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
7.1.1 PETUNJUK UMUM
Pengembangan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan pada hakekatnya
adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan perdesaan yang layak huni (livable),
aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Permukiman merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat
untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan
berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarana
dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau khususnya
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), proses penyelenggaraan lahan,
pengembangan ekonomi kota serta penciptaan sosial budaya di perkotaan.
Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi
masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola
dan struktur serta bahan material yang digunakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan permukiman diantaranya
adalah :
1. Peran Kabupaten dalam pengembangan wilayah;
2. Rencana Pembangunan Kabupaten;
3. Memperhatikan kondisi ilmiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti
struktur dan morfologi tanah, topografi dan sebagainya;
4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
5. Dalam proses penyusunan RPIJM harus memperhatikan Rencana Induk
(masterplan) Pengembangan Permukiman;
BAB
6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan investasi dan
Pengembangan Permukiman;
7. Keterpaduan Pengembangan Permukiman dengan sektor lainnya dilaksanakan
pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun
perencanaan teknik;
8. Memperhatikan peraturan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia;
9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektifitas dan efisiensi dalam Pengembangan
Perkotaan pada Kota bersangkutan;
10. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta;
11. Kelembagaan dalam penyelenggaraan Pengembangan Permukiman;
12. Investasi FS Air Minum dengan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal
pemulihan biaya;
13. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam pembangunan dan/atau pengelolaan
sarana dan prasarana dalam Pengembangan Permukiman, perlu dilakukan
identifikasi lebih lanjut;
14. Safeguard sosial dan lingkungan;
15. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung
analisis disertakan dalam bentuk lampiran.
Sub bidang pengembangan permukiman pada bidang Cipta Karya memiliki program dan
kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah perkotaan dan perdesaan. Tujuan
Pengembangan Permukiman adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana dasar
permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan
teratur.
3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah.
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman.
2. Tersedianya perumahan tipe Rumah Sederhana Sehat.
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah.
Program/kegiatan pembangunan permukiman dapat dibedakan menjadi :
1. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar bagi Kawasan Rumah Sederhana (RSH).
b. Penataan dan Peremajaan Kawasan.
c. Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa).
Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Indramayu belum dirasakan mendesak
karena kepadatan penduduknya yang masih tergolong rendah.
d. Peningkatan Kualitas Permukiman
2. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
a. Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D).
b. Pengembangan Kawasan Agropolitan.
c. Pengembangan Prasarana dan Sarana eks Transmigrasi.
d. Penyediaan Prasarana dan Sarana Di Pulau Kecil dan Terpencil.
e. Pengembangan Prasarana dan Sarana Kawasan Perbatasan.
f. Penyediaan Prasarana dan Sarana Dalam Rangka Penanganan Bencana.
Tidak semua program dapat diterapkan dalam Pengembangan Permukiman di
Kabupaten Indramayu, seperti kebutuhan Pembangunan Rusunawa dan kawasan
perbatasan dengan Negara Luar.
7.1.2 PROFIL PEMBANGUNAN PERMUKIMAN
7.1.2.1 Kondisi Umum
7.1.2.1.1 Gambaran Umum
Berdasarkan kebijakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu,
bahwa terdapat 6 (enam) wilayah pengembangan di Kabupaten Indramayu, yaitu
Wilayah Pengembangan Indramayu, Wilayah pengembangan Jatibarang, Wilayah
Pengembangan Karangampel, Wilayah Pengembangan Kandanghaur, Wilayah
Pengembangan Haurgeulis dan Wilayah pengembangan Sukra. Untuk lebih jelasnya
mengenai kondisi luas dan jumlah perumahan yang ada di Kabupaten Indramayu lihat
Tabel 7. 1
Jumlah Penduduk, Jumlah Keluarga dan Jumlah Rumah di Kabupaten Indramayu Tahun 2011
Sumber : RP3KP Kabupaten Indramayu, 2012
Masih terdapat banyak kawasan-kawasan perumahan kumuh (tidak layak huni) di
Kabupaten Indramayu. Berikut daftar lokasi dan jumlah rumah kumuh pada
Tabel 7. 2
Lokasi dan Jumlah Rumah Kumuh di Kabupaten Indramayu Tahun 2009
Sumber : Hasil Analisis
Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
A. Prasarana Dasar Permukiman
Prasarana dasar permukiman yang ada di Kabupaten Indramayu terdiri dari; jaringan
jalan, air bersih, drainase dan air kotor, persampahan, dan listrik.
Jaringan jalan
Berdasarkan statusnya jaringan jalan di Kabupaten Indramayu terdiri dari jalan
negara, jalan propinsi, dan jalan kabupaten. Secara umum kondisi jalan di
Kabupaten Indramayu telah menggunakan aspal, kecuali untuk jaringan jalan
dengan status jalan kabupaten masih terdapat jalan dengan jenis permukaan
kerikil dan jalan tanah. Lebih jelasnya mengenai kondisi dan panjang jalan di
Kabupaten Indramayu lihat Tabel 7.3. BERDASARKAN
1 CIKEDUNG MUNDAKJAYA 2 2 30 30
-2 LELEA TEMPEL 2 18 40 70 - Daft Pemilik Terlampir
3 PANGAUBAN 2 4 55 110
-Blok Sepur, Kr. Moncol, Tengah dan Limbangan
4 TAMANSARI 2 4 30 30 2
Blok Girang, Nagrak, Lengo dan Tegalbedug
5 CEMPEH 3 14 100 115 - Daft Pemilik Terlampir
6 KARANGAMPEL TANJUNGPURA 2 2 41 101 0,8 Blok Daun dan Janggleng
7 TANJUNG SARI 2 2 24 49 - Daft Pemilik Terlampir
8 BENDA 1 2 28 28 - Blok Kasab Lor dan Tangsi
9 SENDANG 2 48
10 KARANGAMPEL 8 8 41 42 - Daft Pemilik Terlampir
11 DUKUHJERUK 3 10 156 156
-12
15 LOSARANG CEMARA 3 14 214 414 - Daft Pemilik Terlampir
16 KANDANGHAUR ERETAN WETAN 3 3 80 242
-17 ERETAN KULON 1 6 62 384 - Berdasarkan RW
18 KERTAWINANGUN 1 3 40 80
-Blok Desa, Kebon, Cibrengkok dan Plawangan
19 SUKRA UJUNGGEBANG 1 3 70 70 6
Blok Tanjungpura, Pegagan dan
Tabel 7. 3
Kondisi dan Konstruksi Jalan di Kabupaten Indramayu Tahun 2011
Sumber : Indramayu Dalam Angka, 2012
Air Bersih
Sumber air bersih yang melayani wilayah perencanaan Kabupaten Indramayu
bersumber dari air bersih PDAM dan air tanah. Ke 2 (dua) sumber air tersebut
dimanfaatkan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti
mandi, mencuci, memasak bahkan untuk minum.
Dari kondisi di lapangan terlihat bahwa jaringan perpipaan air bersih PDAM
sebagian sudah melayani masyarakat khususnya bagi masyarakat yang berlokasi
di sisi jaringan jalan utama. Dari jaringan yang ada dan tersedia, ada masyarakat
yang menggunakan/memanfaatkan jaringan air bersih PDAM tersebut dan ada
pula masyarakat yang tidak menggunakan / memanfaatkan jaringan air bersih
PDAM tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat di
beberapa kawasan, ternyata selain dilayani oleh jaringan perpipaan air bersih
air bersih yang bersumber dari air tanah, baik dioperasikan melalui jet pam atau
sumur pompa dan sumur timba.
Kurangnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan ketersediaan jaringan
perpipaan air bersih PDAM antara lain bahwa kondisi sumber air bersih dari
PDAM berdasarkan kenyataan di lapangan dan penjelasan dari beberapa
masyarakat di beberapa kawasan, bahwa sumber air bersih PDAM yang di
salurkan / didistribusikan ke masyarakat debitnya sangat kecil, selain kendala
tersebut di atas terdapat juga permasalahan lain terkait dengan pendistribusian
air bersih PDAM bahwa air yang di salurkan ke tiap rumah sering mengalami
kualitas yang kurang baik (air keruh). Sebagian besar sumber air bersih dari
PDAM digunakan untuk memasak dan minum serta keperluan lainnya.
Selain sumber air bersih yang di layani oleh PDAM, masyarakat juga
mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dari air tanah.
Kecenderungan dan mendominasinya masyarakat terhadap pemanfaatan air
tanah untuk kebutuhan sehari-hari dibandingkan penyaluran air bersih dari
PDAM bahwa, belum meluasnya jaringan perpipaan PDAM untuk menjangkau
seluruh kawasan, sebagian besar hanya kawasan yang dilalui oleh jaringan jalan
utama saja. Sumber air tanah dapat dikatakan memiliki kualitas yang cukup baik
(jernih, akan tetapi kadang berasa asin) untuk mendapatkan sumber air bersih
dari tanah membutuhkan pipa yang cukup panjang. Kedalaman untuk
mendapatkan air setiap daerah bevariasi ada yang mencapai 50 meter lebih dan
ada juga yang hanya 5 meter sudah mendapatkan air dengan kualitas cukup
bagus.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Indramayu,
saat ini Kabupaten Indramayu dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) melalui 10 (sepuluh) sistem cabang dan IKK yaitu :
- Unit IKK Losarang
- Unit IKK Gabuswetan
- Sistem UP. Kertasemaya
Dengan total kapasitas produksi sebesar 657,5 L/dtk.
Daerah pelayanan PDAM Kabupaten Indramayu meliputi 150 kelurahan/desa
yang tersebar di 19 kecamatan. Jumlah sambungan langganan sampai dengan
bulan Juni tahun 2005 berjumlah 45.842 unit terdiri dari SL sebanyak 45.685 unit
dan KU sebanyak 157 unit. Untuk kebutuhan air baku, saat ini unit cabang / IKK
PDAM Kabupaten Indramayu sebagian besar diambil dari air permukaan berupa
sungai yang ada di sekitar daerah pelayanan dengan debit pengambilan yang
bervariasi dan hanya sebagian kecil saja sistem yang memanfaatkan sumber air
lain, karena selain sukar kapasitasnya juga relatif kecil.
Mengacu pada laporan bulanan per juni 2005, banyaknya air distribusi cabang /
IKK PDAM Kabupaten Indramayu tercatat sebesar 1.283.654 m3 dan air yang
terbaca di meteran induk sebesar 893.302 m3 dengan demikian air yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan sebesar 390.352 m3 atau 30,41 %.
Sumber air yang digunakan PDAM Indramayu yaitu : air permukaan (Sungai
Cimanuk), Saluran Irigasi Cipelang, Saluran Irigasi Cipanas, Saluran Irigasi
Wanguk dan air tanah dalam. Sumber air ini pada musim kemarau menjadi
kendala yang sangat serius karena Sungai Cimanuk maupun saluran irigasi yang
ada volumenya sangat menurun sehingga mengganggu kebutuhan air, bahkan
pada tahun 2003 Instalasi Kepandean tidak dapat beroperasi.
Tabel 7.4
Kapasitas
Sumber : Rencana Program Pembangunan Jangka Menengah (PJM)
(PDAM-Tirta Darma Ayu Kab. Indramayu) Tahun 2005-2015
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sampai saat ini terus berupaya
memenuhi kebutuhan air bersih yang merupakan kebutuhan vital bagi makhluk
hidup. Letak geografis Kabupaten Indramayu yang terletak di pantai utara Jawa
Barat sangat berpengaruh terhadap kondisi air bersih sehingga sebagian besar
wilayah di Kabupaten Indramayu rawan air bersih. Besarnya biaya untuk
pembangunan maupun untuk pengembangan sistem penyediaan air bersih ini
menjadi kendala bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu melalui
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Indramayu.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Indramayu merupakan
Perusahaan Milik Daerah yang dibentuk melalui Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum. Adapun tujuan dibentuknya Perusahaan Daerah Air Minum yaitu untuk
mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum akan kebutuhan air minum
dengan melaksanakan kegiatan pengolahan air minum secara lengkap sehingga
siap untuk digunakan masyarakat.
Operasional Sistem Penyediaan Air Bersih
a. Sumber air baku dan sistem pengambilan
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Indramayu untuk system
penyediaan air bersih berasal dari berbagai sumber antara lain : air permukaan
(sungai), sumur dalam dan saluran irigasi. System penyediaan air bersih yang
menggunakan sumur sebagai sumber air baku, pada umumnya kuantitasnya
cenderung terus berkurang setelah beberapa tahun beroperasi. Terjadinya
jika terus di eksploitasi air akan terus berkurang dan pada akhirnya habis.
Kualitasnyapun kebanyakan tidak memenuhi syarat sebagai air minum karena
kandungan zat besi (Fe) yang terlalu tinggi.
Sedangkan untuk daerah yang letaknya berbatasan langsung dengan laut,
kualitas air tanahnya cenderung sedikit dan terasa payau.
Untuk lebih jelasnya sumber-sumber air baku yang digunakan PDAM Indramayu
disajikan secara rinci pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.5
Sumber Air Baku dan Kapasitas Pengambilan Tiap Cabang/IKK PDAM Indramayu
30 Kandanghaur Pompa
No Cabang/IKK Sumber
Sumber : Laporan Akhir-Pembuatan Outline Plan Air Bersih Pantura-Kabupaten
Indramayu
b. Jalur Pipa Transmisi Air Baku
Pengaliran air dari Intake ke Instansi Pengolahan menggunakan pipa transmisi
dengan system perpipaan tertutup berdiameter 100 mm – 500 mm (tanpa
adanya saluran terbuka). Jenis pipa yang digunakan adalah PVC, GI, Steel dan
ACP dengan kondisi pada umumnya dapat berfungsi dengan baik, meskipun dari
segi usia sudah cukup tua dan sudah banyak terdapat sedimen dalam pipa yang
diakibatkan kualitas air baku yang kurang baik. Hal ini cukup berpengaruh
kepada kecepatan aliran yang berakibat debit air menurun. Sementara itu
sistem pengaliran air sepenuhnya menggunakan sistem pemompaan.
Secara rinci mengenai jenis, diameter, panjang dan kondisi pipa transmisi
Tabel 7.6
Data Pipa Transmisi Tiap Cabang dan IKK PDAM Kabupaten Indramayu
Sumber : PDAM Kabupaten Indramayu-Agustus 2005
c. Instalasi Pengolahan Air
Unit Produksi Air Bersih pada unit Cabang/IKK Kabupaten Indramayu sebagian
besar berupa IPA system paket konstruksi baja dan hanya sebagian kecil yang
merupakan IPA beton dan secara umum kondisinya masih baik. Masing-masing
sistem pada umumnya telah dilengkapi dengan bak penampung air bersih
Data yang diperoleh dari PDAM Kabupaten Indramayu, unit produksi yang ada
belum beroperasi secara maksimal hal tersebut dibuktikan dengan
pengoperasian IPA yang belum optimal karena masih terbatasnya jaringan pipa
distribusi.
