BAB 2
PROFIL KABUPATEN WAKATOBI
2.1. Wilayah Administrasi
2.1.1. Luas Wilayah
Luas Kabupaten Wakatobi adalah 19.200 km2, terdiri dari daratan ± 823 km2 (4,3 %), dan
perairan/lautan ± 18.377 km2 (95,7 %). Kabupaten Wakatobi dengan ibukota di Wangi-Wangi
terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, 25 kelurahan dan 75 desa.. Kecamatan terluas adalah Kec.
Wangi – Wangi dengan luas 2.419,8 km² atau 29,40% sedangkan yang terkecil adalah Kec.
Keledupa dengan luas sebesar 455,0 km² atau 5,53% dari luas wilayah Kabupaten Wakatobi.
Kabupaten Wakatobi memiliki panjang pantai sejauh 198,76 km dengan karakteristik sebagian
besar adalah pantai berpasir membentang dari Semelagi Besar (Kec. Selakau) hinga Tanjung
Datok (Kec. Paloh). Kabupaten Wakatobi terletak di kepulauan jazirah Tenggara Pulau Sulawesi
dan bila ditinjau dari peta Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan
garis khatulistiwa
2.1.2. Batas Wilayah
Kabupaten Wakatobi terletak memanjang dari Utara ke Selatan di antara 05°00'-06°25' lintang
Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123°34'-124°64'
Bujur Timur (sepanjang ± 120 km). Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Wakatobi
adalah:
Sebelah Utara : Kabupaten Buton Utara
Sebelah Timur : Laut Banda
Sebelah Selatan : Laut Flores
2.2. Potensi Wilayah
1. Potensi Ekonomi
Dalam konteks makro, ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sektor
unggulan pada sektor pertanian, jasa, lalu perdagangan, hotel dan restoran. Potensi
sektor-sektor tersebut menunjukkan berbagai jenis kegiatan dilakukan masyarakat. Pergerakan roda
perekonomian wilayah ini didorong oleh sektor pertanian (produk), juga sektor kegiatan jasa
yang memberikan kontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah. Potensi sektor
kelautan dengan kekayaan sumberdaya hayati mendorong terciptanya kegiatan ekonomi di
kawasan ini, yang ditandai dengan perolehan penerimaan daerah dari sektor perdagangan,
hotel dan restoran.
2. Potensi Pariwisata
Berdasarkan data dari dinas pariwisatadiketahui bahwa jumlah pulau diKabupaten Wakatobi
adalah 138 buah.Sebagai daerah kepulauan yang sebagianbesarnya adalah wilayah
laut,maka wajardaerah ini kaya dengan sumberdaya alamlaut. seperti sekitar 942 species
ikan;90.000 ha luas terumbu karang; 750species karang dari 850 species karang didunia;
memiliki karang atol (Atol Kaledupa) dengan panjang 48 km danmerupakan karang atol terpanjang di dunia. Potensi pariwisata itu sendiri tumbuh dan berkembang karena ditunjangoleh keberadaan perikanan dan kelautan yang menjadi andalanKabupaten
Wakatobi karena jenis/speciesnya baik species ikan maupunspecies terumbu karang
merupakan terbanyak di dunia dibanding pusat - pusatdiving dunia lainnya seperti Pulau
Karibia dan Laut Merah dimanamasing-masing memiliki 50 species dan 300 species terumbu
karang.Berikut diuraikan potensi objekdan daya tarik wisata alam pada masing-masing
wilayah kecamatanberdasarkan pulau-pulau utama.
1. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkunganalam di wilayah perairan laut, yang berupa antara lain:
Bentang pesisir pantai
Bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai yang
menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari.
Kolam air dan dasar laut
2. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan
lingkunganalam di wilayah daratan, yang berupa antara lain:
Pegunungan dan hutan alam/taman nasional/taman wisata alam/taman hutan raya
Perairan sungai dan danau
Perkebunan
2.3. Demografi dan Urbanisasi
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, seperti yang tercantum dalam Program
Pembangunan Nasional bahwa manusia Indonesai atau penduduk di sebut modal dasar di
samping modal dasar lainnya, apabila mereka dapat dibina dan dikerahkan secara efektif. Namun
penduduk juga menjadi beban pembangunan apabila tidak berkualitas, baik kualitas pendidikan,
kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu penduduk yang banyak bukan jaminan bagi
tercapainya keberhasilan pembangunan. Berdasarkan kepadatan penduduk, kecamatan dengan
kepadatan tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Kaledupa dengan kepadatan
pendudukmencapai 236 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Togo-Binongko mencapai 78
jiwa/km2.
