• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 PROFIL KABUPATEN WAKATOBI - DOCRPIJM 15031144932. Bab 2 Profil Kab Wakatobi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 PROFIL KABUPATEN WAKATOBI - DOCRPIJM 15031144932. Bab 2 Profil Kab Wakatobi"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

PROFIL KABUPATEN WAKATOBI

2.1. Wilayah Administrasi

2.1.1. Luas Wilayah

Luas Kabupaten Wakatobi adalah 19.200 km2, terdiri dari daratan ± 823 km2 (4,3 %), dan

perairan/lautan ± 18.377 km2 (95,7 %). Kabupaten Wakatobi dengan ibukota di Wangi-Wangi

terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, 25 kelurahan dan 75 desa.. Kecamatan terluas adalah Kec.

Wangi – Wangi dengan luas 2.419,8 km² atau 29,40% sedangkan yang terkecil adalah Kec.

Keledupa dengan luas sebesar 455,0 km² atau 5,53% dari luas wilayah Kabupaten Wakatobi.

Kabupaten Wakatobi memiliki panjang pantai sejauh 198,76 km dengan karakteristik sebagian

besar adalah pantai berpasir membentang dari Semelagi Besar (Kec. Selakau) hinga Tanjung

Datok (Kec. Paloh). Kabupaten Wakatobi terletak di kepulauan jazirah Tenggara Pulau Sulawesi

dan bila ditinjau dari peta Propinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan

garis khatulistiwa

2.1.2. Batas Wilayah

Kabupaten Wakatobi terletak memanjang dari Utara ke Selatan di antara 05°00'-06°25' lintang

Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123°34'-124°64'

Bujur Timur (sepanjang ± 120 km). Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Wakatobi

adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Buton Utara

Sebelah Timur : Laut Banda

Sebelah Selatan : Laut Flores

(2)
(3)

2.2. Potensi Wilayah

1. Potensi Ekonomi

Dalam konteks makro, ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sektor

unggulan pada sektor pertanian, jasa, lalu perdagangan, hotel dan restoran. Potensi

sektor-sektor tersebut menunjukkan berbagai jenis kegiatan dilakukan masyarakat. Pergerakan roda

perekonomian wilayah ini didorong oleh sektor pertanian (produk), juga sektor kegiatan jasa

yang memberikan kontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah. Potensi sektor

kelautan dengan kekayaan sumberdaya hayati mendorong terciptanya kegiatan ekonomi di

kawasan ini, yang ditandai dengan perolehan penerimaan daerah dari sektor perdagangan,

hotel dan restoran.

2. Potensi Pariwisata

Berdasarkan data dari dinas pariwisatadiketahui bahwa jumlah pulau diKabupaten Wakatobi

adalah 138 buah.Sebagai daerah kepulauan yang sebagianbesarnya adalah wilayah

laut,maka wajardaerah ini kaya dengan sumberdaya alamlaut. seperti sekitar 942 species

ikan;90.000 ha luas terumbu karang; 750species karang dari 850 species karang didunia;

memiliki karang atol (Atol Kaledupa) dengan panjang 48 km danmerupakan karang atol terpanjang di dunia. Potensi pariwisata itu sendiri tumbuh dan berkembang karena ditunjangoleh keberadaan perikanan dan kelautan yang menjadi andalanKabupaten

Wakatobi karena jenis/speciesnya baik species ikan maupunspecies terumbu karang

merupakan terbanyak di dunia dibanding pusat - pusatdiving dunia lainnya seperti Pulau

Karibia dan Laut Merah dimanamasing-masing memiliki 50 species dan 300 species terumbu

karang.Berikut diuraikan potensi objekdan daya tarik wisata alam pada masing-masing

wilayah kecamatanberdasarkan pulau-pulau utama.

1. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan

lingkunganalam di wilayah perairan laut, yang berupa antara lain:

 Bentang pesisir pantai

 Bentang laut, baik perairan di sekitar pesisir pantai maupun lepas pantai yang

menjangkau jarak tertentu yang memiliki potensi bahari.

 Kolam air dan dasar laut

2. Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan

lingkunganalam di wilayah daratan, yang berupa antara lain:

 Pegunungan dan hutan alam/taman nasional/taman wisata alam/taman hutan raya

 Perairan sungai dan danau

 Perkebunan

(4)

2.3. Demografi dan Urbanisasi

Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, seperti yang tercantum dalam Program

Pembangunan Nasional bahwa manusia Indonesai atau penduduk di sebut modal dasar di

samping modal dasar lainnya, apabila mereka dapat dibina dan dikerahkan secara efektif. Namun

penduduk juga menjadi beban pembangunan apabila tidak berkualitas, baik kualitas pendidikan,

kesehatan mental dan fisik. Oleh karena itu penduduk yang banyak bukan jaminan bagi

tercapainya keberhasilan pembangunan. Berdasarkan kepadatan penduduk, kecamatan dengan

kepadatan tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Kaledupa dengan kepadatan

pendudukmencapai 236 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Togo-Binongko mencapai 78

jiwa/km2.

