• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 306014a8dd BAB VIIMicrosoft Word BAB 7 Rencana Infrastruktur Cipta Karya Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 306014a8dd BAB VIIMicrosoft Word BAB 7 Rencana Infrastruktur Cipta Karya Akhir"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 7

Rencana Pembangunan Infrastruktur

Cipta Karya

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kumuh

Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 050/ /2017 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Rembang. Adapun lokasi permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Rembang berdasarkan hasil verifikasi dan identifikasi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Rembang tahun 2016, didapati 19 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 19 kelurahan/ desa dan 4 kecamatan di Kabupaten Rembang.

Hasil verifikasi dan identifikasi sendiri telah dilaksanakan melalui hasil diskusi dan survey langsung dengan Tim Pokjanis, Tim P2KKP, BKM/ KSM, dan perangkat kelurahan/ desa terkait dengan hasil luasan sebesar 288,02 ha. Berdasarkan hasil tersebut, maka lokasi permukiman kumuh berdasarkan hasil verifikasi dan identifikasi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Tabel VII.1

Lokasi Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) di Kabupaten Rembang

Lokasi Permukiman Kumuh Luas (Ha)

Kelurahan Tanjungsari, Kec.Rembang

RT 001, RT 002, RT 003, RT 004/ RW 001; RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006/ RW 002; RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006/ RW 003; dan RT 001/ RW 004

20,20

Desa Pasarbanggi,

(2)

Lokasi Permukiman Kumuh Luas (Ha)

(3)
(4)

Adapun SK Bupati Kabupaten Rembang tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permuiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Rembang yang dimaksud merupakan SK Bupati Rembang Nomor 050 / /2017 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Rembang.

Tabel VII.2

Lokasi Permukiman Kumuh Perkotaan (SK Bupati) di Kabupaten Rembang

No. Kecamatan Lokasi Kelurahan/Desa Luas (ha) Penanganan Prioritas

1. Rembang Tanjungsari 20,20 PRIORITAS II

2. Pasarbanggi 6,86 PRIORITAS II

3. Padaran 36,94 PRIORITAS III

4. Gegunungwetan 4,77 PRIORITAS III

5. Gegunungkulon 5,02 PRIORITAS III

6. KabonganLor 3,82 PRIORITAS III

7. Sukoharjo 5,83 PRIORITAS III

8. Lasem Dorokandang 1,98 PRIORITAS III

9. Ngemplak 2,93 PRIORITAS III

10. Babagan 15,90 PRIORITAS III

11. Soditan 8,38 PRIORITAS III

12. Gedongmulyo 33,63 PRIORITAS III

13. Sumbergirang 7,25 PRIORITAS II

14. Pamotan Sidorejo 20,34 PRIORITAS III

15. Pamotan 23,61 PRIORITAS III

16. Bangunrejo 19,99 PRIORITAS III

17. Kragan Tegalmulyo 46,32 PRIORITAS II

18. Kragan 12,05 PRIORITAS II

19. Karangharjo 14,63 PRIORITAS II

Total 290,45

7.1.2. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Pedesaan

(5)

Permukiman pedesaan berdasarkan pembagian kawasan permukiman RTRW adalah seperti table berikut ini.

Tabel VII.3.

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

7.1.3. Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

Potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut.

Potensi :

1 Lahan di Kabupaten Rembang masih sangat luas terutama di kawasan pedesaan untuk pengembangan permukiman.

2 Beberapa kawasan sudah mengarah pola permukiman grid, sehingga akses lebih banyak dan tidak menimbulkan permasalahan lalu lintas.

3 Beberapa lokasi permukiman mempunyai tema untuk dikembangkan, terutama pada kawasan permukiman yang mempunyai nilai sejarah, wisata maupun tema tertentu. 4 Mulai tumbuhnya penyediaan perumahan formal dikabupaten rembang dengan

bertambahnya beberapa kawasan perumahan formal baru terutama di perkotaan Rembang.

Permasalahan :

1 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan kawasan permukiman walaupun sudah ada Peraturan Zonasi, kajian mengenai lokasi rawan bencana dan Peraturan Daerah yang mengaturnya.

2 Tingginya rumah tidak layak huni dan kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan kawasan pesisir semakin padat bahkan garis pantai semakin bertambah panjang.

3 Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tinggal pada lokasi rawan bencana yang memperhatikan aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan. 4 Belum adanya dokumen kajian mengenai perumahan dan kawasan permukiman,

terutama untuk memenuhi pengembangan kawasan pedesaan.

5 Sarana dan prasarana pencegahan kebakaran kurang diperhatikan dalam gedung disamping itu belum adanya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kabupaten Rembang.

6 Sarana dan prasarana pemadam kebakaran di Kabupaten Rembang belum memadai sehingga apabila terjadi bencana harus menunggu armada pemadam dari Kabupaten Pati maupun Kabupaten Blora.

(12)

RP3KP untuk merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, serta mengalokasikan ruang untuk tipologi perumahan dan permukiman, menangani/ mengatur kualitas perumahan.

8 Akses antar permukiman perlu ditingkatkan, terutama untuk mengatasi kesenjangan desa-kota.

9 Masih terdapat backlog di mana ada kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat sehingga perlu adanya pengurangan jumlah penduduk yang tinggal di rumah tidak layak huni untuk menurunkan angka

backlog yang ada.

10 Masih terdapat keberadaan rumah yang tidak layak huni sehingga perlu adanya kebijakan yang dapat memberikan kemudahan bagi warga untuk merenovasi rumahnya yang masuk dalam kategori layah huni.

11 Masih terdapat keberadaan perumahan/ permukiman kumuh dan liar sehingga perlu penertiban terhadap perumahan/ permukiman kumuh dan liar tersebut.

7.1.4. Sasaran Program

Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya pada setiap sektor baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/ kota.

Tabel VII.4.

Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

NO URAIAN SASARAN PROGRAM TOTALLUAS KAWASAN

SASARAN PROGRAM TAHUN

I TAHUN II TAHUN III TAHUN IV TAHUN V KET

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I Kawasan Kumuh Perkotaan …….. Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha

II Kawasan Permukiman Perdesaan …….. Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha

III

Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman Nelayan, Perbatasan, Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb)

(13)

7.1.5. Usulan Kebutuhan Program dan Pembiayaan

Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program dari setiap sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.

Daerah rawan bencana seharusnya menjadi daerah lindung yang tidak boleh digunakan untuk lahan terbangun, apalagi dijadikan sebagai kawasan permukiman. Akan tetapi, di lapangan ternyata masih banyak daerah-daerah rawan bencana yang ditempati penduduk sebagai tempat hunian. Masalah yang mempengaruhi ini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan-kawasan lindung yang terlarang untuk permukiman. Selain itu, akibat dari kurang tegasnya pengendalian pembangunan dari aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang. Berikut ini disampaikan ringkasan dalam tabel lokasi perumahan dan permukiman di daerah rawan bencana

7.2. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 7.2.1. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.2.2.1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung A. Rencana Tata Bangunan

Kabupaten Rembang telah mempunyai Peraturan Daerah mengenai Bangunan Gedung yang ditetapkan pada tahun 2007 yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung yang ditetapkan pada tanggal 30 Juli Tahun 2007. Arahan pengaturan tata bangunan di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut :

1. Rencana Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan adalah jumlah bangunan di atas satu luasan lahan tertentu, dinyatakan dalam satuan yaitu bangunan/ha. Faktor yang dipertimbangkan untuk menetapkan kepadatan bangunan adalah :

Faktor kesehatan, yang mencakup : 1. air bersih,

2. sanitasi dan pembuangan limbah,

3. cahaya, sinar matahari, udara dan ketenangan, dan 4. ruang gerak dalam tempat tinggal;

(14)

1. ruang terbuka pribadi, 2. privasi,

3. perlindungan dan 4. fasilitas lingkungan; Faktor teknis, yang mencakup :

1. resiko kebakaran,

2. ketersediaan lahan untuk bangunan, 3. daya hubung dan

4. kondisi tanah.

Secara umum tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Rembang lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas tampung kota secara keseluruhan. Dengan demikian untuk pengembangannya dapat dilakukan secara horizontal dengan memperhatikan kegiatan non-urban tanpa mengganggu daerah pinggiran kota (daerah transisi). Namun demikian, bagi pengembangan di pusat kota harus juga memperhitungkan intensifikasi penggunaan ruang. Hal ini mengingat kemungkinan besar perkembangan di pusat kota akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan daerah transisinya. Sehingga dalam menentukan alternatif distribusi kepadatannya menggunakan asumsi yaitu kepadatan akan semakin rendah pada kawasan-kawasan yang jauh dari pusat kota.