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Wakatobi Tahun 2014
No Kecamatan
Luas Wilayah
(Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
1 Binongko 93,1 8.364 8.332 8.295 8.268 8.176 89,84 89,50 89,10 88,81 87,82 2 Togo Binongko 62,9 4.694 4.671 4.597 4.579 4.550 74,63 74,26 73,08 72,80 72,34 3 Tomia 47,1 6.925 6.933 6.983 6.994 7.038 147,03 147,20 148,26 148,49 149,43 4 Tomia Timur 67,9 8.443 8.301 8.107 7.973 7.777 124,34 122,25 119,40 117,42 114,54 5 Kaledupa 45,5 10.024 10.166 10.302 10.315 10.531 220,31 223,43 226,42 226,70 231,45 6 Kaledupa Selatan 58,5 6.374 6.386 7.167 7.167 7.150 108,96 109,16 122,51 122,51 122,22 7 Wangi – Wangi 241,98 23.089 23.584 24.068 24.539 25.056 95,42 97,46 99,46 101,41 103,55 8 Wangi – Wangi Selatan 206,02 115.663 69.820 47.315 23.562 24.511 561,42 338,90 229,66 114,37 118,97
2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1. Potensi Ekonomi Wilayah
Dalam konteks makro, ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sektor unggulan
pada sektor pertanian, jasa, laluperdagangan, hotel dan restoran. Potensi sektor-sektor
tersebutmenunjukkan berbagai jenis kegiatan dilakukan masyarakat. Pergerakanroda
perekonomian wilayah ini didorong oleh sektor pertanian (produk),juga sektor kegiatan jasa yang
memberikan kontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah. Potensi sektor kelautan dengan
kekayaan sumberdaya hayati mendorong terciptanya kegiatan ekonmi di kawasan ini, yang
ditandai dengan perolehan penerimaan daerah dari sector perdagangan, hotel dan restoran.
Struktur ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi dapat dilihat dari besaran distribusi persentase
sektoral. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam
sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatusektor,
semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi wilayah. Berikut
data 3 sektor dengan nilai PDRB tertinggi secara berturut-turut pada tahun 2014 adalah 1)
Pertanian sebesar 266.321,35 Juta Rupiah (46,9%), 2) Jasa sebesar 94.125,75 JutaRupiah
(16,6%), 3) Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 93.922,68 Juta Rupiah (16,5%).
Tabel 2.2. PDRB Atas dasar Harga Berlaku Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014 (Juta Rp)
No Sektor Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 96,533.81 185,475.72 211,234.87 226,911.54 266,321.35 2 Pertambangan & Penggalian 7,941.95 10,055.35 11,470.99 12,705.17 18,678.90 3 Industri Pengolahan 9,125.41 10,225.80 11,483.12 13,547.20 16,603.83 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,448.40 3,101.26 3,487.08 3,850.97 4,390.71
5 Bangunan 8,830.49 12,024.17 14,698.48 17,491.37 24,495.90
Gambar 2.2. Grafik PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014
Tabel 2.3. PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014 (Juta Rp)
No Sektor Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Pertanian 65.676,80 67.993,12 69.666,12 72.016,73 73.517,88 2 Pertambangan & Penggalian 6.358,88 7.077,48 7.527,04 7.912,28 9.568,91 3 Industri Pengolahan 8.053,98 8.663,48 9.037,90 9.411,94 10.385,16 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 987,36 1.246,74 1.337,66 1.439,40 1.538,68
5 Bangunan 7.073,21 8.426,81 9.627,07 10.310,00 12.064,36
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23.279,76 24.794,73 25.422,24 28.098,67 31.158,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.024,65 4.661,86 5.200,40 5.457,55 5.719,83 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.784,09 12.529,47 15.678,83 16.622,06 17.550,61 9 Jasa - Jasa 33.874,52 35.889,96 38.070,13 41.317,21 44.965,38 Jumlah 289.410,71 311.445,39 329.675,87 348.249,76 372.013,72
[CATEGORY NAME] ; [PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]; [PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]; [VALUE]; [PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME]
[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];
[PERCENTAGE]
Gambar 2.3. Grafik Pertumbuhan Sektor PDRB Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014
2.4.2. Lingkungan Strategis
1. Topografi
Kabupaten Wakatobi yang berbentuk kepulauan dikelilingi laut dan terdiri dari empat gugusan
pulau besar, yaitu pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, danBinongko.Pulau Wangi-Wangi bagianSelatan bertopografi datar hingga curam.Kedalaman perairan berkisar 5 - 1.884 m.Tipe
pasang surut campuran semi diurnal terendah ± 500 meter dari garis pantai,khususnya bagian
Selatan. Bagian Barat, Utara dan Timur kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus perairan
pulau Wangi-Wangi 0,09 – 0,6m/detik. Pada musim Timur, kondisi gelombang laut sangat kuat
yangdipengaruhi oleh tiupan angin dari arah laut Banda, sedangkan pada musim Barat tidak
terlalu besar karena terhalang oleh pulau Buton.Pulau Kaledupa, pada bagian Utara bertopografi datar. Kedalaman perairan berkisar 2 m - 1.404 m. Pada bagian Selatan dan
Timur Pantai kondisi pantai umumnya relatif curam dengan kedalaman 35 m - 414 m.Pulau Tomia,umumnya bertopografi datar hingga curam dengan kedalaman perairan berkisar 0 m -1.404 m. Wilayah dengan topografi landai umumnya terletak di bagian Selatan pulau Tomia,
pulauTolandono, dan pulau Lentea Selatan dengan kedalaman perairanmaksimum 280 m,
sedangkan pada bagian Utara kondisi pantainyaumumnya curam/bertubir dengan kedalaman
500 m.Untuk pulau Binongko, secara umum keadaan topografinya relatif curam dengan
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
kedalaman perairan berkisar antara 181 m - 721 m, namun pada bagian Selatan mencapai
1.573 meter.
2. Morfologi
Ketinggian merupakan salah satu faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap suhu udara.
Makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut maka semakin rendah suhu udara dan
sebaliknya. Karena wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di
bawah 500 meter dari permukaan laut (mdpl) dan berada di sekitar daerah khatulistiwa,
sehingga daerah ini secara umum beriklim tropis.
