• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN REJANG LEBONG - DOCRPIJM 55015d1ed1 BAB IIIBab 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN REJANG LEBONG - DOCRPIJM 55015d1ed1 BAB IIIBab 3"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH

KABUPATEN REJANG LEBONG

3.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten

Rejang Lebong Tahun 2010-2015, Visi Kabupaten Rejang Lebong adalah :

“Terwujudnya masyarakat yang sejahtera, beriman dan kompetitif dengan pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan”.

Masyarakat sejahtera, menurut Bank Dunia tahun 2007, mempunyai

penghasilan di atas garis kemiskinan global (US$ 2 per kapita per hari),

sementara menurut UNDP tahun 2007, standar kebutuhan minimal per hari

untuk Indonesia adalah Rp. 20.000,- di kota dan Rp. 15.500,- di desa, baik

melalui usaha mandiri maupun bekerja pada orang lain, ekonomi berbasis

sumber daya, unit keuangan mikro, dan perluasan lapangan kerja.

Masyarakat yang beriman mengandung pengertian bahwa masyarakat

yang ingin diwujudkan adalah masyarakat yang religious dan berbudi

pekerti luhur, yakni masyarakat yang menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai luhur agama, adat istiadat dan budaya sera taat kepada norma-norma

hokum dan kemasyakatan sehingga sanggup mengantarkan setiap warga

masyarakat Kabupaten Rejang Lebong siap untuk menghadapi tantangan

dunia modern di era informasi dan globalisasi.

Masyarakat yang kompetitif memiliki tingkat produktivitas yang

tinggi, berkompeten dalam memenuhi pasar kerja (cerdas teori dan

terampil berkarya) dan mampu menciptakan lapangan kerja baru

(kompetensi kewirausahaan), dan dapat mengambil peran strategis dalam

pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Rejang Lebong.

Kondisi masyarakat yang kompetitif diawali dengan kondisi

masyarakat yang maju, yakni masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan

(2)

terhadap perubahan yang mengarah pada kemajuan (misalnya teknologi

baru yang dapat meningkatkan produktivitas), memahami pengertian dasar

tentang agama yang dianut, serta sehat jasmani dan rohani.

Pemanfaatan sumberdaya alam berkelanjutan, yakni upaya untuk

mengelola Sumber Daya Alam berbasiskan kelestarian lingkungan hidup

yang dipergunakan dan dimanfaatkan untuk menunjang sector ekonomi,

pertanian, pertambangan dan energi serta pariwisata. Kegiatan tersebut

meliputi tahapan perencanaan, regulasi dan pemanfaatan dan pengendalian

pemanfaatan ruang wilayah sesuai dengan struktur ruang dan pola

kebijakan pemanfaatan ruang yang memperhatikan potensi daya dukung

lahan serta kesesuaian penggunaan lahan oleh masyarakat.

Pernyataan Visi di atas harus pula mampu menghasilkan kondisi

masyarakat yang berakhlak mulia. Masyarakat berakhlak mulia memiliki

kualitas iman dan moral yang tinggi sebagaimana tercermin dari pola

kehidupan sehari-hari yang saling menghargai satu sama lain, termasuk

kerukunan hidup umat inter dan antar agama, serta terbebas dari

praktek-praktek yang bertentangan dengan nilai-nilai agama seperti prostitusi,

narkoba, minuman keras, perjudian, korupsi, kolusi dan nepotisme.

Nilai-nilai agama dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembangunan terutama

yang berhubungan dengan hajat orang banyak.

Misi

Untuk mewujudkan Visi pembangunan daerah tersebut, ditetapkan

misi sebagai berikut :

1. Mewujudkan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Ekonomi

Kerakyatan Agribisnis dan Pariwisata;

2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Dengan

Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

3. Mewujudkan Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur yang

Sinergis, Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan;

(3)

Keempat Misi pembangunan di atas perlu dijabarkan ke dalam

tingkatan perencanaan yang lebih operasional, mulai dari strategi,

kebijakan, program dan kegiatan. Guna mendapatkan keterkaitan yang

jelas antara Visi, Misi dan tingkatan di bawahnya maka perlu disusun

Agenda Pembangunan selama 5 tahun kedepan. Agenda tersebut

merupakan rumusan dari kelima Misi yang telah diuraikan di atas. Misi

pertama mencakup penegakan hukum dan penciptaan sistem pemerintahan

yang bersih sebagai modal utama dalam percepatan pembangunan di

Kabupaten Rejang Lebong. Misi ke dua, ke tiga dan ke empat merupakan

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga ketiganya

dapat dirangkum dalam satu Agenda. Misi ke empat merupakan bagian dari

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaksana

pembangunan.

3.2. Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah Kabupaten

Penentuan struktur ruang Kabupaten Rejang Lebong tidak terlepas

dari sistim kota – kota (hirarki kota) didalam Kabupaten Rejang Lebong.

Adapun penentuan struktur hirarki kota – kota di Kabupaten Rejang Lebong

didasarkan pada jalur upaya pemantapan fungsi kota – kota dalam

kerangka strategi dan kebijaksanaan pengembangan Kabupaten Rejang

Lebong. Dengan demikian struktur kota – kota ini diarahkan dan diharapkan

untuk mencapai keseimbangan pembangunan antara perkembangan wilayah

pusat, wilayah transisi dan wilayah belakang, sehingga wilayah belakang

dapat memperoleh tembusan/penjelasan perkembangan dari wilayah

pengembangan pusat (PKW) melalui wilayah pendorong pengembangan

(antara).

Berdasarkan hasil dari skenario pengembangan Kabupaten Rejang

Lebong dapat ditentukan arahan struktur ruang Kabupaten Rejang Lebong

dalam jangka panjang sampai Tahun 2016 dengan pertimbangan :

1. Lingkungan Strategis akibat dari letak geografis Kabupaten Rejang

Lebong.

2. Memacu perkembangan ekonomi Kabupaten Rejang Lebong.

(4)

Serta pertimbangan – pertimbangan pada bab sebelumnya, maka

dibentuklah Struktur Ruang Kabupaten Rejang Lebong dengan Curup

sebagai Ibukota Kabupaten. Adapun Struktur Ruang Kota Kabupaten Rejang

Lebong adalah sbb :

1. Curup sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wialyah/pusat utama di

Kabupaten Rejang Lebong).

2. Kota Padang Ulak Tanding sebagai sub pusat di Kabupaten Rejang

Lebong .

