ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-1
BAB
6.1 Pengembangan Permukiman
6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman 6.1.1.1 Arahan Kebijakan Pengembangan Permukiman
Sub Bidang Pengembangan Permukiman pada Bidang Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan mengembangkan wilayah
perkotaan dan perdesaan. Adapun sasaran yang ingin diraih adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan pengembangan permukiman berupa sarana dan prasarana
dasar permukiman (jalan, drainase, jaringan air bersih);
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi dan
teratur;
3. Mengarahkan Pertumbuhan wilayah;
4. Menunjang Kegiatan Ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Sedangkan sasaran pengembangan jalan sebagai sarana permukiman yang utama
mempunyai sasaran sebagai berikut :
1. Membentuk struktur kawasan yang terencana
2. Mengarahkan pengembangan fisik kawasan, khususnya yang menghubungkan
kawasan – kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi agar tercapai distribusi
perkembangan kawasan yang merata. Yang dimaksud dengan kawasan dengan
potensi ekonomi yang tinggi adalah kawasan desa hinterland, tempat masyarakat
melakukan usaha tani/perkebunannya dan pemantapan jaringan jalan sekunder.
Undang undang no. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Arahan RPJMN Tahan 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman
ku-muh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-2
Undang-undang No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasanpermukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan
kawa-san permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
Undang Undang no. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus
dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang
diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan
perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
6.1.1.2 Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman di Kabupaten Lamandau terdiri dari
pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. pengembangan
permukiman kawasan perkotaan di Kabupaten Lamandau terdiri dari pengembangan
kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk
pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Lamandau terdiri dari pengembangan
kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kabupaten
Lamandau di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan perpedoman
pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi Kalimantan Tengah.
b. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-3
c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaankebijakan di Kabupaten Lamandau dalam penyediaan rumah, perumahan,
permuki-man, lingkungan hunian dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten Lamandau.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kabupaten Lamandau.
f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten
Lamandau.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman di Kabupaten
Lamandau.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi Provinsi Kalimantan Tengah dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada
kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaaan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Lamandau.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
6.1.2.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Pada prinsipnya kebutuhan prasarana lingkungan dalam kaitannya dengan program
pembangunan permukiman adalah terpenuhinya prasarana dan sarana dasar secara
menyeluruh, sehingga tercipta lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat,
nya-man, teratur dan aman. Dengan kondisi tersebut akhirnya diharapkan mampu men-dorong
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Isu Strategis di
Kabupaten Lamandau yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-4
Tabel 6.1 Isu Strategis Pengembangan PermukimanNo. Isu Strategis Keterangan
1. Kebutuhan akan strategi yang menjadi acuan bagi pembangunan permukiman
dan infrastruktur bidang Cipta Karya yang penyusunannya terintegrasi dan
mengacu pada arahan pengembangan kota secara komprehensif, serta belum
terdapat acuan untuk penanganan permasalahan permukiman dan
pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di
perkotaan.
-
2. Perkembangan permukiman di kota Nanga Bulik memiliki kesenjangan yang
cukup tinggi dengan tingkat kepadatan tertinggi di daerah pasar di pusat kota.
Kepadatan yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan prasarana lingkungan
yang memadai sehingga kemudian muncul masalah permukiman kumuh.
-
3. Terdapat Kawasan Perdesaan Potensial yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi salah satu kawasan Strategis.
-
4. Penyediaan perumahan dan permukiman diikuti dengan penyediaan prasarana
dasar seperti prasarana jalan, penyediaan air bersih, sistem pembuangan
sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata bangunan, saluran air
hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan
tanah yang memadai. Penyediaan prasarana dasar diatas membutuhkan biaya
yang besar padahal kemampuan daerah dalam penyediaan anggaran terbatas.
-
6.1.2.2 Kondisi Eksisting
Kondisi sebaran kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Lamandau pada
umumnya mempunyai kecenderungan terkonsentrasi di pusat-pusat desa dan pusat
ko-ta kecamako-tan, kecuali sebaran permukiman di Ibukoko-ta Kabupaten Lamandau koko-ta Nanga
Bulik memiliki pola konsentrik dan linier di sepanjang jalan dan sungai. Kondisi
permuki-man yang ada sebagian besar bersifat perpermuki-manen, semi perpermuki-manen, temporer dan berada
pada tepian Sungai dan tepi jaringan jalan. Pola permukiman di Kabupaten Lamandau
dapat dibedakan dalam beberapa jenis kawasan permukiman berikut :
Kawasan Permukiman Kampung, kawasan ini telah berkembang sejak lama dan pola permukiman ini terus berkembang pada kawasan-kawasan disekitarnya. Kawasan
permukiman kampung ini memiliki tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan
bangunan yang relatif tinggi, dengan pola yang tumbuh secara tidak teratur karena
dipengaruhi oleh lahan yang terbatas dan nilai lahan yang relatif tinggi. Kawasan
Permukiman Kampung ditemui di seluruh delapan kecamatan yang ada di
Kabupaten Lamandau.
ber-ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-5
kembang di sekitar fasilitas pasar dan pada beberapa lokasi yang memilikitingkat kepadatan bangunan tinggi. Pada kawasan ini kondisi bangunan dan
lingkungan memiliki kondisi yang buruk. Kawasan ini umumnya memiliki tingkat
kepadatan bangunan dan penduduk yang lebih tinggi dari kawasan kampung
biasa. Kawasan Permukiman Kumuh ditemui di Kecamatan Bulik dan Sematu
Jaya.
Kawasan Perumahan, kawasan ini merupakan kawasan perumahan yang
terko-ordinir dan tertata dengan baik dimana pada lokasi ini telah dibagi lahan - lahan
untuk rumah tempat tinggal sesuai dengan kavling bangunan dan tanahnya.
Kondisi sarana dan prasarana wilayah yang ada telah terlayani dengan relatif
baik karena merupakan kawasan permukiman yang terencana dan juga
telah memiliki pusat-pusat pelayanan lokal yang dapat melayani kebutuhan
masyarakat yang menghuni didalamnya. Kawasan Perumahan ditemui di
Keca-matan Bulik dan Sematu Jaya.
Secara fungsional, sebagian
besar kualitas sarana dan prasarana
permukiman di Kabupaten
Laman-dau masih terbatas dan belum
memenuhi standar pelayanan yang
memadai sesuai skala kawasan
yang ditetapkan, baik sebagai
kawa-san perumahan maupun sebagai
kawasan permukiman yang
berke-lanjutan. Belum tersedianya sarana
jalan permukiman yang memadai
dimana jalan – jalan permukiman tersebut kebanyakan masih berupa jalan tanah dan belum
diaspal, sehingga menimbulkan masalah diwaktu musih hujan yaitu becek dan berlumpur,
yang tentu saja menggangu mobilitas warga untuk beraktifitas, disamping masih adanya
keterbatasan di bidang prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti air bersih,
sanitasi, dan pengelolaan limbah. Sebagai dampaknya adalah munculnya perkembangan
permukiman yang sporadis atau tidak teratur dan cenderung menjadi permukiman kumuh.