Sedangkan Koefesien Dasar Bangunan (KDB) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Kota, maka KDB dikelompokan dalam klasifikasi :

 Kepadatan Sangat Tinggi sebesar > 75 %

 Kepadatan Tinggi sebesar 50 – 75 %

 Kepadatan Sedang sebesar 20 – 50 %

 Kepadatan Rendah sebesar 0 – 20 %

Mengenai perpetakan lahan merupakan unit perpetakan berupa sistem kapling yang ditetapkan sesuai dengan ukuran petak lahannya. Klasifikasi perpetakan lahan menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/ KPTS/ M/ 2002 tanggal 12 Agustus 2002 yang membagi perpetakan bangunan dalam 8 klasifikasi, antara lain :

 Klasifikasi I (Sistem Blok) = > 2.500 m²

 Klasifikasi II (kapling Sangat Besar) = 1.000 m² - 2.500 m²

(15)

 Klasifikasi IV (kapling Sedang) = 250 m² - 600 m²

 Klasifikasi V (kapling Kecil) = 100 m² - 250 m²

 Klasifikasi VI (kapling Sangat Kecil) =50 m² - 100 m²`

 Klasifikasi VII (Tanpa kapling) = < 50 m²

 Klasifikasi VIII (kapling sangat besar) = Rumah Susun/ Flat

Untuk pengaturan KDB terbesar diarahkan pada kegiatan perdagangan sebesar 90 % dengan pertimbangan intensitas kegiatan dan produktifitas penggunaan lahannya memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga sebagian besar kavling dimanfaatkan untuk kegiatan usaha. Namun demikian hanya dibatasi sebesar 90 % dengan pertimbangan tetap tersedianya lahan untuk garis sempadan bangunan terhadap jalan maupun kanan-kiri dan belakang bangunan.

Pada kawasan ini dipersyaratkan untuk disediakan areal parkir secara komunal berupa areal parkir khusus (parking area) atau pada setiap kapling penggunaan lahan memiliki parkir bawah tanah/lantai dasar. Dengan demikian pada kawasan padat lalu lintas tidak akan terjadi parkir tepi jalan (on street parking). Sedangkan KDB terendah terendah terdapat pada kegiatan olahraga dan ruang terbuka hijau yaitu maksimal sebesar 15 % dan kawasan konservasi maksimal 5 %. KDB maksimal untuk masing-masing kegiatan bergantung pada lokasi kegiatannya, sehingga tidak semua kawasan memiliki KDB maksimal sebagaimana yang diarahkan. Prioritas lokasi dengan KDB maksimal diarahkan pada :

Kawasan pusat perkotaan, pusat BWK dan pusat Blok.

Kawasan disepanjang jalan utama kota, dengan tetap mengikuti ketentuan GSB terhadap jalan.

Kawasan permukiman lama yang dikembangkan secara intensif, dengan tetap melakukan upaya pengendalian dan pengaturan lingkungan permukimannya. Prinsip yang digunakan dalam penetapan kepadatan bangunan adalah sebagai berikut :

 Kepadatan bangunan perlu memperhatikan ruang kota yang tercipta akibat adanya bangunan-bangunan;

(16)

 Menciptakan suasana asri dan alamiah dengan menciptakan keterangan dan kenyamanan.

2. Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah lapis/ lantai (storey) maksimum pada petak lahan. Ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (lantai dasar = lantai 1) atau meter. Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan sebagai berikut :

a) Ketinggian ruang pada lantai dasar ditentukan dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya;

b) Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dan lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian bangunan dianggap sebagai dua lantai;

c) Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukkan, gedung sekolah, bangunan monumental, gedung olah raga, bangunan serbaguna dan bangunan sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2).

d) Apabila tinggi tanah perkarangan berada di bawah titik ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi maksimum lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan IMB;

Adapun alternatif pengaturan kepadatan perumahan didasarkan pada perbandingan antara lahan terbangun dibagi dengan luas kavling lahan yang bersangkutan. Hasil dari angka perbandingan diatas berupa suatu koefesien pemanfaatan lahan yang bersifat horisontal (Koefesien Dasar Bangunan/ KDB) dan koefesien yang menunjukan dimensi vertikal (Koefesien Lantai Bangunan/ KLB).

(17)

Bangunan/KLB). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Kota, maka KLB dikelompokan dalam klasifikasi : 1. Koefesien Lantai Bangunan (KLB)

Pengaturan KLB merupakan kelipatan dari KDB yang bersangkutan.

 Untuk ketinggian bangunan 1 lantai pada kepadatan tinggi maka KLB nya adalah (1 x 50%-1 x 75%) atau antara 0,5 – 0,75.

 Ketinggian bangunan 1 – 2 lantai pada kepadatan tinggi, maka KLB nya adalah (1 x 50% - 2 x 75%) atau antara 0,5 -1,5.

Seluruh bangunan yang terdapat di Kabupaten Rembang saat ini umumnya memiliki tinggi bangunan 1 - 3 lantai. Mengingat daya dukung ruang yang ada di Kabupaten Rembang bagian utara cukup baik, maka dimungkinkan pelaksanaan pembangunan tetap dilakukan secara horisontal dan vertikal. Begitu juga dengan daya dukung kelayakan lahannya yang memungkinkan pembangunan dilakukan secara vertikal dengan penambahan jumlah lantai bangunan. Walaupun tingkat perkembangan fisik terbangun kota relatif besar namun masih cukup banyak tersedia lahan cadangan kota, maka diarahkan tinggi bangunan di Kabupaten Rembang berkisar antaraa 1 - 4 lantai, dengan tetap membatasi/mengontrol perkembangan ruang kota yang terjadi secara eksternal/horizontal. Untuk bangunan yang akan dibangun dengan tinggi melebihi dari ketentuan tersebut masih dimungkinkan, dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan/ijin dari instansi yang berwenang, bangunan yang memungkinkan diantaranya untuk penggunaan hotel dan pusat perbelanjaan.

Ketentuan tentang pengaturan ketinggian bangunan dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu :

(18)

b) Bangunan dengan ketinggian 2 - 4 lantai diarahkan pada jalan utama kota serta di kawasan pusat kota dan sekitarnya dengan dasar pertimbangan seperti di atas, namun hanya dibatasi maksimal 4 lantai untuk menjaga keseimbangan lingkungan dengan bangunan di sekitarnya/di belakangnya, menyangkut keseimbangan tata udara dan sinar matahari. Fungsi bangunan yang direncanakan diataranya perkantoran, jasa, pertokoan & bangunan umum. c) Bangunan dengan ketinggian 1 - 3 lantai diarahkan untuk bangunan fasilitas

umum seperti bangunan pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Untuk ketinggian 1 - 2 lantai khusus diperuntukkan bagi bangunan perumahan dan fasilitas umum.

3. Arahan Perpetakan Bangunan

Arahan perpetakan bangunan akan mengatur luas petak–petak bangunan yang terdapat pada setiap blok peruntukkan dalam kawasan, hal ini berkaitan dengan kepadatan bangunan. Mengenai perpetakan lahan merupakan unit perpetakan berupa sistem kapling yang ditetapkan sesuai dengan ukuran petak lahannya. Klasifikasi perpetakan lahan menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/ KPTS/ M/ 2002 tanggal 12 Agustus 2002 yang membagi perpetakan bangunan dalam 8 klasifikasi, antara lain :

Klasifikasi I (Sistem Blok) = > 2.500 m²

Klasifikasi II (kapling Sangat Besar) = 1.000 m² - 2.500 m² Klasifikasi III (kapling Besar) = 600 m² - 1.000 m²

Klasifikasi IV (kapling Sedang) = 250 m² - 600 m² Klasifikasi V (kapling Kecil) = 100 m² - 250 m²

Klasifikasi VI (kapling Sangat Kecil) = 50 m² - 100 m²` Klasifikasi VII (Tanpa kapling) = < 50 m²

Klasifikasi VIII (kapling sangat besar) = Rumah Susun/ Flat 4. Arahan Garis Sempadan

(19)

menetapkan pengaturan garis sempadan bangunan disesuaikan dengan besar kapling pada jaringan jalan rencana.

B. Kondisi Prasarana Penanggulangan Kebakaran

Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Rembang. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks. Lokasi permukiman kumuh di perkotaan terdapat kawasan nelayan di sekitar pantai, yang berada di wilayah utara Kabupaten Rembang. Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Rembang akan menata lingkungan kumuh berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Faktor keselamatan bangunan gedung belum diperhatikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi dan factor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab terjadinya musibah kebakaran. Demikian juga yang terjadi di Kabupaten Rembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar di bawah ini.

Tabel VII.5.

