• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DKI JAKARTA: SURVEI, POTENSI DAN KEEKONOMIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DKI JAKARTA: SURVEI, POTENSI DAN KEEKONOMIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

89

PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DKI

JAKARTA: SURVEI, POTENSI DAN KEEKONOMIAN

M. Indra al Irsyad1, Marhento Wintolo, dan Hartono

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan Jl. Ciledug Raya Kav. 109 Telp.(021)7203530, Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

1

al_irsyad21@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan langkah penghematan energi PJU yang paling layak secara ekonomis dan teknis. Langkah-langkah penghematan yang dilakukan adalah pemasangan kWh meter, penggunaan lampu jalan yang efisien, pemasangan capacitor bank dan

dimmer, serta penggunaan PJU berbasis energi baru terbarukan. Analisis keekonomian

menggunakan metoda discounted payback period (DPB) dan total life cycle cost (TLCC). Menurut perhitungan keekonomian menggunakan metode payback period dengan discount rate 5% maka hanya ada 12 panel PJU yang layak dipasang capacitor bank. Diperoleh juga bahwa pemasangan kWh meter hanya membutuhkan 2 bulan untuk mengembalikan biaya investasi 18 juta rupiah, sedangkan untuk biaya dan DPB untuk penggantian lampu, capacitor bank dan dimmer masing-masing adalah 23 juta rupiah (1 bulan), 72 juta rupiah (11 bulan) dan 169 juta rupiah (33 bulan). PJU EBT masih belum direkomendasikan karena biaya pemeliharaan masih lebih mahal daripada penghematan yang didapat.

Kata kunci: penerangan jalan umum, konservasi energi, kelayakan ekonomi dan teknik

ABSTRACT

This research aims to recommend several energy conservation measures on street lightings in perspective of economic and technical feasibilities. Those measures are installments of kWh meter, dimmer and capacitor bank and also efficient street lamp uses. Economic analysis methods used are discounted payback period (DPB) and total life cycle cost (TLCC). Based on payback period method with discount rate 5%, capacitor bank is only feasible for 12 panels of street lighting. The DPB result also shows that kWh meter only needs 2 months to cover investment cost 18 million rupiah while investment cost and DPB for efficient lamp, capacitor bank and dimmer are 23 million rupiah (1 month), 72 million rupiah (11 months) and 169 million rupiah (33 months) consecutively. Renewable-energy based street lighting is still not recommended because its cost is still higher than its savings.

Keywords: street lighting, energy conservation, technical and economic feasibility

PENDAHULUAN Latar Belakang

Program demand side management yang dicanangkan pemerintah bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi di berbagai sektor.

Keberadaan program ini dipertegas dengan Instruksi Presiden yang diterbitkan pada tahun 1982 melalui Inpres No. 8 Tahun 1982 yang kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi dan

(2)

Penghematan Energi. Kurang berhasilnya instruksi tersebut membuat Presiden kembali mengeluarkan Inpres No. 2 Tahun 2008 tentang Penghematan Energi dan Air.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri telah menindaklanjuti Inpres 10/2005 dengan adanya Instruksi Gubernur No. 77 tahun 2005 tentang Program Implementasi Hemat Energi Di Lingkungan Unit Kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu sektor yang berpotensi untuk penghematan energi listrik adalah penerangan jalan umum (PJU) yang pada saat ini belum didesain optimal untuk kebutuhan jam puncak pemakaian jalan. Di Jakarta, kesibukan lalu lintas di malam hari biasanya terjadi dari jam 18.00 hingga 23.00, namun PJU tetap memberikan layanan tingkat pencahayaan yang sama sepanjang malam. Didukung oleh anggaran yang besar, DKI Jakarta lebih siap dari daerah lain dalam melakukan penghematan energi di PJU.