3. Kota Air Duku sebagai Kota Antara di Kabupaten Rejang Lebong.

4. Kota – kota lain (Babakan Baru, Kampung Melayu, Tunas Harapan,

Lubuk Ubar, Talang Ulu, Bengko, Beringin Tiga, Kepala Curup, Lubuk

Alai, Lubuk Belimbing dan Kota Padang) sebagai ibukota kecamatan.

3.2.1 Arah Pengembangan Struktur Ruang

Untuk pengembangan kota – kota di Kabupaten Rejang Lebong dimasa

datang, perlu meningkatkan pengembangan fungsi – fungsi tersebut sesuai

dengan jumlah penduduk dan wilayah yang dilayaninya. Selain itu juga

perlu dipertimbangkan kaitannya dengan peran kota – kota sebagai pusat –

pusat wilayah pembangunan. Dengan demikian kota – kota tersebut perlu

dikembangkan supaya mendukung kebijaksanaan pengembangan sektor –

sektor yang terdapat dalam wilayah pelayanannya. Mengenai sektor – sektor

kegiatan pada tiap – tiap wilayah pembangunan dapat digunakan untuk

penataan ruang di tiap – tiap wilayah pembangunan. Dalam jangka panjang

kota – kota di Kabupaten Rejang Lebong dapat diarahkan sebagai berikut :

1. Curup

Kota yang berperan dalam lingkup regional (dalam lingkup Provinsi

Bengkulu) dan sebagai pusat dari Kabupaten Rejang Lebong, perlu

dikembangkan dengan peran sebagai berikut :

a. Pusat pemasaran dan perdagangan dengan skala pelayanan

beberapa kabupaten .

b. Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten.

c. Pusat kegiatan ekonomi beberapa Kabupaten.

(5)

e. Pusat pelayanan keuangan skala beberapa kabupaten.

f. Pusat pelayanan masyarakat dan dan pendidikan beberapa

kabupaten.

g. Pusat Pemerintahan Kabupaten Rejang Lebong.

h. Pusat permukiman perkotaan skala besar.

Peran tersebut perlu didukung oleh kegiatan :

a. Kegiatan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan karet dan

peternakan.

b. Kegiatan processing dan ware housing untuk masing – masing

kegiatan, baik agropolitan maupun manufaktur karet.

2. Kota Padang Ulak Tanding

Kota yang dipertahankan karakteristik ekonominya yang telah

terbentuk yang berperan sebagai berikut :

a. Pelayanan transportasi yang melayani beberapa kecamatan.

b. Pusat kegiatan ekonomi yang melayani beberapa kecamatan.

c. Pusat permukiman perkotaan.

d. Pusat pemasaran dan perdagangan skala beberapa kecamatan.

e. Pusat pendidikan skala beberapa kecamatan.

f. Pusat jasa publik yang melayani beberapa kecamatan.

g. Pusat pelayanan masyarakat yang melayani beberapa kecamatan.

h. Pendukung kegiatan processing dan ware housing manufaktur karet.

Adapun fungsi dari Kecamatan Padang Ulak Tanding :

a. Pertanian tanaman pangan, peternakan, serta dijajaki sebagai

pendukung Agropolitan

b. Perkebunan karet sebagai sumber keberlangsungan produksi

manufaktur karet

c. Perdagangan

(6)

3. Kota Air Duku

Kota yang berperan sebagai kota antara yang diharapkan dapat

membawa gaya spread effect dari pengembangan wilayah Kabupaten

Rejang Lebong terhadap kecamatan – kecamatan sekitarnya dengan

peran :

a. Pusat pelayanan transportasi dengan skala kecamatan (terminal

agribisnis)

b. Pusat pelayanan masyarakat skala kecamatan.

c. Kegiatan ekonomi melayani beberapa kecamatan

d. Pusat komunikasi skala kecamatan.

e. Permukiman perkotaan

f. Sentra utama pegembangan hasil produksi disektor pertanian

(Agropolitan).

g. Pergudangan ( warehousing ) untuk jenis produksi disektor

pertanian (Agropolitan).

h. Pusat kegiatan rekreasi

i. Pusat pendidikan melayani beberapa kabupaten (terkait Sekolah

Polisi Negara)

Adapun fungsi dari Kecamatan Selupu Rejang adalah :

a. Kawasan agropolitan (sektor pertanian dan sub sektornya)

b. Wisata Agro

c. Perdagangan

d. Pendidikan (terkait dengan Sekolah Polisi Negara)

4. Kota Padang

Kota yang berperan sebagai :

a. Pusat Distribusi barang dan jasa (terkait stasiun kereta api Kota

Padang)

b. Pendukung kegiatan manufaktur karet

c. Permukiman perkotaan

(7)

Adapun fungsi dari Kecamatan Kota Padang adalah :

a. Perkebunan karet

b. Tanaman pangan dan peternakan, serta dijajaki sebagai

penunjangAgropolitan.

c. Pertambangan dan pendidikan, ware housing manufaktur karet jika

rel kereta api terealisasi.

5. Kota Babakan Baru, Kampung Melayu, Tunas Harapan, Talang Ulu,

Lubuk Ubar, Beringin Tiga, Bengko, Kepala Curup, Lubuk Alai, Lubuk

Belimbing.

Kota Kecamatan yang perlu didorong sebagai pendukung

agribisnis dengan fungsi :

a. Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan

b. Pendidikan dan ekonomi skala kecamatan.

c. Pariwisata (wisata agro)

d. Permukiman perkotaan

e. Perdagangan skala kecamatan

f. Terminal Agribisnis

g. Pertambanggan (tidak termasuk kecamatan Sindang Kelinggi)

Tabel 3.1. Pembagian Wilayah Pengembangan Kota

BWK Fungsi Luas (km²) Keterangan

Kota Curup - Pusat pemasaran dan perdagangan dengan skala

pelayanan beberapa kabupaten .

- Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten. - Pusat kegiatan ekonomi beberapa Kabupaten. - Pusat jasa publik skala beberapa kabupaten. - Pusat pelayanan keuangan skala beberapa

kabupaten.

- Pusat pelayanan masyarakat dan dan

pendidikan beberapa kabupaten.

- Pusat Pemerintahan Kabupaten Rejang Lebong. - Pusat permukiman perkotaan skala besar.

122,72 Ibukota

- Pelayanan transportasi yang melayani beberapa

kecamatan.

- Pusat kegiatan ekonomi yang melayani

beberapa kecamatan.