Untuk lebih jelasnya mengenai IPAB pada PDAM Kabupaten Indramayu dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.7
Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) Cabang/IKK PDAM
Kabupaten Indramayu
Sumber : PDAM Kabupaten Indramayu-Agustus 2005
d. Sistem Distribusi Dan Retikulasi
Pengaliran air bersih dari reservoir sampai ke konsumen menggunakan system
distribusi yang terdiri atas jaringan pipa induk, pipa sekunder, pipa retikulasi dan
Diameter pipa distribusi bervariasi dari 25 mm hingga 400 mm yang terbut dari
bahan steel, GIP dan PVC. Sebagian besar pipa distribusi terbuat dari bahan PVC
dan hanya sebagian kecil pipa distribusi terbuat dari steel dan GIP biasanya
terbatas pada jembatan pipa, perlintasan jalan dan pipa yang dipasang diatas
muka tanah.
e. Jumlah Pelanggan Dan Pemakaian Air
Jumlah Pelanggan Cabang/IKK PDAM Kabupaten Indramayu yang tercatat per
Juni 2005 sebanyak 45.842 unit pelanggan, yang terdiri dari sambungan
langganan dan KU. Dengan pemakaian pada bulan yang sama untuk seluruh
Cabang dan IKK PDAM Kabupaten Indramayu ± 893.302 m3. Secara rinci jumlah
pelanggan dan jumlah pemakaian air bersih Cabang dan IKK PDAM Kabupaten
Indramayu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7.8
Jumlah Pelanggan Cabang dan IKK PDAM
Kabupaten Indramayu Juni 2005
f. Cakupan Daerah Pelayanan
Cakupan daerah pelayanan eksisting Kabupaten Indramayu melalui Cabang dan
IKK saat ini mencapai 14 % dari total jumlah penduduk yang tersebar di daerah
pelayanan dengan demikian masih tersisa sekitar 86 % penduduk yang belum
terlayani air bersih dari PDAM Kabupaten Indramayu.
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah pelayanan air bersih dan jaringan pipa
eksisting PDAM Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Air Limbah
Dengan semakin berkembangnya pembangunan perumahan dan permukiman,
perkantoran dan industri di wilayah Kabupaten Indramayu, berdampak terhadap
meningkatnya kuantitas dan kualitas limbah. Pengelolaan air limbah domestic
yang sudah dilakukan adalah dengan cara disalurkan ke sungai/parit untuk air
bekas cucian/mandi, sedangkan untuk limbah tinja disalurkan ke septk tank.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Indramayu melayani penyedotan
air limbah septic tank untuk kemudian di olah di Instalasi Pengolahan Limbah
Tinja (IPLT) yang berada di Pecuk Desa Panyindangan Kulon Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu.
- Tingkat Kesehatan Masyarakat Dan Lingkungan
Sampai saat ini di Kabupaten Indramayu belum ada data yang pasti
mengenai tingkat kesehatan masyarakat yang terkait dengan buruknya
kondisi sanitasi. Namun demikian, catatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Indramayu mengindikasikan masih ditemukannya penduduk yang terjangkit
penyakit diantaranya penyakit kulit, diare, demam berdarah dan
chikungunya disejumlah lingkungan permukiman, dimana sebagian
diantaranya kemungkinan disebabkan oleh kondisi sanitasi yang kurang
layak serta adanya musibah/kejadian bencana alam seperti terjadinya
banjir.
- Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah dalam hal ini air limbah domestik di Kabupaten
Indramayu antara lain adalah dengan menggunakan septik tank, cubluk
Sedangkan untuk tempat pembuangan tinja, terutama di pedesaan masih
menunjukan kondisi perilaku yang kurang baik, yaitu masih menggunakan
air permukaan (sungai, kali, saluran) sebagai tempat pembuangan tinja.
Kondisi ini tentu dapat mempengaruhi kondisi kesehatan lingkungan yang
kurang terjamin.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Indramayu sebagai Pengelola
air limbah memiliki sarana dan prasarana pengolahan air limbah antara lain:
1. 1 (satu) unit mobil tanki tinja kapasitas 2,5 m3
2. 1 (satu) unit Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) terdiri dari
unit-unit bak Inhoff tank, Sludge drying bad, kolam maturasi dan
kolam fakultatif.
3. Tenaga lapangan sebanyak 4 orang.
- Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Sarana Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) Pecuk di Kabupaten
Indramayu mempunyai kapasitas kurang lebih 100 m3/hari dan 1 unit mobil
tanki tinja untuk melayani 4 kecamatan. Kondisi IPLT saat ini ada 1 unit bak
(imhorff tank) yang kurang berfungsi karena outlet lumpur dalam keadaan
rusak (Gate Valve).
Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Indramayu dilakukan oeh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Indramayu, dengan wilayah pelayanan
masih terbatas di 10 kecamatan dengan 4 TPA. Sedangkan Pengelolaan
persampahan di Kecamatan yang belum terlayani dilakukan oleh masyarakat
secara individual dengan cara ditimbun/dibakar.
Produksi sampah di Kabupaten Indramayu , baik sampah domestik dan non
domestik yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Indramayu
rata-rata produksi sampah sebesar 276 M3/hari atau dalam satu tahun mencapai
Tabel 7.9
Lokasi dan Kapasitas TPA di Kabupaten Indramayu
LOKASI KAPASITAS LUAS (Ha) KET
TPA Pecuk 210 M3/h 7,6
Melayani :
4 Kecamatan
TPA Kebulen 30 M3/h 0,10 2 Kecamatan
TPA Mekarjati 20 M3/h 0,52 2 Kecamatan
TPA Kertawinangun 16 M3/h 2,50 2 Kecamatan
JUMLAH 276 M3/h 10,72
Sumber : DKP Kab. Indramayu
- Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada
(Aspek Teknis)
Untuk mengangkut sampah, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Indramayu mengerahkan sarana /personil sebanyak 241 orang dan adapun
peralatan yang dimiliki untuk mengangkut sampah meliputi :
- Dump Truck : 8 Buah
- Arm Roll : 7 Buah
- Compactor Truck : 2 Buah
- Motor Sampah Roda 3 : 11 Buah
- Loader : 1 Buah
- Bulldozer : 1 Buah
- Gerobak : 127 Buah
- TPS : 120 Buah
- Container : 48 Buah
- TPA : 4 Buah
- Tangki Tinja : 1 Buah
- Aspek Pendanaan
Ditinjau dari besarnya retribusi dan perkembangan kota yang akan terjadi,
dengan pengelolaan dan pelayanan yang meningkat, bukan tidak mungkin
kesadaran masyarakat yang dilayani memperhatikan kewajibannya
membayar retribusi sampah tiap bulan.
Konsep yang disarankan untuk meningkatkan retribusi ini perlu diatur
juga pola penarikan retribusinya sesuai dengan kondisi sosial budaya
yang ada sehingga diperoleh pola penarikan yang paling cocok dan efektif.
Teknis penarikan retribusi sampah dari penduduk dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan pihak BUMD dalam hal ini Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Indramayu bekerjasama dengan PDAM Tirta
Dharma Ayu Indramayu dengan pola yang saling menguntungkan.
Besarnya retribusi persampahan untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp.
433.537.100/tahun. Pendapatan sebesar itu tentunya masih belum dapat
memenuhi biaya pengelolaan persampahan terutama untuk biaya
operasional dan pemeliharaan.
- Aspek Kelembagaan Pengelolaan Persampahan
Kelembagaan yang melaksanakan pengelolaan persampahan adalah Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Indramayu dengan 4 UPTD yaitu
UPTD Karangampel, UPTD Jatibarang, UPTD Kandanghaur, UPTD
Haurgeulis.