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Wakatobi Tahun 2014

No Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 Binongko 93,1 8.364 8.332 8.295 8.268 8.176 89,84 89,50 89,10 88,81 87,82 2 Togo Binongko 62,9 4.694 4.671 4.597 4.579 4.550 74,63 74,26 73,08 72,80 72,34 3 Tomia 47,1 6.925 6.933 6.983 6.994 7.038 147,03 147,20 148,26 148,49 149,43 4 Tomia Timur 67,9 8.443 8.301 8.107 7.973 7.777 124,34 122,25 119,40 117,42 114,54 5 Kaledupa 45,5 10.024 10.166 10.302 10.315 10.531 220,31 223,43 226,42 226,70 231,45 6 Kaledupa Selatan 58,5 6.374 6.386 7.167 7.167 7.150 108,96 109,16 122,51 122,51 122,22 7 Wangi – Wangi 241,98 23.089 23.584 24.068 24.539 25.056 95,42 97,46 99,46 101,41 103,55 8 Wangi – Wangi Selatan 206,02 115.663 69.820 47.315 23.562 24.511 561,42 338,90 229,66 114,37 118,97

(5)

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.4.1. Potensi Ekonomi Wilayah

Dalam konteks makro, ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi memiliki potensi sektor unggulan

pada sektor pertanian, jasa, laluperdagangan, hotel dan restoran. Potensi sektor-sektor

tersebutmenunjukkan berbagai jenis kegiatan dilakukan masyarakat. Pergerakanroda

perekonomian wilayah ini didorong oleh sektor pertanian (produk),juga sektor kegiatan jasa yang

memberikan kontribusi cukup tinggi pada perekonomian daerah. Potensi sektor kelautan dengan

kekayaan sumberdaya hayati mendorong terciptanya kegiatan ekonmi di kawasan ini, yang

ditandai dengan perolehan penerimaan daerah dari sector perdagangan, hotel dan restoran.

Struktur ekonomi wilayah Kabupaten Wakatobi dapat dilihat dari besaran distribusi persentase

sektoral. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam

sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatusektor,

semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi wilayah. Berikut

data 3 sektor dengan nilai PDRB tertinggi secara berturut-turut pada tahun 2014 adalah 1)

Pertanian sebesar 266.321,35 Juta Rupiah (46,9%), 2) Jasa sebesar 94.125,75 JutaRupiah

(16,6%), 3) Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 93.922,68 Juta Rupiah (16,5%).

Tabel 2.2. PDRB Atas dasar Harga Berlaku Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014 (Juta Rp)

No Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pertanian 96,533.81 185,475.72 211,234.87 226,911.54 266,321.35 2 Pertambangan & Penggalian 7,941.95 10,055.35 11,470.99 12,705.17 18,678.90 3 Industri Pengolahan 9,125.41 10,225.80 11,483.12 13,547.20 16,603.83 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,448.40 3,101.26 3,487.08 3,850.97 4,390.71

5 Bangunan 8,830.49 12,024.17 14,698.48 17,491.37 24,495.90

(6)

Gambar 2.2. Grafik PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014

Tabel 2.3. PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014 (Juta Rp)

No Sektor Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Pertanian 65.676,80 67.993,12 69.666,12 72.016,73 73.517,88 2 Pertambangan & Penggalian 6.358,88 7.077,48 7.527,04 7.912,28 9.568,91 3 Industri Pengolahan 8.053,98 8.663,48 9.037,90 9.411,94 10.385,16 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 987,36 1.246,74 1.337,66 1.439,40 1.538,68

5 Bangunan 7.073,21 8.426,81 9.627,07 10.310,00 12.064,36

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23.279,76 24.794,73 25.422,24 28.098,67 31.158,52 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.024,65 4.661,86 5.200,40 5.457,55 5.719,83 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9.784,09 12.529,47 15.678,83 16.622,06 17.550,61 9 Jasa - Jasa 33.874,52 35.889,96 38.070,13 41.317,21 44.965,38 Jumlah 289.410,71 311.445,39 329.675,87 348.249,76 372.013,72

[CATEGORY NAME] ; [PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]; [PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]; [VALUE]; [PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];

[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];

[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME]

[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];

[PERCENTAGE] [CATEGORY NAME];

[PERCENTAGE]

(7)

Gambar 2.3. Grafik Pertumbuhan Sektor PDRB Kabupaten Wakatobi Tahun 2010-2014

2.4.2. Lingkungan Strategis

1. Topografi

Kabupaten Wakatobi yang berbentuk kepulauan dikelilingi laut dan terdiri dari empat gugusan

pulau besar, yaitu pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, danBinongko.Pulau Wangi-Wangi bagianSelatan bertopografi datar hingga curam.Kedalaman perairan berkisar 5 - 1.884 m.Tipe

pasang surut campuran semi diurnal terendah ± 500 meter dari garis pantai,khususnya bagian

Selatan. Bagian Barat, Utara dan Timur kondisi pantai relatif curam. Kecepatan arus perairan

pulau Wangi-Wangi 0,09 – 0,6m/detik. Pada musim Timur, kondisi gelombang laut sangat kuat

yangdipengaruhi oleh tiupan angin dari arah laut Banda, sedangkan pada musim Barat tidak

terlalu besar karena terhalang oleh pulau Buton.Pulau Kaledupa, pada bagian Utara bertopografi datar. Kedalaman perairan berkisar 2 m - 1.404 m. Pada bagian Selatan dan

Timur Pantai kondisi pantai umumnya relatif curam dengan kedalaman 35 m - 414 m.Pulau Tomia,umumnya bertopografi datar hingga curam dengan kedalaman perairan berkisar 0 m -1.404 m. Wilayah dengan topografi landai umumnya terletak di bagian Selatan pulau Tomia,

pulauTolandono, dan pulau Lentea Selatan dengan kedalaman perairanmaksimum 280 m,

sedangkan pada bagian Utara kondisi pantainyaumumnya curam/bertubir dengan kedalaman

500 m.Untuk pulau Binongko, secara umum keadaan topografinya relatif curam dengan

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

(8)

kedalaman perairan berkisar antara 181 m - 721 m, namun pada bagian Selatan mencapai

1.573 meter.

2. Morfologi

Ketinggian merupakan salah satu faktor fisik yang sangat berpengaruh terhadap suhu udara.

Makin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut maka semakin rendah suhu udara dan

sebaliknya. Karena wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di

bawah 500 meter dari permukaan laut (mdpl) dan berada di sekitar daerah khatulistiwa,

sehingga daerah ini secara umum beriklim tropis.