Wilayah kumuh perkotaan di Kabupaten Lamandau terlihat di kawasan tengah kota
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-6
sudah mulai terlihat sampah menumpuk di beberapa titik, genangan air hujan dan luapansungai, serta tingkat kepadatan yang tinggi yang menjadikan kawasan bisnis (pasar)
menjadi daerah yg padat dan terlihat kumuh. Hal-hal yang mendorong timbulnya kawasan
kumuh adalah tingginya pertambahan jumlah penduduk karena peluang usaha di Kabupaten
Lamandau yang besar, kurang terlayaninya fasilitas sanitasi yang memadai sehingga mulai
terlihat sampah yang mulai menumpuk dan di beberapa titik saluran-saluran air ada yang
sudah mulai rusak dan buntu sehingga banyak terjadi genangan atau luapan air pada saat
hujan.
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan peraturan
perundangan di Kabupaten Lamandau yang menyangkut proses perencanaan,
pembangu-nan dan pemantapan pembangupembangu-nan permukiman digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.2. Peraturan Daerah yang terkait dengan Pengembangan Permukiman
No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis
Produk Pengaturan
No/Tahun Perihal
1 Perda Nomor 15 tahun 2012 Bangunan Gedung Untuk mengendalikan pembangunan di
Kabupaten Lamandau agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah maka perlu dilakukan Pengendalian Tata Ruang. 2 Perda Nomor 18 tahun 2012 Retribusi izin mendirikan
bangunan
Kebijakan retribusi izin mendirikan bangunan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masya-rakat dan kemandirian daerah.
Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau
Pada saat ini di Kabupaten Lamandau belum terdapat cakupan pelayanan
peru-mahan skala besar yang dilayani baik oleh swasta ataupun pemerintah. Pembangunan
prasarana dasar direncanakan akan dibangun di Ibukota Kabupaten Lamandau kota
Nanga Bulik yang diperuntukan untuk pegawai negeri sipil yang bekerja di Nanga Bulik.
Di beberapa lokasi juga sudah mulai terdapat perumahan dalam skala kecil yang
dibangun oleh pihak swasta.
6.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman 6.1.2.3.1 Permasalahan
Pembangunan perumahan dan permukiman akan selalu dihadapkan kepada
masalah tanah, yang didaerah perkotaan seperti kota Nanga Bulik menjadi semakin langka
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-7
yang disulap menjadi kawasan permukiman, hal ini terjadi karena ketersediaan tanah yangsangat terbatas sedangkan permintaan akan sarana hunian selalu meningkat setiap
saatnya. Konsekuensi logis dari keterbatasan tanah adalah munculnya daerah permukiman
kumuh di perkotaan dengan minimnya penyediaan prasarana dasar seperti penyediaan air
bersih, sistem pembuangan sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata bangunan,
saluran air hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan tanah
yang tidak memadai. Penyediaan pra-sarana dasar di daerah kumuh tersebut membutuhkan
biaya yang besar padahal kemampuan Pemda Kabupaten Lamadau dalam penyediaan
anggaran terbatas.
Selain daerah Perkotaan, daerah pedesaan dengan potensi ekonomi yang tinggi
seharusnya lebih mendapat perhatian pihak yang berkepentingan di Kabupaten Lamandau,
khususnya pembangunan sarana perumahan dan permukiman berupa jalan, untuk
menjawab produktifitas pada suatu daerah. Dengan membangun sarana aksesbilitas bagi
masyarakat, diharapkan akan meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan, yang
kemudian pada akhirnya dapat mengait keseluruhan desa di sekitarnya mengingat desa
pusatnya merupakan desa cepat berkembang sedangkan hinterlandnya dari kelompok desa
sedang berkembang dan desa belum berkembang. Pengembangan prasarana transportasi,
terutama jaringan jalan untuk meningkatkan aksesbilitas antara pusat pusat permukiman
diharapkan dapat menggerakkan mekanisme percepatan pertumbuhan dan perkembangan
sektor utama dan kawasan rencana yang berdampak positif. Pengembangan kawasan strategis
agropolitan merupakan alternatif solusi yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa
melupakan pembangunan perkotaan. Melalui pengembangan kawasan agro-politan,
diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan dengan wilayah produksi
pertanian, sehingga pembangunan PSD Lingkungan Wilayah Agropolitan tersebut
diharap-kan dapat menambah nilai tambah produk yang ada di kawasan agropolitan tersebut.
Untuk mengatasi masalah-masalah di perkotaan dan perdesaan di atas, diperlukan
suatu perencanaan yang matang, sinergis dan integral dalam setiap sektor yang akan
menghasilkan keluaran pengembangan perumahan dan permukiman yang lebih baik. Belum
optimalnya perencanaan pada saat ini berakibat pada lemahnya arah kebijakan
pengembangan, tumpang tindihnya rencana aksi pengembangan antar sektor, dan ketidak-
fokusan dalam menentukan prioritas pengembangan perumahan dan permukiman.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-8
permasalahan perumahan dan permukiman. Secara mikro, hal ini disebabkan olehkemampuan ekonomis masyarakat di Kabupaten Lamandau untuk menjangkau harga rumah
yang layak bagi mereka masih sangat berat, sedangkan secara makro hal ini juga tidak
terlepas dari kemampuan ekonomi nasional untuk mendukung pemecahan masalah
perumahan secara menyeluruh. Hal lain yang juga merupakan salah satu bentuk
permasalahan pembiayaan adalah kecenderungan meningkatnya biaya pembangunan,
termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak sebanding dengan kenaikan angka pendapatan
masyarakat, sehingga standar untuk memenuhi kebutuhan akan hunian menjadi semakin
tinggi yang mendorong munculnya kawasan kumuh.
Peran serta masyarakat di Kabupaten Lamandau terlihat masih belum aktif dalam
pembangunan perumahan dan permukiman. Peran serta masyarakat akan dapat
berlangsung lebih baik apabila sejak awal sudah ada perencanaan pembangunan, yang
hasilnya sesuai dengan aspirasi, kebutuhan nyata, kondisi sosial budaya dan kemampuan
ekonomi masyarakat yang bersangkutan yang pada akhirnya dapat menciptakan suatu
proses kemajuan sosial secara lebih nyata.
6.1.2.3.1 Tantangan
Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian,
Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang
meliputi Program Pro Rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs.
Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat
terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat
perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam
peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan
permukiman kumuh.
Secara umum tantangan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di
kabupaten Lamandau, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman terutama bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah.
2. Mengurangi kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana antar tingakat
golongan masyarakat.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-9
berkelanjutan.5. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman secara efektif dan
efisien.