3. Klimatologi
Posisinya yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan Kabupaten Wakatobi
beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergussoniklim di Kepulauan Wakatobi termasuk
tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April–Agustus) dan musim
hujan (musim barat: September–April) dengan suhu harian berkisar antara 19 – 34oC. Musim
angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret yang ditandai
dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup besar sehingga nelayan jarang yang
melaut. Sementara itu musim angin timur berlangsung bulan Juni sampai dengan September
yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan
sehingga nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba
(bulan Oktober-November dan bulan April-Mei) kondisi gelombang laut tidak menentu sangat
tergantung dengan cuaca. Jumlah curah hujan di Kepulauan Wakatobi juga tidak begitu tinggi,
data 10 tahun terakhir menyebutkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan
September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di bulan Januari mencapai 229,5
mm. Data statistik terkait kondisi iklim dilakukan melalui pencacatan stasiun pengamatan
cuaca di Kota Kendari. Jumlah hari hujan pada tahun 2007 - 2008 berkisar antara 203-242 hari
hujan, dengan curah hujan antara 2.301 – 3.466 mm. sedangkan suhu udara rata-rata
maksimum pada rentang tahun 2004-2008 adalah 32-34oC. Adapun suhu udara rata-rata
minimum berkisar pada 20-21oC. Dalam kurun waktu tahun 2004-2008 kelembaban udara
antara 75-88%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 4 m/sec. Sebagai kawasan dengan
karakteristik pantai, tekanan udara rata-rata mencapai 1,009 milibar pada tahun 2008.
Keadaan musim di Kabupaten Wakatobi pada umumnya sama seperti daerah-daerah lain di
Indonesia dimana mempunyai 2 musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim
penghujan tahun 2008 terjadi di antara bulan Desember sampai dengan bulan April, pada saat
tersebut angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan lautan Pasifik yang mengandung
banyak uap air. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan September, pada bulan-bulan
tersebut angin Timur yang bertiup dari Benua Australia sifatnya kering dan kurang
mengandung air. Khususnya pada bulan April dan Mei di daerah Kabupaten Wakatobi arah
dikenal dengan musim pancaroba. Curah hujan yang dibawah normal terjadi di bulan Agustus
yaitu di kelurahan Waha Kecamatan Tomia kurang dari 9 mm dibawah curah hujan normal
yaitu 9 – 13 mm, sedangkan di kelurahan Wanci Kecamatan Wangi-Wangi kurang dari 27 mm
dibawah curah hujan normal yaitu 27–37 mm, sedangkan untuk bulan-bulan selain Agustus
curah hujan relatif normal. Sebagai wilayah yang sebagian besar wilayahnya merupakan
lautan, pengaruh musim juga sangat berpengaruh pada aktivitas masyarakat di Kabupaten
Wakatobi. Tingginya gelombang laut dan ombak yang keras akibat pengaruh musim Timur dan
musim Barat, menjadi hambatan bagi masyarakat. Puncaknya biasa terjadi pada bulan
Juli-Agustus. Sehingga, pada bulan-bulan tersebut biasanya transportasi antar pulau sering
mengalami keterlambatan. Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain
dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. Makin tinggi
posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya.
Karena wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1000
meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa, sehingga daerah ini
bersuhu panas.
4. Hidrologi
Sumber air di Kabupaten Wakatobi umumnya berasal dari air tanah (ground water) dari
wilayah perbukitan yang dialirkan ke rumah rumah penduduk dengan menggunakan pipa besi
dan gua-gua karst yang oleh penduduk setempat disebutTofa, tetapi air tanah dari perbukitan
dan gua-gua karst tersebut sebagian tidak layak minum hanya bisa digunakan untuk mandi,
cuci dan kakus (MCK), sehingga untuk kebutuhan air minum menggunakan air hujan yang
ditampung dengan guci-guci tanah dan profile tank. Muka air tanah di seluruh Kepulauan
Wakatobi dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut. Selain air tanah dari perbukitan dan air
hujan yang ditampung ada juga air sumur tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak.
5. Geologi dan Tata Lingkungan
Berdasarkan tinjauan geologis, wilayah Kabupaten Wakatobi tersusun dari alluvium, dan
sedimen serta batu gamping, yang berasal dari terobosan beku formasi terumbu berumur
holosen, meosin dan pleosin. Hasil obervasi lapangan, maka kondisi geologi keempat pulau
besar mempunyai kesamaan kondisi geologi, yang merupakan batuan terumbu dengan
kepadatan yang tinggi, sehingga tidak menjadi penghambat dalam melakukan pembangunan
gedung. Namun demikian keadaan geologis dengan batuan terumbu karang tersebut pada
wilayah daratan membuat pengembangan sektor pertanian tanaman pangan terbatas, karena
besarnya dominasi batu karang daripada tanah, terutama di Pulau Binongko. Pulau yang
cenderung memiliki banyak tanah (soil) adalah Kaledupa sehingga kegiatan pertanian lebih
6. Potensi Bencana Alam
Bencana alam menjadi salah satu perhatian serius dalam penataan ruang. Daerah atau
kawasan yang nantinya diidentifikasi berpotensi terjadinya bencana alam agar diarahkan
menjadi kawasan lindung atau kawasan budidaya bersyarat. Pengenalan akan kemungkinan
bencana alam sangat diperlukan dalam perencanaan suatu wilayah, sehingga bencana alam
yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda dapat dihindari atau diminimalisir.