PJU merupakan fasilitas penerangan yang membantu warga dalam menjalankan aktivitas ekonomi dan sosialnya di malam hari. Dampak lain dari PJU adalah membaiknya tingkat

keamanan dan ketertiban, memperindah

suasana kota, dan meningkatnya daya tarik suatu wilayah sehingga cepat berkembang. Untuk mencapai dampak tersebut, maka sistem PJU harus handal dengan kriteria sebagai berikut: (Sumber: [1])

a. Hemat energi (low energy) sehingga mengurangi permintaan listrik di waktu beban puncak dan sekaligus mengurangi emisi yang dihasilkan PJU.

b. Mempunyai intensitas cahaya (light intensity) yang sesuai dengan peruntukkan

jalan.

c. Pengendalian silau (glare control),

kerataan cahaya (uniformity) dan distribusi cahaya (light distribution) yang baik sehingga tidak menimbulkan silau yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk

membandingkan beberapa cara atau sistem penghematan energi di PJU. Perbandingan meliputi seberapa besar potensi penghematan dan biaya yang diperlukan.

METODOLOGI

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data survei pemakaian daya di PJU DKI Jakarta tahun 2004 dan 2007.

a. Pengumpulan data primer

Pada tahun 2007 dilakukan survei dengan melakukan pengukuran langsung konsumsi daya pada 82 panel dari 210.000 panel PJU yang ada di 5 wilayah DKI Jakarta. Dengan dasar kepadatan penduduk dan lalu lintas, 4 kecamatan di masing-masing wilayah Jakarta dipilih untuk di survei. Proses berikutnya adalah melihat besarnya tagihan listrik setiap panel di kecamatan yang dipilih sehingga kemudian dipilih minimal 4 panel PJU di setiap kecamatan. Jumlah dan jenis panel yang menjadi sampel disadari belum mewakili jumlah keseluruhan panel yang ada namun

(3)

memprioritaskan panel yang paling layak untuk diperbaiki terlebih dahulu.

Lingkup survei meliputi kondisi fisik panel PJU dan kualitas beban yang tersambung. Kondisi fisik panel yang dilihat adalah ada tidaknya kWh meter, jumlah phasa yang digunakan, jumlah dan jenis lampu yang terhubung dan tinggi tiang PJU. Sedangkan pada pemeriksaan kualitas beban dilakukan pengukuran pemakaian daya, faktor daya dan intensitas cahaya lampu.

b. Pengumpulan data sekunder

Pengambilan data sekunder dari Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta berupa pengumpulan data rekapitulasi tagihan PLN tahun 2004 berdasarkan kontrak pemasangan PJU.

c. Analisis keekonomian

Ekonomi konvensional mengenal beberapa metoda analisis kelayakan suatu proyek energi yaitu net present value (NPV), total life cycle

cost (TLCC), levelized cost of energy (LCOE), revenue requirements (RR), internal rate of return (IRR), modified internal rate of return

(MIRR), simple payback period (SPB),

discounted payback period (DPB), benefit to cost ratio (B/C) dan saving to investment ratio

(SIR) (Sumber: [2]). DPB merupakan metoda yang paling mudah untuk mengetahui seberapa cepat investasi akan kembali namun metoda ini tidak bisa menginformasikan berapa total investasi dan berapa total penghematan yang didapat. Penelitian ini akan menggabungkan DPB dan TLCC tergantung dari tujuan analisis tiap rekomendasi.