Tabel 6.3 Rumusan Permasalahan dan Tantangan dalam bidang Pengembangan Permukiman
No. Permasalahan Pengembangan Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
1 Aspek Teknis
Infrastruktur prasarana/sarana per-mukiman masih menjadi permasala-han di Kabupaten Lamandau yang disebabkan oleh terbatasnya ke-mampuan penyediaan prasarana/ sarana permukiman karena keterba-tasan APBD daerah.
Pengadaan prasarana dan sarana lingkungan, serta utilitas umum untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan pembangunan RSH.
Sarana dan prasarana dasar permukiman (jalan, drainase, jarin-gan air bersih) di perdesaan.
Peningkatan kualitas lingkungan permukiman pedesaan, dengan prioritas kawasan permukiman da-erah pedesaan yang potensial.
1. Pengembangan kawasan
permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan);
2. Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan;
3. Pengembangan desa tertinggal. Perencanaan pengembangan
per-mukiman yang belum optimal.
Pembangunan permukiman dan infrastruktur bidang Cipta Karya yang terintegrasi dan mengacu pada arahan pengembangan kota secara komprehensif
Strategi Pembangunan Pemukiman Dan Infrastruktur Perkotaan dan
Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan Dan Pemukiman Di Daerah), yang
menjadi acuan utama bagi
penetapan kawasan yang akan diprioritaskan dan dasar persoalan pembangunan yang terdapat pada kawasan pemukiman prioritas tersebut harus diselesaikan.
2 Aspek Pembiayaan
Meningkatnya biaya pembangunan, termasuk biaya pengadaan tanah yang tidak sebanding dengan ke-naikan angka pendapatan masyara-kat, mendorong munculnya kawa-san kumuh di kota karena biaya pengadaan tanah yang semakin tinggi
Terwujudnya keswadayaan mas-yarakat yang mampu memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau secara mandiri.
1. Pembangunan prasarana dan sarana pada permukiman ku-muh;
2. Pembangunan RSH.
3 Aspek Kelembagaan
Belum terdapat perangkat kelem-bagaan dibidang perumahan yang
berfungsi khusus sebagai
pelaksana, pemegang kebijaksana-an, pembinaan dan pengaturan di bidang pengembangan permukiman
Terbentuknya lembaga penyeleng-garaan perumahan dan permu-kiman yang mengorganisir akses terhadap hunian yang memadai
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-10
No. Permasalahan Pengembangan Permukiman
Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
4 Aspek Peran Serta Masyara-kat/Swasta
Ketidakmampuan masyarakat untuk mewujudkan kebutuhan peru-mahan lebih sering dikarenakan iklim yang ada belum secara
optimal memberikan ruang,
kesempatan dan peluang yang memadai bagi masyarakat untuk
mengembangkan kapasitasnya
dalam mendapatkan hunian yang memadai.
Menempatkan masyarakat seba-gai pelaku utama dengan strategi pemberdayaan yang memfasilitasi wahana pengembangan peran dan tanggung jawab masyarakat seba-gai pelaku utama dalam memenuhi kebutuhannya akan hunian yang layak dan terjangkau,
Adanya lembaga dimana warga sebagai stakeholder yang paham akan hak dan kewajibannya juga memiliki ide-ide inovatif yang mungkin bisa mendorong proses penataan pemukiman, menjadi lebih baik.
Sumber : Hasil Analisa
6.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Pembangunan prasarana dan sarana permukiman merupakan salah satu hal yang
perting dalam memperoleh suatu lingkungan tempat tinggal yang sehat dan nyaman.
Pengadaan prasarana dan sarana ini tidak dapat dilakukan secara terpisah dari
perencanaan permukiman secara menyeluruh, mencermati berbagai persoalan
pemba-ngunan perkotaan di Kabupaten Lamandau, terdapat sejumlah masalah yang belum dapat
dipecahkan. Pertama, arah pembangunan kota serta pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan seringkali tidak berdasarkan kebutuhan kota dan bersifat sektoral.
Kedua, strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dengan strategi
pengembangan dan pembangunan perdesaan seringkali belum saling mengacu untuk
mencapai strategi permukiman dan infrastruktur yang handal. Untuk mencapai strategi
permukiman dan infrastruktur yang handal membutuhkan mekanisme kolaborasi yang baik
dan intensitas perhatian yang aktif dari semua pemangku kepentingan seperti : pemerintah,
elemen masyarakat, akademisi, dan pihak lainnya. Ketiga, belum ada acuan jelas dan
selaras untuk mengarahkan pengembangan kota yang selanjutnya menjadi acuan bagi
keberadaan strategi yang terkait dengan pengembangan dan pembangunan kota.
Strategi pengembangan permukiman Kabupaten Lamandau yang terdapat di RTRW
belum diturunkan secara jelas dalam bentuk program, terutama untuk pengembangan
perumahan, tidak dideskripsikan secara jelas program-program apa saja yang dibutuhkan
untuk mengembangkan kawasan perumahan. Data mengenai jumlah dan kebutuhan rumah
di dalam RTRW pun tidak disebutkan padahal data mengenai jumlah dan kebutuhan rumah
ini merupakan salah satu data yang paling penting untuk penyusunan Strategi
Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang dilanjutkan dengan
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-11
Nanga Bulik kedepannya. Potensi dan permasalahan yang tercantum dalam RPJM danRTRW perlu dikaji lebih lanjut dan dituangkan dalam bentuk spasial. yaitu mengenai potensi
dan permasalahan infrastruktur permukiman secara spasial.
Proses diatas tentu dapat berlangsung efektif manakala proses antar aktor seimbang
dalam satu dialog publik. Ruang dialog akan memperkuat tidak saja dalam menjelaskan
konstelasi permasalahan tetapi akan membantu struktur strategi yang lebih pro pada
kepentingan spesifik perkotaan. Strategi Pengembangan Kota disini merupakan strategi
pembangunan berskala kota yang berorientasi pada kebutuhan kota dan tidak sektoral,
komprehensif dan terpadu, serta dapat menjadi acuan bagi strategi dibawahnya (sektoral)
maupun para pemangku kepentingan, sebagai acuan pengembangan sektor di bawahnya
dalam skala kota. Strategi ini dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan merupakan
suatu alat yang akan dipakai oleh pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas
pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu meng-optimalkan alokasi
dana pembangunan secara akurat dan rasional sebagai acuan bersama seluruh pemangku
kepentingan kota untuk membangun wilayah perkotaannya. Diharapkan strategi pengembangan
kota ini tidak berdiri sendiri, namun terdiri atas aspek-aspek yang berkenaan dengan sektor
unggulan, sektor penunjang, dan sektor strategis lainnya sebagai satu kesatuan.
