Kaitan dengan gambaran umum perdagangan internasional dalam dunia perdagangan khususnya ketika melibatkan dunia perbankan dikenal dengan apa yang disebut dengan letter of credit.Ada keanekaragaman penyebutan letter of
122
Di Indonesia sudah ada Undang-Undang No. 32 tahun 1964, Lembaran Negara No. 131 tahun 1964 tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa, dan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1976, Lembaran Negara No. 17 Tahun 1976 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa.
123
H. M. N., Purwosutjipto SH., Pengaturan Pokok Hukum Dagang Indonesia-Jilid 4: Hukum
Jual Beli Perusahan, Penerbit Djambatan, Jakarta 2003, hlm., 21.
62 credit. Biasanya juga di dalam percakapan sehari-hari Lembaga ini disingkat orang denga sebutan L/C yaitu singkatan dari letter of credit dan ada juga yang mengatakan credit opening (acreditief opening) dimana dalam bahasa Belanda disebut credetbrief dan dalam bahasa Prancis lettre de credet.Di Negara Jerman dikenal dengan nama Accreditief dan di negara Belgia dan Amerika Serikat lebih dikenal dengan istilah crediet tetapi bukan dalam arti yang sebenarnya bagi kredit125.
Di samping istilah-istilah yang disebut di atas masih ada lagi dikenal istilah lain untuk lembaga ini yaitu kredit berdokumen (dokumentary credit). Dikatakan demikian karena pembukaan kredit tersebut dengan dasar penyerahan dokumen-dokumen tertentu sehingga apabila penjual (beneficiary) yang berhak atas harga barang yang telah dijualnya kepada pembeli (applicant) maka ia hanya dapat meminta pembayaran sejumlah uang dari bank yang bersangkutan dan bank tersebut meminta beberapa dokumen-dokumen tertentu. Adakalanya suatu bank tidak mensyaratkan untuk menyerahkan dokumen-dokumen tertentu sewaktu penjual (beneficiary) meminta pembayaran. Cara yang demikian di dalam dunia perbankan disebut dengan istilah kredit blanko (blanco credit).126.
Pembayaran dalam perdagangan internasional sebagai suatu kewajiban kontraktual ini dilakukan dengan cara membuka letter of credit. Terjadi dengan
125Ibid. hlm., 23. Kredit memang tidak harus dikonotasikan sebagai orang berhutang.
63 pembayaran yang dilakukan oleh bank dan umumnya dipahami atas perintah pembeli untuk kepentingan penjual.
Mengenai definisi dari letter of credit ini banyak penulis telah berusaha mendefinisikannya antara lain akan dikemukakan sebagai berikut:
Leter Of Credit (L/C) adalah adalah suatu persetujuan atau surat perintah untuk membayarkan uang dari seseorang kepada orang lain dengan syarat. Biasanya surat perintah membayar ini datangnya dari pembeli untuk penjual127.
Disamping definisi leter of credit sebagaimana telah dikemukakan di atas ada juga pengertian bahwa:
L/C adalah suatu alat atau surat, yang dikeluarkan oleh suatu bank, atas permintaan dan atas beban si pembeli. Dengan L/C itu bank tersebut menyetujui, bahwa wesel-wesel si penjual dapat menarik atas bank itu atau bank lainnya, yang ditunjuk dalam L/C, dan bahwa wesel-wesel tersebut, jika memenuhi syarat-sayat yang tercantum dalam L/C-nya akan dibayar sebagaimana mestinya dengan akseptasi dan/atau pembayaran yang terakhir ini bergantung kepada jenis-jenis wesel yang ditentukan dalam L/C yaitu apakah wesel-wesel itu adalah “time bills of exchange payable on
demand”128.
Sementara itu, ada pula yang mendefinisikan Letter Of Credit atau biasa disingkat dengan L/C sebagai:
suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu Bank atas permintaan importir langganan Bank tersebut yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir itu, letter of credit itu memberi hakkepada eksportir itu untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat itu. Seterusnya Bank bersangkutan menjamin untuk
127
JT Sianipar SE., Asuransi Pengangkutan Laut (Marine Insurance), Bagian Pertama, Penerbit PT. Asuransi Jasa Indonesia, Jakarta 1990, hlm., 40.
128
Kartono., SH, Komentar Tentang: Surat Kredit (L/C, Letter Of Credit), Konosemen (B/L, Bill of
Lading), Wesel (B/E, Bill of Exchange), Dokumen-dokumen lainnya, Cetakan I, Penerbit Pradnya
64 mengakseptir atau menghonorir wesel yang tertarik itu asal saja
sesuai dan memenuhi semua syarat yang tercantum dalam surat itu129.