Kedua metoda ini membutuhkan discount

rate yang mencerminkan nilai uang di masa

depan. Proyek energi merupakan infrastruktur publik yang mempunyai resiko tinggi bagi investasi masyarakat/swasta sehingga discount

rate menjadi tinggi. Sebaliknya, pemerintah

mempunyai kewajiban membangun

infrastruktur sehingga discount rate menjadi

rendah. Amerika Serikat menggunakan

discount rate 3% untuk infrastruktur energi

(Sumber: [2]) untuk nilai uang real. Sebaliknya, pembangunan infrastruktur energi di Indonesia khususnya di bidang EBT dan konservasi energi belum se-intensif di Amerika Serikat untuk itu diasumsikan nilai discount rate sebesar 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada data survei 2007, panel PJU Jakarta Pusat yang disurvei berada pada posisi pertama dalam mengkonsumsi daya yaitu sebesar 237,28 kW. Kemudian, disusul Jakarta Utara (140,47 kW), Jakarta Timur (137,15 kW), Jakarta Barat (133,74 kW) dan Jakarta Selatan (131,79 kW). Jumlah lampu yang tersurvei seluruhnya berjumlah 5.319 unit, dengan rincian Jakarta Pusat sebanyak 2.101 unit, Jakarta Utara sebanyak 854 unit, Jakarta Barat sebanyak 820 unit, Jakarta Selatan sebanyak 814 unit dan Jakarta Timur sebanyak 730 unit.

Selama ini penggunaan daya listrik untuk PJU berdasarkan kontrak tetap atau bersifat abonemen bulanan antara Pemprov DKI dan PT PLN sebagaimana yang diatur dalam Keppres 89 Tahun 2002. Akan tetapi sistem ini

(4)

mempunyai insentif untuk melakukan penghematan energi di PJU. Secara logika sederhana, walaupun konservasi energi dilakukan, Pemprov DKI Jakarta tetap membayar jumlah tagihan listrik yang sama untuk PJU setiap bulannya.

Berdasarkan kesepakatan kontrak, rekening tersebut kemudian dinaikkan dari beban daya sebenarnya untuk mengkompensasi apabila Pemprov DKI Jakarta mengganti lampu PJU dengan daya yang lebih besar ataupun adanya penambahan PJU liar dari masyarakat dan sebagainya.

Namun kekhawatiran ini tidak terjadi. Terlihat pada Gambar 1, survei 2007 mencatat pemakaian daya pada panel yang disurvei mencapai 671,51 kWh, nilai ini lebih rendah 244,38 kWh dari data survei 2004 yang dilakukan oleh PLN. Dengan harga listrik untuk PJU adalah Rp 600,-/kWh sebagaimana Keppres No.104/2003 tentang tarif dasar listrik (TDL) 2004 (Sumber: [3]) maka selisih daya ini menyebabkan Dinas Perindustrian dan Energi membayar Rp 52,7 juta/bulan atau 633,4 juta/tahun lebih banyak dari seharusnya. Angka ini hanya untuk panel PJU yang disurvei.

Gambar 1. Selisih daya PJU yang disurvei

Konservasi energi di PJU harus dilakukan dengan tepat tanpa mengurangi kualitas layanannya. Berikut beberapa upaya yang mungkin dilaksanakan demi terwujudnya konservasi energi sektor PJU.

a. Pemasangan kWh meter

Permasalahan utama Pemprov DKI Jakarta saat ini adalah tidak adanya insentif untuk melakukan penghematan energi di PJU. Hal ini diakibatkan karena PJU yang ada tidak dilengkapi dengan kWh meter. Sehingga, walaupun Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta melakukan konservasi energi di PJU, Pemprov DKI Jakarta tetap membayar jumlah tagihan listrik yang sama.

Pemasangan kWh meter adalah langkah terpenting untuk memotivasi penghematan energi di PJU. Hal ini pun telah disadari oleh Gubernur DKI Jakarta yang meminta PLN untuk memasang kWh meter untuk 210.000 panel PJU yang ada di Jakarta . [4]

Pemasangan kWh meter ini merupakan tanggung jawab PLN. Sebagai imbalannya, Pemprov harus memperbaiki jaringan listrik panel PJU menjadi seimbang. Pada Gambar 2 ditunjukkan beban pada tiap phasa. Terlihat bahwa tidak semua panel PJU berbeban tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban lebih dari 10% tiap phasanya akan menimbulkan urutan tegangan negatif, arus putar dan menaikkan tegangan dan arus di konduktor netral yang pada akhirnya menimbulkan rugi jaringan yang merugikan PLN. 915.89 671.51 244.38 Daya 2004 (kWh) Daya Ukur (kWh) Selisih Daya