Secara fungsional, sebagian besar kualitas permukiman di Kabupaten Lamandau
masih terbatas dan belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai skala
kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan maupun sebagai kawasan
permukiman yang berkelanjutan. Masih terdapat banyak kawasan yang tidak dilengkapi
dengan berbagai prasarana dan sarana pendukung, seperti terbatasnya ruang terbuka
hijau, lapangan olah raga, tempat usaha dan, fasilitas sosial dan fasilitas umum, disamping
masih adanya keterbatasan di bidang prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti
jalan lingkungan, drainase dan sanitasi yang baik. Aksesbilitas masyarakat baik kedalam
maupun keluar kawasan permukiman sering terganggu akibat jalan lingkungan permukiman
yang belum baik. Karenanya, pengembangan permukiman dan infrastruktur di Kabupaten
Lamandau seyogianya dapat mengakomodasi ekspetasi perkembangan wilayah dalam
waktu jangka panjang guna menghindari munculnya kekumuhan kota yang berimplikasi
multi dimensi yang menurunkan kualitas hidup masyarakat.
Langkah pengurangan jumlah kawasan kumuh dilaksanakan melalui peningkatan
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-12
sarana permukiman. Permasalahan utama penyediaan PSD permukiman kawasan kumuhadalah belum adanya perencanaan untuk peningkatan PSD permukiman kawasan kumuh.
DED penataan/peningkatan infrastruktur permukiman kawasan kumuh diharapkan dapat
menhindari terjadinya mismatch dalam pembiayaan PSD penataan/peningkatan lingkungan
permukiman kumuh demi tercapainya tujuan penataan permukiman kawasan kumuh yaitu
peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh untuk menanggulangi kemiskinan.
Untuk kawasan desa, prasarana permukiman yang masih kurang baik terutama jalan
desa belum mendukung terutama untuk menjawab terciptanya pengembangan wilayah
yang serasi dan seimbang. Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan alternatif
solu-si yang tepat dalam pembangunan perdesaan tanpa melupakan pembangunan perkotaan.
Melalui pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara
pusat kawasan dengan wilayah produksi pertanian. Pembangunan PSD lingkungan wilayah
agropolitan tersebut diharapkan dapat menambah nilai tambah produk yang ada di kawasan
agropolitan tersebut.
Penyiapan Master Plan Kawasan Agropolitan termasuk didalamnya
rencana-rencana prasarana dan sarana untuk selanjutnya dilanjutkan dengan dukungan dukungan
prasarana dan sarana dengan tahapan pada tahun 1 (pertama) dukungan PSK diarahkan
pada ka-wasan-kawasan sentra produksi, terutama pemenuhan kebutuhan air baku, jalan
usaha tani, dan pergudangan. Pada tahun ke 2 (kedua) dukungan PSK diprioritaskan
untuk mening-katkan nilai tambah dan pemasaran termasuk sarana untuk menjaga
kualitas serta pemasaran ke luar kawasan agropolitan dan pada tahun ke 3 (ketiga)
dukungan PSK diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan
permukiman.
6.1.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Sektor Pengembangan Permukiman
6.1.4.1 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman yang diusulkan untuk Kabupaten Lamandau
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh;
2. Infrastruktur Kawasan Permukiman RSH yang meningkat kualitas berupa
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-13
Sedangkan untuk pengembangan kawasan desa terdiri dari :1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial yang meningkat kualitasnya
yaitu PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan);
2. Pembangunan jalan desa;
3. Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman di
Kabupaten Lamandau adalah penyusunan Penyusunan Strategi Pengembangan
Permukiman dan Infrastruktur Perdesaan (SPPIP), Penyusunan Rencana Pengembangan
Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP), DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur
Permukiman Kawasan Kumuh dan Master Plan kawasan Agropolitan.
6.1.4.2 Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)
Berdasarkan analisa kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting
dengan kebutuhan pembangunan di sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten
Lamandau, Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria) program Pengembangan Permukiman
Kabupaten Lamandau dituangkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.4 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Pengembangan Permukiman
No Program Kegiatan Volume/
Satuan
Biaya (Rp Juta)
Lokasi Kriteria Kesiapan
1 Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman
dan Infrastruktur Perdesaan (SPPIP) Laporan 1000 Kab. Lamandau
- Draft RTRW Kabupaten Lamandau
2 Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan
Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP) Laporan 900 Kab. Lamandau
- Draft RTRW Kabupaten Lamandau
3 DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Kumuh Laporan 200 Kab. Lamandau
- Draft RTRW Kabupaten Lamandau
- SPPIP - RP2KP
- Sumber Dana APBD Kab.
4 DED/Master Plan Kawasan Agropolitan Laporan 200 Kab. Lamandau
- Draft RTRW Kabupaten Lamandau
- DDUB
- Sumber Dana APBD Kab.
5 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
Nanga Bulik Kawasan 4950 Nanga Bulik
- Draft RTRW Kabupaten
6 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-14
No Program Kegiatan Volume/ Satuan
Biaya (Rp Juta)
Lokasi Kriteria Kesiapan
7 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh :
Pembangunan jalan Anggrek Seberang Kawasan 1200 Nanga Bulik
- Draft RTRW Kabupaten
8 PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan)
Desa Bumi Agung Kec.Bulik Kawasan 4950
Desa Bumi
9 Pembangunan jalan desa Bukit Indah Kawasan 4600 Desa Bukit Indah
- Merupakan Kawasan Strategis - Draft RTRW Kabupaten
Lamandau - DDUB - DED
10 Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia Kawasan 3000 Desa Sumber Mulia
11 Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder
Desa Wonorejo Kawasan 2200 Desa Wonorejo
- Merupakan Kawasan Strategis
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Permukiman adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perdesaan
(SPPIP) dibiayai oleh APBN;
2. Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
(RPKPP) dibiayai oleh APBN;
3. DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh dibiayai oleh
APBD Kabupaten;
4. DED/Master Plan Kawasan Agropolitan dibiayai oleh APBD Kabupaten;
5. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik dibiayai oleh APBN
dan APBD Kabupaten;
6. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik di Kelurahan Kujan
dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
7. Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh : Pembangunan jalan Anggrek Seberang
dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
8. PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan) Desa Bumi Agung Kec.Bulik
dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-15
10. Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia dibiayai oleh APBN dan APBD Kabupaten;dan
11. Pembangunan Jalan Lingkungan & Saluran Sekunder Desa Wonorejo dibiayai oleh
APBN dan APBD Kabupaten.