3. Klimatologi

Posisinya yang berdekatan dengan garis khatulistiwa menjadikan Kabupaten Wakatobi

beriklim tropis. Menurut klasifikasi Schmidt-Fergussoniklim di Kepulauan Wakatobi termasuk

tipe C, dengan dua musim yaitu musim kemarau (musim timur: April–Agustus) dan musim

hujan (musim barat: September–April) dengan suhu harian berkisar antara 19 – 34oC. Musim

angin barat berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret yang ditandai

dengan sering terjadi hujan, gelombang laut cukup besar sehingga nelayan jarang yang

melaut. Sementara itu musim angin timur berlangsung bulan Juni sampai dengan September

yang ditandai dengan kondisi laut yang teduh, gelombang tenang dan jarang terjadi hujan

sehingga nelayan sering melaut. Peralihan musim yang biasa disebut musim pancaroba

(bulan Oktober-November dan bulan April-Mei) kondisi gelombang laut tidak menentu sangat

tergantung dengan cuaca. Jumlah curah hujan di Kepulauan Wakatobi juga tidak begitu tinggi,

data 10 tahun terakhir menyebutkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan

September hanya mencapai 2,5 mm dan curah hujan tertinggi di bulan Januari mencapai 229,5

mm. Data statistik terkait kondisi iklim dilakukan melalui pencacatan stasiun pengamatan

cuaca di Kota Kendari. Jumlah hari hujan pada tahun 2007 - 2008 berkisar antara 203-242 hari

hujan, dengan curah hujan antara 2.301 – 3.466 mm. sedangkan suhu udara rata-rata

maksimum pada rentang tahun 2004-2008 adalah 32-34oC. Adapun suhu udara rata-rata

minimum berkisar pada 20-21oC. Dalam kurun waktu tahun 2004-2008 kelembaban udara

antara 75-88%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 4 m/sec. Sebagai kawasan dengan

karakteristik pantai, tekanan udara rata-rata mencapai 1,009 milibar pada tahun 2008.

Keadaan musim di Kabupaten Wakatobi pada umumnya sama seperti daerah-daerah lain di

Indonesia dimana mempunyai 2 musim yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim

penghujan tahun 2008 terjadi di antara bulan Desember sampai dengan bulan April, pada saat

tersebut angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan lautan Pasifik yang mengandung

banyak uap air. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli dan September, pada bulan-bulan

tersebut angin Timur yang bertiup dari Benua Australia sifatnya kering dan kurang

mengandung air. Khususnya pada bulan April dan Mei di daerah Kabupaten Wakatobi arah

(9)

dikenal dengan musim pancaroba. Curah hujan yang dibawah normal terjadi di bulan Agustus

yaitu di kelurahan Waha Kecamatan Tomia kurang dari 9 mm dibawah curah hujan normal

yaitu 9 – 13 mm, sedangkan di kelurahan Wanci Kecamatan Wangi-Wangi kurang dari 27 mm

dibawah curah hujan normal yaitu 27–37 mm, sedangkan untuk bulan-bulan selain Agustus

curah hujan relatif normal. Sebagai wilayah yang sebagian besar wilayahnya merupakan

lautan, pengaruh musim juga sangat berpengaruh pada aktivitas masyarakat di Kabupaten

Wakatobi. Tingginya gelombang laut dan ombak yang keras akibat pengaruh musim Timur dan

musim Barat, menjadi hambatan bagi masyarakat. Puncaknya biasa terjadi pada bulan

Juli-Agustus. Sehingga, pada bulan-bulan tersebut biasanya transportasi antar pulau sering

mengalami keterlambatan. Tinggi rendahnya suhu udara pada suatu tempat antara lain

dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan air laut. Makin tinggi

posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara dan sebaliknya.

Karena wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1000

meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa, sehingga daerah ini

bersuhu panas.

4. Hidrologi

Sumber air di Kabupaten Wakatobi umumnya berasal dari air tanah (ground water) dari

wilayah perbukitan yang dialirkan ke rumah rumah penduduk dengan menggunakan pipa besi

dan gua-gua karst yang oleh penduduk setempat disebutTofa, tetapi air tanah dari perbukitan

dan gua-gua karst tersebut sebagian tidak layak minum hanya bisa digunakan untuk mandi,

cuci dan kakus (MCK), sehingga untuk kebutuhan air minum menggunakan air hujan yang

ditampung dengan guci-guci tanah dan profile tank. Muka air tanah di seluruh Kepulauan

Wakatobi dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut. Selain air tanah dari perbukitan dan air

hujan yang ditampung ada juga air sumur tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak.

5. Geologi dan Tata Lingkungan

Berdasarkan tinjauan geologis, wilayah Kabupaten Wakatobi tersusun dari alluvium, dan

sedimen serta batu gamping, yang berasal dari terobosan beku formasi terumbu berumur

holosen, meosin dan pleosin. Hasil obervasi lapangan, maka kondisi geologi keempat pulau

besar mempunyai kesamaan kondisi geologi, yang merupakan batuan terumbu dengan

kepadatan yang tinggi, sehingga tidak menjadi penghambat dalam melakukan pembangunan

gedung. Namun demikian keadaan geologis dengan batuan terumbu karang tersebut pada

wilayah daratan membuat pengembangan sektor pertanian tanaman pangan terbatas, karena

besarnya dominasi batu karang daripada tanah, terutama di Pulau Binongko. Pulau yang

cenderung memiliki banyak tanah (soil) adalah Kaledupa sehingga kegiatan pertanian lebih

(10)

6. Potensi Bencana Alam

Bencana alam menjadi salah satu perhatian serius dalam penataan ruang. Daerah atau

kawasan yang nantinya diidentifikasi berpotensi terjadinya bencana alam agar diarahkan

menjadi kawasan lindung atau kawasan budidaya bersyarat. Pengenalan akan kemungkinan

bencana alam sangat diperlukan dalam perencanaan suatu wilayah, sehingga bencana alam

yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda dapat dihindari atau diminimalisir.