(5)

Gambar 2. Kondisi phasa panel PJU

Dalam perhitungan keekonomiannya, bila biaya pemasangan kWh meter diasumsikan Rp 1.500.000,- per panel PJU maka investasi yang dibutuhkan adalah Rp 123.000.000,-. Nilai investasi ini akan kembali dalam 3 bulan dari penghematan pembayaran tagihan listrik Pemprov DKI Jakarta.

b. Perbaikan faktor daya

Gambar 3. Faktor daya jaringan PJU

Faktor daya saluran PJU yang disurvei umumnya masih rendah sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3. Hal ini menyebabkan arus saluran naik sehingga terjadi rugi panas pada saluran dan menimbulkan jatuh tegangan.

Gambar 4. Nilai capacitor bank (dalam kVAR)

Nilai capacitor bank ditentukan sebagai berikut:

1 0

)

(kVar VAR VAR

Bank Kapasitor 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 sin cos sin cos sin ) ( sin ) ( P P VI VI (1) Keterangan:

P0 = Daya nyata ukur (kW)

VAR0 = Daya reaktif ukur (VAR) VAR1 = Daya reaktif perbaikan (VAR)

V = Tegangan (V)

I = Arus (A)

Ө0 = Sudut faktor daya ukur Ө1 = Sudut faktor daya perbaikan (Sumber: [5])

Nilai capacitor bank yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya panel yang disurvei hingga menjadi 0,85 dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai tersebut dihitung dengan Persamaan 1. Nilai sama dengan 0 kVAR ataupun lebih kecil berarti bahwa panel tersebut tidak membutuhkan capacitor bank karena faktor dayanya sudah baik.

Perbaikan faktor daya sebenarnya tidak mengurangi pemakaian daya lampu PJU. Namun faktor daya yang rendah menyebabkan arus yang mengalir di jaringan listrik PJU menjadi besar dan kemudian menimbulkan rugi jaringan berupa panas. Rugi jaringan dihitung menggunakan Persamaan 2. Prugi = I 2 Rkabel (2) 2 5 9 1 4 12 6 7 3 3 5 8 2 3 11 1 2 3 Jumlah Phasa Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.25 0.50 0.75 Series: FAKTOR_DAYA Sample 1 82 Observations 82 Mean 0.640976 Median 0.650000 Maximum 0.960000 Minimum 0.130000 Std. Dev. 0.142886 Skewness -0.793212 Kurtosis 4.393110 Jarque-Bera 15.22978 Probability 0.000493 0 4 8 12 16 20 0 10 20 30 Series: CAPBANK Sample 1 60 Observations 60 Mean 5.614667 Median 3.355000 Maximum 33.81000 Minimum -2.640000 Std. Dev. 6.716267 Skewness 2.356446 Kurtosis 9.480762 Jarque-Bera 160.5291 Probability 0.000000

(6)

Keterangan:

Prugi = Rugi daya jaringan PJU (W)

I = Arus (A)

Rkabel = Impedansi kabel listrik (Ω)

Nilai Rkabel di dapatdari panjang jaringan listrik tiap panel PJU dikali dengan faktor impendansi kabel yang disediakan oleh pabrikan. Dalam penelitian ini diasumsikan semua kabel listrik

PJU DKI Jakarta menggunakan kabel

NYFGbY 3x10 mm2 dengan Rmax= 2,19 Ω/km untuk koneksi panel ke lampu PJU dan NYFGbY 3x16 mm2 dengan Rmax= 1,376 Ω/km untuk koneksi panel ke gardu listrik.