- Aspek Peraturan Perundang-Undangan
Aspek peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
persampahan di Kabupaten Indramayu adalah :
Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001 tentang Dinas Daerah Kabupaten
Indramayu.
Peraturan Daerah No. 28 Tahun 2002 tentang Perubahan Pertama
atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Indramayu
Nomor 16 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan /
Kebersihan.
Perbup Indramayu No. 33 Tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerja
- Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan saat ini di
Kabupaten Indramayu masih sangat rendah, hal ini disebabkan karena
rata-rata masyarakat masih membuang sampah sembarangan dan masih
terdapatnya indikasi negatif dan mencari kemudahan di sebagian
masyarakat kota Kabupaten Indramayu dalam hal pembuangan sampah
tanpa mengetahui arti pentingnya tempat-tempat Pembuangan Sampah.
Kondisi tersebut terjadi karena kebiasaan masyarakat itu sendiri serta
tingkat kesadaran terhadap lingkungan yang masih rendah.
B. Sarana Permukiman
Sarana penunjang permukiman yang ada di Kabupaten Indramayu yaitu sarana
pendidikan, sarana perdagangan dan jasa serta sarana kesehatan.
7.Parameter Teknis Wilayah
Parameter teknis yang dilakukan oleh Kabupaten Indramayu dalam Pengembangan
Kawasan Perumahan dan Permukiman berdasarkan standar dan kebutuhan yang
berlaku.
Arahan kebijakan pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten
Indramayu yaitu adanya kawasan yang perlu perlindungan, pencegahan, dan pelarangan
pembangunan yang perlu dipertegas. Sehingga kelestarian lingkungan dapat
dipertahankan, yaitu dengan cara:
Diarahkan untuk pembangunan dengan kepadatan rendah disertai upaya untuk
mempertahankan fungsi resapan air.
Pembangunan kawasan permukiman yang berada di koridor sepanjang bantaran
sungai harus melaksanakan perbaikan lingkungan dengan orientasi agar selalu
menjaga kebersihan, limbah/ sampah dan keindahan lingkungan sepanjang
bantaran sungai secara terpadu dan selaras dengan tata bangunan perumahan.
7.1.2.1.2 Aspek Pendanaan
Kemampuan Kabupaten Indramayu dalam Pengembangan Perumahan dan Permukiman
pendanaannya yang cukup besar. Sedangkan kegiatan pembangunan yang
membutuhkan dana relatif kecil, sehingga masyarakat melakukannya secara swadaya.
7.1.2.1.3 Aspek Kelembagaan
Untuk aspek kelembagaan, Dinas Cipta Karya yang mengelola pembangunan Prasarana
dan Sarana Dasar Permukiman untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Sasaran
Sasaran pembangunan permukiman, antara lain :
1. Target Nasional
a. Pengembangan peraturan perundangan dan pemantapan kelembagaan di bidang
perumahan dan permukiman serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang
kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif, sebagai berikut :
Penyusunan, pengembangan, dan sosialisasi berbagai produk peraturan
perundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman
Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan
responsif di lingkungan kelembagaan
Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan
b. Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan
menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah melalui
strategi operasional berikut:
Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan
(pasar primer dan sekunder)
Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada
keswadayaan masyarakat
Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan
Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin
Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana
alam dan kerusuhan sosial
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara
c. Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan
permukiman kumuh di perkotaan dan di daerah pesisir/nelayan
Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman
Penerapan tata lingkungan permukiman
2. Target Provinsi
a. Pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
b. Peningkatan produktivitas sektor pertanian dan kelautan.
c. Pemberdayaan ekonomi rakyat dan penciptaan lapangan kerja.
d. Pembangunan infrastruktur yang penting dan mendesak untuk mendukung
industri dan aktivitas masyarakat.
3. Target Kabupaten Indramayu
a. Meningkatkan penyediaan perumahan yang layak huni bagi masyarakat
penghasilan menengah kebawah dan miskin.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman.
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan masyarakat dalam pembangunan
prasarana dan sarana permukiman.
d. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah dalam hal pelayanan.
Kemudian strategi yang dilakukan dalam mencapai sasaran tersebut dengan :
a. Meningkatkan pengendalian pembangunan perumahan dan pemukiman agar
tercipta ketertiban dalam pemanfaatan ruang.
b. Mengembangkan penyediakan hunian yang layak, murah dan terjangkau
masyarakat khususnya menengah kebawah dan miskin.
c. Meningkatkan kemampuan pengelolaan pelayanan prasarana dan sarana
permukiman di wilayah perkotaan dan pedesaan.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih dan penanganan air limbah melalui
pembangunan sarana dan prasarananya.
7.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Indramayu dalam memenuhi
pembangunan permukiman yang ada antara lain adalah permasalahan bagi
Permasalahan Pembangunan Permukiman Kumuh
Jumlah bangunan dan keluarga pada kawasan kumuh mendominasi di Kecamatan
Indramayu, terdistribusi pada 19 (sembilan belas) kecamatan di Kabupaten Indramayu.
Total permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Indramayu tersebar pada 42 lokasi
yang terdiri dari 2096 unit rumah.
Tabel 7. 10
Profil Jumlah Lokasi Permukiman Kumuh Kab. Indramayu Tahun 2003
Sumber : DCK Kab. Indramayu (diolah)
BERDASARKAN
1 CIKEDUNG MUNDAKJAYA 2 2 30 30
-2 LELEA TEMPEL 2 18 40 70 - Daft Pemilik Terlampir
3 PANGAUBAN 2 4 55 110
-Blok Sepur, Kr. Moncol, Tengah dan Limbangan
4 TAMANSARI 2 4 30 30 2
Blok Girang, Nagrak, Lengo dan Tegalbedug
5 CEMPEH 3 14 100 115 - Daft Pemilik Terlampir
6 KARANGAMPEL TANJUNGPURA 2 2 41 101 0,8 Blok Daun dan Janggleng
7 TANJUNG SARI 2 2 24 49 - Daft Pemilik Terlampir
8 BENDA 1 2 28 28 - Blok Kasab Lor dan Tangsi
9 SENDANG 2 48
10 KARANGAMPEL 8 8 41 42 - Daft Pemilik Terlampir
11 DUKUHJERUK 3 10 156 156
-12
15 LOSARANG CEMARA 3 14 214 414 - Daft Pemilik Terlampir
16 KANDANGHAUR ERETAN WETAN 3 3 80 242
-17 ERETAN KULON 1 6 62 384 - Berdasarkan RW
18 KERTAWINANGUN 1 3 40 80
-Blok Desa, Kebon, Cibrengkok dan Plawangan
19 SUKRA UJUNGGEBANG 1 3 70 70 6
Blok Tanjungpura, Pegagan dan
Gambar 7.1
Lokasi Penyebaran Perumahan Kumuh di Kabupaten Indramayu
Permasalahan Permukiman pada lokasi rawan bencana
Kecamatan yang berada di lokasi rawan bencana dapat dilihat pada berikut. Kecamatan
yang memiliki permukiman rawan banjir yang cukup tinggi adalah : Kecamatan
Gambar 7. 2
Peta Penyebaran Rawan Bencana Di Kabupaten Indramayu
Analisis Permasalahan Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi
Pembangunan permukiman masih menghadapi berbagai kendala dalam proses
pencapaiannya. Beberapa aspek yang menjadi masalah adalah dari sisi teknis,
kelembagaan dan pendanaan. Dari identifikasi permasalahan yang terkait beberapa hal
menjadi masukan awal dalam alternatif pemecahan masalah.