6.1.5 Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Usulan pembiayaan Sektor Pengaturan, pembinaan, Pengawasan dan
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
VI-16
Tabel 6.5 Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
No
OUTPUT
LOKASI VOL SATUAN
SUMBER DANA (dalam Rp juta) TAHUN
Ket
INDIKATOR OUTPUT APBN APBD
PROV
APBD
KAB/KOTA CSR
SWASTA/
MSYRKT 1 2 3 4 5
RINCIAN MURNI PLN
KEGIATAN : PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
4 (empat) Buah Laporan Pembinaan Pengembangan Permukiman
1.a Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perdesaan (SPPIP) Kab. Lamandau 1 Laporan 1000 1000
1.b Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP) Kab. Lamandau 1 Laporan 900 900
1.c DED Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kab. Lamandau 1 Laporan 200 200
1.d Master Plan Kawasan Agropolitan Kab. Lamandau 1 Laporan 200 200
2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN
3 (tiga) Buah Kawasan Yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya 2.a Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga
Bulik Nanga Bulik 3 Kawasan 4500 450 1650 1650 1650
2.b Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kawasan Nanga Bulik Kel. Kujan 2 Kawasan 4000 400 2200 2200
2.c Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh: Pembangunan jalan Anggrek Seberang Nanga Bulik 1 Kawasan 1000 200 1200
3 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN
4 (empat) Buah Kawasan Yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya
3.a PSD Kawasan Perdesaan Potensial (Agropolitan) Desa Bumi Agung Kec.Bulik Desa Bumi Agung 3 Kawasan 4500 450 1650 1650 1650
3.b Pembangunan jalan desa Bukit Indah Desa Bukit Indah 1 Kawasan 4400 200 4600 3.c Pembangunan Jalan desa Sumber Mulia Desa Sumber Mulia 1 Kawasan 2800 200 3000
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-17
6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Perkembangan kota-kota di Indonesia yang semakin pesat dewasa ini
membawa banyak perubahan pada kondisi internal kota. Hal-hal yang tampak nyata sebagai
dampak dari perkembangan kota adalah pesatnya perkembangan penduduk perkotaan,
tingginya angka kepadatan penduduk akibat keterbatasan lahan perkotaan dalam
mengakomodasi kepesatan perkembangan penduduk, pesatnya perkembangan daerah
terbangun, yang pada gilirannya menimbulkan tingginya kebutuhan akan fasilitas dan
utilitas kota termasuk kebutuhan akan perumahan.
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya.
Penataan ruang Kabupaten Lamandau diarahkan untuk pemanfaatan dan
pengendalian ruang yang tepat dan terarah meliputi :
a. Mewujudkan kondisi wilayah dalam keseimbangan ekologi yang tetap terjaga,
disesuaikan dengan jenis dan pola kegiatan manusia, untuk menjaga keseimbangan
daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan sehingga dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan secara berkelanjutan.
b. Mewujudkan struktur wilayah yang menjadi tempat-tempat kegiatan produksi dan
pemasaran, menurut jenis dan tingkatnya, serta sesuai dengan sumber daya manusia
yang mendukungnya; lingkungan permukiman, dan kegiatan-kegiatan sosial budaya
yang diapresiasi secara umum, untuk menunjang pembangunan perkotaan secara
terpadu.
c. Pengembangan wilayah Kabupaten Lamandau diarahkan pada pembangunan
suprastruktur dan infrastruktur di setiap wilayah kecamatan, kelurahan, dengan
memperhatikan kepentingan terjangkaunya kelancaran pelayanan pemerintahan, sistem
penataan lingkungan yang kondusif, serta pembangunan dan hubungan antar satu
wilayah dengan wilayah lainnya saling terkait.
d. Terwujudnya perencanaan dan penataan serta evaluasi tata ruang, dengan
memper-timbangkan karakteristik dan potensi wilayah, arah pembangunan kota dan menjaga
keseimbangan daya tampung serta daya dukung lingkungan perkotaan.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-18
desa/kelurahan, dalam rangka kebutuhan pemanfaatan ruang secara optimal yangberwawasan lingkungan.
f. Meningkatkan penataan ruang dan penataan pertanahan untuk kepentingan masyarakat
dan pembangunan daerah yang sejalan dengan rencana tata ruang wilayah, daerah,
kota kecamatan, desa/kelurahan dan kawasan.
g. Pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamandau terdiri atas azas pengaturan
tata ruang, tata bangunan, dan ruang terbuka.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada undang-undang dan
peraturan antara lain :
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat
yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 ini juga diamanatkan
pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan
dalam penggunaan, penguasaan, pemilikanyang tercantum pada rencana rinci tata ruang
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksananaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini
ditekankan pentingya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-19
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana tata Bangunan dan LingkunganSebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun
pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru
berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana,
serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun
kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
Permen PU No. 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dalam Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal.
6.2.2. Isu Strategis, Kondisi eksisting, Permasalahan dan Tantangan 6.2.2.1. Isu Strategis
Perencanaan tata ruang yang belum maksimal di Kabupaten Lamandau ditambah
dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penataan ruang dan lingkungan akan
menimbulkan masalah mengingat perkembangan Kabupaten Lamandau yang sangat pesat.
Isu Strategis di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Lamandau
digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.6 Isu Strategis di bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten Lamandau
1. Penataan Lingkungan Permukiman a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
b. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal.
c. Perlindungan terhadap ancaman bahaya kebakaran merupakan hal yang sangat penting sehingga diharapkan dapat memberikan rasa aman, nyaman dan mampu menarik minat investor.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-20
6.2.2.2 Kondisi Eksisting6.2.2.2.1 Penggunaan Lahan
Permukiman-permukiman yang terdapat di Kota Nanga Bulik merupakan
permuki-man kampung yang berkembang secara alamiah dan tidak tertata, permukipermuki-mannya sangat
padat dan mengelompok dengan kondisi bangunannya sangat rapat. Model rumah
panggung khas lokal masih mendominasi rumah-rumah di wilayah perencanaan ini. Dengan
kondisi kepadatan bangunan saat ini, terlihat berbagai kerawanan dan masalah lingkungan.
Kerawanan yang mungkin dapat terjadi adalah rawan kebakaran, rawan penyakit menular
dan berbagai masalah-masalah sosial dan kesehatan lainnya.
Intensitas penggunaan lahan adalah tinjauan yang dilakukan untuk mengetahui
efisiensi penggunaan lahan, karena hal tersebut merupakan dasar pertimbangan dalam
menentukan pengembangan pemanfaatan ruang, baik dalam pengembangan secara intensif
maupun ekstensif. Distribusi intensitas penggunaan ruang di Kota Nanga Bulik ditunjukan
dengan nilai BCR (Building Coverage Ratio) dan FAR (Floor Area Ratio) yang dinyatakan
dalam persen (%). Masing-masing nilai dari FAR mempunyai kesamaan dengan nilai
Koefisien Angka Lantai (ALD) dan koefisien angka luas lantai (ALL), dimana nilai ALD (BCR)
menyatakan perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas lahan.
Sedangkan nilai ALL (FAR) menyatakan perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai
bangunan terhadap luas lahan.