Gelombang Pasang Air Laut
Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi bencana alam terutama
bencana alam terkait wilayahnya yang sebagian besar merupakan laut dan pesisir.
Potensi bencana gelombang air laut (tsunami) atau gelombang besar dimungkinkan
terjadi jika adanya gempa besar akibat patahan di bawah laut dengan kedalaman yang
disyaratkan terjadinya gelombang laut besar/tsunami. Hal ini juga terkait dengan
kerentanan wilayah Indonesia yang merupakan ring of fire,wilayah yang dikelilingi jalur
gunung api. Posisi wilayah Kabupaten Wakatobi secara langsung tidak berada jalur
patahan akan tetapi berpotensi terkena limpahan/rembesan gelombang besar dari
wilayah lain disekitar wilayah Kabupaten Wakatobi.
Erosi
Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 500
meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah yang paling tinggi tersebut masuk kategori
perbukitan, karena suatu ketinggian disebut gunung hanya ditujukan untuk daerah yang
memiliki ketinggian di atas 500 mdpl. Selain hal tersebut sebagian besar perbukitan terdiri
dari formasi batu karang. Berdasarkan fakta tersebut maka untuk potensi rawan bencana
longsor dan erosi relatif rendah.
Rawan Bencana Geologi
Rawan bencana geologi karena umunya wilayah pulau-pulau utama di Kabupaten
Wakatobi dominan struktur batuan gamping yang berada pada elevasi ketinggian yang
cukup beragam. Potensi rawan runtuhan batuan (rawan geologi) karena di beberapa
lokasi terutama di bagian tengah pulau seperti di Pulau Wangi-Wangi, Tomia dan
Binongko dimana struktur batuan gamping yang merupakan strukutr batuan utama
pembentuk daratan pulau, tersebar pada semua wilayah, terutama pada daerah
perbukitan, posisi sebaran batuan pada daerah dataran tinggi tersebut jika tidak
diantisipasi, cukup memberikan dampak berupa reruntuhan batuan yang akan
membahayakan wilayah sekitarnya. Saat ini peristiwa longsoran batuan masih relatif
kecil.
Banjir
Potensi bencana banjir setempat biasa terjadi pada saat musim penghujan dengan curah
bersifat setempat dan sementara serta dampaknya relatif tidak besar. Genangan wilayah
banjir umumnya terjadi terutama pada lokasi/kawasan perkotaan yang sistem drainase
perkotaanya belum optimal seperti yang sering terjadi di Ibukota Kabupaten Wakatobi..
Sehingga perlu adanya langkah antisipasi dengan perbaikan sistem drainase perkotaan.
Pemanasan Global
Isue pemanasan global (global warming) terkait dengan peningkatan temperatur rata -rata
permukaan bumi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan dampak pada mencairnya
es di kutub Utara dan Selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (sea level
rise). Pemanasan global diyakini disebabkan oleh berbagai macam aktivitas manusia.
Hasil pembakaran jenis ini antara lain gas karbondioksida (CO2) yang dalam skala global
berjumlah miliaran ton setiap tahun disemburkan ke atmosfir bumi. Akibatnya, sinar
matahari yang tiba di permukaan bumi tak leluasa dipancarkan kembali ke ruang
angkasa. Panas tersebut terperangkap dekat permukaan bumi, menghasilkan gejala
seperti di rumah kaca yang digunakan untuk menyemaikan tanaman (efek rumah kaca).
Peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer secara terus menerus akan meningkatkan
suhu di bumi. Dampak awal yang dapat dikenali akibat peningkatan gas rumah kaca
adalah perubahan iklim. Akibat yang merugikan dari perubahan iklim adalah perubahan
terhadap lingkungan fisik dan biota. Dampaknya, terjadi kerusakan terhadap komposisi
ketahanan atau produktivitas ekosistem alam.
Proses perubahan iklim terjadinya peningkatan suhu permukaan bumi yang diikuti
naiknya suhu permukaan laut, perubahan curah hujan,perubahan frekuensi dan intensitas
badai, dan naiknya tinggi permukaan laut akibat mencairnya es di kutub. Selanjutnya
akanmenyebabkan perubahan terhadap berbagai sektor antaralain industry pertanian,
perikanan, pariwisata, terjadinya krisis air bersih dan meningkatnya penyakit tertentu.
Diperkirakan dampak perubahan iklim diantaranya naiknya permukaan laut, krisis air
bersih di perkotaan, rusaknya infrastruktur wilayah pantai, menurunnya produktivitas
pertanian, meningkatnya wabah berbagai macam penyakit dan lainnya.Secara umum,
kenaikan muka air laut merupakan dampak daripemanasan global (global warming) yang
melanda seluruh belahan bumi ini. Pemanasan global pada dasarnya merupakan suatu
perubahan fenomena iklim global yaitu dengan peningkatan temperatur rata–rata
permukaan bumi dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan IPCC(International Panel On
Climate Change) bahwa rata - rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 sejak
akhir abad 19 dan sampaitahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,80
(Dahuri,2002). Menurut Mustain (2002) pemanasan global tersebut disebabkan oleh
adanya efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon diatmosfer bumi.Naiknya suhu
sehingga terjadilah kenaikan muka laut (SeaLevel Rise). Diperkirakan dari tahun
2.4.3. Isu – Isu Strategis
Isu-isu strategis Wilayah Kabupaten Wakatobi secara umum dan secara khusus pada bidang
Cipta Karya adalah sebagai berikut :
1. Kabupaten Wakatobi sebagai Kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi
Kabupaten Wakatobi sebagai kawasan lindung nasional yaitu Taman Nasional Laut
Wakatobi dengan mayoritas wilayahnya adalah lautan ± 18.377 KM2 (95,7 %) dengan
daratan hanya sekitar ± 823 KM2(4,3 %).