7.1.4 Usulan Pembangunan Permukiman
7.1.4.1 Sistem Infrastruktur Permukiman yang Diusulkan
A. Air Bersih
Pelayanan air bersih untuk mendukung aktifitas penduduk dan aktivitas kota lainnya
Untuk kebutuhan proyeksi ke depan (tahun 2015) diperkirakan 2646 lt/det untuk
permukiman RS-RSH, 263 lt/det untuk Real Estate dan 139 lt/det untuk Kasiba (lihat
Tabel 7. 11
Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Indramayu Tahun 2007 – 2015
NO
SATUAN 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Penduduk Kabupaten Jiwa 1.721.883 1.734.320 1.746.113 1.757.987 1.769.941 1.781.977 1.794.094 1.806.294 1.818.577 2 Jmlh Pddk di daerah pelayanan jiwa 957.775 964.694 971.254 977.858 984.508 991.203 997.943 1.004.729 1.011.561 3 Cakupan thd pendk .Kabupaten % 18,91 20,51 21,92 23,61 25,14 26,56 29,17 31,10 33,38 4 Cakupan thd pendk di daerah pelayanan % 33,99 36,87 39,41 42,45 45,20 47,75 52,45 55,91 60,01 5 Jumlah Penduduk yang dilayani Jiwa 325.554 355.642 382.750 415.086 444.996 473.294 523.406 561.710 607.034
Kelompok I A
- Kran Umum % 5,44 6,44 6,45 6,43 6,47 6,57 5,94 5,54 5,12
Jiwa 17.700 22.900 24.700 26.700 28.800 31.100 31.100 31.100 31.100
Jiwa/Samb 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Juml samb 177 229 247 267 288 311 311 311 311
Pemakaian air L/org/hr 32,51 32,03 33 34 35 35 35 35 35
m3/thn 210.060 267.719 297.512 331.347 367.920 397.303 397.303 397.303 397.303
- Tempat Ibadah Juml samb 568 618 618 618 618 618 618 618 618
Pemakaian air L/samb/hari 1.187 1.198 1.200 1.201 1.202 1.203 1.203 1.203 1.203 m3/thn 246.189 270.280 270.684 270.910 271.135 271.361 271.361 271.361 271.361 Kelompaok II
- Yayasan Sosial Juml samb 529 371 371 371 371 371 371 371 371
Pemakaian air L/samb/hari 863,79 1.316,29 1.317 1.318 1.319 1.320 1.320 1.320 1.320 m3/thn 166.784 178.245 178.342 178.477 178.612 178.748 178.748 178.748 178.748
- Rumah selain rumah mewah % 90,29 89,63 89,90 90,20 90,25 90,22 91,16 91,76 92,38
Jiwa 293.958 318.774 344.082 374.418 401.628 427.026 477.138 515.442 560.766
Jiwa/Samb 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Juml samb 48.993 53.129 57.347 62.403 66.938 71.171 79.523 85.907 93.461 Pemakaian air L/org/hr 96,38 96,98 104,00 104,00 104,50 106,00 106,00 106,00 106,00 m3/thn 10.285.949 11.184.021 13.061.353 14.212.907 15.319.096 16.521.636 18.460.469 19.942.451 21.696.037 Kelompok III
- Instansi Pemerintah/ABRI Juml samb 79 82 82 82 82 82 82 82 82
Pemakaian air L/samb/hari 3.915 3.803 3.860 3.860 3.900 3.900 3.900 3.900 3.900 m3/thn 112.902 113.818 115.530 115.530 116.727 116.727 116.727 116.727 116.727
- Toko / Rumah Makan Juml samb 957 1.061 1.061 1.061 1.161 1.261 1.261 1.261 1.261
Pemakaian air L/samb/hari 779 801 805 805 820 875 875 875 875 m3/thn 272.200 310.092 311.748 311.748 347.487 402.732 402.732 402.732 402.732
- Industri Pengrajin Juml samb 76 81 81 81 81 81 81 81 81
Pemakaian air L/samb/hari 1.233 1.083 1200 1200 1300 1400 1400 1400 1400 m3/thn 36.447 32.007 35.478 35.478 38.435 41.391 41.391 41.391 41.391 Kelompok IV
- Rumah Mewah Jiwa 132 174 174 174 174 174 174 174 174
Jiwa/Samb 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Juml samb 22 29 29 29 29 29 29 29 29
Pemakaian air L/org/hr 314,40 214,09 265 265 290 350 350 350 350
m3/thn 15.148 13.597 16.830 16.830 18.418 22.229 22.229 22.229 22.229
- Lembaga yg mencari Profit Juml samb 79 80 80 80 80 80 80 80 80
Pemakaian air L/samb/hari 2.279 2.958 3.100 3.100 3.200 3.300 3.300 3.300 3.300 m3/thn 65.728 86.376 90.520 90.520 93.440 96.360 96.360 96.360 96.360
- Pabrik Juml samb 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Pemakaian air L/samb/hari 242.073 202.225 222.149 222.149 300.000 350.000 350.000 350.000 350.000 m3/thn 530.139 442.873 486.506 486.506 657.000 766.500 766.500 766.500 766.500 6 Total samb. Langganan Juml samb 51.486 55.686 59.922 64.998 69.654 74.010 82.362 88.746 96.300 Pemakaian air m3/thn 11.941.546 12.899.028 14.864.502 16.050.253 17.408.270 18.814.985 20.753.819 22.235.800 23.989.386
Ltr/det 378,66 409,03 471,35 508,95 552,01 596,62 658,10 705,09 760,70 7 Kehilangan Air Produksi % 31,52 34,71 30,00 27,5 25 22,5 22,5 22,5 22,5
m3/thn 5.495.458 6.857.725 6.370.501 6.088.027 5.802.757 5.462.415 6.025.302 6.455.555 6.964.660 Ltr/det 174,26 217,46 202,01 193,05 184,00 173,21 191,06 204,70 220,85 Air Produksi m3/thn 17.437.004 19.756.753 21.235.003 22.138.281 23.211.027 24.277.400 26.779.121 28.691.355 30.954.046
Ltr/det 552,92 626,48 673,36 702,00 736,02 769,83 849,16 909,80 981,55 Kehilangan Air Distribusi % 29,54 29,16 28,50 26,00 23,50 20,00 20,00 20,00 20,00
m3/thn 5.005.460 5.309.765 5.925.011 5.639.278 5.347.639 4.703.746 5.188.455 5.558.950 5.997.346 Ltr/det 158,72 168,37 187,88 178,82 169,57 149,15 164,52 176,27 190,17 8 Air Distribusi m3/thn 16.947.006 18.208.793 20.789.514 21.689.532 22.755.909 23.518.732 25.942.273 27.794.750 29.986.732
Ltr/det 537,39 577,40 659,23 687,77 721,59 745,77 822,62 881,37 950,87
9 Kapasitas terpasang Ltr/det 720 720 720 770 770 770 770 770 770
B. Air Kotor
Air kotor yang dihasilkan sebagai bahan ikutan aktifitas masyarakat tidak dapat dihindari
keberadaannya, jenis air kotor yang dihasilkan yaitu air kotor rumah tangga (mandi dan
cuci), dan sumber-sumber lainnya. Pengelolaan air kotor disalurkan melalui
saluran-saluran yang ada, baik yang ada disetiap lingkungan perumahan/permukiman dan
pinggiran jalan dan berakhir disetiap sungai yang ada.