Gelombang Pasang Air Laut

Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi bencana alam terutama

bencana alam terkait wilayahnya yang sebagian besar merupakan laut dan pesisir.

Potensi bencana gelombang air laut (tsunami) atau gelombang besar dimungkinkan

terjadi jika adanya gempa besar akibat patahan di bawah laut dengan kedalaman yang

disyaratkan terjadinya gelombang laut besar/tsunami. Hal ini juga terkait dengan

kerentanan wilayah Indonesia yang merupakan ring of fire,wilayah yang dikelilingi jalur

gunung api. Posisi wilayah Kabupaten Wakatobi secara langsung tidak berada jalur

patahan akan tetapi berpotensi terkena limpahan/rembesan gelombang besar dari

wilayah lain disekitar wilayah Kabupaten Wakatobi.

Erosi

Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 500

meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah yang paling tinggi tersebut masuk kategori

perbukitan, karena suatu ketinggian disebut gunung hanya ditujukan untuk daerah yang

memiliki ketinggian di atas 500 mdpl. Selain hal tersebut sebagian besar perbukitan terdiri

dari formasi batu karang. Berdasarkan fakta tersebut maka untuk potensi rawan bencana

longsor dan erosi relatif rendah.

Rawan Bencana Geologi

Rawan bencana geologi karena umunya wilayah pulau-pulau utama di Kabupaten

Wakatobi dominan struktur batuan gamping yang berada pada elevasi ketinggian yang

cukup beragam. Potensi rawan runtuhan batuan (rawan geologi) karena di beberapa

lokasi terutama di bagian tengah pulau seperti di Pulau Wangi-Wangi, Tomia dan

Binongko dimana struktur batuan gamping yang merupakan strukutr batuan utama

pembentuk daratan pulau, tersebar pada semua wilayah, terutama pada daerah

perbukitan, posisi sebaran batuan pada daerah dataran tinggi tersebut jika tidak

diantisipasi, cukup memberikan dampak berupa reruntuhan batuan yang akan

membahayakan wilayah sekitarnya. Saat ini peristiwa longsoran batuan masih relatif

kecil.

Banjir

Potensi bencana banjir setempat biasa terjadi pada saat musim penghujan dengan curah

(11)

bersifat setempat dan sementara serta dampaknya relatif tidak besar. Genangan wilayah

banjir umumnya terjadi terutama pada lokasi/kawasan perkotaan yang sistem drainase

perkotaanya belum optimal seperti yang sering terjadi di Ibukota Kabupaten Wakatobi..

Sehingga perlu adanya langkah antisipasi dengan perbaikan sistem drainase perkotaan.

Pemanasan Global

Isue pemanasan global (global warming) terkait dengan peningkatan temperatur rata -rata

permukaan bumi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan dampak pada mencairnya

es di kutub Utara dan Selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (sea level

rise). Pemanasan global diyakini disebabkan oleh berbagai macam aktivitas manusia.

Hasil pembakaran jenis ini antara lain gas karbondioksida (CO2) yang dalam skala global

berjumlah miliaran ton setiap tahun disemburkan ke atmosfir bumi. Akibatnya, sinar

matahari yang tiba di permukaan bumi tak leluasa dipancarkan kembali ke ruang

angkasa. Panas tersebut terperangkap dekat permukaan bumi, menghasilkan gejala

seperti di rumah kaca yang digunakan untuk menyemaikan tanaman (efek rumah kaca).

Peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer secara terus menerus akan meningkatkan

suhu di bumi. Dampak awal yang dapat dikenali akibat peningkatan gas rumah kaca

adalah perubahan iklim. Akibat yang merugikan dari perubahan iklim adalah perubahan

terhadap lingkungan fisik dan biota. Dampaknya, terjadi kerusakan terhadap komposisi

ketahanan atau produktivitas ekosistem alam.

Proses perubahan iklim terjadinya peningkatan suhu permukaan bumi yang diikuti

naiknya suhu permukaan laut, perubahan curah hujan,perubahan frekuensi dan intensitas

badai, dan naiknya tinggi permukaan laut akibat mencairnya es di kutub. Selanjutnya

akanmenyebabkan perubahan terhadap berbagai sektor antaralain industry pertanian,

perikanan, pariwisata, terjadinya krisis air bersih dan meningkatnya penyakit tertentu.

Diperkirakan dampak perubahan iklim diantaranya naiknya permukaan laut, krisis air

bersih di perkotaan, rusaknya infrastruktur wilayah pantai, menurunnya produktivitas

pertanian, meningkatnya wabah berbagai macam penyakit dan lainnya.Secara umum,

kenaikan muka air laut merupakan dampak daripemanasan global (global warming) yang

melanda seluruh belahan bumi ini. Pemanasan global pada dasarnya merupakan suatu

perubahan fenomena iklim global yaitu dengan peningkatan temperatur rata–rata

permukaan bumi dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan IPCC(International Panel On

Climate Change) bahwa rata - rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 sejak

akhir abad 19 dan sampaitahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,80

(Dahuri,2002). Menurut Mustain (2002) pemanasan global tersebut disebabkan oleh

adanya efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon diatmosfer bumi.Naiknya suhu

(12)

sehingga terjadilah kenaikan muka laut (SeaLevel Rise). Diperkirakan dari tahun

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

2.4.3. Isu – Isu Strategis

Isu-isu strategis Wilayah Kabupaten Wakatobi secara umum dan secara khusus pada bidang

Cipta Karya adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten Wakatobi sebagai Kawasan Taman Nasional Laut Wakatobi

Kabupaten Wakatobi sebagai kawasan lindung nasional yaitu Taman Nasional Laut

Wakatobi dengan mayoritas wilayahnya adalah lautan ± 18.377 KM2 (95,7 %) dengan

daratan hanya sekitar ± 823 KM2(4,3 %).