Tabel 6.7 Pengunaan lahan di daerah sampel (dalam hektar/persentase dari keseluruhan) Sumber : Hasil Survey Lapangan
Bangunan-bangunan rumah ini umumnya mengelompok dengan pola berjejer di
sepanjang aliran sungai Lamandau, sejak pertigaan masuk arah desa Kujan terus hingga
jembatan desa Kujan. Hasil survey lapangan juga memperlihatkan gambaran jika sebagian
kecil bagian wilayah kota lainnya memiliki BCR 60 - 80%, yang mana lokasinya berada di
sepanjang jalan Kartawana arah selatan, sebagian jalan Batu Batanggui arah timur (menuju
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-21
menuju Tjilik Riwut, sebagian kecil wilayah trans lokal serta di sekitar pertigaan log pond.Data hasil pengamatan lapangan juga memperlihatkan adanya bagian wilayah kota dengan
BCR kurang dari 60%. Lokasinya berada di daerah trans lokal, jalan Batu Batanggui arah ke
barat, jalan Melati, sebagian jalan A. Yani arah ke barat, sebagian jalan Tjilik Riwut arah ke
selatan (pertigaan log pond), serta jalan negara setelah jembatan desa Kujan. Ditinjau dari
angka FAR-nya, bagian wilayah kota Nanga Bulik pada umumnya masih menunjukan tingkat
intensitas yang rendah, kecuali pada sebagian wilayah tertentu yang menjadi titik simpul
aktivitas.
Berdasarkan kompilasi data
dan hasil pengamatan di lapangan
dapat dikemukakan bahwa
penggunaan ruang di Kota Nanga
Bulik masih didominasi oleh lahan
perhutanan, semak belukar dan
rawa-rawa. Kondisi di atas diperjelas dari
pola distribusi intensitas penggunaan
ruang di setiap bagian wilayah kota.
Bagian wilayah kota yang memiliki
BCR antara 80 - 90% hanya terdapat
di bagian timur kota Nanga Bulik, yaitu di sekitar wilayah pusat kota lama, tepatnya di
sepanjang jalan Cempaka, jalan Niaga, sebagian jalan Wanaraya, jalan Sekambingan, serta
sebagian jalan jalan Tjilik Riwut (dahulu JC Rang-kap), terutama di sekitar daerah pasar.
Di sekitar wilayah desa Kujan, tepatnya area permukiman di sepanjang tepi sungai
Lamandau, yaitu antara jalan Gusti Raden Paru dan jalan Negara juga dapat ditemui
keberadaan bangunan permukiman dengan BCR antara 80-90%.
Sedangkan penggunaan lahan untuk fasilitas umum di kabupaten Lamandau dibagi
atas beberapa kegiatan yaitu peribadatan, fasilitas pendidikan, kesehatan serta fasilitas
umum lainnya. Fasilitas peribadatan yang cukup menonjol di wilayah perencanaan adalah
gereja dan masjid, sedangkan tempat peribadatan yang lain belum ada. Fasilitas kesehatan
skala kota di Nangabulik sudah ada yaitu Rumah Sakit Umum Daerah. Fasilitas pendidikan
yang ada di wilayah perencanaan hanya sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) sedangkan untuk perguruan tinggi sedang direncanakan akan berdiri di kota Nanga
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-22
6.2.2.2.2 Kepadatan bangunanKepadatan bangunan di wilayah ibu kota kabupaten, yaitu kota Nanga Bulik
tergolong sangat rendah, yang berarti jumlah bangunan yang ada masih jauh lebih rendah
dibandingkan luasan lahan yang tersedia. Namun demikian, jika dilihat dari karakteristik
penyebaran bangunannya, terlihat munculnya kelompok-kelompok bangunan permukiman
(cluster) di titik-titik tertentu. Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa di sekitar pasar
Nanga Bulik dan sekitar pintu jembatan Kujan bermunculan bangunan permukiman dengan
intensitas tinggi. Hal ini ditandai dengan rapatnya jarak antar bangunan, tidak tersedianya
jalan lingkungan dengan lebar memadai, munculnya gang-gang kampung yang sempit, serta
sedikitnya ha-laman atau ruang kosong di muka bangunan. Keadaan ini cukup berpengaruh
terhadap keadaan lingkungan sekitar rumah yang terasa kurang nyaman akibat kurangnya
lahan untuk vegetasi tumbuhan penyegar. Kondisi bangunan yang terlalu padat berimpitan
juga menyulitkan tatanan jalur utilitas bangunan, seperti pengaturan pipa air bersih, pipa
saluran air kotor dan saluran limbah rumah tangga. Kepadatan bangunan yang tinggi
dengan tatanan yang kurang teratur juga menyulitkan sirkulasi dan mobilitas
6.2.2.2.3 Kondisi Bangunan
Kondisi bangunan di kota Nanga Bulik pada umumnya cukup baik. Kriteria penilaian
yang cukup baik ini didasari atas struktur fisik bangunan permukiman tersebut seperti
konstruksi bangunan, dari sisi ini konstruksi bangunan permukiman di kota Nanga Bulik
rata-rata permanen. Ditinjau dari sisi bahan bangunan, bahan bangunan yang digunakan
sebagian besar berupa kayu jenis lokal dengan pertimbangan bahan tersebut mudah
diperoleh di sekitar kota Nanga Bulik, sedangkan material penutup atap bangunan rata-rata
terbuat dari genteng metal.
6.2.2.2.4 Bentuk tampilan bangunan
Bentuk tampilan bangunan permukiman di kota Nanga Bulik rata-rata hampir serupa,
yaitu tipikal rumah panggung dengan bentuk listplank khas menjulang tinggi. Bentuk atap
bangunan pelana hampir mendominasi semua bangunan rumah tinggal yang ada di kota
Nanga Bulik.
6.2.2.2.5 Kemunduran Bangunan
Kemunduran bangunan pada hakekatnya membahas tentang garis muka bangunan
(facade) dan garis jalan. Nilai operasionalnya dikenal dengan garis sempadan bangunan.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-23
bangunan yang terbentuk oleh batasan garis sempadan bangunan serta ketinggianbangunan maksimum. Secara teoritis garis sempadan bangunan terdiri atas tiga bagian,
yaitu lantai dasar, lantai atas serta sudut. Di kota Nanga Bulik tidak semua bangunan yang
ditemui posisinya mundur terhadap jalan. Pada sepanjang jalan Niaga yang berbatasan
langsung dengan sungai Lamandau, rata-rata bangunannya langsung berada di tepi jalan,
tanpa memiliki halaman kosong. Demikian pula dengan bangunan di jalan Sekambingan sisi
timur, jalan Cempaka sisi timur, sebagian jalan Tjilik Riwut (arah dekat pasar) serta
ruas-ruas jalan yang cukup padat dengan bangunan. Umumnya area permukiman tanpa garis
sempadan mudah ditemui di dekat area pasar.