Tabel 7. 12
Analisis Timbulan Air Limbah Di Kabupaten Indramayu Sampai tahun 2014
No Kecamatan
Penduduk Kebutuhan Air Bersih Penduduk
Terlayani
15 Kedokanbunder 44.925 46.913 54,297598 10,86 37.530,50 38,01
16 Juntinyuat 84.633 88.379 102,29022 20,46 70.703,00 71,60
17 Sliyeg 60.301 62.970 72,881733 14,58 50.375,85 51,02
18 Jatibarang 72.055 75.244 87,087922 17,42 60.195,17 60,96
19 Balongan 40.665 42.465 49,149823 9,83 33.972,36 34,40
No Kecamatan
Penduduk Kebutuhan Air Bersih Penduduk
Terlayani
TOTAL 1.747.813 1.825.177 2112,47 422,49 1460141,56 1478,73
Sumber : Hasil Analisis
C. Listrik
Penyediaan tenaga lisrik untuk Kabupaten Indramayu dilakukan oleh PT. PLN (Persero)
UPJ Indramayu melalui 3 (tiga) buah Gardu Induk sehingga dapat melayani kebutuhan
listrik bagi seluruh masyarakat hingga ke desa-desa maupun untuk kebutuhan bagi
berbagai sektor usaha dan jasa yang ada di Indramayu.
Pada Tahun 2007 di Indramayu tepatnya di Desa Sumberadem Kecamatan Sukra, telah
direncanakan pembangunan PLTU dan sudah memasuki proses pembangunan
(pengurugan lokasi).
Wacana kemandirian energi kini berkembang terlebih lagi setelah adanya isu krisis
energi yang tidak hanya melanda Indonesia juga melanda dunia secara global. Isu
mengenai kemandirian energi ini tak pelak menjadi perhatian di Jawa Barat termasuk
Kabupaten Indramayu. Hal ini karena Jawa Barat terancam mengalami defisit cadangan
energi untuk pembangkit tenaga listrik. Disamping itu tuntutan terhadap peningkatan
dalam investasi energi dan pembangunan pembangkit listrik. Untuk itulah program
elektrifikasi wilayah Jawa Barat kemudian digulirkan dengan jargon Jabar Caang 2010.
Prioritas dalam program elektrifikasi regional Jabar Caang 2010 dibagi kedalam dua
tahapan yaitu program yang diharapkan dapat berjalan dari tahun 2007-2010 meliputi
program elektrifikasi desa belum berlistrik dan program elektrifikasi enam belas
kabupaten (dengan rasio elektrifikasi menjadi 60-75%). Dan program yang diharapkan
berjalan pada 2010-2025 yaitu elektrifikasi enam belas kabupaten (dengan peningkatan
elektrifikasi menjadi 95%).
Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam program elektrifiaksi wilayah Jawa Barat
(Jabar Caang 2010).
Tabel 7.13
Elektrifikasi Desa per Kabupaten 2007-2025
Kabupaten SR/IR Rasio
Elektrifikasi Investasi
SR/IR
100%
Rasio
Elektrifikasi Investasi
Indramayu 1.210 52,14% 772.520.000 249.321 100% 948.121.598.809
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Barat, 2007, Jabar Cabang 2010
Jeung Mandiri
D. Telekomunikasi
PT Telkom membagi wilayah jasa telekomunikasi telepon tetap di Jawa Barat menjadi
dua divisi regional (divre), yaitu: Divre II Jakarta dan Divre III Jawa Barat.
Untuk wilayah Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam Divre III Jawa Barat yang
melayani kebutuhan telekomunikasi masyarakat sebagian besar wilayah Jawa Barat.
Divre III Jawa Barat mempunyai tujuh Kadantel dengan area pelayanan:
a. Kandatel Bandung: area pelayanan Bandung dan Sumedang
b. Kandatel Garut: area pelayanan Garut
c. Kandatel Subang: area pelayanan Subang
d. Kandatel Cirebon: area pelayanan Cirebon, Kuningan, Indramayu dan Majalengka
e. Kandatel Tasikmalaya: area pelayanan Tasikmalaya dan Ciamis
f. Kandatel Cianjur: area pelayanan Cianjur
g. Kandatel Sukabumi: area pelayanan Sukabumi
yang terjadi memicu terjadinya reformasi terhadap regulasi di bidang telekomunikasi.
Hingga pada Juli 1999, pemerintah mengeluarkan kerangka yang disebut “Blueprint of
the Indonesian Government’s Policy on Telecomunications” mencakup: pengembangan sektor telekomunikasi, kompetisi usaha, meningkatkan transparansi regulasi,
memperluas aliansi strategis dengan investor asing serta menciptakan peluang usaha
kecil dan menengah. Selanjutnya pada Agustus 2002 monopoli layanan telekomunikasi
lokal diakhiri disusul kemudian dengan diakhirinya monopoli layanan jarak jauh dan
internasional satu tahun kemudian.
UU 36 Tahun 1999 membagi penyelenggaraan telekomunikasi dalam tiga kategori:
1. Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi
2. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi
3. Penyelenggaraan telekomunikasi khusus
Sedangkan klarifikasi jaringan telekomunikasi terdiri dari:
1. Penyelenggaraan jaringan tetap:
a. Penyelenggaraan jaringan tetap lokal;
b. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh;
c. Penyelenggaraan jaringan tetap sambungan internasional;
d. Penyelenggaraan jaringan tetap tertutup.
2. Penyelenggaraan jaringan bergerak:
a. Penyelenggaraan jaringan bergerak teresterial;
b. Penyelenggaraan jaringan bergerak seluler;
c. Penyelenggaraan jaringan bergerak satelit.
Penyelenggara telekomunikasi juga dibagi kedalam tiga kategori, yaitu: Penyelenggara
Jaringan Telekomunikasi, Penyelenggara Jasa Telekomunikasi, Penyelenggara
Telekomunikasi Khusus.
Fasilitas telekomunikasi selain dilayani oleh Telkom tentunya di era informasi yang
semakin cepat ini berbagai provider selular telah memiliki pelanggan yang cukup banyak
di Indramayu. Hal tersebut didukung dengan tersedianya berbagai sarana
telekomunikasi yang ada baik dengan teknologi GSM maupun CDMA.
Hingga saat ini selain PT. Telkom telah hadir Telkomsel, Indosat, XL dan Esia dengan
berbagai kelebihan yang dimiliki masing-masing. Sehingga dapat mendukung komunikasi
Usulan dan Prioritas Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar
Di Kabupaten Indramayu sektor Permukiman yang diprogramkan 5 (lima) tahun
kedepan adalah dengan membangun komponen-komponen sebagai berikut :
1. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
2. Program Lingkungan Permukiman Sehat Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) dan Miskin
3. Pembangunan Sistem Drainase
4. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Air Limbah
5. Pembangunan Rumah Khusus Nelayan
6. Master Plan, DED, Pelatihan Manajemen dan Supervisi.
Program pembangunan, optimalisasi dan rehabilitasi pada sektor permukiman adalah
merupakan pekerjaan perbaikan/rehabilitasi yang dilakukan terhadap kawasan
permukiman agar kawasan tersebut dapat berfungsi dengan optimal. Total investasi
untuk progam 5 (lima) tahun tersebut membutuhkan biaya yang sumber dananya
dianggarkan dari dana APBN dan APBD Kab/Kota. Secara keseluruhan pengalokasian
dana untuk sektor Permukiman dapat dilihat dalam lampiran indikator program.
Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Usulan dan prioritas proyek pembangunan infrastruktur permukiman dilakukan dengan
merinci masing-masing proyek yang diprogramkan ke dalam kegiatan-kegiatan yang
secara spesifik memperlihatkan :
a. Kelayakan Teknis
b. Kelayakan Ekonomi/Keuangan
c. Kelayakan Sosial
d. Kelayakan Lingkungan
Kerangka Dasar Pengembangan Permukiman
Pembangunan Lingkungan Permukiman Berimbang
Bertujuan untuk mewujudkan suatu kawasan perumahan yang dapat
menampung secara serasi berbagai kelompok masyarakat dengan komposisi
perbandingan pengembangan 1 : 3 : 6, yaitu 1 unit hunian tipe kecil, 3 unit
hunian tipe sedang dan 6 unit hunian tipe kecil.