- Pusat permukiman perkotaan.

- Pusat pemasaran dan perdagangan skala

beberapa kecamatan.

- Pusat pendidikan skala beberapa kecamatan. - Pusat jasa publik yang melayani beberapa

kecamatan.

- Pusat pelayanan masyarakat yang melayani

beberapa kecamatan.

- Pendukung kegiatan processing dan ware

housing manufaktur karet.

431,57 Ibukota

Kecamatan Padang Ulak

(8)

Kota Air Duku - Pusat pelayanan transportasi dengan skala

kecamatan (terminal agribisnis)

- Pusat pelayanan masyarakat skala kecamatan. - Kegiatan ekonomi melayani beberapa

kecamatan

- Pusat komunikasi skala kecamatan. - Permukiman perkotaan

- Sentra utama pegembangan hasil produksi

disektor pertanian (Agropolitan).

- Pergudangan ( warehousing ) untuk jenis

produksi disektor pertanian (Agropolitan).

- Pusat kegiatan rekreasi

- Pusat pendidikan melayani beberapa kabupaten

(terkait Sekolah Polisi Negara)

157,92 Ibukota

Kecamatan Selupu Rejang

Kota Padang - Pusat Distribusi barang dan jasa (terkait stasiun

kereta api Kota Padang)

- Pendukung kegiatan manufaktur karet - Permukiman perkotaan

- Pusat ekonomi melayani beberapa kecamatan.

364,83 Ibukota Lubuk Ubar, Beringin Tiga, Bengko, Kepala Curup, Lubuk Alai, Lubuk Belimbing.

- Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan

peternakan

- Pendidikan dan ekonomi skala kecamatan. - Pariwisata (wisata agro)

- Permukiman perkotaan - Perdagangan skala kecamatan - Terminal Agribisnis

- Pertambanggan (tidak termasuk kecamatan

Sindang Kelinggi)

438,72 Ibukota

kecamatan pemekaran

Total 1.515,764

Untuk lebih jelasnya mengenai arah pengembangan struktur ruang

kota beserta peran dan fungsi masing – masing kota dapat dilihat pada

(9)
(10)
(11)

Pertimbangan lain yang mendasari dalam penyusunan peran dan fungsi kota

ini dimana dalam penentuannya didasari oleh pertimbangan – pertimbangan

analisis terdahulu juga didasari oleh pertimbangan hal – hal berikut :

1. Kota Air Duku diberikan fungsi dan peran dalam skema

agribisnis/agropolitan disebabkan karena lokasi agropolitan secara

existing telah ada di Kecamatan Selupu Rejang serta dilihat dari luas

wilayah optimalnya yang kecil seluas 3.808 Ha, juga telahada pasar dan

bank, sehinga pertimbangannya wilayah yang lebih kecil luasnya

dijadikan sebagai tempat kegiatan dan wilayah yang lebih luas dijadikan

sebagai tempat produksi agro.

2. Kota Padang diberikan peran yang lebih banyak daripada Kota Kampung

Melayu dan Beringin tiga disebabkan titik transhipmen point berada di

Kota Padang (stasiun kereta)

3. Kota Padang Ulak Tanding diberikan peran sebagai sub pusat yang

dijadikan pertimbangan paling mendasar adalah Kota Padang Ulak

Tanding (Ibukota Kecamatan Padang Ulak Tanding)

3.2.2 Fungsi dan Peran Kota

Fungsi merupakan suatu usaha atau upaya suatu kawasan/wilayah untuk

melayani masyarakat di kawasan/wilayah tersebut dengan mengoptimalkan

pemanfaatan ruang.

Pengembangan fungsi kota – kota tergantung pada hirarki kota tersebut

yang didasarkan pada jumlah penduduk, kepadatan penduduk, aksesibilitas,

karakteristik perekonomian serta kebijakan – kebijakan terkait lainnya.

Terkait dengan hasil dari analisis – analisi bab sebelumnya serta kebijakan

terkait diatasnya (RTRWN, RTRW Pulau dan RTRW Provinsi Bengkulu)

dimana Kabupaten Rejang Lebong termasuk kedalam Kawasan andalan

dengan sektor unggulan pertanian, industri, perkebunan, perikanan dan

pariwisata, serta karakteristik perekonomian Kabupaten Rejang Lebong

bertumpu disektor pertanian.

Adapun yang dimaksud dengan kawasan andalan adalah kawasan yang

mengupayakan pengembangan sektor – sektor unggulan unggulan masing -

(12)

antar wilayah atau sektor, kawasan andalan ditetapkan dalam rangka

mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih efiisien.

Dengan demikian kota – kota didalam Kabupaten Rejang Lebong yang

akan dikembangkan secara garis besarnya mempunyai fungsi utama sebagai

berikut :

1. Sebagai pusat kegiatan yang membentuk suatu wilayah pelayanan

tertentu (pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan hiburan).

2. Sebagai simpul jasa distribusi yang mencakup kegiatan perhubungan dan

komunikasi, pemasaran dan perdagangan serta pengumpulan hasil

produksi pertanian dan perkebunan.

3. Sebagai tempat fungsi tertentu berdasarkan kegiatan/sektor yang

dominan (pertanian, industri dan jasa).

Didalam pengembangan fungsi kota – kota tersebut mencakup pula

sektor – sektor yang strategis dan berkaitan dengan kawasan yang strategis,

hal ini digunakan untuk menentukan penataan ruang wilayah Kabupaten

Rejang Lebong. Untuk pemantapan struktur kota – kota dalam jangka

panjang, ukuran jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan aksesibilitas

mempunyai bobot lebih tinggi dari hiraki fungsional kota – kota. Dengan

demikian kota – kota yang memiliki jumlah penduduknya, kepadatan

penduduk dan aksesibilitasnya lebih tinggi, karena semakin besar jumlah

penduduk, kepadatan penduduk dan aksesibilitas suatu kota akan

mempercepat perkembangan kota tersebut.