Bencana Kebakaran di Kabupaten Rembang Tahun 2008-2010

NO TAHUN BENCANA BENCANA KORBAN KEBAKARAN

KEBAKARAN RUMAH BANGUNAN LAIN MENINGGAL LUKA- LUKA

TAKSIRAN

(20)

7.2.2.2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

A. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

Kabupaten Rembang pada tahun 2011 telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031. Selanjutnya RTRW Kabupaten Rembang tersebut akan menjadi pedoman/acuan dalam penyusunan rencana tata ruang yang lebih rinci. Selain itu, telah pula dilakukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota untuk wilayah perkotaan diantaranya adalah:

1) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Rembang 2) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Lasem 3) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sluke 4) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Gunem 5) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sale 6) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sarang 7) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Pancur 8) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Kaliori 9) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sulang 10) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sumber 11) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Bulu 12) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sedan

Selain itu untuk perencanaan yang lebih rinci telah disusun juga beberapa RTBL untuk kawasan yang dinilai strategis antara lain :

1. RTBL Kawasan Bahari terpadu pada tahun 2005, yang meliputi kawasan sekitar pelabuhan di Tasikagung dengan karakter lingkungan berupa permukiman nelayan, industri penunjang perikanan laut dan kegiatan pelabuhan.

2. Detail Architectur Engineering Desain (DAED) Kawasan Perumahan Tradisional di sekitar Rumah/ Museum Kartini di Kota Rembang pada tahun 2003.

(21)

B. Kondisi Kota Pusaka di Kabupaten Rembang

Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai dan memiliki pusaka alam, pusaka budaya berwujud dan tak berwujud, serta rajutan berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari wilayah/ kota yang hidup, berkembang, dan dikelola secara efektif. Pusaka menurut piagam Pelestarian dan Pengelolaan Pusaka Indonesia Tahun 2003 meliputi pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana.

Perencanaan dan penataan suatu kawasan harus mempertimbangkan eksisting kegiatan yang ada di kawasan tersebut. Begitu pula dalam pengembangan, penataan dan pelestarian aset-aset pusaka diperlukan inventarisasi terhadap aset pusaka baik yang bersifat pusaka alam, pusaka budaya maupun saujana. Rembang merupakan salah daerah pesisir di pantai utara Jawa yang memiliki potensi alam dan peninggalan sejarah yang kaya. Potensi alam dan peninggalan bersejarah tersebut dapat didayagunakan untuk kepentingan pengembangan sektor pariwisata yang sangat menarik.

Pada gilirannya pengembangan sektor pariwisata akan bisa meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan rakyat Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang sebagai wilayah dengan sejarah pertumbuhan kota yang panjang, juga memiliki permukiman-permukiman traditional dan bangunan gedung dengan nilai historis yang tinggi, yang terletak terutama dikota-kota utama, seperti Kota Rembang, Kota Lasem, Sluke, dan dibeberapa tempat lainnya. Permukiman-permukiman tradisional tersebut terdapat di Kota Rembang, Lasem dan beberapa kota lainnya. Di Kota Rembang yang termasuk kawasan tua diantaranya adalah Pecinan, Kanjengan (kompleks Kabupaten), Kasaran, Kauman, dan Pesantren.

1. Pecinan

Pecinan Kota Rembang terletak di dua wilayah administratif, yaitu Desa Tasikagung dan Kelurahan Sumberejo, tepatnya di kampung Gambiran, Undakan, Perapatan Yaini, sebagian sudah berubah fungsi dari bangunan rumah tinggal menjadi tempat usaha perdagangan maupun budidaya burung walet. Kawasan Pecinan ini mempunyai

(22)

2. Kanjengan

Merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Rembang sekaligus tempat kediaman bupati. Pusat kawasan ini yang juga menjadi pusat kegiatan kota adalah alun-alun, kabupaten dan masjid. Perumahan di sekitar kabupaten dulu merupakan perumahan abdi kabupaten. Di sebelah barat kabupaten terdapat kampung Magersari yang berasal dari sistem penghunian disekitar penguasa.

3. Kawasan kolonial

Kawasan ini terletak di sekitar Pantai Kartini yang memang memiliki bangunan-bangunan berciri arsitektur portugis dengan landmark adalah eks Gereja Portugis.

(23)

Tabel VII.6.

Daftar Registrasi BCB Tak Bergerak di Wilayah Rembang Sampai dengan Maret 2017

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

1 11-17/Rem/TB/1 Situs Selodiri Terjan, Krangan Situs Prasejarah

2 11-17/Rem/TB/2 Masjid Jami Lasem Karangturi, Lasem Masjid Islam

3 11-17/Rem/TB/3 Makam Sayyid Abdurrohman (Mbah Sumbu)

Karangturi, Lasem Makam Islam

4 11-17/Rem/TB/4 Makam Syeh Abubakar Caruban, Lasem Makam Islam

5 11-17/Rem/TB/5 Prasasti Pamotan Sambikilang, Pamotan Prasasti Klasik 6 11-17/Rem/TB/6 kelenteng Hok Tik Bio Jl. KS Tubun 24 Rembang Kelenteng Kolonial 7 11-17/Rem/TB/7 Kelenteng Tjoe Hwie

Kiong Jl. Pelabuhan 1 Rembang Kelenteng Kolonial 1386/101.SP/BP3/P-VI/2010

8 11-17/Rem/TB/8 Pecinan KS Tubun Rembang Rumah Tinggal Kolonial

9 11-17/Rem/TB/9 Kelenteng Cu Am Kiong Jl. Dasun 19 Lasem Kelenteng Kolonial 1424/101.SP/BP3/P-VI/2010

10 11-17/Rem/TB/10 Pecinan Soditan, Lasem Rumah Tinggal Kolonial

11 11-17/Rem/TB/11 Rumah Tinggal Jl. Gedong Mulya, Lasem Rumah Tinggal Kolonial 12 11-17/Rem/TB/12 Kelenteng Gio Yong Bio Jl. Babagan Lasem Kelenteng Kolonial 13 11-17/Rem/TB/13 Rumah Tinggal Jl. Babagan Lasem Rumah Tinggal Kolonial

14 11-17/Rem/TB/14 Pecinan Karangturi, Lasem Rumah Tinggal Kolonial

15 11-17/Rem/TB/15 Rumah Tinggal Jl. Jatiraga Lasem Rumah Tinggal Kolonial 16 11-17/Rem/TB/16 Rumah Tinggal Jl. Jatiraga 16 Lasem Rumah Tinggal Kolonial 17 11-17/Rem/TB/17 Masjid Jami Rembang Kauman, Kutaharja, Rembang Masjid Islam 18 11-17/Rem/TB/18 Makam Kanjeng Sedo Laut Kauman, Kutaharja, Rembang Makam Islam 19 11-17/Rem/TB/19 Makam Nyi Ageng Maloka Gedongcaruban, Gedongmulya,

Lasem Makam Islam

20 11-17/Rem/TB/20 Masjid Pamotan (Al-Amin) Pamotan Masjid Islam

21 11-17/Rem/TB/21 Masjid Al Mimbar Dresi Wetan, Kaliori Masjid Islam

(24)

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

dan Makam Putri Cempa

23 11-17/Rem/TB/23 Masjid Bonang Bonang, Lasem Masjid Islam

24 11-17/Rem/TB/24 Rumah Tradisional/Rumah

Gadang Bonang, Lasem Rumah Tinggal Islam

25 11-17/Rem/TB/25 Pendapa Kabupaten

Rembang Jl. Gatot Subroto, Kutaharja Pendapa Kolonial

26 11-17/Rem/TB/26 SD Kutaharja 2 Jl. Gatot Subroto, Kutaharja Gedung Kolonial 27 11-17/Rem/TB/27 SMU 6 Kartini Jl. Gatot Subroto, Kutaharja Gedung Kolonial 28 11-17/Rem/TB/28 Pesanggrahan

Djojodiningrat Bulu, Rembang Gedung Kolonial

29 11-17/Rem/TB/29 Makam RA. Kartini Bulu, Rembang Makam Islam

30 11-17/Rem/TB/30 Bekas Gereja Jl. Diponegoro Gedung Kolonial

31 11-17/Rem/TB/31 Asrama TNI AD Jl. Diponegoro 67 Rembang Gedung Kolonial 32 11-17/Rem/TB/32 Rumdin Pegadaian Jl. Diponegoro Rembang Rumah Tinggal Kolonial 33 11-17/Rem/TB/33 Eks. Stasiun Rembang Jl. Cikar Rembang Stasiun Kolonial 34 11-17/Rem/TB/34 Rumah Tinggal Jl. Jatiraga 18 Lasem Rumah Tinggal Kolonial 35 11-17/Rem/TB/35 Rumah Tinggal Jalatunda, Lasem Rumah Tinggal Kolonial 36 11-17/Rem/TB/36 Eks Stasiun Lasem Widorokandang, Babagan,