6.2.2.2.6 Ketinggian Bangunan
Di kota Nanga Bulik mulai bermunculan bangunan bertingkat dua lantai. Hal ini dapat
diamati pada kondisi bangunan permukiman di sepanjang jalan Niaga (terutama menuju arah
pasar), jalan Cempaka (menuju arah pasar) dan sebagian jalan Tjilik Riwut yang berdekatan
dengan pasar. Pada umumnya bangunan dengan konstruksi dua lantai memiliki fungsi ganda,
yaitu fungsi primer sebagai rumah tinggal dan fungsi sekunder sebagai sarana perdagangan
dan jasa. Fungsi perdagangan dan jasa sebagian besar didominasi oleh toko bahan kebutuhan
sehari-hari, toko kain dan pakaian, toko peralatan rumah tangga, dan warung. Sesuai dengan
kondisi di atas, maka untuk pengarahan rencana intensitas dan ekstensitas di masa mendatang
perlu dipertimbangkan pola pemanfaatan ruang pada setiap bagian wilayah kota secara optimal
dan seefisien mungkin, dengan menekankan pola yang bersifat intensif terutama sekali pada
kawasan pusat kota. Ketentuan BCR dan KLB bagi Kota Nanga Bulik akan mengacu pada
rencana kota yang telah ada pada kota-kota kabupaten dan kecamatan lainnya di Lamandau.
Ketinggian bangunan di wilayah perencanaan rata-rata 1 (satu) lantai, terkecuali
sebagian kecil bangunan yang berada di daerah dengan intensitas kepadatan tinggi seperti
sebagian jalan Tjilik Riwut, sebagian jalan Niaga, sebagian jalan Cempaka dan sebagian
jalan Batu Batanggui. Rata-rata bangunan rumah tinggal di kota Nanga Bulik merupakan
bangunan panggung dengan ketinggian sekitar 5,5 – 7 meter di atas permukaan tanah.
Sedangkan untuk bangunan 2 (dua) lantai ketinggiannya mencapai 8,5 – 9,5 meter. Khusus
untuk bangunan kantor dinas tidak mengikuti ketentuan tersebut, karena memiliki ketinggian
lebih tinggi dari bangunan permukiman pada umumnya, yaitu mencapai kisaran 8-10 meter.
6.2.2.2.7 Peraturan Perundang-Undangan
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-24
Kabupaten Lamandau yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan adalahsebagai berikut :
Tabel 6.8 Perda/Peraturan Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan Daerah Jenis
Produk Pengaturan
No/Tahun Perihal
1 Perda Nomor 15 tahun 2012 Bangunan Gedung Agar bangunan gedung dapat menjamin
keamanan dan keselamatan penghuni dan lingkungannya maka pelaksanaanya harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenu-hinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung;
Agar bangunan gedung dapat terseleng-gara secara tertib dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, diperlukan peran masyarakat dan upaya pembinaan
2 Perda Nomor 18 tahun 2012 Retribusi izin mendirikan bangunan
Kebijakan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masya-rakat dan kemandirian daerah
Sumber : Bappeda Kabupaten Lamandau
6.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lamandau terdapat
beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
Belum terdapat Rencana dan Program Penataan Bangunan dan Lingkungan
(RTBL), serta penyusunan peraturan dan standarisasi di bidang Penataan Bangunan
dan Lingkungan (PBL) untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam
penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman.
Belum terdapatnya pendataan atas gedung negara di kota Nanga Bulik sebagai
pusat pemerintahan Kabupaten Lamandau, sehingga sukar untuk mengukur apakah
bangunan gedung negara yang ada telah memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, efisen dalam penggunaan sumber daya,
serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Seiring dengan perkembangan kehidupan kota Nanga Bulik yang sangat pesat dapat
menyebabkan terjadinya perubahan morfologi kota sehingga mengakibatkan
berkurangnya lahan peruntukkan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai
paru-paru kota. Seyogyanya kota Nanga Bulik mempunyai prasarana ruang terbuka
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-25
Terdapat kawasan tradisional dan bersejarah yang memerlukan rehabilitasi untuk bangunan bersejarah dan lingkungan yang ada didalamnya agar dapat menjadi laik
fungsi. Dengan adanya rehabilitasi kawasan tradisional dan bersejarah diharapkan
akan mendorong pengembangan ekonomi wilayah untuk meningkatkan
kesejah-teraan masyarakat dan keserasian lingkungan. Hal ini seyogyanya diikuti dengan
pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam
melaksanakan penataan lingkungan permukiman tradisional.
Semakin padatnya permukiman di kota Nanga Bulik akan meningkatkan resiko
kebakaran. Diperlukan suatu perencanaan untuk menanggulangi bahaya kebakaran
berupa pencegahan dan penanganan kebakaran.
Kesadaran masyarakat masih rendah dalam hal keselamatan, keamanan dan
kenyamanan bangunan gedung, sedangkan kemampuan aparatur dan SDM
pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk
pengawasan masih rendah.
Gambaran hasil Identifikasi permasalahan dan tantangan sektor Penataan Bangunan
dan Lingkungan digambarkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 6.9 Identifikasi permasalahan dan tantangan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan
Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis
1)/Landasan hukum dan landasan ////operasional berupa RTBL
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman.
Panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimak-sudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkun-gan, rencana umum dan pandu-an rpandu-ancpandu-angpandu-an, rencpandu-ana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/ kawasan.
Tersusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang lengkap terutama pada kawasan-kawasan perkotaan.
2) Sarana proteksi kebakaran Masih kurang diperhatikannya sarana sistem proteksi kebakaran.
Rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pa-da kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan
Tersusunnya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran kota Nanga Bulik.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-26
No. Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan
Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi
kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
3)/Kawasan tradisional bersejarah Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawsan tradisional bersejarah serta heritage.
Terwujudnya revitalisasi kawasan /gedung tradisional bersejarah.
1. Penataan Lingkungan Tradisional/Bersejarah; 2. Penataan dan Revitalisasi
Kawasan Civic Center.
2 Aspek Kelembagaan
1)/Kelembagaan Bangunan /Gedung
Kemampuan aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan masih rendah
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung dalam penyelenggaraan bangu-nan gedung.
3 Aspek Peran Serta
Masyarakat/Swasta
1)/Peran Serta Masyarakat/Swasta Kesadaran masyarakat masih rendah dalam hal keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung.
Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hal kese-lamatan, keamanan dan kenya-manan bangunan gedung.
Penegakan/Sangsi yang tegas atas pelanggaran dibidang bangunan/gedung.
II Kegiatan Penyelengaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis
1)/Persyaratan keselamatan, ////keamanan dan kenyamanan.
Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keama-nan dan kenyamakeama-nan.
Pendataan atas gedung negara di kota Nanga Bulik sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Lamandau dengan tujuan agar bangunan gedung negara memenuhi persyaratan kese-lamatan, kesehatan, kenyama-nan, dan kemudahan, serta efisen dalam penggunaan sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
Pemeriksaan Bangunan
Gedung Negara/Keandalan Bangunan Gedung.
6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis aktivitas dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang berlangsung pada kondisi
kawasan. Perencanaan penataan bangunan dan gedung perlu melakukan identifikasi
karakteristik aktivitas yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis aktivitas. Untuk
melakukan analisis aktivitas maka diperlukan suatu analisis yang bertujuan untuk menentukan
kebutuhan ruang berdasarkan karakteristik aktivitas yang telah diidentifikasi.