2. Transportasi
Teridentifikasi adanya kawasan tertinggal (Binongko dan Togo Binongko) sebagai
dampak dari rendahnya aksesibilitas kawasan terutama rendahnya intensitas
transportasi penyeberangan dari dan menuju Pulau Binongko; dan
Infrastruktur antar pulau dengan transportasi internal dan eksternal.
3. Ekonomi dan Sektor Unggulan
Sebagai wilayah kepulauan dengan mayoritas wilayahnya lautan maka potensi
perikanan dan kelautan sangat potensial, namun untuk saat ini berdasarkan kontribusi
belum memberikan kontribusi yang besar;
Berdasarkan hasil analisis sektor unggulan Kabupaten Wakatobi adalah 1)
Perdagangan, hotel dan restoran dan 2) Jasa-jasa. Berkembangnya kedua sektor
tersebut merupakan indikasi bahwa kegiatan pariwisata, terutama potensi wisata
kelautan mempengaruhi perkembangan kedua sektor tersebut di atas; dan
Adanya destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah, sosial dan budaya meliputi
benteng-benteng bersejarah, kuburan tua, kesenian khas baik itu tarian, kain adat,
maupun upacara adat dan sebagainya yang perlu dilestarikan yang tersebar di hampir
semua pulau.
4. Kondisi Daya Dukung Wilayah
Keterbatasan sumberdaya lahan, dimana selain besarnya wilayah lautan, wilayah
daratan yang ada-pun sebagian besar relatif tidak terlalu subur karena terdiri dari
struktur batuan dan karang.
Sumberdaya air sangat terbatas terutama air bersih/air tawar, dimana berdasarkan data
bahwa kapasitas produksi sekitar 130 liter/detik, angka ini hanya cukup untuk melayani
kebutuhan sampai tahun 2025, karena pada tahun 2030kebutuhan air bersih
Kabupaten Wakatobi akan lebih meningkat lagi, sehingga sebelum tahun 2030 harus
diupayakan mencari sumber-sumber air baru untuk mengantisipasi kebutuhan pada
tahun tersebut dan tahuntahun yang akan datang yang terus meningkat sesuai laju
pertumbuhan penduduk.
jam penuh. Hal ini berbeda sekali dengan pulau-pulau lainnya yang hanya dilayani listrik
sekitar 12 jam.
5. Keterpaduan (integrasi) sektor pariwisata dengan sektor perikanan kelautan dan fungsi Kabupaten Wakatobi sebagai Taman Nasional Laut Wakatobi (kawasan konservasi).
6. Sistem pengolahan sektor perumahan permukiman dalam memenuhi ketersediaan pelayanan air bersih, sanitasi (pengelolaan sampah dan air limbah) yang memperhatikan
21
NO Aspek Potensi Masalah Peluang
Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN
1 Persampahan DARATAN
Penanganan sampah di wilayah daratan relatif cukup baik. 0,0003 m3 orang/hari. Hal ini terkait dengan jumlah timbulan sampah yang masih kecil 0,0003 m3 orang/hari. yang masih dapat ditangani oleh masyakat pada umumnya. Tepapi pada kawasan perdagangan seperti pasar perlu mendapat perhatian.
Dengan perkembangan kota di masa datang maka diperlukan suatu sistem persampahan yang baik untuk mengatasi timbulan sampah dan peningkatan volume sampah dan peningkatan kapasitas TPA komala
Masyarakat masih menggunakan konsep timbun dan bakar untuk mengatasi masalah sampah.
Mengurangi produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten Wakatobi yang diperkirakan 706,39 M3/hari.
Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari budaya pola hidup sehat dan metoda pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sampah dan beberapa keputusan bupati tentang kawasan bebas sampah dan larangan membuang sampah dilaut dan waktu membuang sampah bagi masyarakat
Menciptakan Sistem pengelolaan sampah secara modern sehingga hasil sampah dapat bernilai ekonomis untuk tahun mendatang .
Program yang terlaksana dan telah dijalankan saat ini dapat saja menghilang setelah masa pemerintahan saat ini bila tidak dilakukan sinkronisasi program yang akan berjalan oleh pemerintahan berikutnya
Tetap menjalankan aturan dan anjuran yang telah ditetapkan melaui Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji
coba/percontohan sistem 3 R
Pongo
Diperlukan suatu mekanisme dan sistem penampungan sampah melaui metode dan teknik pengumpulan sampah diatas air sehingga masyarakat yang bermukim diatas air tidak membuang sampah dilaut. Ataupun yang menjadi area belakang rumah masyarakat.
Masih ada sebagian masyarakat yang masih menjadikan laut sebagai halaman belakang. Dan belum sadar akan larangan membuang sampah dilaut.