Adapun hasil analisis terhadap kelengkapan fasilitas perkotaan didalam

kontelasi PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dengan konsep pengembangan

wilayahnya serta berdasarkan kondisi eksisting dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

1. Pusat pemasaran dan perdagangan skala beberapa kabupaten.

2. Pusat perhubungan dan transportasi.

3. Pusat kegiatan ekonomi kota.

4. Pusat kegiatan industri (pertanian dan pengolahan hasil karet).

5. Pusat pelayanan masyarakat.

6. Pusat pemerintahan.

(13)

8. Pusat pendidikan.

9. Pusat kegiatan rekreasi dan hiburan.

10. Sebagai Feeder road antara Lintas Tengah dan Barat.

Dimana fungsi – fungsi kota dan peran dari Kabupaten Rejang Lebong

perlu didukung oleh fungsi kecamatan – kecamatan dalam Kabupaten Rejang

Lebong berupa :

1. pertanian tanaman pangan;

2. pertanian perkebunan;

3. Peternakan, perikanan darat dan industri.

Tabel 3.2. Fungsi dan Peran Kota sebagai Pusat Kegiatan Wilayah

No. Kawasan Fungsi Luas

(km²)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

1 Kota Curup a. Pusat pemasaran dan perdagangan dengan

skala pelayanan beberapa kabupaten . b. Simpul transportasi untuk beberapa

kabupaten.

c. Pusat kegiatan ekonomi beberapa Kabupaten. d. Pusat jasa publik skala beberapa kabupaten. e. Pusat pelayanan keuangan skala beberapa

kabupaten.

f. Pusat pelayanan masyarakat dan dan pendidikan beberapa kabupaten. g. Pusat Pemerintahan Kabupaten Rejang

Lebong.

h. Pusat permukiman perkotaan skala besar.

122,72 118.271

2 Kota Padang Ulak

Tanding

i. Pelayanan transportasi yang melayani beberapa kecamatan.

j. Pusat kegiatan ekonomi yang melayani beberapa kecamatan.

k. Pusat permukiman perkotaan.

l. Pusat pemasaran dan perdagangan skala beberapa kecamatan.

m.Pusat pendidikan skala beberapa kecamatan. n. Pusat jasa publik yang melayani beberapa

kecamatan.

o. Pusat pelayanan masyarakat yang melayani beberapa kecamatan.

p. Pendukung kegiatan processing dan ware housing manufaktur karet.

431,57 20.079

3 Air Duku a. Pusat pelayanan transportasi dengan skala

kecamatan (terminal agribisnis)

b. Pusat pelayanan masyarakat skala kecamatan. c. Kegiatan ekonomi melayani beberapa

kecamatan

d. Pusat komunikasi skala kecamatan. e. Permukiman perkotaan

f. Sentra utama pegembangan hasil produksi disektor pertanian (Agropolitan). g. Pergudangan (warehousing ) untuk jenis

produksi disektor pertanian (Agropolitan). h. Pusat kegiatan rekreasi

i. Pusat pendidikan melayani beberapa kabupaten (terkait Sekolah Polisi Negara)

(14)

4 Kota Padang a. Pusat Distribusi barang dan jasa (terkait stasiun kereta api Kota Padang) b. Pendukung kegiatan manufaktur karet c. Permukiman perkotaan

d. Pusat ekonomi melayani beberapa kecamatan.

364,83 14.453

5 Babakan Baru, Kampung Melayu, Tunas Harapan, Talang Ulu, Lubuk Ubar, Beringin Tiga, Bengko, Kepala Curup, Lubuk Alai, Lubuk Belimbing.

h. Pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan

i. Pendidikan dan ekonomi skala kecamatan. j. Pariwisata (wisata agro)

k. Permukiman perkotaan l. Perdagangan skala kecamatan m.Terminal Agribisnis

n. Pertambanggan (tidak termasuk kecamatan Sindang Kelinggi)

438,72 83.122

Total 1.515,764 261.745

3.2.3 Arah Pengembangan Permukiman dan Kependudukan

Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah kawasan yang mempunyai

kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan

susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Adapun

kawasan permukiman perdesaan ini diperuntukan guna menunjang konsep

dari Agroindustri dimana kebutuhan bahan bakunya dipenuhi dari

Kabupaten Rejang Lebong dengan pemanfaatan lahannya serta

pengembangan kawasan permukiman perdesaan diarahkan terutama kepada

daerah – daerah yang tidak menyebabkan rawan bencana, serta mengikuti

jaringan jalan yang ada.

Tingkat pelayanan prasarana dan sarana perdesaan seharusnya dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kegiatan-kegiatan produktif,

pada hal jumlah desa berlistrik sebanyak masih relatif rendah, luas areal

irigasi pada tahun 2004 sebanyak 5.366 Ha, disamping itu penggunaan air

bersih baru mencapai 61% dan pemilikan jamban baru mencapai 62.2 %.

Belum dimanfaatkannya sarana dan prasarana diperdesaan ini

dimungkinkan karena belum optimalnya kinerja atau belum terbentuknya

kelembagaan dan organisasi yang berbasis masyarakat di perdesaan.Untuk

lebih jelasnya kawasan tersebut dapat dilihat pada Gambar Kawasan

(15)
(16)

Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Untuk Kabupaten Rejang Lebong ini Kawasan Permukiman

Perkotaannya diarahkan disekitar Ibukota Kecamatan, dimana secara rinci

penjabarannya dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau

Rencana Detail Tata Ruang Kota sesuai dengan UU No. 24 Tahun 1992 dan

Kepmen Kimpraswil. Lokasi Kawasan Perkotaan dapat dilihat pada Gambar

(17)
(18)

Tabel 3.3. Rencana Penggunaan Lahan Kawasan Non Budidaya dan Budidaya di Kabupaten Rejang Lebong (Ha)

N

Sumber : RTRW Kabupaten Rejang Lebong

Ket. : ( ** ) Lokasi Belum teridentifikasi

(***) Tidak dihitung sebab sudah masuk dalam kawasan lindung, dan tidak dihitung sebab tidak berpengaruh

( * ) Luas belum dapat di identifikasi

3.2.4 Identifikasi Wilayah yang Perlu dikendalikan

Kawasan Perlindungan Bawahannya

Yang termasuk kedalam kategori kawasan perlindungan bawahannya

adalah hutan lindung, kawasan bergambut dan dan kawasan resapan air.

Adapun kawasan yang tedapat di Kabupaten Rejang Lebong adalah

kategori hutan lindung serta kawasan – kawasan yang mempunyai faktor

lereng ≥ 40 % dengan kriteria :

a. Kawasan hutan dengan faktor – faktor lereng lapangan, jenis tanah,

curah hujan yang melebihi nilai skors 175 dan atau,

b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih, dan

atau,

c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian diatas permukaan laut

(19)

Sedangkan kriteria kawasan bergambut tidak terdapat di dalam

Kabupaten Rejang Lebong, sedangkan untuk kriteria kawasan resapan air,

berhubung data yang tersedia minim maka tidak dapat diidentifikasi.