2. Transportasi

 Teridentifikasi adanya kawasan tertinggal (Binongko dan Togo Binongko) sebagai

dampak dari rendahnya aksesibilitas kawasan terutama rendahnya intensitas

transportasi penyeberangan dari dan menuju Pulau Binongko; dan

 Infrastruktur antar pulau dengan transportasi internal dan eksternal.

3. Ekonomi dan Sektor Unggulan

 Sebagai wilayah kepulauan dengan mayoritas wilayahnya lautan maka potensi

perikanan dan kelautan sangat potensial, namun untuk saat ini berdasarkan kontribusi

belum memberikan kontribusi yang besar;

 Berdasarkan hasil analisis sektor unggulan Kabupaten Wakatobi adalah 1)

Perdagangan, hotel dan restoran dan 2) Jasa-jasa. Berkembangnya kedua sektor

tersebut merupakan indikasi bahwa kegiatan pariwisata, terutama potensi wisata

kelautan mempengaruhi perkembangan kedua sektor tersebut di atas; dan

 Adanya destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah, sosial dan budaya meliputi

benteng-benteng bersejarah, kuburan tua, kesenian khas baik itu tarian, kain adat,

maupun upacara adat dan sebagainya yang perlu dilestarikan yang tersebar di hampir

semua pulau.

4. Kondisi Daya Dukung Wilayah

 Keterbatasan sumberdaya lahan, dimana selain besarnya wilayah lautan, wilayah

daratan yang ada-pun sebagian besar relatif tidak terlalu subur karena terdiri dari

struktur batuan dan karang.

 Sumberdaya air sangat terbatas terutama air bersih/air tawar, dimana berdasarkan data

bahwa kapasitas produksi sekitar 130 liter/detik, angka ini hanya cukup untuk melayani

kebutuhan sampai tahun 2025, karena pada tahun 2030kebutuhan air bersih

Kabupaten Wakatobi akan lebih meningkat lagi, sehingga sebelum tahun 2030 harus

diupayakan mencari sumber-sumber air baru untuk mengantisipasi kebutuhan pada

tahun tersebut dan tahuntahun yang akan datang yang terus meningkat sesuai laju

pertumbuhan penduduk.

(20)

jam penuh. Hal ini berbeda sekali dengan pulau-pulau lainnya yang hanya dilayani listrik

sekitar 12 jam.

5. Keterpaduan (integrasi) sektor pariwisata dengan sektor perikanan kelautan dan fungsi Kabupaten Wakatobi sebagai Taman Nasional Laut Wakatobi (kawasan konservasi).

6. Sistem pengolahan sektor perumahan permukiman dalam memenuhi ketersediaan pelayanan air bersih, sanitasi (pengelolaan sampah dan air limbah) yang memperhatikan

(21)

21

NO Aspek Potensi Masalah Peluang

Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN

1 Persampahan DARATAN

 Penanganan sampah di wilayah daratan relatif cukup baik. 0,0003 m3 orang/hari. Hal ini terkait dengan jumlah timbulan sampah yang masih kecil 0,0003 m3 orang/hari. yang masih dapat ditangani oleh masyakat pada umumnya. Tepapi pada kawasan perdagangan seperti pasar perlu mendapat perhatian.

 Dengan perkembangan kota di masa datang maka diperlukan suatu sistem persampahan yang baik untuk mengatasi timbulan sampah dan peningkatan volume sampah dan peningkatan kapasitas TPA komala

 Masyarakat masih menggunakan konsep timbun dan bakar untuk mengatasi masalah sampah.

 Mengurangi produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kabupaten Wakatobi yang diperkirakan 706,39 M3/hari.

 Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari budaya pola hidup sehat dan metoda pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sampah dan beberapa keputusan bupati tentang kawasan bebas sampah dan larangan membuang sampah dilaut dan waktu membuang sampah bagi masyarakat

 Menciptakan Sistem pengelolaan sampah secara modern sehingga hasil sampah dapat bernilai ekonomis untuk tahun mendatang .

 Program yang terlaksana dan telah dijalankan saat ini dapat saja menghilang setelah masa pemerintahan saat ini bila tidak dilakukan sinkronisasi program yang akan berjalan oleh pemerintahan berikutnya

 Tetap menjalankan aturan dan anjuran yang telah ditetapkan melaui Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji

coba/percontohan sistem 3 R

 Pongo

 Diperlukan suatu mekanisme dan sistem penampungan sampah melaui metode dan teknik pengumpulan sampah diatas air sehingga masyarakat yang bermukim diatas air tidak membuang sampah dilaut. Ataupun yang menjadi area belakang rumah masyarakat.

 Masih ada sebagian masyarakat yang masih menjadikan laut sebagai halaman belakang. Dan belum sadar akan larangan membuang sampah dilaut.

 Metode pembuangan sampah dipermukiman diatas air dilakukan dengan menyusun batu diatas air dengan bentuk lubang dan nantinya ditimbun dapat merusak lingkungan.

 Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari budaya pola hidup sehat dan metoda pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sampah dan beberapa keputusan bupati tentang kawasan bebas sampah dan larangan membuang sampah dilaut dan waktu membuang sampah bagi masyarakat

 Tetap menjalankan aturan dan anjuran yang telah ditetapkan melaui Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji

coba/percontohan sistem 3 R

 Mola Raya

 Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga, Waduri, Kaledupa

 Lamanggau Onemai Di Tomia.

PESISIR

 Penanganan sampah di wilayah daratan relatif cukup baik. 0,0003 m3 orang/hari. Hal ini terkait dengan jumlah timbulan sampah yang masih kecil 0,0003 m3 orang/hari.