Metode pembuangan sampah dipermukiman diatas air dilakukan dengan menyusun batu diatas air dengan bentuk lubang dan nantinya ditimbun dapat merusak lingkungan.
Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari budaya pola hidup sehat dan metoda pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sampah dan beberapa keputusan bupati tentang kawasan bebas sampah dan larangan membuang sampah dilaut dan waktu membuang sampah bagi masyarakat
Tetap menjalankan aturan dan anjuran yang telah ditetapkan melaui Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji
coba/percontohan sistem 3 R
Mola Raya
Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga, Waduri, Kaledupa
Lamanggau Onemai Di Tomia.
PESISIR
Penanganan sampah di wilayah daratan relatif cukup baik. 0,0003 m3 orang/hari. Hal ini terkait dengan jumlah timbulan sampah yang masih kecil 0,0003 m3 orang/hari.
Dengan perkembangan kota di masa datang maka diperlukan suatu sistem persampahan yang baik untuk mengatasi timbulan sampah dan peningkatan volume sampah dan peningkatan kapasitas TPA komala
Masih ada sebagian masyarakat yang masih menjadikan laut sebagai halaman belakang. Dan belum sadar akan larangan membuang sampah dilaut.
Metode pembuangan sampah dipermukiman diatas air dilakukan dengan menyusun batu diatas air dengan bentuk lubang dan nantinya ditimbun dapat merusak lingkungan.
Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari budaya pola hidup sehat dan metoda pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sampah dan beberapa keputusan bupati tentang kawasan bebas sampah dan larangan membuang sampah dilaut dan waktu membuang sampah bagi masyarakat
Tetap menjalankan aturan dan anjuran yang telah ditetapkan melaui Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji
coba/percontohan sistem 3 R
Mola Raya, Kapota Raya, Kolo, Wanci.
Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantigola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano, Kaledupa
Waha, Onemai,Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.
22
NO Aspek Potensi Masalah Peluang
Pengembangan
Tantangan
Pengembangan Lokasi
FISIK LINGKUNGAN
2 Air Minum DARATAN
Peningkatan sumber air baku melalui upaya penyediaan air minum yang dapat menyuplai seluruh kota sumber air minum berasal dari Air Dalam Goa Wa Gehe-gehe di Kontamale, tee-bete , mata air goa Kapota dan liya
Sistem penyediaan air minum terkendala oleh debit air dan sumber air yang berkurang pada musim kemarau
Kondisi air minum yang berkapur. Sistem perpipaan yang belum melayani
seluruh kota
Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap melalui pompanisasi
Masih banyak jalur pipa yang belum tersambung
Pipa transmisi yang belum seusai kebutuhan pelanggan
Sumber air baru dengan debit air yang kecil, sehingga diperlukan intake baru dan sumber-sumber air baru serta pembangunan jaringan perpipaan baru
Diperlukan metode dan teknologi terapan pada masa yang akan datang dengan memanfaatkan aset air laut sebagai sumber air minum dan teknologi aerasi untuk menghilangkan kadar kapur yang terdapat dalam air terlarut
Alasan efisiensi penggunaan daya listrik PLN dapat menghambat kinerja pompa yang ada.
Penerapan teknologi masih menjadi ide dan gagasan yang belum dituangkan dalam
Binongko dan Togo Binongko
DIATAS AIR
Nilai air tawar untuk keperluan air minum dan keperluan lainnya menjadi sangat berharga dimasyarakat diatas air.
Dominan masyarakat mengambil air dari wilayah daratan yang diangkut menggunakan perahu
Upaya menghubungkan pipa transmisi dari daratan ke kawasan permukiman diatas air terkendala oleh debit air dan jangkauan jaringan yang jauh dan terputus Sistem perpipan yang teputus dan tidak
memiliki Pompa.
Akses air minum untuk masyarakat diatas air (Bajo) perlu diupayakan solusinya bagi pemerintah daerah. Melalui dana APBD ataupun hibah dari sektor swasta.
Menghubungkan transmisi dan jaringan perpipaan memerlukan biaya dan konstruksi bawah laut yang sesuai
Penerapan teknologi masih menjadi ide dan gagasan yang belum dituangkan dalam aplikasi dilapangan.
Mola di Wanci.
Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga di Kaledupa Lamanggau Onemai Di
Tomia.
PESISIR
Peningkatan sumber air baku melalui upaya penyediaan air minum yang dapat menyuplai seluruh kota sumber air minum berasal dari Air Dalam Goa Wa Gehe-gehe di Kontamale, tee-bete , mata air goa Kapota dan liya
Sistem penyediaan air minum terkendala oleh debit air dan sumber air yang berkurang pada musim kemarau
Kondisi air minum yang berkapur. Sistem perpipaan yang belum melayani
seluruh kota
Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap melalui pompanisasi
Masih ada masyarakat yang menggunakan sumber air minum dari sumur resapan.
Sumber air baru dengan debit air yang kecil, sehingga diperlukan intake baru dan pembangunan jaringan perpipaan baru.
Mengurangi tingkat salinitas air dan zat kapur melalui metode dan teknologi terbaru
Alasan efisiensi penggunaan daya listrik PLN dapat menghambat kinerja pompa yang ada.
Penerapan teknologi masih menjadi ide dan gagasan yang belum dituangkan dalam aplikasi dilapangan.
Mola, Kapota, Kolo di Wanci.
Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa
Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.
