LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-1
Bab VII
7.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilaya Kabupaten Maros
a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Kabupaten
Maros Berdasarkan Sudut Kepentingan yang meliputi;
1. KSK Dengan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana
kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW
Kabupaten Maros diarahkan pada:
Kawasan Perkotaan Barandasi Kecamatan Lau;
Kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros;
Kawasan potensi pengembangan ekonomi di wilayah pesisir Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau dan Kecamatan Bontoa; Kawasan Minapolitan di Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, Kecamatan
Marusu dan Kecamatan Maros Baru;
Kawasan agrowisata yang terpadu dengan Agropolitan Tanralili; Kawasan wisata pasir putih Pantai Kuri Kecamatan Marusu;
Kawasan Perdagangan Pasar Tradisional Modern Kota Maros di Kecamatan Turikale;
Kawasan Perdagangan Pasar Induk Pertanian Kabupaten Maros di Kecamatan Turikale;
Kawasan Kota Baru Moncongloe di Kecamatan Moncongloe;
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-2 2. KSK Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di
Kabupaten Maros meliputi;
Kawasan pendopo Pallantikang Karaeng Marusu di Kelurahan Pallantikang Kecamatan Maros Baru;
Kawasan rumah adat Karaeng Loe Ripakere (istana raja Marusu) di Desa Bonto Tallasa Kec. Simbang; dan
Kawasan budaya Khawaltiah Sammang di Patte’ne Desa Temmappaduae
Kecamatan Marusu, Leppangkomae Desa Borimasunggu Kecamatan
Maros Baru, dan Kelurahan Turikale Kecamatan Turikale.
3. KSK Dengan Sudut Kepentingan Sumberdaya Alam Dan Teknologi
Tinggi
Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi di
Kabupaten Maros, terdiri atas :
Rencana pembangunan Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kecamatan Tompobulu;
Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTHM) di Mallawa;
Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Bontoa;
Kawasan Pabrik Semen Bosowa di Kecamatan Bantimurung; dan
Kawasan penambangan marmer di Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Simbang.
4. KSK Dengan Sudut Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung
Lingkungan Hidup
Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten
Maros meliputi ;
Kawasan wisata alam dan Agrowisata Bantimurung Kecamatan Bantimurung;
Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta yang terpadu dengan Goa Salukang Kallang Kecamatan Cenrana; dan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-3 5. KSK Dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, terdiri
atas:
Kawasan Lapangan Udara (LANUD) Hasanuddin di Kecamatan Mandai; Kawasan KOSTRAD Batalyon Infantri L-433 Julu Siri di Sambueja
Kecamatan Simbang; dan
Kawasan KOSTRAD Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C dan Batalyon Zeni dan Tempur 8 Sakti Mandraguna di Kariango Kecamatan Tanralili.
Tabel 7.1.
Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkan RTRW
KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN MAROS
SUDUT KEPENTINGAN
LOKASI/BATAS KAWASAN
(1) (2) (3)
Kawasan Perkotaan Barandasi Pertumbuhan
Ekonomi
Kecamatan Lau
Kawasan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin
Kecamatan Mandai Kabupaten Maros
Kawasan potensi
pengembangan ekonomi di wilayah pesisir
Kecamatan Marusu, Kecamatan Maros Baru, Kecamatan Lau dan Kecamatan Bontoa
Kawasan Minapolitan Kecamatan Bontoa,
Kecamatan Lau,
Kecamatan Marusu dan Kecamatan Maros Baru Kawasan agrowisata yang
terpadu dengan Agropolitan
Tanralili
Kawasan Perdagangan Pasar Tradisional Modern
Kota Maros di Kecamatan Turikale
Kawasan Perdagangan Pasar Induk Pertanian Kabupaten Maros
Kecamatan Turikale
Kawasan Kota Baru Moncongloe
Kecamatan Moncongloe
Kawasan perkotaan Baru Satelit Mandai
Kecamatan Mandai
Kawasan perkotaan Baru Satelit Maros
Kecamatan Turikale
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-4 KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN MAROS
SUDUT KEPENTINGAN
LOKASI/BATAS KAWASAN
(1) (2) (3)
Karaeng Marusu Kecamatan Maros Baru
Kawasan rumah adat Karaeng Loe Ripakere (istana raja Marusu)
Desa Bonto Tallasa Kec. Simbang
Kawasan budaya Khawaltiah
Sammang di Patte’ne
Desa Temmappaduae Kecamatan Marusu, Leppangkomae Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru, dan
Kelurahan Turikale Kecamatan Turikale Rencana pembangunan
Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi
Kecamatan Tompobulu
Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTHM)
Mallawa
Rencana pembangunan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Kecamatan Bontoa