Penghematan yang didapat dari

pemasangan capacitor bank ada 2 yaitu penghematan rugi daya dan penghematan kapasitas. Perhitungan penghematan hanya dilakukan pada panel yang memiliki faktor daya di bawah 0,8 dan atau memiliki arus di atas 10A. Pemasangan capacitor bank pada panel dengan faktor daya di atas 0,8 dan atau arus di bawah 10A tidak ekonomis dan cukup menggunakan kapasitor di tiap lampu PJU. Besar penghematan konsumsi listrik dari tiap panel bervariasi terhadap nilai faktor daya dan arus sebelum pemasangan kapasitor seperti ditunjukkan pada Gambar 5, secara rata-rata adalah sebesar 8.83%. Sedangkan penghematan kapasitas yang didapat dari pemasangan

capacitor bank adalah 30,68% dari 64 panel

yang dianggap bermasalah dengan total penghematan sebesar 194 kVA. Ini berarti PLN dapat menunda pembangunan pembangkit listrik baru berkapasitas 194 kVA bila 64 panel ini dipasang capacitor bank.

Gambar 5. Persentase penurunan daya dari pemasangan kapasitor

Harga capacitor bank 30 kVAR di pasar saat ini berkisar 6 juta rupiah dan mempunyai garansi selama 2 tahun. Dengan perhitungan keekonomian menggunakan metode pay back

period dengan discount rate 5% maka hanya

ada 12 panel PJU yang layak dipasang

capacitor bank yaitu T22N, T17A, TP17,

K68N, K143 di Jakarta Pusat, PK37N, AB65 di Jakarta Utara, D 95 di Jakarta Barat, PM18, K66I, PM 98 di Jakarta Selatan dan E49 di Jakarta Timur. Total biaya investasi adalah 72 juta rupiah dengan total penghematan di tahun pertama sebesar 79,6 juta rupiah.

c. Penggunaan lampu PJU hemat energi

Teknologi lampu PJU ada beberapa tipe seperti dtunjukkan pada Tabel 1. Dari spesifikasi di Tabel 1 tersebut, lampu merkuri 80W (2.800 lm) di daerah permukiman dapat diganti dengan lampu metal halide 35W (2.625 lm). Demikian juga di jalan utama, lampu

mercury vapour 400W (14.000 lm) dan 250W .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 P_HEMAT P F

(7)

Tabel 1. Karakteristik jenis lampu jalan

Lampu Karakteristik Harga

(Rp/unit) Mercury

Vapour (MV)

Murah, pencahayaan warna baik (putih), usia rendah (12.000 jam), efikasi 35-55, ketahanan lumen rendah, handal, tahan terhadap suhu sekitar. 52.000 (80W) 164.000 (400W) Metal Halide (MH)

Mahal, pencahayaan warna baik (putih), usia 6.000 - 20.000 jam, efikasi 75-100, ketahanan lumen rendah 381.000 (250W) 3,2 juta (2000W) High Pressure Sodium (HPS)

Harga menengah. Usia 24.000 jam. Efikasi 70-140. Warna merah-kuning. Semakin tinggi daya semakin panjang usia.

129.000 (70W) 846.000 (1000W) Low Pressure Sodium (LPS)

Harga menengah. Efikasi 50 - 183. Ukuran besar. Usia 12.000 jam. Warna lampu oranye membuat lampu ini tidak sesuai untuk jalan kecil. 248.000 (35W) 990.000 (180W) Light Emitting Diode

Mahal. Usia panjang 50.000 jam. Pencahayaan warna baik dan efikasi 1.071. 2,5 juta (36W) 11,5 juta (180W) (Sumber: [6])

(8.750 lm) dapat diganti dengan lampu metal

halide 150W (12.750 lm).