Adapun kawasan – kawasan yang termasuk dalam kawasan perlindungan

bawahnya yang terdapat di Kabupaten rejang Lebong adalah :

1. Hutan Lindung Bukit Daun seluas 5.131 Ha di Kecamatan Bermani Ulu.

2. Hutan Lindung Bukit Basa seluas 128,89 Ha di Kecamatan Bermani Ulu.

3. Hutan Lindung Bukit Balai Rejang di Kecamatan Padang Ulak Tanding,

Sindang Kelinggi dan Kota Padang seluas 16.754 Ha.

4. Faktor lereng ≥ 40 % yang terdapat di hampir semua kecamatan dalam

lingkup Kabupaten Rejang Lebong seluas 20.913 Ha.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan sekitar mata air,

kawasan sekitar danau/waduk dan sempadan sungai.

1. Kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan kurang lebih berjari – jari

200 m dari mata air, merupakan kawasan perlindungan setempat. Di

kabupaten Rejang Lebong mata air tersebut tidak terindentifikasi

2. Kawasan sekitar danau/waduk.

Kawasan sekitar waduk/danau adalah daerah sepanjang tepian

waduk/danau dengan jarak 50 – 100 m. Yang termasuk kedalam kategori

ini adalah :

a. Danau Mas Harun Bestari di Kecamatan Selupu Rejang

b. Danau Talang Kering Kecamatan Bermani Ulu.

c. Danau Air Panas Sindang Jati di Kecamatan Sindang Kelinggi.

d. Telaga Tiga Warna di Kecamatan Bermani Ulu.

3. Kawasan sempadan sungai.

Untuk kawasan sempadan sungai ini digunakan ketentuan 100 m dikanan

kiri sungai besar, 50 m dikanan kiri sungai kecil diluar permukiman,

sedang untuk sempadan sungai yang melewati permukiman besarnya

antara 10 – 15 m. Di Kabupaten Lebong yang termasuk kedalam

(20)

sedangkan untuk 100 m kiri kanan ditetapkan di Hulu Sungai Musi,

sedangkan yang berada dalam permukiman antara 10 – 15 m

4. Kawasan DAS Musi, DAS Beliti, DAS Kati dan DAS Kelinggi

Berdasarkan revisi RTRW Propinsi Bengkulu bahwa semua wilayah di

Kabupaten Rejang Lebong merupakan bagian dari SWS Musi, maka

diperlukan perlindungan setempat di kawasan DAS Hulu Sungai tersebut

sebagai perlindungan setempat di Kabupaten Rejang Lebong guna

mencegah terjadinya banjir di daerah bawahnya , namun demikian

berhubung lokasi TNKS telah melindungi DAS Hulu Sungai Musi maka

perlindungan terhadap TNKS tersebut mutlak dilakukan.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Di Kabupaten Rejang Lebong dibeberapa wilayahnya adalah merupakan

daerah rawan bencana yang merupakan daerah potensi longsor maupun

daerah vulkanis aktif.

Adapun maksud dari direncanakannya kawasan rawan bencana adalah

sebagai mitigasi bencana alam dimana Mitigasi bencana adalah upaya

manusia dalam menurunkan dampak negatif terhadap suatu kejadian

bencana, sehingga pengaruh yang lebih buruk dapat dihindari. Dengan

demikian penelitian dan pengamatan dalam usaha perencanaan dan

persiapan untuk meminimalkan effek bencana alam lebih baik daripada

menghadapi kenyataan yang lebih buruk akibat terjadinya bencana. Upaya

yang dapat dilakukan terhadap bencana terbagi menjadi :

1. Sebelum terjadinya bencana adalah : kesiapsiagaan dan mitigasi.

2. Pada saat terjadinya bencana adalah : upaya pertolongan/bantuan dan

respon

3. Setelah terjadinya bencana adalah : rehabilitasi dan rekonstruksi.

Usaha mitigasi bencana bagi suatu daerah menyangkut perencanaan

yang bersifat antisipatif, ini berarti ada usaha untuk melihat kedepan,

yakni peramalan dan perencanaan berhubungan erat dengan perumusan

kebijakan (policy formulation). Kebijakan tidak lain dari expressi pertama

dan citra panduan dari apa yang disebut berpikir dan bertindak secara

(21)

dan bagian paling penting dari apa yang disebut proses berbuat secara

rasional (the process of rational creative action). Proses tersebut dapat

dibayangkan berkembang dari 4 aktivitas, yakni : peramalan, perencanaan,

pengambilan keputusan dan tindakan (action) , ke 4 aktivitas tersebut

bukan saja saling berhubungan, melainkan masing – masing membawa

embrio bagi tindakan berikutnya :

1. Peramalan plus perencanaan = proses perencanaan.

2. Perencanaan plus pengambilan keputusan = proses pengambilan

keputusan.

3. Peramalan plus perencanaan plus tindakan pengambilan keputusan =

proses tindakan kreatif yang rasional.

Adapun daerah yang mengalami daerah rawan bencana adalah

Kecamatan Bermani Ulu , Kecamatan Selupu Rejang, Kecamatan Sindang

Kelinggi, Kecamatan Padang Ulak Tanding dan Kecamatan kota Padang,

yang berada didaerah rawan longsor serta Vulkanis aktif, namun demikian

khusus rawan gempa di Kabupaten Lebong hanya mempunyai epicenter

III – IV skala MMI yang berarti efek gempa tersebut hanya menyebabkan

kerusakan ringan berupa retakan pada tanah timbunan di sisi–sisi jalan,

sedangkan khusus daerah rawan potensi longsor hanya berada disisi luar

lingkaran seperti yang terlihat pada gambar.