UU No. 80/1999 tentang Kasiba/Lisiba yang merupakan turunan UU No. 41/1999
Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Penataan Lingkungan
Permukiman Kumuh (PPM-Squatters)
Yaitu untuk pengentasan kemiskinan yang menyentuh kawasan permukiman
kumuh yang statusnya tidak berijin/ilegal.
Subsidi Selisih Bunga
Memberikan kemudahan agar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah
dapat memiliki rumah.
7.2 Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan
7.2.1 Petunjuk Umum
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk
merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan
bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang
dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang terdiri atas
proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan.
Permasalahan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan
tantangan yang antara lain :
1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung
Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapatkan perhatian.
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di Daerah serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.
2. Permasalahan dan Tantangan di bidang Gedung dan Rumah Negara
Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan
efisien.
Masih banyaknya asset Negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
3. Permasalahan dan tantangan di bidang Penyehatan Lingkungan
Masih adanya permukiman kumuh di Kabupaten Indramayu
Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah yang memiliki potensi wisata.
Terjadinya degradasi kawasan strategis yang memiliki potensi ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan kota.
Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga dan
lain-lain kurang diperhatikan.
4. Permasalahan dan Tantangan Di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Jumlah Penduduk miskin yang semakin bertambah.
Belum mantapnya kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran
masyarakat.
Belum dilibatkannya masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya.
5. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Amanat Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan
Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada Tahun 2010.
Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs, bahwa pada Tahun 2015,
200 Kabupaten/Kota bebas Kumuh, dan pada Tahun 2020 semua
Kabupaten/Kota bebas Kumuh.
Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung dan Peraturan
Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelakanaan lebih detail di
bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan Gedung Negara
dan Rumah Negara yang merupakan kewenangan Pusat.
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah) yang harus disusun
oleh pemerintah daerah secara komprehensif, akomodatif dan responsive.
Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara
komprehensif dengan berbasis konsep Tridaya melalui proses Pemberdayaan
Masyarakat sesuai siklus PNPM .
A. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal
dan efisien.
2) Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati
diri.
3) Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat
memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi.
4) Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan
arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang
dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.
5) Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk
menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan.
B. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan
1) Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan dan Gedung, termasuk
bangunan gedung dan rumah Negara.
2) Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan
Permukiman.
3) Meningkatkan kapasitas penyelenggaraan dalam penataan lingkungan dan
permukiman.
4) Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan
produktivitas masyarakat.
5) Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi
pertumbuhan kota.
6) Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional
maupun internasional lainnya di bidang Bangunan dan Gedung dan Penataan
7) Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan / mempertimbangkan
khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.
8) Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan
dilestarikan serta keahlian Membangun (seni dan budaya).
9) Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur
Bangunan dan Gedung melalui kerja sama dengan pihak-pihak yang
berkompeten.
C. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah
sebagai berikut:
1) Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan
dan lingkungan.
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung.
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur.
Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan
gedung.
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah Negara.
Pembinaan teknis pembangunan gedung negara.
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proyeksi Kebakaran (RISPK).
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) Bangunan Gedung.
Percontohan pendataan bangunan gedung.
Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan. Rehabilitasi bangunan gedung dan Negara.
Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan
Permukiman dan Bangunan (PIPPB)
2) Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Bantuan teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman
kumuh dan nelayan.
Landasan Hukum Penataan Bangunan dan Lingkungan
Landasan hukum yang mendasari Pembangunan Penataan Bangunan dan Lingkungan
didasarkan pada:
1. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUGB).
3. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
4. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUGB.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
6. Peraturan Menteri No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rusuna Bertingkat Tinggi.
7. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Bangunan Gedung.
8. Peraturan Menteri No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
9. Peraturan Menteri No. 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli
Bangunan Gedung.
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
11. Komitmen terhadap kesepakatan internasional MDGs
12. Peraturan Daerah Kabupaten Indramayu No 2 Tahun 2001 tentang
Bangunan.
Pencapaian Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Dalam pencapaian penataan bangunan gedung dan lingkungan, maka dilakukan prioritas
pembangunan Nasional yang meliputi :
1. Penanggulangan Kemiskinan
2. Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan pembangunan perdesaan
3. Mitigasi dan penanggulangan kebencanaan
4. Percepatan pembangunan infrastruktur
Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Indramayu
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Indramayu dalam penataan gedung dan lingkungan
didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kabupaten Indramayu, yaitu untuk :
1. Terselenggaranya pola pemanfaatan ruang dan penataan pertanahan
berwawasan lingkungan, berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional.
2. Pengembangan wilayah-wilayah prioritas.
3. Mengembangkan kawasan-kawasan yang dapat mengakomodasi
kepentingan sektor-sektor strategis dan perlu mendapat dukungan ruang.
4. Mengembangkan kawasan penunjang untuk tumbuh dan berkembangnya
sektor-sektor strategis.
Sasaran yang hendak dicapai adalah :
1. Pemantapan kawasan lindung untuk meningkatkan fungsi lindung terhadap
tanah, air dan udara yang meliputi kawasan hutan lindung, zona resapan
air, sempadan sungai, kawasan sekitar waduk/situ dan kawasan sekitar
mata air sebagai asset daerah.
2. Pengembangan kawasan budidaya yang selaras dan serasi dengan seluruh
kegiatan pertanian, kehutanan, pariwisata, permukiman, pertambangan
dan industri.
3. Pengembangan sistem perkotaan dan perdesaan
Strategi yang dilakukan dalam upaya penataan bangunan dan lingkungan berdasarkan
kebijakan serta sasaran yang hendak dicapai salah satunya adalah dengan penataan
pada kawasan perkotaan dan permukiman. Pengembanganya diarahkan pada
tersedianya prasarana dan sarana kota. Kawasan perkotaan dikembangkan sebagai
simpul yang mampu menggerakkan perekonomian daerah, menjadi pusat pelayanan,
pemerintahan, pendidikan dan pusat kegiatan ekonomi.
7.2.2 Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Bangunan-bangunan gedung yang ada di Kabupaten Indramayu secara umum terletak
menyebar secara linear. Perkembangan kegiatan perkotaan umumnya terjadi pada
koridor jaringan jalan utama yang dilalui jalan negara dan jalan propinsi. Perkembangan
Indramayu yang merupakan PKW, dimana pada wilayah ini merupakan akumulasi
kegiatan perkotaan skala regional.
Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Kondisi bangunan gedung yang ada di Kabupaten Indramayu yang umumnya menyebar
sepanjang jaringan jalan utama yang meliputi :
1. Bangunan Umum perdagangan dan jasa
2. Bangunan Bersejarah
3. Bangunan Fasilitas Rumah Sakit
4. Bangunan Kawasan Perumahan yang tersebar di seluruh Kabupaten Indramayu
5. Bangunan-bangunan yang baru akan direncanakan
6. Bangunan-bangunan yang mempunyai nilai ekonomi
Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman membawa dampak
tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Indramayu. Hal
ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang tempat tinggal semakin
meningkat seiring dengan lahan dan ruang yang semakin terbatas dan kecenderungan
warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat
kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem
pelayanan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks.
Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten
Indramayu menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan
permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni.