Lasem Stasiun Kolonial

37 11-17/Rem/TB/37 Pendapa Kawedanan

Sulang Sulang Pendapa Kolonial

38 11-17/Rem/TB/38 Situs Perahu Kuno

Rembang Punjulharjo Situs Klasik 312/101.SP/BP3/P-III/2010

39 11-17/Rem/TB/39 Tugu Lilin Rembang Tugu Kolonial

40 11-17/Rem/TB/40 Makam Adipati

Tejokusumo I Desa Karangturi/Kauman Makam Islam

41 11-17/Rem/TB/41 Komplek Makam Ulama (KH. M. Ma'Shoem Ahmad, Ny. Nuriyyah & KH. A. Syakir)

Desa Karangturi/Kauman Makam Islam

(25)

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

42 11-17/Rem/TB/42 Komplek Makam KH. Abdul Aziz bin Joyotirto & KH. Baidhowi bon Abdul Aziz

Desa Karangturi/Kauman Makam Islam

43 11-17/Rem/TB/43 Makam Keluarga Bupati

Tuban Dsn Caruban, Ds. Gedong Mulyo Makam Islam

44 11-17/Rem/TB/44 Makam Santi Puspa Dsn Caruban, Ds. Gedong

Mulyo Makam Islam

45 11-17/Rem/TB/45 Bangunan Cina Jl. Dasun 15, Ds. Soditan,

Lasem Rumah Tinggal Islam

46 11-17/Rem/TB/46 Kelenteng Cu An Kiong Jl. Dasun 19, Ds. Soditan,

Lasem Kelenteng Kolonial

47 11-17/Rem/TB/47 Vihara Karuna Dharma Desa Soditan Rt. 07 Vihara Kolonial

48 11-17/Rem/TB/48 Galangan Kapal Galangan Kolonial

49 11-17/Rem/TB/49 Maranatha/Ong's Art Jl. Karangturi Gang I/1 Lasem Rumah Tinggal Kolonial 50 11-17/Rem/TB/50 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang I No. 3 Rumah Tinggal Kolonial 51 11-17/Rem/TB/51 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang I No. 5 Rumah Tinggal Kolonial

52 11-17/Rem/TB/52 Bangunan Cina

53 11-17/Rem/TB/53 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang III No. 19 Rumah Tinggal Kolonial 54 11-17/Rem/TB/54 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang III No. 15 Rumah Tinggal Kolonial 55 11-17/Rem/TB/55 Kantor Dinas Pekerjaan

(26)

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

64 11-17/Rem/TB/64 Bangunan Indis Jl. Karangturi No. 28 Rumah Tinggal Kolonial 65 11-17/Rem/TB/65 Kelenteng Poo An Bio Jl. Karangturi Gang VII No. 5 Kelenteng Kolonial 66 11-17/Rem/TB/66 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang VI No. 8 Rumah Tinggal Kolonial 67 11-17/Rem/TB/67 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 5 Rumah Tinggal Kolonial 68 11-17/Rem/TB/68 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 1 Rumah Tinggal Kolonial 69 11-17/Rem/TB/69 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 2 Rumah Tinggal Kolonial 70 11-17/Rem/TB/70 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 9 Rumah Tinggal Kolonial 71 11-17/Rem/TB/71 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 24 Rumah Tinggal Kolonial 72 11-17/Rem/TB/72 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 17 Rumah Tinggal Kolonial 73 11-17/Rem/TB/73 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 16 Rumah Tinggal Kolonial 74 11-17/Rem/TB/74 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 19 Rumah Tinggal Kolonial 75 11-17/Rem/TB/75 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 13 Rumah Tinggal Kolonial 76 11-17/Rem/TB/76 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang IV No. 8 Rumah Tinggal Kolonial 77 11-17/Rem/TB/77 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang I No. 8 Rumah Tinggal Kolonial 78 11-17/Rem/TB/78 Pabrik Tegel Lasem Jl. Raya Lasem No. 83 Industri Kolonial 79 11-17/Rem/TB/79 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 84 Rumah Tinggal Kolonial 80 11-17/Rem/TB/80 SD Wijayakusuma Jl. Untung Surapati 74 (Raya

Lasem) Sekolah Kolonial

81 11-17/Rem/TB/81 Bangunan Indis Jl. Dasun No. 3 Ds. Soditan Rumah Tinggal Kolonial 82 11-17/Rem/TB/82 Bangunan Cina Jl. Dasun No. 7 Ds. Soditan Rumah Tinggal Kolonial 83 11-17/Rem/TB/83 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 76 Rumah Tinggal Kolonial 84 11-17/Rem/TB/84 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 63 Rumah Tinggal Kolonial 85 11-17/Rem/TB/85 Panti Asuhan Marganingsih Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 78 Rumah Tinggal Kolonial 86 11-17/Rem/TB/86 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 80 Rumah Tinggal Kolonial 87 11-17/Rem/TB/87 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

(27)

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

88 11-17/Rem/TB/88 TK Bangunan 92 Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 92 Toko Kolonial

89 11-17/Rem/TB/89 Salon Yon Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 96 Rumah Tinggal Kolonial 90 11-17/Rem/TB/90 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 85 Rumah Tinggal Kolonial 91 11-17/Rem/TB/91 Puri Sura Adimenggala III Desa Selopuro, Kecamatan

Lasem Rumah Tinggal Islam

92 11-17/Rem/TB/92 Makam Cina I Desa Selopuro, Kecamatan

Lasem Makam Kolonial

93 11-17/Rem/TB/93 Makam Cina II Desa Selopuro, Kecamatan

Lasem Makam Kolonial

94 11-17/Rem/TB/94 Makam Cina III (Charlie

Richard Liem) Desa Selopuro, Kecamatan Lasem Makam Kolonial 95 11-17/Rem/TB/95 Makam Cina IV Desa Selopuro, Kecamatan

Lasem Makam Kolonial

96 11-17/Rem/TB/96 Makam Cina V Desa Selopuro, Kecamatan

Lasem Makam Kolonial

97 11-17/Rem/TB/97 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 41 Rumah Tinggal Kolonial 98 11-17/Rem/TB/98 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 39 Rumah Tinggal Kolonial 99 11-17/Rem/TB/99 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 37 Rumah Tinggal Kolonial 100 11-17/Rem/TB/100 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung

Suropati) No. 35 Rumah Tinggal Kolonial 101 11-17/Rem/TB/101 Kantor Polsek Lasem Jl. Raya Lasem No. 21 Babagan

Lasem Kantor Kolonial

102 11-17/Rem/TB/102 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem No. 29

(28)

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

103 11-17/Rem/TB/103 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem No. 27,

Babagan Lasem Rumah Tinggal Kolonial

104 11-17/Rem/TB/104 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 46,

Babagan Lasem Rumah Tinggal Kolonial

105 11-17/Rem/TB/105 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 31 Rumah Tinggal Kolonial 106 11-17/Rem/TB/106 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 50,

Babagan Lasem Rumah Tinggal Kolonial

107 11-17/Rem/TB/107 Bangunan Indis Jl. Babagan No. 8 Babagan Rumah Tinggal Kolonial 108 11-17/Rem/TB/108 Bangunan Cina Jl. Babagan Gang IV, No. 1

Babagan Rumah Tinggal Kolonial

109 11-17/Rem/TB/109 Bangunan Cina Jl. Babagan Gang IV, No. 4

Babagan Rumah Tinggal Kolonial

110 11-17/Rem/TB/110 Bangunan Indis, Batik Jl. Babagan Gang IV No. 7 Rumah Tinggal Kolonial 111 11-17/Rem/TB/111 Bangunan Indis, toko Jl. Raya Lasem No. 93 Rumah Tinggal Kolonial 112 11-17/Rem/TB/112 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 118 Rumah Tinggal Kolonial 113 11-17/Rem/TB/113 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 99 Rumah Tinggal Kolonial 114 11-17/Rem/TB/114 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem 102 (101-103) Rumah Tinggal Kolonial 115 11-17/Rem/TB/115 Wisma Cinta Sesama M Jl. Raya Lasem 105 Rumah Tinggal Kolonial 116 11-17/Rem/TB/116 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem No. 107 Rumah Tinggal Kolonial 117 11-17/Rem/TB/117 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 109 Rumah Tinggal Kolonial

(29)