Apabila merujuk brosur yang dikelurkan oleh International Banking Department CONTINENTAL Bank Continental Illonois National Bank and Trust Company of Chicago maka didapati definisi L/C sebgai berikut:
Basically, it is a document in which a bank undertakes to pay a party named in the document (the beneficiary) a sum of money provided certain conditions described in the letter of credit are met. Generally, this money will be paid when the beneficiary submits proof, usually in the form of documents, of having met the
conditions.130
Dari definisi-definisi di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa letter of credit itu adalah suatu perintah (order) yang biasanya dilakukan oleh pembeli atau importir yang ditujukan kepada Bank untuk membuka L/C agar membayar sejumlah uang kepada Bank penjual atau eksportir.
Biasanya sebelum seorang importir membuka L/C di suatu Bank, si importir telah membuat suatu perjanjian jual beli (sale contract) terlebih dahulu dengan si penjual (eksportir).
Berdasarkan kontrak jual beli tersebut si pembeli tadi membuka L/C di sebuah Bank dimana ia berdomisili.
Hal ini dilakukannya tidak lain hanya sebagai alat untuk mempermudah cara pembayaran yang aman kepada si penjual eksportir, apabila tempat tinggal
129
Amir MS., Teknik Perdagangan Luar Negeri, Cetakan Kedua, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta 1980, hlm., 23.
130Commercial Letter Of Credit, International Banking Departement Continental Bank, Continental Illinois National Bank and Company Of Chicago.
65 masing-masing pihak berlainan negara, di samping juga untuk memenuhi isi perjanjian jual beli perusahan yang telah diperkuat oleh kedua belah pihak yang menjadi dasar pembukaan L/C tersebut131.
Di atas disebutkan bahwa ada pendapat jika dasar pembukaan L/C adalah perjanjian jaul beli dimana si importir (si pembeli) di dalam salah satu clausule dari perjanjian itu menyatakan bahwa ia akan segera membuka L/C pada suatu Bank tertentu.
Namun begitu tidaklah tepat apabila dengan adanya clausule itu lantas dikatakan bahwa credit opening itu sama dengan suatu perjanjian yang digantungkan kepada suatu syarat (opschortende voorwaarde), walaupun sebenarnya si penjual (eksportir) baru akan mengirimkan barangnya setelah si pembeli menyuruh Bank membuka kredit untuk kepentingan penjual atas beban pembeli. L/C adalah suatu kontrak yang bersifat voluntir dan unconditional132
Dalam pelaksanaan pembukaan suatu L/C, ada beberapa pihak yang berkepentingan yaitu133: pertama, Pembeli (importir) Pihak ini mengadakan transaksi jual-beli dengan pihak penjual atau eksportir, mengajukan permohonan pembukaan L/C untuk pelaksanaan pembayarannya kepada Bank Devisa atas nama penjual atau eksportir setelah memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
131 Hadisoeprapto, Op Cit, hlm., 27.
132 Uraian mengenai hal ini dapat dilihat dalam Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D. Kontrak
Sebagai Nama Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana salatiga, Bab II,
tentang Perikatan Voluntir.
133Amir M.S., Letter of Credit (Dengan Pembahasan Khusus Standby L/C dalam Bisnis Ekspor
66 untuk impor seperti Surat ijin Importir dan lain sebagainya. Pihak pembeli ini biasanyadisebut sebagai importir accountee ataupun principal.
Kedua, Bank Pembuka L/C Bank Pembuka L/C ini dalam bahasa asingnya dikenal dengan the Opening Bank atau the Issuing Bank.
Bank ini melakukan pembukaan kredit setelah adanya permohonan pengajuan pembukaan L/C dari pemohon kredit yakni pembeli.
KetigaPihak Penjual. Penjual merupakan pihak untuk mana suatu
permintaan pembukaan L/C dibuka bagi pelaksanaan pembayaran transaksi yang telah terjadi antara ia (pihak penjual) dengan pihak pembeli. Biasanya pihak penjual di sini disebut juga dengan eksportir atau beneficiary atau vendor atau drawer yang menerima L/C itu.
Keempat, Bank Pembayar L/C atau Paying Bank pembayar L/C yaitu pihak bank yang disebutkan dalam L/C dimana diterbitkan wesel dan yang melakukan pembayaran kepada pihak penjual/beneficiary apabila dokumen-dokumen yang disyaratkan telah dipenuhi. Bank pembayar biasanya merupakan pemelihara rekening atau depository correspondent bank pembuka/ issuing bank.
