• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pebrik baru atau keperluan rehabilitas.

Ciri-ciri kredit investasi adalah :

a. Diperlukan untuk penanaman modal.

b. Mempunyai perencanaan yang terarah.

c. Waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang.

Sehubungan dengan ciri-ciri diatas, maka pada umumnya jumlah uang dalam kredit investasi relatif besar dan jangka panjang relative lama.

Hal ini atau menyangkut resiko pada pihak bank, untuk menghindari atau memperkecil resiko atas pemberikan kredit maka bank harus menetapkan suatu prosedur tertentu dalam pemberian kredit. Kredsit investasi diberikan oleh bank dengan tujuan membantu para investor untuk mendanai pembangunan proyek baru atau perluasan proyek yang sudah ada. Jadi, sebagian besar kredit investasi dipergunakan untuk mendanai pengadaan tanah, gedung, infrasruktur, mesin, peralatan, kendaraan, inventaris kantor, dan modal kerja awal.

Hal tersebut berbeda dengan kredit korporasi jangka pendek, yang sebagian besar penggunaannya untuk mendanai peningkatan kebutuhan perusahaan akan persediaan dan piutang dagang. Karena sasaran utamanya

adalah membantu pendanaan proyek, maka kredit investasi sering kali juga disebut fasilitas pendanaan proyek atau project financing facility.

Kredit investasi merupakan sebagian dari seluruh sumber dana pembangunan dan pengoperasian proyek. Adapun sumber utama dana pembiayaan yang lain datang dari para investor, dalam bentuk penyertaan dana modal sendiri (equity financing) dan pinjaman pemegang saham.

Dalam sebagian besar kasus, kredit investasi merupakan bagian terbesar dari seluruh dana pembangunan proyek. Kredit investasi diberikan dalam jangka menengah atau panjang, berkisar antara lima sampai sepuluh tahun.

Jangka waktu tersebut disesuaikan dengan tujuan penggunaan kredit, yaitu untuk pengadaan harta tetap perusahaan, yang oleh investornya tidak akan diuangkan kembali dalam jangka pendek. Hampir dalam semua kasus, bank memberikan masa tengggang pembayaran kembali kredit.

Jangka waktu masa tenggang tersebut biasanya disesuaikann dengan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan konstruksi proyek dan mengadakan produksi percobaan.Selama masa konstruksi proyek, seringkali bank juga memberikan masa tenggang pembayaran bunga kredit. Pembayaran kembali kredit investasi dilakukan dengan cara mengangsur, dimulai sejak masa tenggang pembayaran angsur berakhir.

Jadwal pembayaran angsuran dapat berbeda-beda, dimulai dari bulanan, kwartalan, enam bulanan, sampai dengan tahunan. Jumlah kredit investasi yang dibutuhkan oleh investor berbeda-beda, sesuai dengan sektor usaha

yang akan dimasuki proyek. Jumlah kredit investasi yang diperlukan untuk membangun proyek industri petrokimia misalnya, biayanya cukup besar.

Jumlah kredit investasi yang diperlukan untuk membangun berbagai macam proyek di sektor industri kerajinan rakyat, biasanya tidak begitu besar. Bisa dimengerti bahwa semakin besar jumlah kredit investasi yang diberikan bank, akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung.

Apalagi mengingat jangka waktu kredit investasinya adalah menengah dan panjang.Namun, bila sebelumnya telah dianalisa secara professional, dan kemudian setelah proyek beroperasi dimonitor dengan baik, kredit investasi dapat menjadi salah satu sumber penghasilan yang menguntungkan bagi bank. Penghasilan (berupa bunga) yang dipetik bank dari usaha mereka membiayai proyek yang sehat tersebut, dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama pula.Sebelum memutuskan untuk meluluskan permintaan kredit investasi, bank akan meneliti tiga hal yaitu faktor intern bank, kredibilitas investor, dan prospek masa depan proyek yang akan dibangun. Kredibilitas investor dan tim manajemen mereka menjadi penting sekali peranannya dalam kasus kredit investasi.

Hal tersebut disebabkan karena bank yang selain bertindak sebagai kreditur, juga sebagai mitra usaha. Bank bekerja sama dalam jangka waktu lama dengan investor dan tim manajemennya, minimal selama jangka waktu kredit. Agar dapat bekerja sama dengan baik, sudah barang tentu bank akan menuntut kredibilitas tinggi dari para investor. Untuk menghindari kekeliruan pengertian kiranya perlu ditegaskan bahwa jangka

waktu suatu kredit dikaitkan dengan perjanjian yang pertama kali dibuat, jadi dihubungkan dengan sekali perjanjian saja.