C. Kondisi Ruang Terbuka Hijau

Alokasi Rencana Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Rembang sesuai dengan Kawasan Perkotaan minimal 20 % dari luas wilayah perkotaan. Sehingga untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota diperlukan proporsi minimal 30%. Ruang terbuka hijau tersebut juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal. Di dalam RTRW Kabupaten Rembang tahun 2011-2031 telah ditetapkan rencana Ruang Terbuka Hijau yaitu seluas 2.720 Ha yang terdiri atas RTH publik dan RTH Privat yang luasnya 32% (tiga puluh dua persen) dari luas perkotaan, meliputi:

a) Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik, berupa hutan kota , taman kota, jalur hijau jalan dan sungai, Tempat Pemakaman Umum (TPU) meliputi: Perkotaan Rembang; Perkotaan Lasem; Perkotaan Sumber; Perkotaan Kaliori; Perkotaan Sulang; Perkotaan Pamotan; Perkotaan Sarang; Perkotaan Kragan; Perkotaan Sale; Perkotaan Sedan; Perkotaan Pancur; Perkotaan Gunem; Perkotaan Bulu; dan Perkotaan Sluke.

b) Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat, berupa kebun atau pekarangan rumah tinggal, halaman perkantoran, pertokoan, tempat usaha dan taman atap bangunan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031, RTH merupakan perwujudan pola ruang wilayah kawasan perlindungan setempat yang diantaranya meliputi:

1) Penyusunan masterplan ruang terbuka hijau (RTH);

2) Pengadaan lahan dan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) publik meliputi: hutan kota,

3) taman kota, taman kelurahan, taman lingkungan dan taman pemakaman umum. 4) Pembangunan sarana dan prasarana pendukung ruang terbuka hijau (RTH); 5) Sosialisasi sadar penghijauan pada pekarangan atau ruang terbuka hijau (RTH)

privat dan ruang terbuka hijau (RTH) Publik.

(30)

bahwa RTH di Kawasan Perkotaan di Kabupaten Rembang belum memenuhi amanah UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa proporsi RTH pada wilayah perkotaan paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota, yang terdiri dari 20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % ruang terbuka hijau privat.

Hutan kota yang terdapat di Kota Rembang telah ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau dengan Surat Keputusan Bupati Rembang yaitu :

1) Hutan Kota Besi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 660.1/262/2009 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan GOR Kabupaten Rembang sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

2) Hutan Kota Rowosetro berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 660.11/4241/2010 menetapkan kawasan Embung Rowo Setro yang terletak di Desa Pasar Banggi Kecamatan Rembang sebagai kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

(31)

Tabel VII.7.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan di Kabupaten Rembang

NO. JENIS RTH

KONDISI JENIS VEGETASI PERMASALAHA

N

Luas Kawasan Perkotaan di Kabupaten

Rembang keseluruhan 3.214,730

1.RTH Pekarangan

a Pekarangan rumah

tinggal V 153,926 4,79% Masyarakat Sedang tanjung,asem,mahoni,mimba, johar,palem,mangga,beringin,

sawo,angsana,dll dan tanaman

2. RTH Taman dan Hutan Kota

a Taman RT V V 0,000 0,00% Masyarakat belum

terbangun Belum terbangunnya RTH RT,RW dan

Kelurahan serta d Taman kecamatan

(alun-alun Rembang) V V 1,250 0,04% Pemkab. Baik palem,tanjung,angsana,mimba,bo genvil,beringin dan tanaman semak/perdu,

serta penutup tanah/rumput.

e Taman kota V 0,600 0,02% Pemkab. Baik

f Hutan kota V 6,000 0,19% Pemkab. Sedang

g Sabuk hijau (green

(32)

NO. JENIS RTH

KONDISI JENIS VEGETASI PERMASALAHA

N

c Ruang dibawah jalan

layang V 0,000 0,00%

2. RTH Fungsi Tertentu

a RTH sempadan rel

kereta api (eks rel KA) V 14,300 0,44% aset PT KAI Rusak tanjung,asem,mahoni,mimba ,johar,palem,mangga,beringin, sawo,angsana,dll dan tanaman b Jalur hijau sempadan

jalan V 18,326 0,57% Pemkab. Sedang

masyarakat Sedang mangrove,kelapa,asam,mahoni dan tanaman semak/perdu serta penutup tanah/rumput.

d Pemakaman V 25,000 0,78% Pemkab.dan

masyarakat Sedang flamboyan, bogenvil, beringin, asem, akasia dll dan tanaman semak/perdu serta penutup tanah/rumput.

(33)

Tabel VII.8.

Identifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kabupaten Rembang

NO JENIS RTH LOKASI/

KELURAHA N

LUAS

(m²) KONDISI KEPEMILIKAN RTH JENIS VEGETASI

I. TAMAN KOTA

1. Alun-alun Kota Rembang Kel. Kutoharjo 12.772 Terdapat berbagai vegetasi Publik Beringin, bougenvile, palem, palem pot, teh-tehan, tanjung, glodog, pakis

2. Taman BKK Pertigaan Jembatan

Karanggeneng Desa Tasikagung 31,5 Terdapat 6 jenis vegetasi Publik Cemara, bougenville, palem kuning, palem pergu, palem botol, dan the-tehan

3. Taman PKK Pasar Pentungan Kelurahan

Magersari 130,38 Terdapat 5 jenis vegetasi Publik Bougenville, teh-tehan, bambu, doro, dan krokot

4. Taman Tugu Batas Kota Timur Desa Tireman 420,84 Terdapat 7 jenis

vegetasi Publik Palem, glodog, teh-tehan, bougenvile, bunga sepatu, cemara dan anak nakal

5. Taman Tugu Batas Kota Barat Desa

Banyudono 420,84 8 jenis vegetasi Publik Cemara, bougenville, palem, teh-tehan, asem, bambu, cemara dan cemara gimbal

6. Taman PKK Tugu Batas Kota Barat Desa

Banyudono 63,36 2 jenis vegetasi Publik Palem dan teh-tehan

7. Taman PKK Tugu Batas Kota Selatan Desa Ngotet 63,36 terpelihara publik

8. Taman Tugu Adipura Kel. Kutoharjo 147,33 Terdapat 3 jenis

vegetasi publik Walisongo, teh-tehan, B.parigata

9. Taman Balai Kartini Desa Pandean 437,8 Terdapat 15 jenis

vegetasi publik

Akasia, sawo kecik, glodog pecut, palem salak, teh-tehan, bougenville, walisongo, anak nakal, beringin, palem kelapa, pangkas merah, teh-tehan, krokot, agape

10. Taman Tugu Lilin Kel. Kutoharjo 66 Terdapat 10 jenis vegetasi publik Palem, cemara, asem londo, bougenville, flamboyan, pangkas kuning, eli konia, teh-tehan, pangkas hijau, krokot

11. Taman Jalan Veteran Kel. Kutoharjo 80 Terdapat 21 jenis

vegetasi publik

(34)

NO JENIS RTH LOKASI/ LUAS KONDISI KEPEMILIK JENIS VEGETASI

SD Kutoharjo 3

13. Taman depan Masjid Rembang Kel. Kutoharjo 35,1 Terdapat 6 jenis publik Glodog, sawo kecik, cemara, pule, ketapang dan bougenville 14. Taman sebelah utara alun-alun Kel. Kutoharjo 35,1 Terdapat 4 jenis publik Ketapang, glodog, tanjung, pule

15. Taman depan SD Kutoharjo 2 Kel. Kutoharjo 57,2 Terdapat 8 jenis publik Ketapang, cemara, glodog, angsana, tanjung, bougenville, 16. Taman Depan Terminal Desa Pandean 105,6 Terdapat berbagai publik Beringin, kamboja, sawo dan teh-tehan

17. Taman sudut utara alun-alun/ Desa Pandean 165,6 Terdapat berbagai publik Palem, cemara, krokot dan teh-tehan

18. Taman Jl. Gatot Subroto Kel. Kutoharjo 75 Terdapat 11 publik Palem, bougenville, teh-tehan, glodog pecut, ketapang, II HUTAN KOTA

1. Hutan Kota Besi (Keputusan Bupati Dk.Besi, Desa 200 Terdapat tanaman publik 1. Tanaman buah terdiri dari: matoa, mangga, sawo kecik, NO JENIS RTH LOKASI/ LUAS KONDISI KEPEMILIK JENIS VEGETASI

2 Hutan Kota Rowosetro (Keputusan Pasar Banggi 22.434 Terdapat tanaman publik III. JALUR HIJAU

(35)

NO JENIS RTH LOKASI/

KELURAHAN LUAS (m²) KONDISI KEPEMILIKAN RTH JENIS VEGETASI

13. Jalur hijau Jl. Asnawi (eks Jl. Senawi) Kota Rembang 720 terawat 14. Jalur hijau Jl. KH Mansyur Kota Rembang 720 terawat

15. Jalur hijau Jl. K.H.A Chafidz (eks Jl.

Krapyak) Kota Rembang 720 terawat 16. Jalur hijau Jl. Notoprojo (eks

Noyosentiko) Kota Rembang 720 terawat 17. Jalur hijau Jl. Notoprojo (eks

Jl.Sarehan) Kota Rembang 480 terawat 18. Jalur hijau Jl. Dampo Awang (eks Jl.