 Dengan perkembangan kota di masa datang maka diperlukan suatu sistem persampahan yang baik untuk mengatasi timbulan sampah dan peningkatan volume sampah dan peningkatan kapasitas TPA komala

 Masih ada sebagian masyarakat yang masih menjadikan laut sebagai halaman belakang. Dan belum sadar akan larangan membuang sampah dilaut.

 Metode pembuangan sampah dipermukiman diatas air dilakukan dengan menyusun batu diatas air dengan bentuk lubang dan nantinya ditimbun dapat merusak lingkungan.

 Diperlukan apresiasi oleh pemerintah dan warga masyarakat untuk tetap menjaga lingkungan dari budaya pola hidup sehat dan metoda pembuangan sampah dari TPS dan bak sampah yang ada dan menjalankan aturan Perda sampah dan beberapa keputusan bupati tentang kawasan bebas sampah dan larangan membuang sampah dilaut dan waktu membuang sampah bagi masyarakat

 Tetap menjalankan aturan dan anjuran yang telah ditetapkan melaui Edukasi, penyuluhan, kampanye, sosialisasi, uji

coba/percontohan sistem 3 R

 Mola Raya, Kapota Raya, Kolo, Wanci.

 Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantigola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano, Kaledupa

 Waha, Onemai,Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.

(22)

22

NO Aspek Potensi Masalah Peluang

Pengembangan

Tantangan

Pengembangan Lokasi

FISIK LINGKUNGAN

2 Air Minum DARATAN

 Peningkatan sumber air baku melalui upaya penyediaan air minum yang dapat menyuplai seluruh kota sumber air minum berasal dari Air Dalam Goa Wa Gehe-gehe di Kontamale, tee-bete , mata air goa Kapota dan liya

 Sistem penyediaan air minum terkendala oleh debit air dan sumber air yang berkurang pada musim kemarau

 Kondisi air minum yang berkapur.  Sistem perpipaan yang belum melayani

seluruh kota

 Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap melalui pompanisasi

 Masih banyak jalur pipa yang belum tersambung

 Pipa transmisi yang belum seusai kebutuhan pelanggan

 Sumber air baru dengan debit air yang kecil, sehingga diperlukan intake baru dan sumber-sumber air baru serta pembangunan jaringan perpipaan baru

 Diperlukan metode dan teknologi terapan pada masa yang akan datang dengan memanfaatkan aset air laut sebagai sumber air minum dan teknologi aerasi untuk menghilangkan kadar kapur yang terdapat dalam air terlarut

 Alasan efisiensi penggunaan daya listrik PLN dapat menghambat kinerja pompa yang ada.

 Penerapan teknologi masih menjadi ide dan gagasan yang belum dituangkan dalam

 Binongko dan Togo Binongko

DIATAS AIR

 Nilai air tawar untuk keperluan air minum dan keperluan lainnya menjadi sangat berharga dimasyarakat diatas air.

 Dominan masyarakat mengambil air dari wilayah daratan yang diangkut menggunakan perahu

 Upaya menghubungkan pipa transmisi dari daratan ke kawasan permukiman diatas air terkendala oleh debit air dan jangkauan jaringan yang jauh dan terputus  Sistem perpipan yang teputus dan tidak

memiliki Pompa.

 Akses air minum untuk masyarakat diatas air (Bajo) perlu diupayakan solusinya bagi pemerintah daerah. Melalui dana APBD ataupun hibah dari sektor swasta.

 Menghubungkan transmisi dan jaringan perpipaan memerlukan biaya dan konstruksi bawah laut yang sesuai

 Penerapan teknologi masih menjadi ide dan gagasan yang belum dituangkan dalam aplikasi dilapangan.

 Mola di Wanci.

 Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga di Kaledupa  Lamanggau Onemai Di

Tomia.

PESISIR

 Peningkatan sumber air baku melalui upaya penyediaan air minum yang dapat menyuplai seluruh kota sumber air minum berasal dari Air Dalam Goa Wa Gehe-gehe di Kontamale, tee-bete , mata air goa Kapota dan liya

 Sistem penyediaan air minum terkendala oleh debit air dan sumber air yang berkurang pada musim kemarau

 Kondisi air minum yang berkapur.  Sistem perpipaan yang belum melayani

seluruh kota

 Sumber air goa memerlukan tenaga pengisap melalui pompanisasi

 Masih ada masyarakat yang menggunakan sumber air minum dari sumur resapan.

 Sumber air baru dengan debit air yang kecil, sehingga diperlukan intake baru dan pembangunan jaringan perpipaan baru.

 Mengurangi tingkat salinitas air dan zat kapur melalui metode dan teknologi terbaru

 Alasan efisiensi penggunaan daya listrik PLN dapat menghambat kinerja pompa yang ada.

 Penerapan teknologi masih menjadi ide dan gagasan yang belum dituangkan dalam aplikasi dilapangan.

 Mola, Kapota, Kolo di Wanci.

 Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa

 Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.

(23)

23

NO Aspek Potensi Masalah

Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN

3 Permukiman DARATAN

 Dimungkinkannya peningkatan kualitas lingkungan permukiman dengan berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah

 Kulaitas lingkungan permukiman yang buruk dengan kondisi bangunan yang dominan dari material kayu memberi terkesan buruk dan tidak tertata

 Peningkatan Kualitas lingkungan melalui subsidi dan bantuan program yang dapat meningkatkan kualitas hunian masyarakat

 Program Peningkatan Kualitas Permukiman dan Program Pembangunan Permukiman Baru. Untuk mengatasi masalah kerusakan suatu kawasan dan kemunduran kualitas bangunan dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat menurut standar yang berlaku

 Sulitnya mewujudkan

 Karakater Etnis yang sering bermukim mengelompok dan membentuk satu kelompok penduduk., dan selalu berkmpul secara bersama-sama. Ditandai dengan banyaknya kawasan yang bermukim mengelompok baik didaratan maupun bermukim diatas air.

 Memiliki nilai Jual Wisata dengan Karakter unik dan masih Tradisional.

 Permukiman diatas air yang telah lama bermukim secara turun temurun sehingga keberadaan mereka juga harus diakui dan terintegrasi dalam satu bagian masyarakat Wakatobi.

 Etnis Suku Bajo Berkembang Kuat, membangun di atas air yang fungsi ruangnya berada di Zona Pemanfaatan Lokal

 Permukiman diatas Laut sangat Berpotensi sebagai Kawasan Rawan Bencana Gelombang.

 Adanya indikasi permukiman diatas laut melakukan Penimbunan area rumah Penduduk dengan menggunakan material Koral Laut.

 Sampah dapat menyebabkan pencemaran ekosistem dan Buruknya kesehatan masyarakat

 Secara Historis menunjukkan bahwa masyarakat lebih betah hidup diatas laut. Dan sebagai pusat kegiatan masyarakat

 Adanya ketidak jelasan menyangkut pengaturan Kawasan yang bermukim diatas air.

 Status Penguasaan, dan Kepemilikan maupun perlindungan hukum terhadap hak Lahan diatas Laut yang diberikan oleh pemerintah belum jelas

 Adannya kondisi dilematis bagi masyarakat yang bermukim diatas laut karena tidak memiliki kepastian dan belum ada ketentuan hukumnya.

 Budaya masyarakat suku bajo yang merasa nyaman hidup diatas dilaut sehingga sulit dan enggan untuk pindah dari lingkungannya.

 Belum terdapat peraturan yang mengatur secara legal terhadap permukiman penduduk diatas air.

 Tidak adanya penetapan batas bidang tanah.

 Kawasan permukiman diatas air tumbuh menjadi kawasan slum area dan squter yang tidak sesuai dengan RTRW.

 Mola, di Wanci.

 Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga di Kaledupa

 Lamanggau Onemai Di Tomia.

PESISIR

 Sebagai kawasan pesisir potensi ekonomi dalam bidang perikanan laut dan tangkat serta budidaya rumput laut memberikan sumbangsi positif bagi peningkatan taraf ekonomi masyarakat

 karakter melaut masyarakat yang masih tradisional dan ramah Lingk. merupakan asset kearifan local yang masih terjaga

 Pola kehidupan masyarakat yang unik

 Wilayah pesisir mayoritas dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan kekerabatan keluarga yang dekat satu sama lain

 Penghasilan masyarakat belum dapat menopang penghidupan secara utuh

 Pola hidup yang kurang sehat memberikan dampak buruk bagi lingkungan.

 Kurangnya wadah bagi masyarakat untuk menjual hasil perikanan

 Secara Historis menunjukkan bahwa masyarakat lebih betah hidup dekat dengan aktivitas laut

 Adanya ketidak jelasan menyangkut pengaturan Kawasan.

 Kualitas permukiman di Kawasan pesisir dikategorikan semi permanen dengan konsep rumah panggung dan rumah biasa dari kalangan masyarakat berpenghasilan

 Kerjasama dan sinkronisasi kawasan antara pemerintah dan badan konservasi tentang batas dan kelayakan pemanfaatan ruang pesisir.

 Mola, Kapota, Kolo di Wanci.

 Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa

 Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.

(24)

24

NO Aspek Potensi Masalah

Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN

4 Sanitasi dan Drainase

DARATAN

Armada Angkutan Sampah saat ini berjumlah 2 unit untuk mengangkut sampah kota

Pembangunan Kawasan TPA melalui Konsep cotroling landfill di Komala dengan luas kawasan TPA ± 3 Ha, berpotensi beroperasi sampai beberapaTahun kedepan

Dimungkinkan perncanaan dan

pembangunan drainase baru baik itu melaui perbaikan dan meningkatkan kualitas jaringan dan sanitasi yang baik bagi masyarakat

Tidak Memiliki Jaringan Drainase

Drainase tidak menerus dan volume jaringan tidak sama

Ukuran saluran kecil dan sedimen besar

Masalah elevasi saluran yang menyebabkan air tidak mengalir

Sisterm pengolahan limbah langsung dibuang kelingkungan sekitar dan tidak diolah

Peningkatan jumlah Armada dan pengangkutan agar jumlah sampah yang terangkut dapat diwujudkan pada tahun mendatang

Pembangunan kawasan TPA memerlukan biaya yang tidak sedikit

Pembangunan instalasi Pengolahan Air Limbah diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran dipesisir pantai nantinya

Peningkatan jaringan dan utilitas kawasan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kawasan permukiman

Mewujudkan kawasan hunian dan lingkungan yang sehat sangat tergantung dari upaya pemerintah untuk masyarakat dalam menjaga lingkungan

  Sanitasi Buruk dan langsung kelaut

 MCK langsung Kelaut

 Budaya hidup sehat belum terlihat

 Sosialisasi dan edukasi sangat tergantung dari keinginan masyarakat untuk berubah dari pola hidup tidak sehat menuju pola budaya hidup sehat

Mewujudkan kawasan hunian dan lingkungan yang sehat sangat tergantung dari upaya pemerintah dan kerjasama

 Lamanggau Onemai Di Tomia.

PESISIR

 Dimungkinkan perncanaan dan pembangunan drainase baru baik itu melaui perbaikan dan meningkatkan kualitas jaringan dan sanitasi yang baik bagi masyarakat.

 Reklamasi pantai masih dilakukan secara tradisional pada kawasan pesisir.