Menimbang statement dibeberapa wilayah Kabupaten Rejang Lebong

merupakan daerah rawan bencana untuk upaya pencegahan longsor adalah

reboisasi dikawasan longsor untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

(22)
(23)
(24)

Kawasan Budidaya dan Non Budidaya

Pembahasan rencana pengembangan kawasan budidaya dan non

budidaya akan meliputi uraian tentang beberapa aspek yang berkaitan

dengan pembudidayaan kawasan yang meliputi kawasan pertanian, kawasan

perkebunan, kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan

perindustrian, kawasan pariwisata, kawasan permukiman perdesaan,

kawasan permukiman perkotaan dan kawasan lainnya yang masih berkaitan

dengan kegiatan budidaya. Adapun untuk menentukan suatu kawasan, harus

diperhatikan kesesuaian lahan bagi suatu kegiatan dengan memperhatikan

faktor – faktor fisik dasar, yaitu faktor kemiringan lahan, ketinggian tempat,

jenis tanah dan kawasan – kawasan lindung. Dari faktor – faktor tersebut

dilakukan super impose sehingga dapat ditentukan atau diketahui lahan –

(25)
(26)

3.2.5 Identifikasi Wilayah yang Didorong Pertumbuhannya

Wilayah yang didorong pertumbuhannya adalah Perdagangan dan jasa

berada di wilayah Kecamatan Curup yaitu Jalan Merdeka, Jalan Kartini,

Kawasan Jalan Pasar Atas, Kawasan Jalan Pasar Bang Mego, Kawasan Pasar

DE, Kawasan Pasar Sumber Bening Kecamatan Selupu Rejang, Kawasan Pasar

PUT Kecamatan Padang Ulak Tanding.

3.2.6 Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana

Pembangunan infrastruktur adalah bagian integral dari pembangunan

kota merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi

infrastruktur seperti jaringan jalan, jaringan transportasi, jaringan drainase,

persampahan, sumber daya air dan pelayanan air bersih, jaringan air limbah

serta sarana prasarana lainnya masih belum mengimbangi perkembangan

dinamika masyarakat terutama diwilayah pengembangan. Berkurangnya

kualitas infrastruktur dan tertundanya pembangunan infrastruktur akan

memperlambat perekonomian daerah.

Kondisi lingkungan permukiman di Kab. Rejang Lebong umumnya

berwujud perkampungan yang berfungsi tidak sekedar tempat tinggal namun

juga tempat produksi dan berkarya serta berinteraksi. Keterbatasan lahan

kota tidak cukup memberikan ruang bagi upaya pemenuhan permukiman

layak huni yang terjangkau. Pilihan alternatif pengembangan permukiman

secara vertikal merupakan salah satu upaya penambahan unit rumah yang

kondusif terhadap tata ruang kota serta pembangunan dan pengelolaan

prasarana dasar lingkungan yang efisien.

Kebijakan pembangunan sarana prasarana dilakukan dengan

pendekatan pembangunan berbasis kewilayahan atau komunitas. Diharapkan

akan tercipta Kab. Rejang Lebong yang bersih, sehat, indah dan nyaman

yang dimulai dari lingkungan wilayah/kampung. Melalui pendekatan ini,

maka partisipasi masyarakat menjadi faktor penting dalam menentukan

keberhasilannya. Sesuai konteks Aglomerasi Kabupaten Rejang Lebong, maka

pembangunan sarana prasarana akan berkoordinasi dengan Pemerintah

Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Musi Rawas

(27)

drainase, jalan dan transportasi, menajemen pengelolaan sampah,

Mengoptimalisasikan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Tasikmalaya yang

telah ada dan penataan ruang perkotaan, akan menjadi kunci penting lima

tahun mendatang. Pengembangan sistem transportasi merupakan kebutuhan

mendesak untuk jangka waktu lima tahun mendatang.

Mewujudkan pembangunan prasarana dan sarana berkualitas

dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :

1.Tersedianya sarana dan prasarana dasar publik yang memadai.

2.Meningkatnya kualitas penataan kawasan sesuai peraturan

3.Meningkatnya kualitas dan aksesibilitas sarana prasarana publik.

4.Meningkatnya fungsi kampung sebagai tempat berinteraksi masyarakat

yang utuh.

5.Percepatan pembangunan daerah tertinggal dan revitalisasi kawasan.

6.Meningkatnya partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan

sarana-prasarana dasar permukiman desa dan perkotaan

7.Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan

prasarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat.

8.Tersedianya Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) dan ruang

publik yang cukup nyaman dan indah sebagai tempat bermain dan rekreasi

keluarga.

Dalam mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan dengan kebijakan :

1. Menyediakan sarana dan prasarana dasar publik yang memadai di dalam

kabupaten dan di daerah perkotaan bekerjasama dengan daerah tetangga.

2. Meningkatkan penataan kawasan secara konsisten sesuai dengan Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Kecamatan.

3. Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas sarana prasarana publik.

4. Meningkatkan fungsi kampung/desa sebagai subyek pembangunan

berbasis kewilayahan dan tempat berinteraksi masyarakat yang utuh baik

pada aspek sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan.

5. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat dan swasta dalam

(28)

Program yang dilaksanakan adalah :

1. Program Pemeliharaan dan Pembangunan Saluran Drainase dengan

sasaran program : Berkurangnya genangan air sebesar 90%.

2. Program Pengembangan Tata Bangunan dan Lingkungan dengan sasaran

program : Meningkatnya produk rencana tata ruang kawasan dan rencana

rinci kawasan tertentu sebesar 80%

3. Program Pemeliharaan dan pembangunan jalan lingkungan dengan

sasaran program : Meningkatnya penanganan jalan lingkungan rusak

sebesar 40%

4. Program Pengelolaan Penataan Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan

Permukiman, Pemeliharaan dan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman dengan sasaran program : Meningkatnya pengelolaan

prasarana dasar permukiman sebesar 30% untuk penanganan air limbah,

20 % untuk penanganan masalah sampah, dan jumlah rumah yang layak

huni menjadi 60%.

5. Program pelaksanaan revitalisasi bangunan bersejarah dan budaya.

6. Program pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal (PDT) di

15 Kecamatan dalam Kabupaten Rejang Lebong dan program pelaksanaan

revitalisasi kawasan eks daerah transmigrasi Desa Belumai I, Belumai II,

Taba Tinggi, Trans Bukit Batu, Trans Kasie Kasubun, Trans Taktoi, Trans

Air Kati di Kecamatan Padang Ulak Tanding, Desa Transad, Transpol

Kecamatan Bermani Ulu, Desa Derati Kecamatan Kota Padang.

Rencana Induk Sistem (RIS)/Masterplan Infrastruktur

Rencana Induk Sistem (RIS) / Masterplan Infrastruktur Bidang PU/Cipta

Karya belum dimiliki Kab. Rejang Lebong sampai dengan saat ini yang terdiri

dari:

1. RIS Drainase;

2. RIS Pembuangan Air Limbah (IPAL);

3. RIS Persampahan;

4. RIS Permukiman dan Lingkungan;

(29)

3.2.7 Strategi Pengembangan Wilayah

Sistem perwilayahan pengembangan di Kabupaten Rejang Lebong

memakai sistem perwilayahan berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi

untuk melayani kebutuhan wilayah belakangnya (hinterlandnya) dikaitkan

dengan besar pengaruh suatu kota. Wilayah belakang (hinterland) dikatakan

sebagai wilayah pengaruh sebuah kota apabila dalam memenuhi

kebutuhannya atau menjual hasil produksinya cenderung bergantung pada

kota tersebut, termasuk kebutuhan hidup, pendidikan, kesehatan, rekreasi.

Dalam menjual produk termasuk didalamnya menjual komoditas atau

jasa/tenaga (mencari lapangan kerja).

Atas dasar hal tersebut serta pertimbangan dari skenario kawasan

industri dimana suatu industri membutuhkan kelangsungan stok bahan untuk

proses produksi, maka sistem perwilayah pengembangan di Kabupaten

Rejang Lebong adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan I meliputi Kecamatan Bermani Ulu Raya,

Kecamatan Bermani Ulu, Kecamatan Curup Utara, Kecamatan Curup,

Kecamatan Selupu Rejang, Kecamatan Sindang Kelingi, Kecamatan

Binduriang, Kecamatan Sindang Dataran, dengan basis disektor

Agropoiltan/Agrobisnis. Dengan pusat Agropolitan/Agribisnis ada di Kota

Air Duku.

2. Wilayah Pengembangan II meliputi Kecamatan Padang Ulak Tanding,

Kecamatan Sindang Beliti Ulu, Kecamatan Sindang Beliti Ilir, dan

Kecamatan Kota Padang dengan basis disektor manufaktur karet, dengan

pusat di Kota Padang Ulak Tanding.

Untuk lebih jelasnya mengenai sistem perwilayahan pembangunan dapat

(30)
(31)

Tabel 3.4. Luas Kawasan Terbangun dan Jumlah Penduduk

Adapun peran Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu adalah sebagai PKW (Pusat Kegiatan

Wilayah) dimana pada peran tersebut Kota Curup ditunjuk sebagai kota yang

mengemban misi tersebut, dengan demikian bisa disebutkan disini bahwa

Kota Curup merupakan Ibukota dari Kabupaten Rejang Lebong.

Adapun kriteria dari Pusat Kegiatan Lokal (PKW) tersebut adalah :

1. Sebagai pusat pelayanan keuangan melayani beberapa kabupaten.

2. Sebagai pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kabupaten.

3. Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten.

4. Sebagai jasa pemerintahan beberapa kabupaten.

5. Jasa publik lainnya untuk beberpa kabupaten.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disebutkan disini bahwa peran dari

Kabupaten Rejang Lebong (dimana Curup ditunjuk sebagai Ibukotanya)

adalah pada skala regional atau bisa disebutkan disini bahwa skala

pelayanannya untuk melayani beberapa kabupaten lainya. Adapun peran

yang diemban yang akan diemban oleh Kabupaten Rejang Lebong dimasa

datang berdasarkan hasil analisis serta standard yang ada adalah sebagai

berikut :

1. Sebagai Kawasan Pengendalian ketat (High Control Zone) menurut

lokasi kawasannya ditinjau dari aspek kelestarian lingkungan untuk

kawasan konservasi, yang berguna sebagai perlindungan kawasan

bawahannya (Kabupaten – kabupaten lain dibawah Kabupaten Rejang

(32)

2. Sebagai Feeder road,(atau jalan penghubung antara Lintas Tengah dan

Barat).

3. Sebagai Transhipmen Point (fungsi terminal yang mengumpulkan dan

menyebarkan pergerakan antar kota dalam suatu wilayah ke wilayah lain

atau wilayah sendiri) ataupun juga dapat bersifat sebagai Interchange

(perpindahan moda disuatu terminal sehingga dapat memakai sistem

intermoda) hal ini dilihat dari segi letak geografisnya. Ataupun dengan

perkataan lain sebagai simpul transportasi dari beberapa Kabupaten.

4. Pusat pelayanan keuangan meliputi beberapa kabupaten.

5. Pusat pengolahan (Processing) dan pengumpulan barang (Ware

Housing) yang melayani beberapa Kabupaten.

6. Sebagai jasa publik untuk beberapa Kabupaten.

7. Pusat pemasaran dan perdagangan dengan skala pelayanan beberapa

kabupaten sekitarnya yang berdekatan khusus untuk produksi di sektor

pertanian dengan sub sektornya.

8. Pusat pegembangan hasil produksi disektor pertanian dengan sub

sektornya.

9. Pusat jasa publik skala beberapa kabupaten.

10. Pusat kegiatan rekreasi dan hiburan.

11. Pusat pelayanan masyarakat dan dan pendidikan yang melayani beberapa

kabupaten.

3

3..33.. SSkkeennaarriiooPPeennggeemmbbaannggaannBBiiddaannggPPUU//CCiippttaaKKaarryyaa

Skenario yang diharapkan empat tahun kedepan terkait ke-Cipta

Karyaan berdasarkan RPJMD Kab. Rejang Lebong 2010-2015 adalah sebagai

berikut ini.

1. Perencanaan Tata Bangunan (RTBL) pada tahun 2017 diharapkan

mencapai 100%.

2. Panjang jalan lingkungan dalam kondisi baik pada tahun 2017

direncanakan sebesar 40%.

3. Jumlah luas genangan beberapa saat setelah hujan deras yang ada pada

tahun 2017 direncanakan tinggal 10%.

4. Kondisi rumah di Kab. Rejang Lebong pada tahun 2017 yang layak huni

(33)

5. Pada tahun 2017 pengelolaan sampah oleh Kelompok Rumah Tangga

secara mandiri dengan penerapan metode 3 M (Mengurangi,

Memanfaatkan Kembali, Mendaur Ulang) melalui pemilahan sampah

ditargetkan, sehingga volume sampah yang dibuang dapat dikurangi

sebesar 10% dan diharapkan terjadi peningkatan efisiensi pengelolaan

sampah serta meningkatkan umur pakai dan sarana TPA Bandung Marga

Kecamatan Bermani Ulu.

6. Pada tahun 2017 pembuangan limbah yang dilayani melalui Sambungan

Rumah (SR) yang didukung dengan pembangunan jaringan primer dan

sekunder bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan Pusat.