Kelima, Confirming Bank yaitu bank kedua selain bank pembuka atau issuing bank yang ikut menjamin pembayaran L/C atau menjamin adanya pembayaran wesel yang diterbitkan atas L/C yang bersangkutan.
Keenam, Negotiating Bank ialah bank yang tidak tercantum dalam L/C yang menyanggupi untuk membeli/mengambil alih/menegosiasi wesel yang
67 diterbitkan oleh pihak penjual/beneficiary. Pembayaran ini segera dilakukan terhadap penjual/beneficiary disertai dengan hak regres kepada penerbit wesel; kecuali apabila negotiating bank merupakan issuing bank atau confirming bank.
Ketujuh, Remmiting Bank ialah bank yang meneruskan dokumen-dokumen dari penjual/eksportir/beneficiary kepada issuing bank. Pihak remmiting bank dapat dilakukan oleh advising bank, negotiating bank atau paying bank.
Kedelapan, Reimbursing Bank yaitu bank yang melakukan penggantian atas pembayaran (reimbursement) terhadap bank yang melakukan pembayaran atau membayar, mengakseptasi atau menegosiasi wesel atas L/C. Dapat bertindak sebagai reimbursing bank ialah issuing bank atau bank lain yang mendapat kuasa dari issuing bank untuk melakukan reimbursement.
2.13. Kewajiban dan Tanggung Jawab Bank
134Pembayaran dengan kredit berdokumen (credit opening dengan dokumen), memerhatikan semua pihak yang berkepentingan (yaitu bank-bank dan orang yang berhak atas pembayaran). bahwa semua dokumen-dokumen yang dibutuhkan bagi pembayaran itu harus dilengkapi. Bagi bank, tidak hanya kelengkapan dari dokumen itu yang perlu diteliti, melainkan juga bahwa dokumen-dokumen itu telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kredit (credit opening).
134 Emmy Pengaribuan SH, Pembukaan Kredit Berdokumen (Documentary Credit Opening), Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1989, hlm., 51-56.
68 Inilah kewajiban yang pertama-tama dari bank yang bersangkutan, seperti jelas dapat kita baca bahwa di dalam Artikel 7 UCP menetapkan sebagai berikut:
“Bank must examine all document with reasonable care to ascertain that they appear on their face to be in accordance with
the terms and conditions of the credit”135
.
Kriteria yang ada hubungan dari segi hukum, adalah136 pembagian yang paling penting yang dikenal oleh banyak negara-negara sebelum ada UCP dan yang kemudian diatur di dalam UCP sendiri ialah pembagaian atas: kredit berdokumen yang revocable dan kredit berdokumen yang irrevocable. Pembagian seperti ini sekarang sudah diatur dalam Pasal 1a UCP 1974 (Pasal 1 ayat (1) UCP 1962) yang menetapkan: “credit may either revocable, or irrevocable”.
Pembagian lainnya yang dikenal juga dalam UCP ialah pembagaian atas: confirmed credit dan unconfirmed credit. Kredit berdokumen yang dapat diperalihkan dan yang tidak dapat peralihkan juga merupakan suatu pembagian di dalam bentuk kredit berdokumen, (transferable and non-transferable credits). Pembagian ini juga dikenal di dalam UCP. Pembagian lain yang didasarkan atas kriteria “penyebutan secara tegas-tegas” di dalam kredit itu, apakah kredit itu dapat diperalihkan. Kalau tidak ada penyebutan tegas-tegas demikian maka kredit itu tidak boleh diperalihkan atau termasuk non-transferable credit.
Suatu pembagian lain yang didasarkan atas kriteria cara merealisasi kredit dokumen itu juga dikenal,137 sehingga terdapat: cash-credit atau betalingskredit
135Ibid.
136Ibid.
137 Beliau (Panggaribuan, Emmy) juga mengutip dari Ellinger, Documentary Letter of Credit, University of Singapore Press, 1970.
69 (Belanda), dan acceptance atau “wesel-kredit” (kredit yang dibayar dengan cara membayar suatu wesel yang diterbitkan atas pengganti bank sendiri).
Biasanya di dalam kejadian yang paling sederhana, pembukaan kredit berdokumen itu dimaksudkan untuk melaksanakan pembayaran dari satu transaksi saja. Dengan melaksanakan pembayaran atas kredit itu menjadi hapus. Jadi bank hanya mendapat instruksi untuk membayar untuk transaksi saja. Pembukaan kredit semacam itu disebut dengan nama simple credit138.