Analisis keekonomian total life cycle cost (TLCC) dari penggantian lampu ditunjukkan pada Gambar 6. Analisis mengasumsikan usia lampu 20.000 jam untuk MH250W, 24.000 untuk HPS175W dan 12.000 jam untuk MV400W dan LPS135W. Pemilihan keempat lampu ini berdasarkan nilai lumen yang relatif sama yaitu sekitar 22.000 – 25.000 lumen. Perhitungan total life cycle cost (TLCC) dengan discount rate 5% dilakukan selama 24.000 jam sehingga biaya lampu MV400W dan LPS135W menjadi 2 kali. Dari perhitungan keekonomian diperoleh bahwa lampu yang memiliki biaya total paling sedikit adalah

lampu HPS. Untuk itu, perbandingan

keekonomian antar rekomendasi akan

dilakukan hanya pada lampu HPS. Untuk meminimalkan biaya investasi awal, sebaiknya penggantian lampu dilakukan pada saat lampu lama rusak.

Gambar 6 TLCC lampu jalan

d. Pemasangan Dimmer

Langkah lain konservasi energi PJU adalah pengurangan tingkat pencahayaan setelah jam 23.00 WIB yaitu ketika kepadatan lalu lintas telah berkurang. Pada awalnya Pemprov DKI Jakarta mematikan lampu di antara dua lampu seperti pada Gambar 7. Cara ini akan

menghemat energi hingga 50% tapi

menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan.

Gambar 7 Pemadaman diantara dua lampu

Kelemahan ini dapat dihindari dengan menggunakan teknologi dimming. Sistem

dimming mengurangi daya dan cahaya secara

bertahap sehingga lebih nyaman. Sayangnya, harga dimmable electronic ballast seperti ini masih mahal.

Perhitungan DPB untuk penggunaan

dimmer diberikan pada Tabel 2. Perhitungan ini

328 457 193 1,210 5,760 3,600 2,160 1,944 MV 400W MH 250W HPS 150W LPS 135W Biaya Listrik (ribu Rp) Biaya Lampu (ribu Rp)

(8)

didasarkan atas discount rate 5%, harga satuan barang/jasa DKI Jakarta tahun 2008, dimmer 250 W dan 400W, serta asumsi seperti pada Gambar 8.

BaU 100% 100% 100%

Jam Operasi 18.00 – 23.00 23.00 – 05.00 05.00 – 06.00

Dimmer 100% 70% 100%

Gambar 8 Sketsa Business as usual (BaU) dan penggunaan dimmer

Dimmer mampu menghemat daya sebesar

30% selama 6 jam per hari. Penghematan listrik tersebut kemudian di kali dengan tarif dasar listrik untuk PJU sebesar Rp 600,-/kWh. Penghematan biaya dari pemasangan dimmer pada panel pada lampu 400 W sebesar Rp 13.140,-/bulan sehingga butuh waktu 21 bulan

untuk mengembalikan biaya investasi.

Sedangkan pada lampu 250 W, dibutuhkan waktu 28 bulan.

Tabel 2 Penghematan biaya dari pemasangan

dimmer

Daya (W) 250 400

Investasi (ribu rupiah) 224 268

Konservasi (%) 30 30

Penghematan daya per 6 jam (kWh) 0,45 0,72 Penghematan daya per tahun (kWh) 164,3 262,8 Penghematan biaya (ribu rupiah) 98,5 157,7

(Sumber: [6])

e. Penggunaan PJU energi baru terbarukan

Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk PJU merupakan implementasi dari kebijakan diversifikasi energi. EBT yang telah dimanfaatkan secara komersial untuk PJU adalah surya dan angin seperti yang terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9 EBT untuk PJU

Sistem PJU EBT ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu sistem terpisah dan sistem terintegrasi. Sistem terpisah adalah menyatukan alat EBT pada satu tempat dan kemudian menyalurkan listrik yang dihasilkan ke panel PJU. Sedangkan sistem terintegrasi memasang peralatan EBT pada tiap tiang PJU. Biaya sistem terpisah diberikan pada Tabel 3. Biaya ni hanya memperhitungkan biaya peralatan EBT belum termasuk biaya jaringan dan biaya lahan. Biaya-biaya ini tidak ada di PJU EBT sistem terintegrasi sehingga pada akhirnya biaya kedua sistem ini relatif sama.