Perikanan) Kota Rembang 720 terawat

19. Jalur hijau Jl. MH Thamrin (eks Jl.

Bandan) Kota Rembang 720 terawat 20. Jalur hijau Jl. MH Thamrin Kota Rembang 480 terawat

21. Jalur hijau R. Saleh Kota Rembang 720 terawat

22. Jalur hijau Jl. Sedolaut (eks Jl. M

Yamin) Kota Rembang 720 terawat

23. Jalur hijau Jl. Gatot Subroto Kota Rembang 480 terawat

22. Jalur hijau Jl. M Yamin (eks Jl.

Rojokoyo) Kota Rembang 960 terawat 23. Jalur hijau Jl. Adipati Honggojoyo (eks

Jl. Rojokoyo) Kota Rembang 1.920 terawat 24. Jalur hijau Jl. Dampoawang (eks Jl.

Rembang I) Kota Rembang 240 terawat 25. Jalur hijau Jl. Sumberejo Kota Rembang 960 terawat

(36)

Tabel VII.9.

Jalur Hijau Tepian Pantai/ Hutan Mangrove

No Lokasi Luas/ Ketebalan (Ha) Tahun Penanaman Jumlah Kondisi Hidup

1 Desa Tireman-Kec Rembang 2 April 2010 19.500 Btg 50% Baik

Sumber: KLH Kabupaten Rembang, 2015 Hasil Analisis, 2017

(37)

Ketersediaan ruang terbuka dalam jumlah tertentu berdasarkan luas wilayah kota dan jumlah penduduk turut menentukan kualitas udara terkait dengan indikator kesehatan warga kota. Keberadaan ruang terbuka hijau dapat berfungsi diantaranya sebagai penyerap gas/partikel beracun yang mencemari udara. Salah satu ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi ekologis dan memiliki SK Bupati Rembang adalah hutan kota.

Hutan kota yang terdapat di Kota Rembang telah ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau dengan Surat Keputusan Bupati Rembang yaitu :

1) Hutan Kota Besi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 660.1/262/2009

tentang Penyediaan dan Pemanfaatan GOR Kabupaten Rembang sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

2) Hutan Kota Rowosetro berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 660.11/4241/2010

menetapkan kawasan Embung Rowo Setro yang terletak di Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang sebagai kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Site dari ruang terbuka hijau (RTH) Kabupaten Rembang yang telah mendapatkan SK Bupati berupa Hutan Kota Besi dan Hutan Kota Rowosetro yang dapat ditampilkan pada gambar berikut ini:

Gambar 7.1.

(38)

Gambar 7.2.

Site Kawasan Hutan Kota Embung Rowosetro

C. Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah

(39)

1. Pecinan

Pecinan Kota Rembang terletak di dua wilayah administratif, yaitu Desa Tasikagung dan Kelurahan Sumberejo, tepatnya di kampung Gambiran, Undakan, Perapatan Yaini, sebagian sudah berubah fungsi dari bangunan rumah tinggal menjadi tempat usaha perdagangan maupun budidaya burung walet. Kawasan Pecinan ini mempunyai landmark yang cukup terkenal yaitu Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Jalan Pelabuhan No 1 Rembang.

2. Kanjengan

Merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Rembang sekaligus tempat kediaman bupati. Pusat kawasan ini yang juga menjadi pusat kegiatan kota adalah alun-alun, kabupaten dan masjid. Perumahan di sekitar kabupaten dulu merupakan perumahan abdi kabupaten. Disebelah barat kabupaten terdapat kampung Magersari yang berasal dari sistem penghunian disekitar penguasa.

3. Kawasan kolonial

Kawasan ini terletak di sekitar Pantai Kartini yang memang memiliki bangunan-bangunan berciri arsitektur portugis dengan landmark adalah eks Gereja Portugis.

Sedangkan sebaran bangunan gedung maupun petilasan dan situs yang merupakan peninggalan sejarah yang masih ada di Kabupaten Rembang dapat dibagi per kecamatan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Kecamatan Lasem

(40)

352 titik potensi data arkeologi monumental dan artefak penyerta, 41 titik potensi sebaran artefak di caruban dan 144 titik Sumur Bonang. Berikut adalah sebaran titik potensi berdasarkan kategori :

Kategori Artefak ( 11 titik )

Artefak merupakan benda arkeologi atau peningalan benda-benda bersejarah, yaitu semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh artefak adalah alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah, mata panah, dll), terracotta dan tanduk binatang. Artefak dalam arkeologi mengandung pengertian benda (atau bahan alam) yang jelas dibuat oleh (tangan) manusia atau jelas menampakkan (observable) adanya jejak-jejak buatan manusia padanya (bukan benda alamiah semata) melalui teknologi pengurangan maupun teknologi penambahan pada benda alam tersebut. Ciri penting dalam konsep artefak adalah bahwa benda ini dapat bergerak atau dapat dipindahkan (movable) oleh tangan manusia dengan mudah (relatif) tanpa merusak atau menghancurkan bentuknya. Persebaran artefak di Kecamatan Lasem dapat di lihat pada Peta Persebaran Artefak di Kecamatan Lasem.

Kategori Bangunan Ibadah ( 7 titik )

Berbagai macam bangunan ibadah ditemui di Kecamatan Lasem karena faktor dinamika peradaban yang dialami oleh Lasem. Lokasi Persebaran bangunan ibadah tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Peta Persebaran Bangunan Pusaka di Kecamatan Lasem.

Kategori Bangunan Pemerintah ( 3 titik )

Kecamatan Lasem pada zaman dahulu juga merupakan pusat pemerintahan pada masa lalu dan karena letaknya yang sangat strategis juga banyak diincar oleh para pedagang luar negeri sehingga bangak bangunan- bangunan baik pemerintah, bangunan publik maupun bangunan lainnya. Lokasi Persebaran bangunan pemerintah tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Peta Persebaran Bangunann Pusaka di Kecamatan Lasem.

 Kategori Bangunan Pendukung ( 21 titik )

(41)

 Kategori Bangunan Produksi ( 3 titik )

Lasem banyak digemari oleh para pendatang etrutama pedagang Cina yang mengembangkan ketrampilannya di Lasem sehingga banyak ditemukan bangunan produksi di Kecamatan Lasem. Lokasi Persebaran bangunan produksi di Kecamatan Lasem yang merupakan pusaka budaya dapat dilihat selengkapnya pada Peta Persebaran Bangunan Produksi di Kecamatan Lasem.

Kategori Bangunan Publik ( 3 titik )

Persebaran bangunan publik di Kecamatan Lasem yang merupakan pusaka budaya dapat dilihat selengkapnya pada Peta Persebaran Bangunan Publik di Kecamatan Lasem.

Kategori Makam ( 32 titik ) da n Petilasan ( 6 titik)

Selain berbagai macam potensi bangunan dan artefak terdapat pula makam yang berasal dari masa klasik – kolonial. Berbagai petilasan juga banyak dijumpai di Kecamatan Lasem. Petilasantersebut berupa batu, bangunan muslim maupun petilasan yang lain.