 Sanitasi Buruk dan langsung kelaut

 MCK langsung Kelaut

 Budaya hidup sehat belum terlihat

 Sosialisasi dan edukasi sangat tergantung dari keinginan masyarakat untuk berubah dari pola hidup tidak sehat menuju pola hidup sehat

Mewujudkan kawasan hunian dan lingkungan yang sehat sangat tergantung dari upaya pemerintah kerjasama masyarakat

Menumbuhkan Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan

 Mola, Kapota, Kolo di Wanci.

 Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa

 Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.

(25)

25

NO Aspek Potensi Masalah Peluang

Pengembangan Tantangan Pengembangan Lokasi FISIK LINGKUNGAN

6 Penataan Bangunan dan Lingkungan

DARATAN

 Rencana Pengembangan Kawasan sebagai Kawasaninti pengembangan destinasi wisata (pintu masuk) Kabupaten Wakatobi

 Penataan Bangunan dan Lingkungan Melalui kegiatan revitalisasi kawasan dan rencana tindak penataan kawasan yang dapat berfungsi sebagai sarana rekreasi dan tempat wisata tepian pantai bagi masyarakat.

 Penataan bangunan dan lingkungan dapat berfungsi sebagai panduan rancangan bangun suatu kawasan yang sesuai dengan perkembangan kota

 Akses untuk kendaraan kebakaran masih perlu dipertimbangkan terutama pada ruas utama jalan dan akses jalan utama dengan ROW yang terbatas.

 Belum adanya Hidrant Kebakaran untuk menanggulangi kejadian kebakaran

 Sarana bermain dan Ruang Terbuka Hijau sebagai media untuk saling berinteraksi dan meningkatkan vitalitas ekonomi kawasan belum terlihat.

 Menciptakan wajah dan entitas bangunan dan lingkungan kawasan yang mendukung perda bangunan gedung dengan karakter bangunan masyarakat lokal yang unik

 Memanfaatkan sumber daya dan potensi wisata yang ada untuk dapat dikembangkan sebagai aset ruang terbuka puplik dan memberikan wajah baru kawasan.

 Mewujudkan produk dan dokement rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah ada agar sesuai dengan tematik kawasan dan kesesuaian dengan arahan

 Aset permukiman dan lingkungan kawasan diatas air dapat menjadi salah satu kearifan lokal masyarakat yang telah lama ada dikabupaten Wakatobi dan destinasi wisata yang unik

 Kulaitas bangunan dan lingkungan yang buruk dan tipologi bangunan yang mengurangi nilai estetika kawasan

 Kelengkapan infrastrukur penanggulangan kebakaran belum ada dan minimnya ketersediaan ruang terbuka sebagai media interaksi masyarakat

 Diperlukan kerjasama dan penelitan mendalam tentang permukiman diatas air baik struktur, pola, dan bentukan wujud bangunan yang telah lama ada di kawasan permukiman diatas air sebagai kearifan lokal masyarakat

 Menciptakan keharmonisan antara kearifan lokal masyarakat yang bermukim diatas air dengan prduk tata ruang yang ada untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang baik

 Mola di Wanci.

 Lohoa, Mantogola, Sampela, Buranga di Kaledupa

 Lamanggau Onemai Di Tomia.

PESISIR

 Adanya rencana penataan Waterfront city melalui produk dokument RTBL dimana kawasan pesisir menjadi pintu masuk utama dari laut.

 Penataan Bangunan dan lingkungan melalui kegiatan penyusunan RTBL kawasan Pesisir pantai yang dapat menjadi RTH Kawasan

 Dimungkinkannya kegiatan penataan kawasan pesisir untuk menciptakan lingkungan yang tertata dan berkualitas dapat dilakukan melalui kerjasama antara Pemda dan pemerintah Provinsi dan pusat

 Belum adanya Hidrant Kebakaran untuk menanggulangi kejadian kebakaran

 Sarana bermain dan Ruang Terbuka Hijau sebagai media untuk saling berinteraksi dan meningkatkan vitalitas ekonomi kawasan belum terlihat.

 Aset tepian pantai belum dioptimalkan sebagai penunjang kegiatan masyarakat melalui media Pariwisata dan sarana rekreasi.

 Pengelolaan kawasan pesisir belum optimal dalam medukung dan menopang pertumbuhan kawasan

 Realisiasi dan tindak lanjut dari kegiatan penataan dan pengaturan bangunan dan lingkungan belum nampak sebagai kebutuhan yang perlu terutama penyeidaan RTH, ruang publik bagi masyarakat dan area wisata lainnya yang dapat memacu pertumbuhan sektor ekonomi kawasan

 Mola, Kapota, Kolo di Wanci.

 Langge, Buranga, Laulua, Sombano Mantogola, Peropa, Sampela, Waduri, Buranga, Ambeua, Sombano di Kaledupa

 Waha, Onemai,, Patua, Bahari, Lamanggau Di Tomia.

 Taipabu, Wali, Rukuwa, Popalia di Binongko

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Ketika penulis bertanya tentang penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehrai-hari (religiusitas) anggota Satlantas menjalankan ibadah dengan tepat waktu, mengikuti

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran information search pada mata pelajaran PAI di SMK Manba’ul Falah Dawe Kudus pada

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 17 Dalam hal ini, ketika

Mengetahui dan menganalisis apakah ada pengaruh Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER) dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap harga saham Pada Perusahaan

Pada tahun 2005 terjadi pemecahan dan penggabungan menjadi 3 (tiga) Kantor

Dalam hal ini penulis akan lebih menekankan bagaimana implementasi pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat yang ada pada Kelurahan Negeri Olok Gading

Dugaan semula adalah bahwa Indeks Prestasi untuk matakuliah Metode Statistika I dan Matematika I dari mahasiswa program studi Statistika Terapan FMIPA yang mempunyai latar

Musyawarah Daerah KNPI Provinsi Luar Biasa dapat diadakan apabila dipandang perlu atas permintaan secara tertulis lebih dari ½ (setengah) Organisasi