Kawasan Pabrik Semen Bosowa
Kecamatan Bantimurung
Kawasan penambangan marmer
Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Simbang Kawasan wisata alam dan
Agrowisata Bantimurung
Fungsi Dan Daya
Dukung Lingkungan
Hidup
Kecamatan Bantimurung
Kawasan wisata Cagar Alam Karaenta yang terpadu dengan Goa Salukang Kallang
Kecamatan Cenrana
Kawasan wisata alam air panas
Dusun Reatoa Kecamatan Mallawa
Kawasan Lapangan Udara (LANUD) Hasanuddin
Pertahanan dan
Keamanan
Kecamatan Mandai
Kawasan KOSTRAD Batalyon Infantri L-433 Julu Siri
Sambueja Kecamatan Simbang
Kawasan KOSTRAD Kompi Zeni dan Tempur A, B, dan C dan Batalyon Zeni dan Tempur 8 Sakti Mandraguna
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-5 b. Arahan pengembangan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi;
1. Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Maros harus
menggambarkan arahan struktur ruang wilayah nasional dan wilayah
provinsi yang ada di wilayah Kabupaten Maros. Pusat kegiatan di
wilayah Kabupaten Maros merupakan simpul pelayanan sosial, budaya,
ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, terdiri
atas:
a. PKN Mamminasata yang berada di wilayah kabupaten;
b. PKLp yang berada di wilayah kabupaten;
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa; dan
d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
2. Arahan Pengembangan Pola Ruang
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam, sumbedaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung di
Kabupaten Maros mutlak ada dan diperlukan, baik untuk perlindungan
pada lingkup ruang wilayah Kabupaten Maros maupun untuk
perlindungan pada wilayah sekitarnya. Perlindungan ini dilakukan untuk
melindungi lingkungan hidup, manusia dan makhluk hidup lainnya
beserta aktivitasnya dari akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam,
dan/atau ulah manusia dan makhluk hidup lainnya yang merusak
kealamian, kelestarian dan keselamatan tata kehidupan.
Kawasan lindung adalah kawasan yang fungsinya tidak diperkenankan
adanya kegiatan manusia. Yang termasuk kawasan lindung di
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-6 1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
2. Kawasan perlindungan setempat;
3. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan cagar
budaya;
4. Kawasan rawan bencana alam;
5. Kawasan lindung geologi; dan
6. Kawasan lindung lainnya.
Kawasan budidaya dapat diartikan sebagai wilayah yang dapat dibudidayakan dan difungsikan untuk kepentingan pembangunan dalam
bentuk kegiatan usaha berbagai sektor atau sub sektor pembangunan
yang terkait. Kriteria kawasan budidaya adalah ukuran yang meliputi
daya dukung, aspek-aspek yang mempengaruhi sinergi antar kegiatan
dan kelestarian lingkungan. Penetapan kawasan budidaya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yaitu kriteria sektoral dan kriteria
ruang.
Kriteria teknis sektoral kawasan budidaya adalah suatu kegiatan dalam
kawasan yang memenuhi ketentuan-ketentuan teknis seperti daya
dukung, kesesuaian lahan, bebas bencana, dan lain-lain. Sedangkan
kriteria ruang kawasan budidaya menentukan pemanfaatan ruang
kegiatan budidaya yang menghasilkan nilai sinergi terbesar untuk
kesejahteraan masyarakat dan tidak bertentangan dengan kelestarian
lingkungan.
Pengelolaan kawasan budidaya adalah suatu pendekatan dalam
mengelola kawasan-kawasan di luar kawasan lindung agar
pemanfaatannya dilakukan secara optimal, selaras, dan serasi dengan
kawasan lindung dalam mewujudkan pembangunan daerah.
Penetapan suatu kawasan budidaya dengan fungsi utama tertentu,
selain mengacu pada kriteria harus mempertimbangkan faktor-faktor lain,
yaitu :
1. Lingkungan buatan, sosial, dan interaksi antar wilayah;
2. Tahapan, pembiayaan, dan pengelolaan pembangunan serta
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-7 3. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan fungsi budidaya dan
fungsi lindung, dimensi waktu, teknologi, sosial budaya serta fungsi
pertahanan dan keamanan.
3. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Dan Pola Ruang
Keciptakaryaan.
Rencana Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Permukiman
Perkotaan
Potensi air baku yang ada berupa air sumur, sungai, dan air pegunungan
yang merupakan air bersih utama bagi masyarakat perdesaan,
sedangkan pada kawasan perkotaan sebagian besar memanfaatkan air
yang bersumber dari PDAM. Dalam upaya peningkatan pelayanan akan
air bersih maka direncanakan:
1. Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses
pengolahan menjadi air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang
sesuai dengan standar kesehatan.
2. Kebutuhan air bersih di Kabupaten Maros dapat dikategorikan dalam
2 (dua) jenis pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan
non-domestik seperti industri, perkantoran pemerintahan, hotel dan
restoran, perdagangan, dan lain-lain, pada setiap kecamatan adalah
sebagai berikut:
- Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk
minimal 10.000 jiwa, dilayani melalui sistem penyediaan air
bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan Air Lengkap oleh
PDAM.
- Sistem pelayanan air bersih pedesaan dilayani melalui Sistem
Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS). Sambungan
langsung dari PDAM di pedesaan, dengan sumber air baku dari
mata air di pegunungan atau air tanah. Kemudian, masyarakat
dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber air
lainnya atau membuat sistem penampungan air hujan (PAH)
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-8 Potensi sumber-sumber air baku di wilayah kabupaten Maros pada
dasarnya cukup besar, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sungai yang
ada di wilayah ini seperti Sungai Lekopancing, sumber air Pattontongan
di Kecamatan Tanralili, bendungan Carangki di Kecamatan Tanralili, dan
Bendungan Bontosunggu di Kecamatan Tompobulu. Sedangkan unit
produksi air minum meliputi: IPA Bantimurung untuk melayani Kawasan
Perkotaan, Lau dan Bontoa, IPA Pattontongan untuk melayani Kawasan
Bandara Sultan Hasanuddin, dan IPA Maros melayani wilayah
kecamatan lainnya.
Terdapat beberapa sumber air baku yang potensial untuk dikembangkan
untuk kegiatan permukiman, baik di wilayah perkotaan maupun wilayah
perdesaan, seperti sumber air baku Bantimurung (500 liter/detik).
Sumber air baku yang dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan air
bersih di kabupaten Maros adalah berasal dari IPA Bantimurung dan
Bendungan Carangki. IPA Bantimurung memiliki kapasitas debit air 500
liter/detik, namun yang dapat diusahakan baru mencapai 70 liter/detik.
Sedangkan Bendungan Carangki hanya dimanfaatkan 50 liter/detik,
meskipun kapasitas IPA Carangki tersebut dapat mencapai lebih 1000
liter/detik. Potensi air baku pada Bendungan Carangki sudah tidak dapat
dikembangkan lagi karena sebagian besar potensinya diperuntukkan
untuk memenuhi kebutuhan wilayah Kota Makassar dengan kapasitas
terpasang 1.000 liter/detik. Oleh karena itu, PDAM Kabupaten Maros
hanya dapat mengembangkan kapasitas IPA Bantimurung, mengingat
pertumbuhan penggunaan air bersih yang semekin meningkat. Kawasan
Bandar Udara Sultan Hasanuddin yang baru membutuhkan suplai air
sebanyak 80 liter/detik, sehingga dalam pengembangannya, PDAM
Kabupaten Maros terus melakukan peningkatan kapasitas.
Tabel 7.2.
Rencana Pemanfaatan Sumber Air Baku Kabupaten Maros
No Jenis Pengembangan Kecamatan
1 2 3
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-9
No Jenis Pengembangan Kecamatan
1 2 3
Lau
Bantimurung Simbang Turikale Mandai Tanralili 2 Perpipaan air baku Mandai
Bantimurung 3 Instalasi pengolahan air Pattontongan
Bantimurung Mandai 4 Sumber air baku Sungai
- Bantimurung - Maros
Bendungan - Batubassi - Lekopancing - Carangki - Bontosunggu 5 Reservoar Bantimurung : 2 Unit
Mandai : 2 Unit
Sumber: Dinas PDAM Kabupaten Maros, Tahun 2013
Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Sistem jaringan prasarana lainnya di Kabupaten Maros, terdiri atas:
a. sistem pengelolaan persampahan;
b. sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);
c. sistem jaringan drainase;
d. sistem jaringan air limbah;
e. jalur evakuasi bencana;
f. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3); dan
g. manajemen proteksi kebakaran perkotaan. Rencana Sistem Persampahan
Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Maros berasal dari
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-10 sosial, perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya (non
domestik). Tujuan sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Maros
adalah untuk meningkatkan pengolahan dan penanganan sampah yang
ramah lingkungan. Memperkecil dampak yang ditimbulkan dari cara
pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan serta meningkatkan
daur ulang dan pengomposan.
Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Maros, ditetapkan
dalam rangka mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang
sampah guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya
Rencana-rencana penanganan dan pengembangan persampahan di
Kabupaten Maros adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan teknik-teknik yang lebih berwawasan lingkungan
berdasarkan konsep daur ulang-pemanfaatan kembali-pengurangan
dalam pemrosesan sampah di TPA yang ada maupun yang akan
dikembangkan.
2. Rencana pengolahan sampah organis menjadi kompos skala kecil
yang tersebar di lingkungan permukiman khususnya kawasan
perkotaan di Kabupaten Maros.
3. Sistem pengelolaan sampah yang baik adalah system sanitary
landfill (lahan urug sanitasi). Sistem ini dapat menjamin kondisi
sanitasi lingkungan di sekitarnya. Semua potensi pencemaran dapat
dicegah dengan berbagai teknik rekayasa. Lapisan kedap air untuk
mencegah rembesan lindi (leachate), tanah penutup untuk
mencegah bau dan serpihan sampah ke lingkungan sekitar, serta
sistem ventilasi gas metana untuk mencegahnya terakumulasi dalam
tumpukan sampah.
4. Pengembangan tempat pemrosesan sampah akhir (TPA) berlokasi di
Bontoramba Kecamatan Mandai, dengan luas lahan kurang lebih 2,8
Ha, tetapi selain itu mengingat Kabupaten Maros masuk dalam
bagian wilayah pengembangan Kawasan Mamminasata maka
rencana TPA Regional Mamminasata akan dipusatkan di Kecamatan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-11 5. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan,
bergerak dan tidak bergerak, khususnya TPS, kontainer dan truk.
6. TPS sampah organik dan TPS sampah anorganik dikembangkan di
kawasan perkotaan PKN, PKLp, PPK dan PPL serta di setiap unit
lingkungan permukiman.
7. Mengembangkan kemitraan dengan swasta berkaitan untuk
pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.
8. Rencana pembangunan Tempat pengolahan sampah terpadu
(TPST) yang berada di Kawasan perkotaan Maros Kecamatan
Bontoa.
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), ditetapkan dalam rangka
menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minum bagi
penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan
cakupan pelayanan. SPAM yang dimaksud terdiri atas jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan. SPAM jaringan perpipaan
meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan
unit pengelolaan dengan kapasitas produksi sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan Kabupaten Maros. SPAM bukan jaringan perpipaan
yang meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan
air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau
bangunan perlindungan mata air diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
SPAM di Kabupaten Maros dipadukan dengan sistem jaringan sumber
daya air untuk menjamin ketersediaan air baku. SPAM jaringan
perpipaan di Kabupaten Maros, meliputi:
1) unit air baku yang bersumber dari:
Sungai, yaitu Sungai Lekopancing, Sungai Kalumpang, Sungai Pute, dan Sungai Maros;
air tanah pada CAT Pangkajene di Kecamatan Tanralili, Kecamatan Simbang dan Kecamatan Bantimurung; dan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-12 2) Unit produksi air minum, meliputi:
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bantimurung untuk
melayani Kecamatan Bontoa, Kecamatan Lau, dan Kecamatan
Marusu;
IPA Pattontongan melayani Kawasan Bandara Internasional
Sultan Hasanuddin di Kecamatan Mandai; dan
IPA Maros melayani Kecamatan Maros Baru, Kecamatan
Bantimurung, kecamatan Simbang, Kecamatan Turikale, dan
Kecamatan Tanralili
3) Unit distribusi air minum ditetapkan di Kecamatan Mandai dan
Kecamatan Bantimurung.
Penyediaan air baku untuk kebutuhan air minum dapat juga
diupayakan melalui rekayasa pengolahan air baku.
Rencana Sistem Jaringan Drainase
Prasarana drainase memegang peranan penting di dalam
penanggulangan permasalahan genangan dan banjir di Kabupaten
Maros. Permasalahan genangan dan banjir berada pada kawasan kota
yang mempunyai intensitas kawasan terbangun cukup tinggi, yang
umumnya berada pada jalur jalan utama kota. Disamping itu juga pada
beberapa kawasan pinggiran dan kawasan perdesaan juga mengalami
permasalahan banjir terutama yang memiliki sistem drainase yang masih
buruk dan kondisi topografi yang relatif fluktuatif. Kondisi topografi yang
sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem
drainase yang terintegrasi.
Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa saluran
alam yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul
sebelum menuju sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait
dengan daerah tangkapan (Cathment Area). Misi pengembangan
drainase tidak hanya membuang air larian secepat-cepatnya tetapi lebih
penting dari itu adalah membuang air dalam waktu yang tepat sesuai
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-13 Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan sebelumnya,
permasalahan drainase di Kabupaten Maros adalah dalam penyediaan
prasarana yang telah ada. Saluran-saluran drainase yang ada saat ini
sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak memenuhi syarat teknis. Hal ini
terlihat dari banyak terjadinya sedimentasi pada saluran, terjadinya aliran
yang diam yang menjadikan munculnya beberapa genangan. Kondisi
saluran drainase sebagian besar kurang terawat, sehingga terlihat
pendangkalan saluran oleh erosi dinding saluran, banyak tumbuhan dan
dijumpainya sampah di saluran drainase.
Program pengembangan saluran juga masih tidak terintegrasi sehingga
penanggulangan daerah genangan di satu tempat hanya mengalihkan
genangan di tempat lain. Pengembangan saluran tersier tidak terkoneksi
dengan saluran sekunder dan primer.
Untuk mencegah terjadinya genangan maka pengembangan sistem
drainase diarahkan secara terintegrasi. Langkah-langkah pengembangan
prasarana dapat dilakukan melalui:
1. Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada daerah tangkapan masing-masing sungai. DAS tersebut menjadi satuan pembuangan air limpahan berdasarkan batas DASnya dengan saluran primer masing-masing sungai.
2. Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai dengan memperhatikan sub daerah tangkapan. Dimensi masing-masing saluran mempertimbangkan sub daerah tangkapan air maksimal. 3. Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan lahan
setempat
Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat faktor-faktor
lain di luar sistem drainase yang sangat mempengaruhi kinerja drainase
di Kabupaten Maros. Beberapa faktor tersebut adalah sedimentasi dan
besarnya debit air larian (run off) permukaan. Sedimentasi terutama
terjadi di muara sungai sebagai akhir pembuangan dimana pencampuran
antara air tawar dan air payau menyebabkan sedimentasi terangkut
menjadi mengendap. Sedangkan tingginya air larian disebabkan
rendahnya daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki tutupan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-14 Dari dua permasalahan tersebut jika ditarik kebelakang maka hanya
terdapat satu sumber masalah yaitu kerusakan di daerah tangkapan air.
Kerusakan daerah tangkapan disebabkan perusakan hutan sehingga air
hujan langsung mengalir tanpa adanya pelindung. Tingginya air larian
akan membawa sedimentasi terlarut semakin besar. Akibatnya air sungai
menjadi sangat keruh pada saat terjadi hujan. Dari beberapa identifikasi
baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah tangkapan maupun tidak
langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat diketahui bahwa telah
terjadi kerusakan DAS.
Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-program
penunjang dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Program
tersebut antara lain:
1. Sistem jaringan drainase bertujuan untuk mengurangi genangan air
dan mendukung pengendalian banjir, terutama di kawasan
permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan, kawasan
perkantoran, kawasan pertanian, dan jalan.
2. Sistem jaringan drainase yang berupa saluran drainase primer
dikembangkan melalui saluran pembuangan utama meliputi Sungai
Maros, Sungai Pate dan Sungai Kalumpang.
3. Sistem jaringan drainase primer akan dilaksanakan secara terpadu
dengan sistem pengendalian banjir.
4. Sistem jaringan drainase sekunder meliputi anak sungai lainnya yang
terintegrasi dengan sistem jaringan primer.
5. Pembangunan dan peningkatan drainase sekunder yang dilakukan
melalui normalisasi dan perkuatan tebing Sungai Maros, Sungai Pate
dan Sungai Kalumpang dan anak sungai lainnya.
6. Sistem jaringan drainase sekunder terintegrasi dengan drainase
primer.
7. Sistem drainase tersier pada lingkungan permukiman perkotaan dan
perdesaan terintegrasi dengan drainase sekunder.
8. Sistem jaringan drainase dikembangkan dengan prinsip mengurangi
aliran air masuk jaringan drainase, dapat dilakukan melalui
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-15 penyediaan ruang terbuka hijau. Penyediaan sumur-sumur resapan
dan kolam retensi diterapkan pada lokasi permukiman yang ada di
kawasan resapan air dan tangkapan air. Rencana Sistem Jaringan Air Limbah
Sistem jaringan air limbah di Kabupaten Maros ditetapkan dalam rangka
pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan air limbah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem jaringan air
limbah wilayah kabupaten Maros meliputi:
1. sistem pembuangan air limbah setempat; dan
2. sistem pembuangan air limbah terpusat.
Sistem pembuangan air limbah terpusat meliputi Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) beserta jaringan air limbah. Sistem pembuangan air
limbah terpusat dilaksanakan dengan memperhatikan aspek teknis,
lingkungan, dan sosial-budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi
dengan zona penyangga. Sistem pembuangan air limbah terpusat
meliputi:
1. sistem pembuangan air limbah terpusat Rumah Sakit Umum Daerah
Salewangang di Kecamatan Turikale;
2. sistem pembuangan air limbah terpusat Kawasan Industri Makassar -
Maros di Kecamatan Marusu; dan
3. sistem pembuangan limbah terpusat kawasan perkotaan Maros di
Kecamatan Turikale.
Rencana IPAL limbah industri ditempatkan tidak jauh dari
kawasan-kawasan agroindustri agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
sistem pengelolaan limbah. Sistem pembuangan air limbah terpusat
ditentukan dengan memperhatikan aspek teknis, lingkungan, dan
sosial-budaya masyarakat setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga.
Sedangkan rencana IPAL limbah domestik Kabupaten diarahkan dengan
sistem klaster yang berada di kawasan Perkotaan di Kabupaten.
Rencana sistem perpipaan air limbah kabupaten diarahkan sistem
komunal yang berada di Perkotaan Maros dan ibukota kecamatan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-16 Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Maros dibedakan
menjadi air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air
limbah yang berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari
kegiatan industri namun demikian air limbah hasil kegiatan industri
walaupun volumenya kecil tetapi pada umumnya mempunyai tingkat
pencemaran yang tinggi. Termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan hotel
dan rumah sakit sehingga membutuhkan penanganan khusus.
Untuk produksi limbah domestik perlu dibedakan perlakuan khusus
antara limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah tinja. Limbah
tinja memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem
pembuangan tersendiri.
Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Maros
saat ini masih terbatas pada on side system. Pelayanan air limbah di
Kabupaten Maros melalui prasarana dan sarana seperti jamban
keluarga, jamban umum, dan MCK yang berada ditempat-tempat
pelayanan umum seperti pasar, terminal dan tempat-tempat umum
lainnya. Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan sehari-hari seperti
mandi dan cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase.
Mengingat tidak ada jaringan khusus untuk pembuangan limbah cair
maka pada hari-hari biasa jaringan drainase berfungsi sebagai saluran
pembuangan limbah sedangkan pada saat hari hujan berfungsi sebagai
drainase.
Pada pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang
lebih berbahaya diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) di masing-masing industri (On Site). Limbah yang berasal dari
proses produksi dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah melalui
pengolahan baru dibuang ke saluran pembuangan biasa. Hasil keluaran
limbah cair harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan.
Rencana pembangunan instalasi pengolahan air limbah terpusat di
Kawasan Industri Maros yang akan dilayani oleh sistem IPAL Maros dan
sistem pembuangan limbah terpusat di Kawasan Industri
Makassar-Maros (KIMAMA) sedangkan IPAL yang sifatnya domestik diarahkan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-17 Sistem pembuangan limbah tinja di Kabupaten Maros dilakukan secara
individual pada masing-masing rumah tangga. Sistem yang digunakan
secara on site (di tempat), yaitu buangan tinja dialirkan ke cubluk atau
tangki septik (Septic Tank). Kendala dan permasalahan yang terjadi
adalah masih adanya sebagian kecil masyarakat yang membuang tinja di
tempat terbuka seperti sungai, dan masih rendahnya kualitas sarana ini
pada masing-masing rumah tangga yaitu masih digunakannya cubluk
yang rentan menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kesehatan
lingkungan.
Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk
menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih
membuang tinja di tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana
pembuangan limbah, harus ditunjang dengan ketersediaan prasarana
Jamban Keluarga (JAGA) dengan sistem tangki septik secara mandiri
oleh masyarakat, dan penyediaan dan peningkatan kualitas fasilitas
kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan intensitas kegiatan tinggi,
seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan.
Dalam pengembangannya ke depan perlu diupayakan unit pengelolaan
limbah manusia untuk mengolah limbah tinja. Instalasi pengolah tinja ini
disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota Sungguminasa.
Kebutuhan ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan
seluas satu hektar yang didukung penyediaan truk tinja untuk
pengurasan.
Untuk Sistem pengelolaan B3 serta limbah B3 bertujuan untuk
meminimalkan pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran
sumber daya air serta meningkatkan kualitas lingkungan. Penataan
sistem pengelolaan B3 serta limbah B3 juga harus memperhatikan
tersedianya prasarana dan sarana pengolahan limbah yang terpasang.
Pengelolaan B3 serta limbah B3 dilakukan berdasarkan kriteria teknis
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-18 Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) Kabupaten Maros
adalah menyebar dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis,
social budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH Publik
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH Privat paling sedikit 10%
(sepuluh persen) dari luar kawasan perkotaan yaitu PKN, PKLp dan PPK
di Kabupaten Maros. Kawasan RTHKP adalah sarana RTH kawasan
perkotaan Maros, meliputi:
1. Kawasan hijau pertamanan kota terebar di kawasan perkotaan
ibukota kabupaten, ibukota kecamatan dan kota-kota satelit
Kabupaten Maros, dengan peruntukan pada kawasan terbangun
kota yang merupakan penunjang pada kawasan pemerintahan,
pendidikan, perdagangan dan jasa, industri dan perumahan;
2. Kawasan hijau rekreasi dan olahraga di perkotaan (lapangan
olahraga);
3. Kawasan hijau pertanian yang di kawasan perkotaan;
4. Kawasan hijau di sepanjang jalur jalan, sempadan sungai, pantai,
dan danau atau waduk;
5. Taman Pemakaman Umum di Kecamatan Mandai;
6. Kawasan hijau pekarangan pada kawasan perumahan di perkotaan; Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros,
yang meliputi:
1. Bangunan dan lingkungan arkeologi, yakni :
- Situs Prasejarah Leang-Leang di Kecamatan Bantimurung;
- Situs Leang Rammang-Rammang di Kecamatan Bontoa;dan
- Situs Bulu Sipong di Kecamatan Bontoa;
2. Bangunan dan lingkungan peninggalan sejarah, yakni :
- Rumah Adat Karaeng Loe di Pakere di Kecamatan Simbang;
- Kompleks Makam Kassi Kebo di Kecamatan Maros Baru; dan
- Kompleks Makam Karaeng Simbang di Kecamatan Bantimurung. Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan
1. Penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-19 2. Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di
setiap perkotaan maka pembangunannya harus mengikuti rencana
tata ruang yang ada sehingga sinkron dengan kebijakan
pengembangan fisik perkotaan.
3. Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang
memadai sebab saat ini terlihat masih banyaknya kekurangan akan
ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan.
4. Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan
struktur ruang perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya
dukungnya.
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Maros, sampai tahun 2032, adalah:
1. Pembangunan sarana dan prasarana permukiman perdesaan dan
permukiman transmigrasi yang memadai terutama penyediaan air
bersih, jalan dan listrik.
2. Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang
asri, indah dan fungsional.
3. Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan
rumah tinggal yang layak huni.
4. Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih
diorientasikan ke lahan-lahan pertanian atau lahan usaha
penduduknya dengan konsep agropolitan yang tepat.
5. Menghindari pembangunan permukiman perdesaan di kawasan
hutan lindung dan rawan bencana alam.
Tabel 7.3.
Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang Cipta Karya Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
(1) (2)
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
Rencana Sumber-Sumber Air Baku Untuk Kegiatan
Permukiman Perkotaan Kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan di Kabupaten Maros
Rencana Sistem Persampahan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-20 Arahan Pola Ruang Arahan Struktur Ruang
Permukiman Perkotaan (SPAM)
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Maros
Rencana Sistem Jaringan Drainase
Rencana Sistem Jaringan Air Limbah
c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung,
Kawasan Budidaya, Sistem Perkotaan, Dan Jaringan Prasarana.
a). Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air,
meliputi :
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana lalu lintas air, kegiatan pembangunan prasarana
pengambilan dan pembuangan air, serta kegiatan pengamanan
sungai dan sempadan pantai;
2. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain
yang tidak mengganggu fungsi konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, dan
fungsi sistem jaringan sumber daya air; dan
3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu fungsi sungai, bending, embung, dan CAT sebagai
sumber air, jaringan irigasi, system pengendalian banjir, dan sistem
pengamanan pantai sebagai prasarana sumber daya air.
b). Ketentuan umum peraturan zonasi system jaringan prasarana
pengelolaan lingkungan, meliputi :
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pengelolaan persampahan berupa arahan peraturan zonasi untuk kawasan
peruntukan TPA sampah meliputi:
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pengoperasian
TPA sampah berupa pemilahan, pengumpulan, pengelolaan, dan
pemrosesan akhir sampah, pengurugan berlapis bersih (sanitary
landfill), pemeliharaan TPA sampah, dan industri terkait
pengolahan sampah, serta kegiatan penunjang operasional TPA
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-21 - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pertanian non pangan, kegiatan penghijauan, kegiatan
permukiman dalam jarak yang aman dari dampak pengelolaan
persampahan, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
kawasan TPA sampah; dan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan sosial
ekonomi yang mengganggu fungsi kawasan TPA sampah.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) meliputi:
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana SPAM dan kegiatan pembangunan prasarana
penunjang SPAM;
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain yang tidak mengganggu SPAM; dan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air minum,
mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan
sampah, serta mengakibatkan kerusakan prasarana dan sarana
penyediaan air minum.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase meliputi:
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana sistem jaringan drainase dalam rangka mengurangi
genangan air, mendukung pengendalian banjir, dan
pembangunan prasarana penunjangnya;
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan drainase;
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan kegiatan lain
yang mengganggu fungsi sistem jaringan drainase; dan
- Pemeliharaan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan
selaras dengan pemeliharaan dan pengembangan ruang milik
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-22 Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air limbah
meliputi:
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana air limbah dalam rangka mengurangi, memanfaatkan
kembali, dan mengolah air limbah, serta pembangunan
prasarana penunjangnya;
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain yang tidak mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah;
dan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan
pembuangan sampah, pembuangan Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), pembuangan limbah B3, dan kegiatan lain yang
mengganggu fungsi sistem jaringan air limbah.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan, meliputi:
- Kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi
kegiatan pemanfaatan ruang untuk fungsi resapan air,
pemakaman, olahraga di ruang terbuka, dan evakuasi bencana;
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
rekreasi, pembibitan tanaman, pendirian bangunan fasilitas
umum, dan selain kegiatan yang tidak mengganggu fungsi RTH
kota sebagai kawasan perlindungan setempat; dan
- kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian
stasiun pengisian bahan bakar umum dan kegiatan sosial dan
ekonomi lainnya yang mengganggu fungsi RTH kota sebagai
kawasan perlindungan setempat.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi:
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pelestarian,
penyelamatan, pengamanan, serta penelitian cagar budaya dan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-23 - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
pariwisata, sosial budaya, keagamaan, dan kegiatan selain yang
tidak mengganggu fungsi kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan; dan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pendirian
bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan, kegiatan
yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, monumen, dan
kegiatan yang mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat setempat.