Kategori Rumah Tinggal (243 titik )

Potensi rumah tinggal di Kecamatan Lasem terdapat 8 model/bentuk, potensi rumah tinggal tersebut terdapat di 243 titik

Lokasi bangunan rumah tinggal tersebut selengkapnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel VII.10. Lokasi Rumah Tinggal

No Situs Objek Masa Abad Tahun Dusun Desa

1 Jl. Raya Lasem No.21 Bangunan Indis Kolonial Babagan 2 Jl. Raya Lasem No.45 Bangunan Cina Kolonial Babagan 3 Jl. Raya Lasem No.41 Bangunan Indis Kolonial Babagan 4 Jl. Raya Lasem No.39 Bangunan Indis Kolonial Babagan 5 Jl. Raya Lasem No.37 Bangunan Indis Kolonial Babagan 6 Jl. Raya Lasem No.35 Bangunan Cina -

Indis

Kolonial 20 1923 Babagan

7 Jalan Babagan No.6 Bangunan Cina Kolonial Babagan

8 Jalan Babagan No.8 Bangunan Indis Kolonial Babagan

9 Jalan Babagan No.9 Bangunan Cina Kolonial Babagan

10 Gg.IV No.1 Desa

Babagan Bangunan Cina Kolonial Babagan

11 Gg.IV No.4 Desa

(42)

No Situs Objek Masa Abad Tahun Dusun Desa

12 Gg.IV No.5 Desa Babagan

Bangunan Cina Kolonial Babagan

13 Gg.IV No.7 Desa

Babagan Bangunan Indis Kolonial Babagan

14 Jl. Babagan No.11 Bangunan Cina Kolonial Babagan

15 Jl. Babagan No.15 Bangunan Cina Kolonial Babagan

16 Jl. Babagan No.16 Bangunan Indis Kolonial Babagan 17 Gg. V No.1 Desa

Babagan Bangunan Cina Kolonial Babagan

(43)

No Situs Objek Masa Abad Tahun Dusun Desa

(44)

No Situs Objek Masa Abad Tahun Dusun Desa

(45)
(46)

No Situs Objek Masa Abad Tahun Dusun Desa

212 Jl. Soditan No.14 Bangunan Indis Kolonial Rt.05 Rw.3 Soditan 213 Jl. Soditan No.12 Bangunan Indis Kolonial Rt.05 Rw.3 Soditan 214 Jl. Soditan No.4 Bangunan Cina - Kolonial Rt.06 Rw.3 Soditan 215 Jl. Soditan No.98 Rumah Gladak Kolonial Rt.02 Soditan 216 Jl. Soditan (x) Bangunan Indis Kolonial Rt.03 Rw.2 Soditan 217 Jl. Soditan No.21 Bangunan Indis Kolonial Rt.03 Rw.2 Soditan 218 Jl. Soditan No.30 a Rumah Gladak Kolonial Soditan 219 Jl. Soditan No.22 Bangunan Indis - Kolonial Rt.01 Rw.1 Soditan 220 Jl. Soditan No.6 Rumah Gladak Islam Rt.01 Rw.1 Soditan 221 Jl. Soditan No.4 a Rumah Gladak Islam Rt.04 Rw.2 Soditan 222 Jl. Sumbergirang No.3 Rumah Gladak Kolonial Pandeyan Sumbergirang 223 Jl. Raya Lasem No.93 Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 224 Jl. Raya Lasem No.99 Bangunan Cina Kolonial Kranggan Sumbergirang 225 Jl. Raya Lasem No.101 - Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 226 Jl. Raya Lasem No.105 Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 227 Jalan Jatirogo No.8 A Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 228 Jalan Jatirogo No.14 Bangunan Cina Kolonial Kranggan Sumbergirang 229 Jalan Jatirogo No.16 Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 230 Jalan Jatirogo No.18 Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 231 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis – Kolonial Kranggan Sumbergirang

II No.6 Rt.04 Rw.02 Cina

232 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 233 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 234 Jl. Sumbergirang Gang Rumah Geladak Kolonial Kranggan Sumbergirang 235 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Cina Kolonial Kranggan Sumbergirang 236 Jl. Sumbergirang Gang Unidentified Kolonial Kranggan Sumbergirang 237 Jl. Raya Lasem No.107 Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 238 Jl. Raya Lasem No.109 Kolonial Kranggan Sumbergirang 239 Jl. Raya Lasem No.115 Kolonial Kranggan Sumbergirang 240 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 241 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 242 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang 243 Jl. Sumbergirang Gang Bangunan Indis Kolonial Kranggan Sumbergirang

Sumber : Badan Arkeologi, 2015

 Kategori Toponim (10 titik ) dan Kategori Unsur Bangunan (13 titik )

Selain itu banyak juga potensi toponim dan Unsur bangunan yang ada di Kecamatan Lasem. Petilasan tersebut berupa struktur bangunan yang masih tertinggal, sisa galangan kapal maupun reruntuhan batu candi yang ditemukan di tambak.

Kampung Batik Lasem

Disamping potensi benda arkeologi tersebut Kecamatan Lasem juga terkenal akan potensi pengrajin batik Lasemnya. Sehingga pemerintah daerah memprakarsai pengembangan Desa Wisata Kampung Batik. Maksud dan tujuan Program Kampung Batik adalah :

(47)

• Untuk memberikan motifasi bagi pengrajin batik tulis Lasem dalam meningkatkan kreatifitas

dan kualitas produk.

• Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah. • Sebagai salah satu ikon wisata di Kabupaten Rembang

Lokasi Kampung Batik tersebut adalah Kampung batik tulis Lasem Desa Babagan, Kampung batik tulis Lasem Desa Karasgede, Kampung batik tulis Lasem Desa Karaskepoh dan Kampung batik tulis Lasem Dusun Ngropoh Desa Pancur, serta 1 (satu) desa wisata kuliner, yaitu Desa Tuyuhan.

Gambar 7.3. Peta Kampung Batik

b) Kecamatan Rembang

(48)

c) Kecamatan Kragan

Kecamatan Kragan merupakan kecamatan yang terletak di sebelah pesisir timur Kabupaten Rembang. Di kecamatan ini banyak di ketemukan sisa-sisa jaman pra sejarah terutama pada masa Megalitik.

d)Kecamatan Bulu

Kecamatan Bulu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rembang yang memiliki karakteristik berupa kawasan tradisional berupa permukiman berbentuk rumah joglo.

7.2.2.3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

Kegiatan Pemberdayaan masyarakat di perkotaan di Kabupaten Rembang diantaranya adalah :

1. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), yang bergulir mulai tahun 1998-sekarang. Dana yang telah diserap Kabupaten Rembang melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Rp 27 miliar. Pada 2007, Pemkab kembali menerima dana P2KP Rp 11,6 miliar, dengan perincian dana dari APBN Rp 10,6 miliar dan APBD Kabupaten Rp 1 miliar. Dengan demikian, pada 1998-2007, total dana untuk P2KP yang diterima Rp 38,6 miliar. 2. Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Untuk tahun 2007 digulirkan di lima

kecamatan, yaitu Gunem, Kaliori, Sedan, Sumber, dan Pancur.

3. Program Neigborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), yang pada tahun 2007 bergulir di kawasan kumuh yang berada di wilayah kecamatan-kecamatan:

Kaliori : Desa Banyudono dan Desa Tambakagung Kragan : Desa Karanglincak dan Desa Tanjungan Lasem : Desa Binangun dan Desa Bonang Rembang : Desa Pandean dan Desa Pasarbangi

Sarang : Desa Bajingmeduro dan Desa Karangmangu Sluke : Desa Langgar dan Desa Sluke

(49)

7.2.2. Potensi dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan 7.2.3.1 Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung :

 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung walaupun sudah ada Peraturan Daerah yang mengaturnya.

 Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya bangunan yang memperhatikan aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

 Kurangnya pengendalian mengenai keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

 Sarana dan prasarana pencegahan kebakaran kurang diperhatikan dalam gedung disamping itu belum adanya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kabupaten Rembang.

 Sarana dan prasarana pemadam kebakaran di Kabupaten Rembang belum memadai sehingga apabila terjadi bencana harus menunggu armada pemadam dari Kabupaten Pati maupun Kabupaten Blora.

 Belum adanya sistem informasi mengenai bangunan gedung yang mudah diakses oleh masyarakat.

7.2.3.2 Permasalahan dan Tantangan di Bidang Gedung dan Rumah Negara Permasalahan dan tantangan di bidang Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara :

 Belum adanya inventarisasi mengenai gedung negara termasuk penggolongannya sehingga pengelolaannya belum dilakukan secara terpadu. Beberapa bangunan yang sudah tidak digunakan, bahkan ada yang terbengkalai dan beralih fungsi dan kepemilikan kepada swasta.

 Sebagian besar Gedung dan Rumah Negara di Kabupaten Rembang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

 Gedung dan Rumah Negara di Kabupaten Rembang belum mempunyai fasilitas bagi penyandang cacat.

 Penyelenggaraan dan pengelolaan gedung dan rumah negara cenderung tidak efisien karena masih menggunakan teknologi yang lama.

(50)

 Kurangnya koordinasi dalam pengelolaan gedung dan rumah negara .

 Belum adanya SDM yang terampil dan berkapasitas dalam melaksanakan pengelolaan gedung dan rumah negara

7.2.3.3 Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan :

 Masih adanya permukiman kumuh yang belum tertangani atau sudah tertangani namun belum dapat mengurangi kekumuhan kawasan tersebut.

 Sulitnya menyadarkan masyarakat mengenai perubahan perilaku untuk mengurangi kekumuhan kawasan.

 Kurangnya sarana dan prasarana penunjang permukiman kumuh.

 Kurangnya pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat akan sarana dan prasarana yang telah terbangun.

 Kurang diperhatikannya permukiman tradisional dan bersejarah padahal mempunyai nilai wisata yang dapat menggerakkan perekonomian daerah.