Akan tetapi, di samping simple credit, juga dikenal pembukuan kredit yang dimaksudkan untuk membayarlebih dari satu transaksi, yang dikenal dengan nama Revolving Credit. Revolving Credit masih di bedakan atas 2 jenis yaitu: Revolving Credit yang kumulatif dan Revolving Credit yang non-kumulatif. Keredit berdokumen itu dikenal dengan beberapa bentuk yang khusus seperti back
to back credit dan anticipatory credit139.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 1 (satu) tentang pelaksanaan dan peralihan kredit berdokumen ditambah shipping documents, di bawah ini:
138Ibid. hal., 20. (buku dari Ellinger yang penulis maksud).
70 Gambar 1. Alur Documentary Credit140.
Berikut ini penjelasan atau deskripsi atas alur sebagaimana dikemukakan di atas: yang sudah Penulis terapkan pada kasus yang juga menjadi satuan amatan penelitian ini. Pertama, pada akhir tahun 1982 atau awal 1983, PT. Gespamindo mengimpor 3000 metric ton pupuk seharga US.$ 195.000,- dari Phosphate Mining Co. Selaku eksportir, atas pesanan PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas, dan PT. Sinar Mulia Buana, masing-masing 1000 metric ton.
140 “Alur Documentary Credit” ini Penulis sitir dari catatan perkulihan Hukum Perbankan dan Lembaga Pembiayaanpada Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana yang diampu oleh Trisetya Wahyu Nugroho, S.H., M.H.
(1) SALES CONTRACT Beneficiary/exportir Applicant/importir ADVISING BANK-BANK PENERUS L/C/ADVISING BANK ISSUING BANK-BANK PEMBUKA L/C L/C APLIKASI L/C ADVIS/LC B/L & DRAF $ $ B/L & DRAFT $ Pengapalan Barang (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
71 PT. Gespamindo meminta untuk membukakan kredit (3 buah L/C guna membayar pupuk) atas nama eksportir kepada PT. Sajahtera Bank melalui The Chartered Bank di Jakarta. Bank Penjual (The Chartered Bank yang ada di Australia/dapat juga bank bonafide lainnya, karena dalam kasus tidak dapat diketahui secara jelas) kemudian memberikan konfirmasi kepada penjual tentang status L/C yang diterbitkan oleh Bank Pembeli (confirming bank), sekaligus menjanjikan pada penjual bahwa bank Penjual akan membayar penjual, kalau penjual sudah menunjukan dokumen-dokumen yang diperlukan (dalam kasus ini tidak disertai detail diketahui).
Begitu L/C diterbitkan dan dikonfirmasikan, penjual akan megepak barang dan menyerahkannya kepada pengangkut, membuat invoice dan mengasuransikan barang. Untuk memastikan mutu barang, suatu perusahan pemeriksa bisa dilibatkan (inspecting firm). Penjual juga akan menyiapkan dokumen lain yang diperlukan, termasuk dokumen yang menunjukkan kepatuhan pada hukum perdagangan.
Setelah barang diserahkan pada pengangkut, pengangkut akan mengeluarkan B/L yang merupakan gabungan antara bukti terima barang dan kontrak yang mewajibkan pengangkut untuk menyerahkan barang hanya padapembeli atau orang ditunjuk. B/L dan dokumen-dokumen lain akan dibawa oleh penjual ke Bank Penjual.
Bank Penjual kemudian akan membayar harga yang disepakati kepada penjual (dalam kasus ini, juga tidak secara detail diketahui). B/L kemudian
72 diserahkan kepada Bank Pembeli. Bank pembeli tidak pernah melihat barang yang diperjualbelikan.
Setelah B/L dan dokumen lain dipandang cukup, Bank Pembeli akan membayar kepada bank Penjual. Dalam kasus ini, setelah semua dokumen ditebus oleh PT. Bank Sajahtera, semua lembar B/L rangkap 3 ada padanya. Harusnya Bank Pembeli kemudian menyerahkan B/L dan dokumen lain kepada pembeli, tetapi pada kenyataannya sampai saat ini PT. Gespamindo tidak melunasi kewajibannya dan menurut Hakim dalam Putusan 1887, PT. Gespamindo untuk kepentingan pembukaan dan/atau pembukuan L/C, masih mempunyai kewajiban pembayaran kepada PT. Sajahtera Bank, sejumlah sisa US.$ 117.000,- + US.$ 52.000,- = US.$ 169.000,-. Harusnya pembeli kemudian menunjukan B/L kepada PT. Samudera Indonesia. Alhasil, hakim memutuskan bahwa pihak pengangkut turut melakukan perbuatan melawan hukum karena secara tanpa hak menyerahkan pupuk yang diangkutnya kepada pihak yang tidak dapat menunjukan B/L.