Tabel 3 Biaya investasi EBT untuk PJU

Energi Alternatif Terpisah Rp/kW) Terintegrasi (/100W unit) Energi surya 70 juta 22 juta Energi angin 13 juta 15 juta

(Sumber: Diskusi dengan PT. Surya Energi Indotama)

Dari sisi keekonomian, sistem PJU EBT ini masih belum bisa bersaing dengan listrik PLN. Dengan asumsi biaya pemeliharaan per tahun 2% dari investasi, penghematan yang didapat dari PJU surya 100W selama 25 tahun hanya Rp 262.800,-/tahun. Nilai ini masih di bawah biaya pemeliharaan baterai dan panel surya yang rata-rata setahunnya Rp 440.000,-. Untuk itu, keekonomian PJU EBT tidak akan dibandingkan dengan rekomendasi lainnya.

(9)

f. Perbandingan Keekonomian

Perbandingan keekonomian dari seluruh rekomendasi menjadi kompleks karena tidak semua rekomendasi tersebut dapat diterapkan pada tiap panel. Seperti penggunaan capacitor

bank yang hanya layak pada 12 panel.

Selain itu, biaya investasi awal di beberapa rekomendasi sulit ditentukan. Misalnya kWh meter, biaya investasi seharusnya dibebankan kepada PLN sebagai tanggung jawab penyedia listrik sehingga Pemprov tidak membutuhkan biaya investasi, namun dana PLN adalah dana

pemerintah sehingga kembali harus

diperhitungkan. Demikian juga pada

penggunaan lampu hemat energi yang

menggantikan lampu yang rusak. Berbeda dengan rekomendasi lain yang dapat mencari alat dengan harga termurah, penggantian lampu mengharuskan harga investasi yang mahal namun biaya operasional murah. Untuk itu, harga lampu HPS harus dikurangi harga lampu MV sebagai biaya investasi. Usia peralatan konservasi juga menjadi masalah dalam perhitungan karena ada beberapa alat yang mempunyai usia lama seperti kWh meter dan

dimmer namun ada juga mempunyai usia yang

relatif pendek seperti capacitor bank.

Gambar 10. Perbandingan biaya dan DPB

Untuk mempermudah analisis,

perbandingan keekonomian hanya dilakukan pada 12 panel yang layak dipasang capacitor

bank. Hasil perbandingan dengan discount rate

5% per tahun dapat dilihat pada Gambar 10. Pemasangan kWh meter membutuhkan biaya

18 juta rupiah namun Pemprov akan

mempunyai keuntungan 10 juta rupiah per bulan dari kesalahan tagihan sekarang yaitu sebesar 45 juta rupiah.

Penghematan dari rekomendasi lain dapat dicapai bila kWh meter telah terpasang namun biaya investasi belum memasukkan biaya kWh meter. Biaya dan penghematan kWh meter dan salah satu rekomendasi dapat dijumlah secara langsung tetapi tidak bisa menggunakan

capacitor bank, penggantian lampu dan dimmer

secara bersamaan. Penggantian lampu

menyebabkan perubahan kapasitas capacitor

bank dan jenis dimmer yang digunakan.

Demikian juga saat dimmer dipasang maka akan merubah kualitas daya panel. Untuk itu,

analisis gabungan ke-3 rekomendasi

memerlukan pengukuran faktor daya ulang saat lampu baru atau dimmer dipasang.