23
NO Aspek Potensi Masalah
Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN
3 Permukiman DARATAN
Dimungkinkannya peningkatan kualitas lingkungan permukiman dengan berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah
Kulaitas lingkungan permukiman yang buruk dengan kondisi bangunan yang dominan dari material kayu memberi terkesan buruk dan tidak tertata
Peningkatan Kualitas lingkungan melalui subsidi dan bantuan program yang dapat meningkatkan kualitas hunian masyarakat
Program Peningkatan Kualitas Permukiman dan Program Pembangunan Permukiman Baru. Untuk mengatasi masalah kerusakan suatu kawasan dan kemunduran kualitas bangunan dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat menurut standar yang berlaku
Sulitnya mewujudkan
Karakater Etnis yang sering bermukim mengelompok dan membentuk satu kelompok penduduk., dan selalu berkmpul secara bersama-sama. Ditandai dengan banyaknya kawasan yang bermukim mengelompok baik didaratan maupun bermukim diatas air.
Memiliki nilai Jual Wisata dengan Karakter unik dan masih Tradisional.
Permukiman diatas air yang telah lama bermukim secara turun temurun sehingga keberadaan mereka juga harus diakui dan terintegrasi dalam satu bagian masyarakat Wakatobi.
Etnis Suku Bajo Berkembang Kuat, membangun di atas air yang fungsi ruangnya berada di Zona Pemanfaatan Lokal
Permukiman diatas Laut sangat Berpotensi sebagai Kawasan Rawan Bencana Gelombang.
Adanya indikasi permukiman diatas laut melakukan Penimbunan area rumah Penduduk dengan menggunakan material Koral Laut.
Sampah dapat menyebabkan pencemaran ekosistem dan Buruknya kesehatan masyarakat
Secara Historis menunjukkan bahwa masyarakat lebih betah hidup diatas laut. Dan sebagai pusat kegiatan masyarakat
Adanya ketidak jelasan menyangkut pengaturan Kawasan yang bermukim diatas air.
Status Penguasaan, dan Kepemilikan maupun perlindungan hukum terhadap hak Lahan diatas Laut yang diberikan oleh pemerintah belum jelas
Adannya kondisi dilematis bagi masyarakat yang bermukim diatas laut karena tidak memiliki kepastian dan belum ada ketentuan hukumnya.
Budaya masyarakat suku bajo yang merasa nyaman hidup diatas dilaut sehingga sulit dan enggan untuk pindah dari lingkungannya.
Belum terdapat peraturan yang mengatur secara legal terhadap permukiman penduduk diatas air.
Tidak adanya penetapan batas bidang tanah.
Kawasan permukiman diatas air tumbuh menjadi kawasan slum area dan squter yang tidak sesuai dengan RTRW.
Mola, di Wanci.
Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga di Kaledupa
Lamanggau Onemai Di Tomia.
PESISIR
Sebagai kawasan pesisir potensi ekonomi dalam bidang perikanan laut dan tangkat serta budidaya rumput laut memberikan sumbangsi positif bagi peningkatan taraf ekonomi masyarakat
karakter melaut masyarakat yang masih tradisional dan ramah Lingk. merupakan asset kearifan local yang masih terjaga
Pola kehidupan masyarakat yang unik
Wilayah pesisir mayoritas dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan kekerabatan keluarga yang dekat satu sama lain
Penghasilan masyarakat belum dapat menopang penghidupan secara utuh
Pola hidup yang kurang sehat memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Kurangnya wadah bagi masyarakat untuk menjual hasil perikanan
Secara Historis menunjukkan bahwa masyarakat lebih betah hidup dekat dengan aktivitas laut
Adanya ketidak jelasan menyangkut pengaturan Kawasan.
Kualitas permukiman di Kawasan pesisir dikategorikan semi permanen dengan konsep rumah panggung dan rumah biasa dari kalangan masyarakat berpenghasilan
Kerjasama dan sinkronisasi kawasan antara pemerintah dan badan konservasi tentang batas dan kelayakan pemanfaatan ruang pesisir.
Mola, Kapota, Kolo di Wanci.
Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa
Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.
24
NO Aspek Potensi Masalah
Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN
4 Sanitasi dan Drainase
DARATAN
Armada Angkutan Sampah saat ini berjumlah 2 unit untuk mengangkut sampah kota
Pembangunan Kawasan TPA melalui Konsep cotroling landfill di Komala dengan luas kawasan TPA ± 3 Ha, berpotensi beroperasi sampai beberapaTahun kedepan
Dimungkinkan perncanaan dan
pembangunan drainase baru baik itu melaui perbaikan dan meningkatkan kualitas jaringan dan sanitasi yang baik bagi masyarakat
Tidak Memiliki Jaringan Drainase
Drainase tidak menerus dan volume jaringan tidak sama
Ukuran saluran kecil dan sedimen besar
Masalah elevasi saluran yang menyebabkan air tidak mengalir
Sisterm pengolahan limbah langsung dibuang kelingkungan sekitar dan tidak diolah
Peningkatan jumlah Armada dan pengangkutan agar jumlah sampah yang terangkut dapat diwujudkan pada tahun mendatang
Pembangunan kawasan TPA memerlukan biaya yang tidak sedikit
Pembangunan instalasi Pengolahan Air Limbah diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran dipesisir pantai nantinya
Peningkatan jaringan dan utilitas kawasan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kawasan permukiman
Mewujudkan kawasan hunian dan lingkungan yang sehat sangat tergantung dari upaya pemerintah untuk masyarakat dalam menjaga lingkungan
Sanitasi Buruk dan langsung kelaut
MCK langsung Kelaut
Budaya hidup sehat belum terlihat
Sosialisasi dan edukasi sangat tergantung dari keinginan masyarakat untuk berubah dari pola hidup tidak sehat menuju pola budaya hidup sehat
Mewujudkan kawasan hunian dan lingkungan yang sehat sangat tergantung dari upaya pemerintah dan kerjasama
Lamanggau Onemai Di Tomia.