Perbedaan menurut jangka waktu kredit di Indonesia, disesuaikan dengan pengertian menurut peraturan Bank Indonesia adalah sebagai berikut :

a) Kredi jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu saelama-lamanya satu tahun. Jadi pemakaian itu tidak melebihi satu tahun.

b) Kredit jangka menengah, adalah kredit yang jangka waktunya antara satu s/d tiga tahun.

c) Kredit jangka panjang, adalah kredit jangka waktunya melebihi tiga tahun.

Ragam dan jenis yang banyak dipergunakan di Indonesia adalah kredit jangka pendek yang masa pemakainya tidak melebihi satu tahun.

2. Tujuan Pemeriksaan substansi kredit investasi

Tujuan pemeriksaan substantive kredit investasi adalah sebagai berikut:

a. Untuk menyakini bahwa penilaian dan keputusan kredit telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (termasuk struktur pengendalian intern dan perhitungan risiko kredit yang build-in dalam prosedur).

b. Untuk menyakini bahwa penetapan besarnya limit kredit sudah sesuai dengan kebutuhan dan dalam batas ketentuan yang berlaku.

c. Untuk meyakini bahwa pencairan kredit dilakukan setelah semua persyaratan legal dan persyaratan jaminan dipenuhi oleh nasabah.

d. Untuk meyakini bahwa fasilitas kredit investasi yang diberikan telahdigunakan sesuai peruntukannya dan penarikan atau pemakaian kredit sebanding dengan realisasi investasi yang bersangkutan.

3. Prinsip-prinsip pemberian kredit

Penilaian kredit oleh bank dilakukan untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya. Adapun bentuk penilaian pemberian kredit secara umum dilakukan dengan analisis 5 C sebagai berikut :

a. Caracter merupakan sifat atau watak seseorang yang harus

benar-benar dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur maka dapat dilihat dari latar belakang pekerjaan dan sifat pribadinya seperti gaya hidup yang dianutnya.

b. Capacity merupakan analisis yang menunjukkan untuk mengetahui

kemampuan nasabah dalam membayar kreditnya. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola bidang usahanya.

c. Capital merupakan Analisis yang dilakukan untuk mengetahui

efektivitas penggunaan modal yang dapat dilihat dari laporan keuangannya (neraca dan laporan laba rugi) yang disajikan dengan pengukuran likuiditas, solvabilitas dan rentabilitasnya.Analisis capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal diperoleh sekarang ini, berapa prosentase modal kerja yang digunakan untuk

membiayai proyek yang dijalankan, berapa modal sendiri dan beberapa alokasi modal pinjaman.

d. Condition of economic atau kondisi perekonomian pada umumnya dan

bidang usaha pemohon kredit khususnya. Jika baik dan memiliki prospek yang baik maka permohonannya akan disetujui, Sebaliknya jika jelek, permohonan kredit nya dirtolak.

e. Collateral (agungan) yang diberikan pemohon kredit mutlak harus

dianalisis secara yuridis dan ekonomis apakah layak dan memenuhi persyaratan yang ditentukan bank. Jika jawabannya yam aka kredit dapat diberikan, tetapi jika jawabannya tidak maka kredit tidak dapat diberikan.

4. Prosedur audit di bidang perkreditan

Salah satu tujuan audit bidang perkreditan adalah mengurangi terjadinya kegagalan atau debitur macet yang akan merupakan pukulan berat bagi bank yang bersangkutan. Berbagai sebab kegagalan perkreditan tersebut salain diakibatkan faktor-faktor intern bank itu sendiri. Oleh karena itu dalam melaksanakan auditnya, auditor juga harus memusatkan perhatiannya pada sebab-sebabterjadinya kegagalan atau kemacetan kredit yang mungkin akan menimpa bank yang bersangkutan.