Berdasarkan analisis aktivitas, permasalahan-permasalahan umum yang terjadi di
Kabupaten Lamandau berkenaan dengan kondisi yang saat ini adalah sebagai berikut :
Banyak terjadi perubahan sebagian penggunaan lahan dari areal belum terbangun menjadi areal terbangun pada kota Nanga Bulik.
Semakin berkembangnya wilayah Kota Nanga Bulik akan berpengaruh besar
terhadap pola dan sistem transportasi di wilayah perencanaan.
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-27
mempunyai aktifitas perkembangan tinggi. Belum tersedianya sistem informasi bangunan gedung yang andal.
Distribusi fasilitas yang tidak merata, sehingga kurang dapat memenuhi skala
pelayanan.
Kota Nanga Bulik termasuk daerah yang rawan mengalami kebakaran, diperlukan
suatu perencanaan untuk mengantisipasi sebelum kebakaran terjadi.
Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di kota Nanga Bulik.
Kawasan Tradisonal belum dilakukan pemetaan.
Sedangkan potensi yang harus dihadapi adalah antara lain :
Lokasi Kota yang terletak di jalur trans Kalimantan akan menjadi sangat ramai seiring dengan makin ramainya kendaraan yang akan melewati kota Nanga Bulik
menuju Kalimantan Barat.
Kota Nanga Bulik merupakan kutub pertumbuhan utama bagi komponen spasial lain
di Kabupaten Lamandau khususnya yang terkait dengan kegiatan jasa dan
pemerintahan.
Trend perkembangan gaya hidup masyarakat yang semakin berpola pada kehidupan urban memberikan peluang untuk berkembangnya kegiatan perdagangan
dan jasa di kota Nanga Bulik.
Trend perkembangan penduduk yang semakin pesat dari waktu ke waktu
Kota Nanga Bulik masih memiliki kantong-kantong lahan kosong yang relatif luas.
Kantong-kantong lahan ini bisa mengakomodasi kebutuhan lahan sebagai akibat dari
perkembangan kota yang semakin cepat.
Berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada diatas, maka kebutuhan penataan
bangunan dan gedung adalah sebagai berikut :
Landasan Hukum dan Landasan Operasional berupa RTBL
Permasalahan yang muncul pada penataan bangunan yang tidak tertib karena belum
memiliki Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang lengkap terutama pada
kawasan-kawasan perkotaan. Salah satu bentuk ketidaktertiban ini adalah munculnya
overlapping pada fungsi lahan di perkotaan. Di sisi yang lain permasalahan kota terus
berkembang dan semakin kompleks sehingga menuntut adanya penataan baik pada bangunan
maupun lingkungan kota. Pertumbuhan Kabupaten Lamandau yang sangat cepat menuntut
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-28
Status Pemilikan Tanahmeru-pakan hal yang perlu diperhatikan
oleh pihak pemerintah. Status
kepe-milikan tanah yang ada di kabupaten
Lamandau sebagian besar berstatus
tanah adat, termasuk yang sudah
di-hibahkan kepada pemerintah
Kabu-paten Lamandau dan dimanfaatkan
sebagai lahan komplek perkantoran
Pemda. Saat ini disinyalir makin
sering terjadi proses pengalihan hak
milik dari warga Nanga Bulik kepada pihak lain, dengan melalui proses transaksi
jual-beli. Hal ini dimungkinkan karena makin pesatnya proses pembangunan rumah tinggal
maupun rumah sewa di sepanjang jalur jalan-jalan baru, seperti jalan Batu Batanggui,
jalan Melati, dan jalan Tjilik Riwut (dahulu JC Rangkap).
Sarana Proteksi Kebakaran
Permasalahan lain yang dihadapi adalah pencegahan dan penangangan kebakaran
pada bangunan gedung baik di lingkungan perdagangan, perkantoran dan permukiman. Ini
disebabkan karena kabupaten Lamandau hingga saat ini belum memiliki Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran. Penyusunan Rencana Induk sistem Proteksi Kebakaran akan
mengatur tentang penyediaan kebutuhan sarana penanggulangan bencana kebakaran yang
harus dimiliki oleh bangunan gedung dan sesuai dengan kepadatan dan variasi bentuk
bangunan gedung. Untuk mendukung penceghan kebakaran diperlukan pembangunan
hidran-hidran air sebagai sumber penyediaan air bagi mobil pemadam kebakaran terutama
pada permukiman padat penduduk maupun pusat aktivits masyarakat misalnya pasar.
Selain itu akses menuju ke lokasi padat penduduk harus diantisipasi melalui jaringan jalan
yang memadai untuk mobil pemadam kebakaran.
Kawasan Tradisional Bersejarah
Unsur masyarakat dan sejarah sering diabaikan, oleh karena itu agar upaya
pelestarian kawasan cagar budaya dapat berhasil yang utama harus dilakukan adalah
mendekati, mengimbau dan menyadarkan para penentu kebijakan dan pihak swasta tentang
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR-PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
VI-29
elemen penggerak dalam pembangunan kota yaitu masyarakat (people) yang menempatikawasan tersebut dalam beberapa periode tertentu dengan latar belakang tertentu. Unsur
kedua adalah pihak pemerintah (power) yang mempunyai kewenangan dalam penentuan
jenis pemanfaatan kawasan, dan unsur ketiga adalah pihak swasta (profit) yang turut
berperan dalam pembangunan kota.
Situs Rumbang Perak,
merupakan obyek wisata di wilayah
Desa Kudangan (Ibukota Kecamatan
Delang) Kabupaten Lamandau. Situs
ini pernah di lakukan studi kelayakan
dari pusat (Ditlinbinjarah) di bantu
tenaga daerah (Bid. PSK Kanwil
Depdikbud Prov. Kalteng). Rumbang
Perak, melihat gaya arsitekturnya tidak
berbeda jauh dengan rumah pusaka
dinding tambi (di Desa Tapin Bini). Bangunan ini mempunyai luas ± 340 m2 dan
bahan-bahanya dominan kayu ulin, tinggi ± 4 m, besar tiang Ø 15 cm – Ø 20 cm. Konstruksinya
tidak menggunakan paku melainkan pasak dari kayu ulin jalinan pengikat dari rotan, usia
bangunan ini diperkirakan 200 tahun. Perlu dilakukan kajian revitalisasi pada
kawasan-kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi seperti situs Rumbang Perak ini. Tindak lanjut
dari kajian ini dimungkinkan untuk penetapan kawasan cagar budaya berupa kawasan
bangunan bersejarah di dalam RTBL yang akan disusun, untuk selanjutnya dilakukan
revitalisasi.
Bangunan Tradisional Bersejarah Revitalisasi adalah upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan
atau bagian kota yang dulunya pernah
vital/hidup, akan tetapi kemudian
mengalami kemunduran/degradasi.
Revitalisasi akan semakin kuat dan
penting untuk dilakukan manakala
kawasan/kota tersebut merupakan kota