• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 53274a79f0 BAB VIIBAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 53274a79f0 BAB VIIBAB VII"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-1 BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR

CIPTA KARYA

Bab ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya mencakup 4 (empat) sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan yang terdiri atas air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk setiap sektor tersebut dimulai dari pemetaan isu -isu strategis yang memengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai dasar awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1 Pengembangan Permukiman

7.1.1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berdasarkan arahan-arahan yang telah dipaparkan pada bab 2 (dua), isu-isu strategis nasional yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

(2)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-2

5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. 8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman.

9. Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman.

10. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Untuk memperoleh informasi awal dalam perencanaan, selain isu strategis secara nasional perlu juga diketahui isu strategis yang bersifat lokal yakni di kabupaten/kota terkait. Isu terkait pengembangan permukiman yang bersifat lokal dan spesifik untuk Kabupaten Trenggalek adalah sebagai berikut.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP (Rencana Pengembangan Permukiman Kumuh Perkotaan), 108 dokumen RTBL KSK (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Strategis Kota). Di perkotaan sebanyak 500 kawasan kumuh yang tertangani, 385 unit RSH (Rumah Susun Sederhana) terbangun, 158 TB unit di Rusunawa terbangun. Sementara di perdesaan, sebanyak 416 kawasan perdesaan potensial telah terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan telah tertangani infrastrukturnya, serta 15.362 desa tertinggal juga telah tertangani infrastrukturnya.

(3)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-3

permukiman.

Jika dilihat secara umum, kondisi prasarana dasar permukiman dan perumahan di Kabupaten Trenggalek perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Peningkatan kualitas dalam jangka pendek diantaranya adalah arahan untuk mengoptimalkan fungsinya dalam memen uhi ataupun melayani masyrakat terutama yang terkait langsung dengan aktivitas perekonomian masyarakat, seperti fasilitas air minum, saluran drainase, jalan lingkungan, jalan setapak, serta penataan permukiman kota dan desa.

Selain itu dipaparkan juga kondisi terkait kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, jumlah Rusunawa terbangun di perkotaan maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta di kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang ditampilkan merupakan kondisi eksisting pengembangan permukiman selama 5 (lima) tahun terakhir.

Jumlah populasi yang lebih besar dan cendrung bertambah akan mendatangkan dampak negative, seperti kepadatan yang tinggi, tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh, munculnya permukiman-permukiman pada area lahan yang Ilegal. Pertumbuhan penduduk yang meningkat tidak diiringi dengan tingkat pendidikan yang memadai bagi sekelompok masyarakat.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan permukiman pada tingkat nasional diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat

menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Sementara tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional adalah sebagai berikut.

1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

(4)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-4

Program Pro Rakyat (Direktif Presiden).

4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah .

5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota

Sama halnya dengan isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota tentunya terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuan penjabaran informasi tersebut adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di kabupaten/kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

Tabel 7. 1 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Trenggalek

No.

Permasalahan Pengembangan

Permukiman

Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

1. Aspek Teknis

(5)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-5 No.

Permasalahan Pengembangan

Permukiman

Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

Seharusnya

4) Penataan permukiman padat dengan program revitalisasi dan program prioritas 5) Penataan permukiman

konservasi dengan revitalisasi 6) Perbaikan jalan

2. Aspek Kelembagaan 1) Kurangnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitatir

pembangunan di perdesaan 2) Kurangnya fasilitasi akses

mayarakat miskin terhadap 3. Aspek Pembiayaan 1) Terdapat hambatan

pendanaan baik yang berasal dari pemerintah baik dana pusat, daerah maupun swadaya 4. Aspek Peran Serta

(6)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-6 No.

Permasalahan Pengembangan

Permukiman

Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

alami. 2) Untuk

permukiman di bantaran sungai perlu

Pembangunan tanggul pada sisi permukiman 3) Dibutuhkan

pengawasan ketat terhadap visualisasi sungai Sumber: Bappeda Kabupaten Trenggalek, 2014

7.1.2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan ini akan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembang unan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010- 2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

(7)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-7

berdasarkan hasil FGD Kabupaten Trenggalek program-program dan kegiatan hanya diarahkan kepada peningkatan kawasan permukiman dibeberapa lokasi pada kawasan yang memiliki PSD dan Infrastruktur yang minim. Lokasi penanganan permukiman : Kec. Trenggalek, Gandusari, Pogalan, Karangan, Durenan dan Panggul.