Selain itu, faktor keselamatan gedung belum diperhtaikan dari sebagian masyarakat
sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan
tinggi, dan faktor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab musibah kebakaran.
7.2.3 Permasalahan yang Dihadapi
Permasalahan yang dihadapi antara lain adalah belum tersusunnya dokumen
perencanaan yang lebih detail dalam upaya pembahasan Penataan bangunan dan
lingkungan yang ada. Selain itu, dukungan bantuan teknis dalam penataan bangunan
gedung dan lingkungan masih terbatas dokumen perencanaannya yang merupakan
acuan implementasi dilapangan, seperti Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK),
pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dll. Masyarakat serta pemerintah setempat pun
masih memiliki pengetahuan yang terbatas dalam hal penataan bangunan dan
lingkungan, terutama bagi keselataman bangunan gedung.
Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam penataan bangunan gedung dan
lingkungan di Kabupaten Idramayu meliputi penataan kawasan kumuh dan revitalisasi
kawasan.
Adapun permasalahan lain sebagai berikut :
1. Banyaknya bangunan gedung yang belum memenuhi persyaratan keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan.
2. Masih terdapatnya permukiman kumuh yang memerlukan penataan yang lebih
layak.
3. Belum terkendalinya pengendalian dan pemanfaatan ruang terbuka hujau.
4. Belum optimalnya penanganan kawasan yang berpotensi ekonomi seperti bangunan
bersejarah.
Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Sasaran dan tujuan dari penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten
Indramayu adalah sebagai berikut :
NO BIDANG SASARAN TUJUAN
dan Patrol
Tersedianya sarana dan
prasarana pos layanan
Indramayu dan Patrol
Rumusan Masalah
Permasalahan yang ada di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten
Indramayu:
A. Bangunan Gedung
Belum optimalnya kondisi penegakan aturan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana di Kabupaten Indramayu.
Kondisi Prasarana dan sarana hidran kebakaran dari segi fungsi dan
kapasitas layanannya di Kabupaten Indramayu belum optimal dan sebagian
dalam kondisi rusak
Belum optimalnya kondisi pengaturan penyelenggaraan dan kualitas
pelayanan publik serta perijinan Bangunan Gedung di Kabupaten
Indramayu.
B. Gedung dan Rumah Negara
Kondisi Bangunan Gedung Negara di Kabupaten Indramayu yang sudah
memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan dari segi
kualitas maupun kuantitas masih kurang.
Kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara, belum
tertib dan efisien, hal ini disebabkan oleh terbatasnya anggaran
pembangunan
Kondisi aset negara yang sudah diadministrasikan baik dari segi kualitas dan
kuantitas masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari belum optimalnya kinerja
peyedia jasa serta terbatasnya anggaran pembangunan.
C. Penataan Lingkungan
Kondisi bangunan gedung bersejarah belum tertata dengan baik serta
kurang mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat maupun dari
para stakeholder.
Kondisi sarana ruang terbuka hijau/open space, sarana olah raga, dan
lain-lain di Kabupaten Indramayu khususnya kawasan perkotaan masih belum
tertata dengan baik.
D. Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Kondisi kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran serta
masyarakat masih kurang,
Kurang aktifnya keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan
penentuan prioritas pembangunan.
7.2.4 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka Kabupaten Indramayu masih
membutuhkan produk hukum serta perencanaan mengenai Pembangunan Penataan
Bangunan Gedung dan Lingkungan yang merupakan acuan/pedoman dalam
pembangunan dan pengendalian ruang., selain itu bantuan teknis sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan tata bangunan dan lingkungan yang lebih baik, terencana dan
berwawasan lingkungan.
Sedangkan dokumen-dokumen perencanaan yang selama ini telah disusun perlu
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan/implementasi di lapangan sehingga dokumen
perencanaan tersebut berguna dan tidak sia-sia.
Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. Pemberdayaan, pemeliharaan, perawatan dan pemanfaatan Gedung & Bangunan
bersejarah.
b. Pemberdayaan, pemeliharaan, perawatan dan pemanfaatan Gedung & Bangunan
Pemerintah, Sarana Pendidikan dan Olah Raga
c. Pemberdayaan, pemeliharaan, perawatan dan pemanfaatan Gedung & Bangunan
fasilitas pelayanan publik seprti Rumah Sakit, Puskesmas, Pasar Tradisional,
Pelelangan Ikan, Terminal hasil pertanian, dlsb.
e. Sosial safety guard gedung dan bangunan berupa pengendalian dan pengawasan
sampai dengan rencana teknis mitigasi di kawasan andalan yang sekaligus
kawasan bencana.
Rekomendasi
Berdasarkan pada data dan hasil analisis serta permasalahan yang tersebut diatas,
rekomendasi untuk penataan bangunan dan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Penataan Lingkungan Permukiman
2. Penataan dan Revitalisasi Kawasan Prioritas Provinsi Jawa Barat Kawasan
Pantai Utara
3. Program Tata Ruang
7.2.5 Program Yang Diusulkan
Dari alternatif pemecahan, maka diuraikan pemecahan permasalahannya agar penataan
bangunan dan lingkungan sesuai dengan Masterplan di daerah.
Usulan Dan Prioritas Program Penataan Bangunan Dan Lingkungan
1. Program Pengembangan Perumahan
a. Rehabilitasi bangunan gedung negara
- Pembangunan Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan
b. Pembangunan RSUD Pantura MA. Sentot
2. Penataan dan Revitalisasi Kawasan Wisata
a. Pembangunan Gedung Mutiara Bangsa
b. Pembangunan Gedung Panti Budaya
3. Program Tata Ruang yang meliputi :
a. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan
- RTBL Kota Indramayu
- RTBL Kota Karangampel
- RTBL Kota Jatibarang
- RTBL Kota Kandanghaur
- RTBL Kota Losarang
- RTBL Kota Haurgeulis
5. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Pembiayaan proyek penyediaan pengelolaan penataan bangunan dan lingkungan untuk
tahun 2013 - 2017 dapat dilihat dalam lampiran indikator program.
7.3 Rencana Investasi Sub-Bidang Air Limbah
7.3.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah
Umum
Sasaran program dan kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada
RPJMN 2004 – 2009 yaitu pencapaian open defecation free hingga akhir 2009 di semua
kabupaten/kota, peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun hingga
mencapai 60% di akhir tahun 2009 serta pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem
pembuangan air limbah dan berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja
hingga 50% di akhir tahun 2009.
Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kabupaten
Pengelolaan limbah domestik, baik berupa grey water maupun black water perlu
dilakukan terutama untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan. Dalam
menentukan sistem pengelolaan air limbah perlu didasarkan pada suatu kriteria yang
telah ditetapkan. Kriteria dasar pemilihan sistem merupakan parameter utama dalam
penentuan sistem pengelolaan air limbah yang sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan
ekonomi, baik pada saat ini maupun masa yang akan datang.
Dengan memperhatikan kondisi sistem pengelolaan limbah yang ada saat ini, diperlukan
penanganan yang lebih baik. Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan
di Kabupaten Indramayu adalah sistem pembuangan air limbah setempat (on-site
sanitation) dengan pertimbangan biaya konstruksi rendah, bisa dilaksanakan oleh
masing-masing keluarga dan bisa cepat dimanfaatkan. Pembuatan suatu sistem
pembuangan air limbah setempat yang baik tentunya harus memenuhi persyaratan
tertentu sehingga dapat diterapkan pada kondisi masyarakat setempat. Sedangkan
Sistem off site direncanakan di daerah–daerah yang menjadi pusat kegiatan komersil
dan pusat pemerintahan dengan pertimbangan luas tanah terbatas serta kepadatan