PESISIR
Dimungkinkan perncanaan dan pembangunan drainase baru baik itu melaui perbaikan dan meningkatkan kualitas jaringan dan sanitasi yang baik bagi masyarakat.
Reklamasi pantai masih dilakukan secara tradisional pada kawasan pesisir.
Sanitasi Buruk dan langsung kelaut
MCK langsung Kelaut
Budaya hidup sehat belum terlihat
Sosialisasi dan edukasi sangat tergantung dari keinginan masyarakat untuk berubah dari pola hidup tidak sehat menuju pola hidup sehat
Mewujudkan kawasan hunian dan lingkungan yang sehat sangat tergantung dari upaya pemerintah kerjasama masyarakat
Menumbuhkan Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan
Mola, Kapota, Kolo di Wanci.
Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa
Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.
25
NO Aspek Potensi Masalah Peluang
Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN
6 Penataan Bangunan dan Lingkungan
DARATAN
Rencana Pengembangan Kawasan sebagai Kawasaninti pengembangan destinasi wisata (pintu masuk) Kabupaten Wakatobi
Penataan Bangunan dan Lingkungan Melalui kegiatan revitalisasi kawasan dan rencana tindak penataan kawasan yang dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi dan tempat wisata tepian pantai bagi masyarakat.
Penataan bangunan dan lingkungan dapat berfungsi sebagai panduan rancangan bangun suatu kawasan yang sesuai dengan perkembangan kota
Akses untuk kendaraan kebakaran masih perlu dipertimbangkan terutama pada ruas utama jalan dan akses jalan utama dengan ROW yang terbatas.
Belum adanya Hidrant Kebakaran untuk menanggulangi kejadian kebakaran
Sarana bermain dan Ruang Terbuka Hijau sebagai media untuk saling berinteraksi dan meningkatkan vitalitas ekonomi kawasan belum terlihat.
Menciptakan wajah dan entitas bangunan dan lingkungan kawasan yang mendukung perda bangunan gedung dengan karakter bangunan masyarakat lokal yang unik
Memanfaatkan sumber daya dan potensi wisata yang ada untuk dapat dikembangkan sebagai aset ruang terbuka puplik dan memberikan wajah baru kawasan.
Mewujudkan produk dan dokement rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah ada agar sesuai dengan tematik kawasan dan kesesuaian dengan arahan
Aset permukiman dan lingkungan kawasan diatas air dapat menjadi salah satu kearifan lokal masyarakat yang telah lama ada dikabupaten Wakatobi dan destinasi wisata yang unik
Kulaitas bangunan dan lingkungan yang buruk dan tipologi bangunan yang mengurangi nilai estetika kawasan
Kelengkapan infrastrukur penanggulangan kebakaran belum ada dan minimnya ketersediaan ruang terbuka sebagai media interaksi masyarakat
Diperlukan kerjasama dan penelitan mendalam tentang permukiman diatas air baik struktur, pola, dan bentukan wujud bangunan yang telah lama ada di kawasan permukiman diatas air sebagai kearifan lokal masyarakat
Menciptakan keharmonisan antara kearifan lokal masyarakat yang bermukim diatas air dengan prduk tata ruang yang ada untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang baik
Mola di Wanci.
Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga di Kaledupa
Lamanggau Onemai Di Tomia.
PESISIR
Adanya rencana penataan Waterfront city melalui produk dokument RTBL dimana kawasan pesisir menjadi pintu masuk utama dari laut.
Penataan Bangunan dan lingkungan melalui kegiatan penyusunan RTBL kawasan Pesisir pantai yang dapat menjadi RTH Kawasan
Dimungkinkannya kegiatan penataan kawasan pesisir untuk menciptakan lingkungan yang tertata dan berkualitas dapat dilakukan melalui kerjasama antara Pemda dan pemerintah Provinsi dan pusat
Belum adanya Hidrant Kebakaran untuk menanggulangi kejadian kebakaran
Sarana bermain dan Ruang Terbuka Hijau sebagai media untuk saling berinteraksi dan meningkatkan vitalitas ekonomi kawasan belum terlihat.
Aset tepian pantai belum dioptimalkan sebagai penunjang kegiatan masyarakat melalui media Pariwisata dan sarana rekreasi.
Pengelolaan kawasan pesisir belum optimal dalam medukung dan menopang pertumbuhan kawasan
Realisiasi dan tindak lanjut dari kegiatan penataan dan pengaturan bangunan dan lingkungan belum nampak sebagai kebutuhan yang perlu terutama penyeidaan RTH, ruang publik bagi masyarakat dan area wisata lainnya yang dapat memacu pertumbuhan sektor ekonomi kawasan
Mola, Kapota, Kolo di Wanci.
Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa
Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.
Taipabu, Wali, Rukuwa, Popalia di Binongko