Rekomendasi, selain pemasangan kWh meter, yang membutuhkan biaya investasi terkecil dengan penghematan terbesar adalah

penggantian lampu dengan periode

pengembalian hanya 1 bulan. Namun

kesimpulan ini memerlukan verifikasi melalui survei jenis lampu karena dalam perhitungan semua lampu diasumsikan jenis merkuri dan kemudian diganti dengan lampu HPS yang setara. 18 10 2 72 7 11 23 16 1 169 5 33 Biaya investasi (juta Rp) Penghematan (juta Rp/bulan) Periode pengembalian (bulan) kWh meter

(10)

KESIMPULAN

Penghematan energi di PJU mempunyai potensi yang cukup baik. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasang kWh meter dimana biaya investasi akan kembali dalam 2 bulan. Langkah berikutnya adalah mengganti lampu merkuri dengan lampu HPS. Penggantian lampu ini dapat dilakukan ketika lampu lama rusak sehingga selisih biaya lampu dapat kembali dalam 1 bulan. Pemasangan

capacitor bank dan dimmer dapat menghemat

energi namun membutuhkan biaya yang besar sehingga masing-masing periode pengembalian adalah 11 dan 33 bulan dengan real discount

rate 5%. Analisis keekonomian yang dilakukan

tidak menggabungkan seluruh rekomendasi karena hal ini memerlukan survei ulang khususnya survei faktor daya baru saat penggantian lampu.

DAFTAR ACUAN

[1]. Anonymous, Master Plan Pengembangan

PJU DKI Jakarta, Dinas Perindustrian dan

Energi DKI Jakarta, Jakarta, 2006.

[2]. Short, W., Packey, D.J., dan Holt, T., A

Manual for the Economic Evaluation of Energy Efficiency and Renewable Energy Technologies, National Renewable Energy

Laboratory, Colorado, 1995.

[3]. Keputusan Presiden RI No. 104/2003 tentang Harga Jual Listrik tahun 2004, PJU : -450 VA – 900 VA

[4]. http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/ read/gubernur-minta-pln-pasang-meteran/, diambil pada 3 Maret 2010

[5]. Anonymous, Power Factor Correction

Handbook, ON Semiconductor, Colorado,

2004.

[6]. Keputusan Kepala Biro Perlengkapan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6438/073.532 tentang Patokan

Harga Satuan Barang/Jasa Lainnya

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta – Buku I Golongan Barang Pakai Habis, Biro Perlengkapan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta, 2008.

[7]. Anonymous, Statistik Energi Indonesia

2006, Departemen Energi dan Sumber

Gambar

Gambar 1. Selisih daya PJU yang disurvei
Gambar 2. Kondisi phasa panel PJU
Tabel 1.  Karakteristik jenis lampu jalan
Gambar 8 Sketsa Business as usual (BaU) dan  penggunaan dimmer
+2

Referensi

Dokumen terkait

Array class, 104 String class, 87 rjust method (String), 87 rmdir method (Dir), 47 ROR (see Ruby on Rails) rstrip method (String), 87 rstrip. method (String), 87 Ruby

Peran kepala sekolah dalam menyupervisi perlaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 menunjukkan bahwa kepala sekolah sudah membimbing guru dalam hal penggunaan

Pada kelompok status ekonomi rendah dengan kondisi rumah sehat yang sama, terlihat persentase ISPA dan Diare lebih tinggi dibandingkan kelompok ekonomi tinggi.. Peran status

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada pengusaha toko emas dan permata di Pusat Pasar Medan dengan judul : “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan

Jika kita mempelajari National Green ICT Masterplan, maka dalam hal kebijakan dan regulasi green ICT ini, pemerintah harus menysun kebijakan khusus.. mengenai

Diagram Alir Proses Pembuatan Sodium Sulfate dari Methionine Pada proses ini, bahan baku yang digunakan adalah limbah dari pabrik methionine, dimana mother liquor dari proses

Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan prioritas supplier untuk menentukan alokasi pesanan kepada supplier guna mendapatkan bahan baku yang berkualitas dan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh