• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

C. Kredit Bermasalah NPL (Non Performing Loan)

Pada saat melakukan pengawasan redit, pihak bank akan dapat menentukan tingkat kolektibilitas kredit. Bagi kredit yang berada dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet, pihak bank harus mengambil tindakan untuk dapat menyelesaikannya karena ini sangat berpengaruh dalam kemampuan bank dalam memperoleh laba dan juga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank yang sangat mempengaruhi eksistensi usaha perbankan.

Menurut (Abdullah, 200: 98) mengatakan bahwa “beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam pengawasan kredit adalah dengan mengadakan restrukturisasi kredit, mengadakan penjadwalan kembali, mempertimbangkan kredit baru, dan melikuidasi jaminan”.

1. Restrukturisasi kredit

Restrukturisasi dalam arti luas mencakup perubahan struktur organisasi, manajemen, operasional, sistem dan prosedur, keuangan, aset, utang, pemegang saham, dan sebagainya. Menurut (Hasibuan, 2001: 116), “restrukturisasi atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang menyangkut penambahan

dana bank, konversi sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, atau konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner lain untuk menambah penyertaan”.

Restrukturisasi kredit ini dilakukan apabila bank mempunyai keyakinan bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajibannya setelah dilakukan restrukturisasi. Menurut (Bastian, 2006: 268), “restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain melalui modifikasi syarat-syarat kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan aset/agunan debitor, konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor, dan sebagainya”.

2. Mengadakan penjadwalan kembali (re-scheduling)

Rescheduling atau penjadwalan ulang adalah perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang dan perubahan besarnya angsuran kredit. Ini dapat membantu debitur dalam mengangsur debitur dalam jangka waktu yang lebih panjang yang berarti jumlah angsuran yang lebih kecil. Debitur yang dapat memberikan fasilitas ini adalah nasabah yang mennjukkan itikad baik dan karakter yang jujur, serta ada keinginan untuk membayar serta menurut bank usahanya tidak memerlukan tambahan dana.

3. Reconditioning atau persyaratan ulang

Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit meliputi jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan persyaratan lainnya. Penambahan syarat kredit

ini tidak termasuk penambahan dana dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi modal perusahaan. Ini diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka, dan kooperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan, tetapi diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan.

4. Mempertimbangkan kredit baru (novasi kredit)

Menurut (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2001: III.8C.1) “novasi adalah pembaharuan utang yang merupakan salah satu sebab dari hapusnya suatu perjanjian, dengan cara perjanjian utang lama diambil alih (diganti) dengan perjanjian utang baru”.

Dalam pemberian kredit baru ini, pihak bank harus memperoleh jaminan yang baru dengan safety margin yang tinggi.

5. Likuidasi jaminan

Langkah likuidasi jaminan biasanya dilakukan apabila langkah-langkah yang disebutkan di atas tidak dapat dilakukan lagi. Likuidasi adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori yang menurut bank benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk disehatkan kembali, atau usaha nasabah sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan.

Menurut (Hasibuan, 2001: 116) menyatakan bahwa : Proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan:

1) Menyerahkan penjualan agunan kepada debitur yang bersangkutan, harga minimumnya ditetapkan oleh bank, dan pembayarannya tetap dikuasai bank.

2) Penjualan agunan dilakukan melalui lelang dan hasil penjualan diterima oleh bank untuk membayar pinjamannya.

3) Bagi bank negara diselesaikan BUPN dengan melelang agunan untuk membayar pinjaman nasabah.

4) Agunan disita pengadilan negeri lalu dilelang untuk membayar utang debitor.

5) Agunan dibeli bank untuk dijadikan asset bank.

Ratio NPL (Non Performing Loan) melihat berapa besar kredit yang berada dalam kondisi kurang lancar, diragukan, dan macet dibandingkan dengan total jumlah kredit yang diberikan. Sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dikatakan bahwa tingkat NPL yang dikatakan baik apabila kurang dari 5%(<5%). Rumus untuk perhitungan NPL ini adalah : % 100 x t TotalKredi Macet diragukan nglancar Kreditkura NPL= + + D. Pembahasan

1. Prosedur Pemberian Kredit

Prinsip pemberian kredit pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan ini adalah dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, dimana melalui beberapa tahapan sebelum memperoleh kredit. Pihak bank juga memperhatikan prinip 5C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. Selain itu, pihak bank ini juga memperhatikan beberapa faktor lainnya yang terkait dengan pemberian kredit tersebut.

Pengakuan terhadap kredit yang diberikan dilakukan saat debitur melakukan penarikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001: II.8A.2) yang menyatakan, “Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit. Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok pokok kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan”. Selain melakukan pencatatan terhadap jumlah kredit yang ditarik, PT. Bank Bumi Putra juga melakukan pencatatan terhadap provisi kredit yang dibayarkan pada saat penandatangan perjanjian kredit. Pencatatannya dibuat

dengan jurnal: Kas xxx

Pendapatan provisi kredit xxx

Hal ini sesuai dengan yang tercantum pada Pedoman Akunansi Perbankan Indonesia (2001: III.8A.8) yang menyatakan, ”....pihak bank akan membukukannya sebesar jumlah yang ditentukan, sebagai provisi redit dengan mendebitkannya pada kas/rekening simpanan nasabah dan mengkreditkannya sejumlah yang sama pada pendapatan provisi kredit diterima di muka”.