7.1.3 Program-program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Adapun pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sementara untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), serta 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik tersebut, program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun kajian ulang apabila diperlukan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan akan terkait dengan hal-hal yang menyangkut infrastruktur kawasn permukiman kumuh, infrastruktur permukiman RSH, dan Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya. Sementara pengembangan kawasan permukiman perdesaan akan terkait hal-hal yang menyangkut infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (agropolitan/minapolitan), infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana, infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil, infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW), infrastruktur perdesaan PPIP, infrastruktur perdesaan RIS PNPM.

Kriteria Kesiapan (Readlines Criteria)

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria umum dan khusus, yakni sebagai berikut.

(8)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-8

Kriteria umum ini terdiri dari:

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan.

Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)

 Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk

pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.  Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus  Rusunawa

o Kesediaan Pemerintah Daerah untuk penandatanganan MoA o Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh

o Kesanggupan Pemerintah Daerah menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya

o Ada calon penghuni  RIS PNPM

o Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.

o Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. o Tingkat kemiskinan desa >25%.

o Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari BLM.

 PPIP

o Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI.

o Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya.

o Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik. o Tingkat kemiskinan desa >25%.

(9)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-9 o Berbasis pengembangan wilayah.

o Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan.

o Mendukung komoditas unggulan kawasan.

Selain kriteria kesiapan tersebut, terdapat pula beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini dijadikan acuan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RDTRK), dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, termasuk kawasan strategis atau kurang strategis.

(10)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-10

fungsi lainnya.

c. Jarak jangkauan kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah

a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah. 5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya

7.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Arahan Kebijakan

A. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

B. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(11)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-11

a.Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b.Status kepemilikan bangunan gedung; dan c.Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

C. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

D. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan

(12)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-12

E. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

7.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan & Tantangan

A. Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang memengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait PBL diantaranya adalah pencapaian MDG‟s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat

konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4°C antara tahun 1990 dan 2010, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

(13)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-13

mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei– 11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurus permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 – 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

Isu strategis tingkat nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan bidang PBL adalah:

1.Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kebakaran diperkotaan c. Pemenuhan RTH publik dan RTH perkotaan

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah e. Pemenuhan standar pelayanan minimum

f. Pelibatan pemda dan swasta serta masyarakat dalam PBL 2.Penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda

c. Tantangan mewujudkan bengunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan berkelanjutan.

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah

negara.

3.Pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET

(14)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-14

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

B. Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

Berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan. Berikut ini adalah gambaran kondisi eksisting Kabupaten Trenggalek terkait kondisi peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.

C. Permasalahan dan Tantangan

Berikut merupakan permasalahan dan tantangan bidang PBL: 1. Penataan Lingkungan Permukiman:

a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran b. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih

(15)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-15

c. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage

d. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

a. Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

b. Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia

c. Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan)

d. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana

e. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian

f. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan

g. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan

h. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien i. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

j. Belum terdatanya bangunan gedung dan rumah Negara di Kabupaten Trenggalek k. Belum terbentuknya TABG (Tim Ahli Bangunan Gedung)

l. Belum adanya SLF (Sertifikat Laik Fungsi) terhadap bangunan gedung yang mempunyai resiko tinggi

3. Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

a. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

(16)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-16 a. Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan

penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan

b. Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi

c. Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

Tabel 7. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Aspek PBL Permasalahan yang

dihadapi

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1. Aspek Teknis 1) Permukiman

2. Aspek Kelembagaan 1) Kurangnya kemampuan aparatur

(17)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-17

No. Aspek PBL Permasalahan yang

dihadapi 3. Aspek Pembiayaan Terdapat hambatan

(18)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-18

No. Aspek PBL Permasalahan yang

dihadapi Sumber: Bappeda Kabupaten Trenggalek, 2015

7.2.3 Analisis Kebutuhan PBL

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kabupaten/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada peraturan tersebut dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

1) RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan RTBL berdasarkan Permen

(19)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-19

ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

 Program Bangunan dan Lingkungan;  Rencana Umum dan Panduan Rancangan;  Rencana Investasi;

 Ketentuan Pengendalian Rencana; serta  Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

2) RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK atau

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat

(20)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-20

harta benda.

4) Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

 Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

 Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,

lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

 Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk

menjamin kelangsungan kegiatan;

 Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi

masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

5) Standar Pelayanan Minimal (SPM) Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 8.19, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

No Jenis Pelayanan Dasar

Sasaran Indikator Satuan Target

(21)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-21

Perkotaan permukiman

kumuh kawasan perkotaan

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 01/Prt/M.2014

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi: 1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan); 2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan. Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat. Adapun kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dipaparkan pada tabel berikut. Kebutuhan tersebut mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD.

7.2.4 Program-program Sektor PBL

Berdasarkan Arahan Penataan dan Bangunan Lingkungan (PHLN sektor penataan bangunan dan lingkungan 2015 – 2019) Lingkup kegiatan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut:

• Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Perkotaan • Penghidupan Berkelanjutan (P2B)

(22)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-22

• City Changer dan KBP

Sedangkan bentuk kegiatan PBL ini diantaranya adalah Penataan Kawasan dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dengan syarat pemerintah daerah harus sudah memiliki Peraturan Daerah Menganai Bangunan Gedung. Adapun syarat dan ketentuan yang harus diacu dalam penetapan kawasan penanganan PBL ini diantaranya adalah:

• Merupakan kawasan yang apa bila tidak diatur lebih detail , perkembangannya akan semrawut

• Merupakan kawasan yang memiliki ciri khas budaya yang kental/ memiliki nilai sejarah

• Merupakan kawasan strategis & merupakan kawasan prioritas yang mendesak

untuk segera diatur

• Merupakan kawasan yang belum tertangani RTBL selama 5 tahun terakhir

Program-Program PBL, terdiri dari:

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; serta c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor PBL maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemerintah Daerah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

7.2.5 Kriteria Kesiapan (Readlines Criteria)

a. Fasilitasi ranperda bangunan gedung

 Kabupaten/kota yang belum difasilitasi

 Komitmen Pemda

b. Penyusunan rencana penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas

 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan

 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM

Pronangkis-nya

(23)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-23

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

c. Penyusunan RTBL

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006

 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan

 Kawasan yang dilestarikan/heritage;

 Kawasan rawan bencana

 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi

sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district)

 Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota

 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah

daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat

 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

d. Penyusunan rencana tindak revitalisasi kawasan, RTH dan permukiman tradisional/bersejarah

Kriteria Umum:

 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL

(jika luas kws perencanaan > 5 Ha)

 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah

(jika luas perencanaan < 5 Ha)

 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah

daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:

 Kawasan di perkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis

 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas

(24)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-24

 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

e. Fasilitasi penyusunan rencana tindak Ruang Terbuka Hijau

 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman

(RTH Publik)

 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang)

 Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari

luas wilayah kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

f. Fasilitasi penyusunan RISPK

 Ada Perda Bangunan Gedung;

 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg

Tata Ruang

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

g. Dukungan PSD untuk revitalisasi kawasan, RTH dan permukiman tradisional/bersejarah

 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman

Tradisional-Bersejarah

 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya

 Ada DDUB

 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran

 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,

diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya

(25)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-25

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

h. Dukungan prasarana dan sarana sistem proteksi kebakaran

 Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal

SK/peraturan bupati/walikota)

 Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan

DPRD)

 Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun

 Ada lahan yg disediakan Pemda

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat

i. Dukungan aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan

 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan

 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan,

terminal, stasiun, bandara)

 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial

masyarakat (taman, alun-alun)

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat

7.3 Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

7.3.1 Arahan kebijakan

A. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Perencanaan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

B. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum

(26)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-26

baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

C. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

D. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

7.3.2 Isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan

A. Isu strategis

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan akses aman air minum 2. Pengembangan pendanaan

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan

4. Pengembangan dan penerapan peraturan perundang-undangan 5. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum

6. Rencana pengamanan air minum

7. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat

(27)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-27

Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur (RPI2JM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

Secara umum kebijakan pengembangan SPAM di Kabupaten Trenggalek mengacu pada Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan SPAM (KSNP-SPAM) yaitu dibagi menjadi lima kelompok, diantaranya adalah:

1. Peningkatan cakupan dan kualitas air minum bagi seluruh masyarakat Kabupaten Trenggalek

2. Pengembangan pendanaan untuk penyelenggaraan SPAM dari berbagai sumber secara optimal

3. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundang-undangan 4. Peningkatan penyediaan Air Baku secara berkelanjutan

5. Peningkatan peran dan kemitraan dunia usaha, swasta, masyarakat dan jender B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

Permasalahan tingkat nasional, antara lain: 1. Peningkatan cakupan dan kualitas

a. Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk

b. Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.

c. Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

d. Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih mahal.

e. Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai.

(28)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-28 g. Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses

air minum yang aman. 2. Pendanaan

a. Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan.

b. Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari pinjaman luar negeri.

c. Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam pengembangan SPAM masih rendah.

3. Kelembagaan dan perundang-undangan

a. Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM. b. Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara

SPAM (PDAM).

c. Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.

4. Air baku

a. Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas. b. Kualitas sumber air baku semakin menurun.

c. Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.

d. Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.

5. Peran masyarakat

a. Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.

b. Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.

(29)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-29

C. Program-program dan kriteria penyiapan serta skema kebijakan

pendanaan pengembangan SPAM

Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah antara lain: 1. Program SPAM IKK

Kriteria Program SPAM IKK adalah:

a. Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM b. Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi

utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR)

total c. Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

2. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah: a. Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK

b. Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR untuk MBR

c. Indikator:

Peningkatan kapasitas (liter/detik)

Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM

3. Program Perdesaan Pola Pamsimas

Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah: a. Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

b. Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi

utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR)

(30)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-30

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

4. Program Desa Rawan Air/Terpencil Kriteria Program SPAM IKK adalah:

a. Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku relatif sulit)

b. Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama

c. Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM E. Program Pengamanan Air Minum

Kriteria Program Pengamanan Air Minum adalah:

a. Sasaran: PDAM-PDAM dalam rangka mengurangi resiko

b. Kegiatan: Pengendalian kualitas pelayanan air minum dari hulu sampai hilir c. Indikator: Penyediaan air minum memenuhi standar 4 K.

Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten adalah sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.

2. Tersedia dokumen RPI2JM bidang Cipta Karya 3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya

 Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm

 Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik atau

diameter pipa JDU terbesar 200 mm

 Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/detik atau

diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007) 5. Ada indikator kinerja untuk monitoring

(31)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-31

 Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat

pada tahun yang sama

6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan

7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun

8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)

9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/ kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.

1. Skema Kebijakan Pendanaan

Tabel 6. 1 Skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM

Kegiatan SPAM Air Baku Unit Produksi Transmisi dan Distribusi (SR dan HU) pembangunan dan pengelolaan SPAM berbasis masyarakat

d. Pengembangan SPAM skala kecil (perdesaan) pembiayaannya didorong melalui DAK.

(32)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-32

a. Fasilitasi penyediaan air baku untuk air minum melalui kerjasama dengan Ditjen Sumber Daya Air

b. Fasilitasi penyediaan air minum (PDAM) di kawasan strategis (PKN, PKW, PKL, dll) dengan pendanaan melalui perbankan, Pemda/PDAM, serta KPS.

3. Alternatif pola pembiayaan

a. Equity adalah merupakan sumber pendanaan dari internal cash PDAM dan Pemda untuk program penambahan sambungan rumah (SR). Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana untuk memenuhi sebagian kebutuhan investasi

b. Pinjaman Bank Komersial adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentu sebagai pendamping pinjaman. Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana pendamping dan menerapkan tarif minimal diatas harga pokok produksi (tarif dasar)

c. Trade Credit adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bank komersial melalui pihak ke tiga (kontraktor/supplier) dan dibayar dengan angsuran dari pendapatan PDAM dalam masa tertentu (10 tahun atau lebih).

d. Dilaksanakan oleh PDAM yang diperkirakan dapat mengangsur sesuai dengan perjanjian

e. Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan sumber pembiayaan dari badan usaha swasta (BUS) berdasarkan kontrak kerjasama antara BUS dengan pemerintah (BOT/Konsesi). Dilaksanakan di kabupaten/kota yang memiliki pasar potensial (captive market) dan telah dilengkapi dengan studi pra-FS dan kesiapan pemerintah daerah

f. Obligasi adalah merupakan sumber dana dari penerbitan surat utang yang akan dibayar dari pendapatan PDAM. Dilaksanakan oleh PDAM yang telah memiliki rating minimal BBB

(33)

RPI2JM Kabupaten Trenggalek Tahun 2016-2020 VII-33

7.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1 Air Limbah

A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

B. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman

C. Sanitasi Dasar

7.4.2 Persampahan

A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

B. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman

C. Sanitasi Dasar

7.4.3 Drainase

A.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

B.Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman

Gambar

Tabel 7. 1 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Trenggalek
Tabel 7. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang akan digunakan pada tugas akhir ini yaitu membuat pemodelan dengan pendekatan ekonometrika panel spasial. Dimana pada penelitian ini, matriks pembobot yang

TPAK tertinggi di Kalimantan Barat pada tahun 2013 dijumpai di Kabupaten Sintang (77,58 %) disusul kemudian Kabupaten Sekadau dan Melawi masing-masing 76,92 persen

Perlu dilakukan pengelolaan potensi kawasan ekowisata Danau Linting sehingga dapat dilakukan juga perencanaan program interpretasi lingkungan yang nantinya akan

Spiritia tetap yakin bahwa ketersediaan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan pengobatannya adalah unsur penting bagi Odha untuk mengatur kehidupan dan kesehatan

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah : 1) Bagaimana deskripsi kinerja keuangan Bank Panin Dubai Syariah sebelum dan sesudah go public , 2) Apakah terdapat

Apabila semua orang melakukan hal yang sebenarnya tidak benar, maka saya juga akan melakukan hal tersebut.. Saya tidak pernah menyontek waktu

untuk arus lebih atau arus hubung singkat yang pada saat itu juga bimetal yang. ada akan bekerja dengan

Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.Dalam