Bagi penduduk yang belum terjangkau sambungan rumah akan dilayani

melalui IPAL Komunal atau membuat IPAL rumah tangga yang memenuhi

persyaratan teknis dalam kondisi baik pada tahun 2017 direncanakan

sebesar 5%.

7. Sampai dengan tahun 2017 seluruh rumah tangga dapat menjangkau

pelayanan air bersih baik melalui sistem perpipaan maupun non

perpipaan. Pelayanan air bersih melalui perpipaan direncanakan melayani

50% dari total kebutuhan air bersih penduduk dicapai dengan peningkatan

kualitas air bersih dan peningkatan jumlah pemakai air bersih, sedangkan

sisanya sebesar 50% menggunakan fasilitas non perpipaan baik melalui

sumur perorangan maupun sumber lainnya 30% serta sumur komunal 20%.

8. Melaksanakan revitalisasi kawasan Sejarah dan Budaya Tabarenah dan

Kesambe bekerjasama dengan dengan Propinsi Bengkulu.

9. Melaksanakan pembangunan daerah tertinggal (PDT) di 15 Kecamatan

dalam Kabupaten Rejang Lebong dan melaksanakan revitalisasi kawasan

eks daerah transmigrasi Desa Belumai I, Belumai II, Taba Tinggi, Trans

Bukit Batu, Trans Kasie Kasubun, Trans Taktoi, Trans Air Kati di

Kecamatan Padang Ulak Tanding, Desa Transad, Transpol Kecamatan

Bermani Ulu, Desa Derati Kecamatan Kota Padang, bekerjasama dengan

dengan Propinsi Bengkulu dan Pemerintah Pusat.

10.Peningkatan aspek kualifikasi teknis, aspek motivasi dan aspek koordinasi

dalam menunjang peningkatan birokrasi yang efektif, efisien, bersih dan

(34)

diharapkan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun ke depan sumber daya

manusia yang dimiliki dapat berkategori mampu dan profesional.

11.Meningkatkan sarana prasarana pemerintahan beserta fasilitas pendukung

dalam upaya mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat sehingga

diharapkan pada tahun 2017 sarana prasarana sesuai dengan standar

kelayakan.

12.Meningkatkan produk legislasi daerah yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan pelayanan publik, sehingga tingkat kepatuhan hukum

dapat diwujudkan dengan menurunkan tingkat pelanggaran Perda dari

tahun 2013 sampai dengan 2017 masing-masing sebesar 20% per tahun

dari pelanggaran Perda.

Dalam mewujudkan visi pembangunan Kab. Rejang Lebong tersebut

ditempuh melalui 4 (empat)misi pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Ekonomi

Kerakyatan Agribisnis dan Pariwisata;

2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Dengan Penguasaan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

3. Mewujudkan Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur yang

Sinergis, Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan;

4. Mewujudkan Pelestarian Nilai-Nilai Agama, Budaya, Moral dan Etika dalam Melandasi Pelaksanaan Pembangunan.

Keempat Misi pembangunan di atas perlu dijabarkan ke dalam

tingkatan perencanaan yang lebih operasional, mulai dari strategi,

kebijakan, program dan kegiatan. Guna mendapatkan keterkaitan yang jelas

antara Visi, Misi dan tingkatan di bawahnya maka perlu disusun Agenda

Pembangunan selama 5 tahun kedepan. Agenda tersebut merupakan

rumusan dari keempat Misi yang telah diuraikan di atas. Misi pertama

mencakup penegakan hukum dan penciptaan sistem pemerintahan yang

bersih sebagai modal utama dalam percepatan pembangunan di Kabupaten

Rejang Lebong. Misi ke dua, ke tiga dan ke empat merupakan upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga ketiganya dapat

(35)

peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaksana

pembangunan.

3.4 Logical Framework : Keterkaitan Rencana Pengembangan Wilayah dan

Rencana Pembangunan Infrastruktur (Masterplan Infrastruktur)

Bagian ini menguraikan keterkaitan antara rencana pengembangan

kabupaten dan rencana pembangunan PSD di setiap wilayah kawasan

kabupaten secara umum. Uraian ini dilengkapi dengan matrik hubungan antar

kegiatan yang akan dikembangkan dengan PSD utama dan penunjang yang

dibutuhkan disetiap wilayah kabupaten. Penjelasan keterpaduan, keterkaitan,

dan keselarasan terhadap masalah yang dihadapi oleh kabupaten dan prioritas

(36)

Tabel 3.5. Matrik Logical Framework

Kebijakan Program Ruang Lingkup Kegiatan

2. Backlog perumahan Pemenuhan kebutuhan

Master Plan & DED Pembangunan 3. Permukiman kumuh

dan daerah tertinggal

6. Bangunan bersejarah di kawasan

(37)

berbasis

pariwisata Outcome: Peningkatan daya

tarik wisata 8. Sampah bertambah

Gambar

Tabel 3.1. Pembagian Wilayah Pengembangan Kota
Gambar dibawah ini.
Gambar 3.1. Konsep Struktur Ruang
Gambar 3.2. Rencana Struktur Ruang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian konsep yang digunakan adalah Teknologi Informasi Komunikasi, Fasilitasi Perdagangan, Konsep Bisnis Online, Konsep Impor.. Hasil penelitian ini berdasarkan hasil

Dengan pemahaman sebagaimana dikemukakan di atas, nampak bahwa salah satu fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini

Persamaan dari penelitian Harun dan penelitian ini adalah variabel yang digunakan adalah sama yaitu Kualitas Layanan, Pemanfaatan Teknologi Informasi,

Penggunaan tepung daun Kayambang (Salvinia molesta) sebagai bahan pakan alternatif sampai level 7,5% tidak menaikkan maupun menurunkan nilai konsumsi protein, rasio

Pada Februari 2012, jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk semua golongan pendidikan mengalami kenaikan jika dibandingkan keadaan

Bagi para urban di wilayah Winnipeg Manitoba, baik bagi pelaku yang masih remaja atau sudah dewasa dilakukan dengan model resolusi restoratif yaitu suatu proses

yang dijual berupa makanan tradisional zaman dahulu hingga alat transaksinya pun menggunakan uang kepeng berbentuk bulat yang terbuat dari batok kelapa. Kebersihan di

Usaha ini diperlukan pencatatan dan penilaian persediaan yang akurat sehingga menghasilkan laporan keuangan yang akurat sesuai dengan PSAK NO.14, karena metode yang digunakan