Sistem perhitungan yang dipakai oleh PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan adalah dengan tingkat suku bunga efektif. Dalam menentukan tingkat suku bunga ini, PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan juga memperhatikan tingkat suku bunga simpanan dari Bank Indonesia, yang sampai saat ini adalah 9%. Dalam mengakui pendapatan bunganya, PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan menggunakan dasar akrual. Namun, berdasarkan hasil wawancara penulis, tidak dijelaskan pembagian dasar pengakuan pendapatan bunga terhadap kredit yang performing dan non performing. Sedangkan pada Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001: III.8A.2) dikatakan bahwa, ”Pendapatan bunga diakui secara

akrual kecuali dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang non performing. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang non performing diakui pada saat pendapatan tersebut diterima”. Dampak dari pengakuan pendapatan bunga secara akrual ini akan menyebabkan laba yang terlalu besar.

Pembentukan cadangan penyisihan bagi aktiva produktif pada T. Bank Bumi Putra ini juga sesuai dengan SK BI No. 31/148/KEP/DIR dan didukung pernyataan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:III.8D.2) yaitu:

a. Cadangan Umum, sekurang-kurangnya 1% dari aktiva yang digolongkan lancar.

b. Cadangan Tujuan

Pengolongan Persentase (%)

Dalam Perhatian Khusus 5

Kurang Lancar 15

Diragukan 50

Macet 100

PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan melakukan penghapus bukuan kredit jika kredit tersebut tidak dapat ditagih lagi. Tetapi, walaupun kredit ini telah dihapubukukan, tidak menyebabkan hapusnya hak tagih. Menurut (PAPI, 2001: 11.8D.1), penghapus bukuan terbagi atas dua yaitu penghapusan kredit (hapus buku) dan penghapusan hak tagih, dan yang dilakukan oleh PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan ini adalah penghapusan kredit (hapus kredit). Penghapusan kredit yang dilakukan adalah sebesar sisa kewajiban debitor yang dibebankan pada pos penyisihan, sedangkan terhadap tagihan kontijensi dilakukan jurnal balik. Maksudnya, terhadap jumlah pendapatan bunga dalam penyelesaian yang terdapat

dalam tagihan dilakukan pembalikan untuk menghapusnya dengan menggunakan damai, yaitu dengan melakukan reschedulling, restrukturisasi dan likuidasi jaminan.

2. Sistem Pengawasan Kredit

Menurut (Tjoekam, 1999: 220) mengatakan bahwa, ”pengawasan kredit adalah usaha untuk mengetahi dan menyusun strategi perbaikan secara dini indiksi-indikasi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan, yang kemudian mungkin menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur”. Pengawasan kredit merupakan upaya untuk menjaga dan mengamankan kredit dan merupakan suatu sistem dalam pengelolaan kredit yang dapat berfungsi sebagai penutup kelemahan dalam proses perkreditan.

Pengawasan yang dilakukan oleh PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan salah satunya adalah dengan memisahkan tugas antara bagian yang menerima permohonan kredit dengan bagian yang melakukan administrasi terhadap kredit dan bagian yang membukukan kredit. Penentuan kolektibilitas kredit ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

Setelah dilakukannya penilaian kolektibilitas kredit, naka pihak bank akan menentukan tindakan untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Tindakan penyelesaian yang dilakukan oleh PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan dimulai dengan cara damai, yaitu dengan melakukan reschedulling, restrukturisasi dan likuidasi jaminan. Biasanya PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan melikuidasi

jaminan tersebut dengan cara melakukan lelang yang disaksikan oleh pihak debitur dan juga notaris.

Penentuan kolektibilitas kredit juga dapat digunakan untuk menghitung tingkat NPL (Non Perfoming Loan) kredit bank tersebut. Ini sangat berguna karena berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank tersebut. Hal ini juga berguna untuk melihat kemampuan pengawasan kredit bank dari periode ke periode. Dari data di bawah ini, dapat dilihat tingkat NPL pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Medan pada tahun 2007 sampai 2009:

Tabel 3.2

Daftar Kolekbilitas Kredit Tahun 2007 sampai 2009 Kredit kepada pihak ketiga L DPK KL D M Jumlah 2007 261.929.321 2.691.704 959.855 0 1.414.126 266.995.006 2008 253.443.599 8.823.696 139.158 346.812 3.995.504 266.748.769 2009 204.979.285 8.103.713 558.487 388.111 8.157.937 222.187.533 Sumber: PT Bank BNI Syariah Cabang Medan ( dalam ribuan rupiah rupiah)

Keterangan:

a. L = Lancar

b. DPK = Dalam Pengawasan Khusus c. KL = Kurang Lancar

e. M = Macet Perhitungan tingkat NPL: 1) Tahun 2007 = 100% 006 . 995 . 266 126 . 414 . 1 0 855 . 959 x + + = 0,89% 2) Tahun 2008 = 100% 769 . 748 . 266 504 . 995 . 3 812 . 346 158 . 139 x + + = 1,68% 3) Tahun 2009 = 100% 533 . 187 . 222 937 . 157 . 8 111 . 388 487 . 558 x + + = 4,09%

Dari hasil perhitungan diatas, dapat kita lihat bahwa tingkat NPL dari PT. Bank Bumi Putra pada tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami penurunan dan juga mengalami penurunan pada tahun 2009. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP pada tanggal 31 Mei 2004 dikatakan bahwa suatu bank dikatakan baik, jika tingkat NPL <5%.

Dokumen terkait