 Terjadinya degradasi kawasan stategis.

Permasalahan dan tantangan di bidang penyediaan Ruang Terbuka Hijau :

 Belum optimalnya pemanfaatan lahan terbuka yang ada di Perkotaan Kab Rembang untuk RTH fungsional.

 Kondisi fisik alam yang menghambat pertumbuhan vegetasi, sehingga tidak semua vegetasi tanaman dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) di Kab. Rembang.

 Vegetasi (tata hijau) di RTH Perkotaan Kab Rembang kurang perawatan dan perhatian, serta banyaknya tumbuhan liar yang kemudian tumbuh tanpa terencana yang semakin merusak keindahan taman.

 Sarana dan prasarana yang tidak mendukung keberadaan RTH sebagai tempat untuk berinteraksi antar masyarakat ataupun sebagai tempat untuk beraktivitas bersama keluarga

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan antara lain disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan tentang RTH.

(51)

 Belum terdapatnya tata kerja pengelolaan RTH yang jelas Kurangnya peranan system koordinasi dalam perencanaan RTH di Perkotaan Kab Rembang.

 Kurangnya inventarisasi data dan informasi yang ada tentang RTH.

 Kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam penyediaan RTH privat 10 persen di lingkungan permukiman sehingga melemahkan pengendalian.

 Kurangnya peranan sistem koordinasi dalam perencanaan RTH di Kawasan Perkotaan Kab Rembang.

 Berkurangnya kuantitas ruang terbuka hijau (RTH) akibat perkembangan kegiatan pertambangan yang saat ini seluas 27.628 hektar dengan kegiatan pertambangan meliputi : minyak bumi, gas bumi, batubara, lignit, pasir kuarsa, posphat, ball clay, dolonite, gypsum, kalsit, batu gamping, trass, tanah liat, dan andesit.

 Bertambahnya lahan yang tertutup secara permanen dan berkurangnya kawasan resapan air oleh kegiatan perindustrian

7.2.3. Analisis Kebutuhan Program dan Kegiatan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.3.1. Matriks Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Rembang

Usulan sasaran program sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel VII.11.

Matriks Sasaran Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian Sasaran Program Penanganan Sasaran Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Sasaran Program

1 Penyelenggaraan Bangunan Gedung Bangunan gedung pusaka

dan istana 10 unit 10 unit 10 unit 10 unit 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

Strategis (kecamatan) 10 kawasan kecamatan 2 kecamatan 2 kecamatan 2 kecamatan 2 kecamatan 2 3 Revitalisasi Kawasan Tematik

Perkotaan 7 Kawasan kawasan 4 kawasan 1 kawasan 1 kawasan 1 4 Pengembangan RTH*)

 Taman Kecamatan (eksisting 10

(52)

No Uraian Sasaran Program Penanganan Sasaran Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V Sasaran Program

5 Fasilitasi Ruang terbuka Publik/

(53)

7.2.3.2.

Usulan Kebutuhan Program dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Rembang

Usulan kebutuhan program pembiayaan sektor penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Rembang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel VII.12.

Matriks Usulan Kebutuhan Program Pembiayaan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI VOL. SATUAN TAHUN

SUMBER PEMBIAYAAN (X Juta Rupiah) READINESS CRITERIA DUKUNGAN

TERHADAP

2413 PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

2413,002 Peraturan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sosialisasi Peraturan daerah mengenai bangunan

gedung dan NSPK Kab. Rembang 1 Paket 2018 20 v RPJMD

Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Perbatasan

Rembang-Tuban

Administrasi dan Penatausahaan Bidang Penataan Bangunan dan

(54)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI VOL. SATUAN TAHUN

SUMBER PEMBIAYAAN (X Juta Rupiah) READINESS CRITERIA DUKUNGAN

TERHADAP

Peningkatan Sarana dan Prasarana Kawasan Bahari

Terpadu Kec. Rembang/Desa

Tasikagung 1 Paket 2018 500

Penyusunan DED Peningkatan RTH Perkotaan Kec.

Rembang Kab. Rembang 1 lokasi 2019 1.000 v RPJMD

Peningkatan dan Penataan RTH Perkotaan Taman Tugu Lilin, Taman Kartini dan Sempadan Sungai

Karanggeneng kec. Rembang

Kab. Rembang 1 lokasi 2020 4.500 v RPJMD

Perencanaan Teknis (Mangrove) Kec. Rembang/

Pesisir Kec.

Perencanaan Teknis (Kawasan Perumahan) Kec.

Rembang/Kasiba

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau Kec.

Rembang/Desa

Revitalisasi dan Peningkatan Kawasan Mangrove Pasar

Banggi Kec. Rembang/Desa

Pasarbanggi 1 Paket 2021

Dukungan Prasarana dan Sarana Ruang Terbuka Hijau

di Perumahan Kec. Rembang 1 Paket 2022

Perencanaan Teknis (Revitalisasi/Penataan Kawasan

Bersejarah) Situs Selodiri dan Plawangan/ Kec.

Kragan 1 Paket 2019

Perencanaan Teknis (Revitalisasi/Penataan Kawasan

Bersejarah) Makam RA. Kartini &

(55)

NO KODE AKUN

OUTPUT

LOKASI VOL. SATUAN TAHUN

SUMBER PEMBIAYAAN (X Juta Rupiah) READINESS CRITERIA DUKUNGAN

TERHADAP KEBIJAKAN STRATEGIS

INDIKATOR OUTPUT

RINCIAN APBN DAK APBD PROV KAB/KOTA BUMD KPS CSR APBD DED/ FS UKL/UPL AMDAL/ LAHAN PENGELOLA

Selodiri & Desa Plawangan

2413.013.007 Fasilitasi Pengembangan Kota Cerdas

2413.013.008 Pengembangan Kawasan Perkotaan Strategis Nasional

2413.014 Fasilitasi Ruang Terbuka Publik Revolusi Mental Kecamatan

2413.014.004 Fasilitasi Pengembangan Ruang Terbuka Publik

2413.014.005 Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik

2413.015 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan Pendukung

ASIAN GAMES

2413.015.004 Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pendukung ASIAN GAMES

2413.015.005 Penyelenggaraan Penataan Kawasan Pendukung ASIAN GAMES

2413.016 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan Pos Lintas

Batas Negara

2413.016.004 Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pos Lintas Batas Negara

2413.016.005 Penyelenggaraan Penataan Kawasan Pos Lintas Batas Negara

2413.951 Layanan Internal (Overhead) Layanan

2413.951.001 Layanan Internal (Overhead)

2413.951.003 Sistem Pelaporan Secara Elektronik

2413.994 Layanan Perkantoran

Bulan Layanan

2413.994.004 Layanan Perkantoran

Kab. Rembang 12 Bulan 2018 2.500 RPJMD

Kab. Rembang 12 Bulan 2019 2.500 RPJMD

Kab. Rembang 12 Bulan 2020 2.500 RPJMD

Kab. Rembang 12 Bulan 2021 2.500 RPJMD

Kab. Rembang 12 Bulan 2022 2.500 RPJMD

Gambar

Tabel VII.2
Tabel VII.3.
Tabel VII.6.
Tabel VII.8. Identifikasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kabupaten Rembang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cara analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan (1) mengumpulkan laporan keuangan Manchester United PLC dari tahun 2009 hingga 2012, (2)

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian deskriptif bertujuan untuk melakukan penerapan intervensi manajemen halusinasi terhadap tingkat agitasi pada

Pemerintah Desa yang menjadi objek penelitian dalam studi ini sudah menerima ADD dan DD, bahkan sebelum adanya UU Desa, Hadirnya UU Desa telah memperkuat keuangan Desa pada

Etelä-Karjalan ja Kymenlaakson liikenteen päästöt ilmaan on kirjattu taulukkoon 5 liikennemuodoittain sekä kuntakohtaiset päästöt liitteeseen 5.. Tietransito sisältää

Atas Nama Majelis Gereja, Mengucapkan terima kasih kepada Bpk/Ibu/Sdr(i) atas dukungan dan partisipasinya dalam Pengakuan Semen untuk pembuatan Toilet Gereja,

Namun penulis ingin menganalisa dan menghitung perpindahan panas yang terjadi dalam ketel uap pipa air (water tube boiler) dengan data kapasitas uap boiler yang

Diperoleh juga bahwa pemasangan kWh meter hanya membutuhkan 2 bulan untuk mengembalikan biaya investasi 18 juta rupiah, sedangkan untuk biaya dan DPB untuk

Terkait kehidupan membujang yang terjadi di POUK TNI AL Sunter tidak semua yang hidup membujang menikmati kesendirian mereka, ada juga yang cenderung malu