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman perkotaan, terdiri atas:
- Kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi
kegiatan perumahan kepaadatan tinggi, kegiatan perumahan
kepadatan sedang, dan pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan perumahan sesuai dengan penetapan amplop
bangunan, penetapan tema arsitektur bangunan, penetapan
kelengkapan bangunan lingkungan dan penetapan jenis dan
syarat penggunaan bangunan yang diizinkan;
- Kegiatan selain yang dimaksud pada point diatas diperbolehkan
dengan syarat meliputi kegiatan meliputi pemanfaatan ruang
secara terbatas untuk mendukung kegiatan permukiman beserta
prasarana dan sarana lingkungan;
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi
bencana serta kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan;
- Penerapan intensitas pemanfaaatan ruang meliputi:
a. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang
meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian
bangunan, dan GSB terhadap jalan;
b. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-24 c. pengembangan pusat permukiman ke arah intensitas tinggi
dengan KWT paling tinggi 70% (tujuh puluh persen); dan
d. penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
luas kawasan perkotaan.
- Penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. Fasilitas dan infrastruktur pendukung kawasan permukiman;
b. Prasarana dan sarana pejalan kaki, angkutan umum,
kegiatan sektor informal; dan
c. Lokasi dan jalur evakuasi bencana.
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan permukiman
perdesaan terdiri atas:
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan perumahan
kepadatan rendah, dan kegiatan penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan
pemantauan ancaman bencana;
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain sebagaimana dimaksud pada point diatas yang tidak
mengganggu fungsi kawasan;
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu fungsi kawasan; dan
- Penerapan intensitas pemanfaatan ruang meliputi:
a. penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang
meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian
bangunan, dan GSB terhadap jalan; dan
b. pengembangan pusat permukiman perdesaan dengan KWT
paling tinggi 50% (lima puluh persen).
- Penyediaan prasarana dan sarana minimum meliputi:
a. fasilitas dan infrastruktur pendukung kawasan permukiman;
b. prasarana dan sarana pelayanan umum; dan
LAPORAN AKHIR DOK
U
M
EN
R
EN
C
AN
A
P
R
OG
R
AM I
N
VEST
ASI
I
N
F
R
AS
T
R
U
K
T
U
R
JAN
G
K
A
M
EN
EN
G
AH
(
R
PI
2
-JM
)
K
A
BUPA
TE
N
MA
ROS T
A
H
UN
2015
-2019
VII-25 d. Indikasi Program Sebagai Operasionalisasi Rencana Struktur
Ruang Dan Pola Ruang Khususnya Untuk Bidang Cipta Karya.
Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah
Kabupaten Maros pada tahap pertama dan tahap kedua
diprioritaskan pada :
Pengembangan dan peningkatan fungsi Pusat Kegiatan PKN
sebagai pusat pemerintahan kabupaten dan/atau kecamatan, pusat
perdagangan dan jasa, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat
pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat kegiatan
industri manufaktur, pusat kegiatan industri perikanan, pusat
kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan
pariwisata, dan pusat kegiatan pertanian;
Pengembangan dan peningkatan fungsi Pusat Kegiatan (PPK)
sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan
jasa, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan kesehatan, pusat
kegiatan industri, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara,
pusat kegiatan pariwisata, dan pusat kegiatan pertanian;
Pengembangan dan peningkatan fungsi Pusat Kegiatan PPL sebagai
pusat pemerintahan kecamatan, pusat perdagangan dan jasa, pusat
pelayanan pendidikan, pusat pelayanan olahraga, pusat pelayanan
kesehatan, pusat kegiatan industri rumah tangga, pusat pertahanan
dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwsata, dan pusat kegiatan
pertanian;
Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan
transportasi meliputi sistem jaringan transportasi darat, sistem
jaringan sungai dan penyebrangan, sistem jaringan perkeretaapian,
sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi
udara;
Pengembangan dan peningkatan sistem jaringan energi yang
meliputi jaringan pipa minyak, jaringan pipa gas bumi, jaringan