Didalam upaya menekan atau menghindarkan sedari dini kegagalan didalam pemberian kredit, maka hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Kebijaksanaan Perkreditan Bank (KPB) tersebut yaitu:

a. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan

Untuk menghindarkan kegagalan dalam pemberian kredit maka dalam pemberian kredit tersebut setiap bank wajib memiliki pokok-pokok peraturan mengenai tata cara pemberian kredit yang sehat, pokok-pokok pengaturan pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan debitur besar tertentu, kredit yang mengandung risiko yang tinggi serta kredit yang perlu dihindari, untuk memantau kualitas kredit yang diberikan tersebut, bank juga diharuskan melakukan penilaian kolektabilitas kredit sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia.

b. Organisasi dalam manajemen perkreditan

Untuk lebih mendukung pemberian kredit yang sehat dan telah mengandung unsur pengendalian intern mulai tahap awal proses kegiatan perkreditan, maka setiap bank juga wajib memiliki Komite Kebijaksanaan Perkreditan (credit policycommitte) dan komite ini mempunyai tugas membantu direksi bank dalam merumuskan kebijaksanaan, mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan, memantau perkembangan dan kondisi portfolio perkreditan serta memberikan saran-saran langkah perbankan.

c. Kebijaksanaan persetujuan kredit

Persetujuan pemberian kredit merupakan langkah yang kritis dalam proses perkreditan oleh karena itu bank diwajibkan memiliki kebijaksanaan persetujuan kredit yang sekurang-kurangnya mencakup

konsep hubungan total permohonan kredit (Total Credit Relationship Concept), penetapan batas wewenang kredit, tanggungjawab pejabat

pemutus kredit, proses persetujuan kredit, perjanjian kredit dan proses persetujuan pencairan kredit.

d. Dokumentasi dan administrasi kredit

Bank harus menetapkan jenis-jenis dokumen yang diperlukan sesuai dengan jenis kredit yang diberikan, serta harus memastikan keabsahan dan legalitas setiap dokumen kredit yang diterbitkan oleh bank maupun yang diterima dari nasabah. Selanjutnya dokumen kredit tersebut harus disimpan dengan aman dan tertib. Tata cara penggunaan atau pengambilan dokumen kredit dari tempat penyimpanan harus mengandung unsur pengamanan ganda.

e. Pengawasan kredit

Mengingat perkreditan merupakan salah satu kegiatan usaha bank yang mengandung kerawanan yang dapat merugikan bank yang pada gilirannya dapat berakibat pada kepentingan masyarakat penyimpan dana dan pengguna jasa perbankan, maka setiap bank wajib menerapkan dan melaksanakan fungsi pengawasan kredit yang menyeluruh. Setiap bank harus mempunyai struktur pengendalian intern yang memadai dalam perkreditan yang mampu menjamin bahwa dalam pelaksanaan perkreditan dapat dicegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh berbagai pihak yang dapat merugikan bank dan terjadinya praktik pemberian kredit yang tidak sehat.

5. Penerapan audit internal pemberian kredit

Salah satu syarat agar audit internal dapat dilakukan secara efektif dan memadai adalah dengan adanya kualifikasi audit internal. Dalam kualifikasi audit internal ini terdapat dua sikap yang harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu sikap kompeten dan independen. Kompeten disini berarti seorang auditor harus memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang memadai dalam melaksanakan audit dan juga memiliki ketegasan sikap, teliti serta bertanggungjawab atas hasil audit yang dilakukannya. Sedangkan dengan adanya sikap independen, diharapkan seorang auditor dapat memberikan hasil audit yang optimal.Independen berarti seorang auditor harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksanya.

Sebelum melaksanakan tahapan-tahapan audit, maka perlu disusun program terlebih dahulu program audit harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:

a. Merupakan dokumentasi prosedur bagi auditor intern dalam mengumpulkan,menganalisis, menginterprestasi, dan mendokumentasi informasi selama pelaksanaan audit, termasuk catatan untuk audit yang akan datang.

b. Menyatakan tujuan audit

c. Menetapkan luas, tingkat dan metodologi pengujian yang diperlukan guna mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit.

d. Menetapkan jngk wktu audit.

e. Mengidentifikasi aspek-aspek teknis,resiko, proses, dan transaksiyang harus diuji, termasuk pengolahan data elektronik.

6. Hubungan audit internal dengan efektifitas pengendalian internal kredit investasi

Pengendalian internal pemberian kredit memerlukan laporan untuk menganalisis jumlah kredit yang diberikan serta ketepatan jangka waktu pengembaliannya sehingga menguntungkan bagi pihak bank sebagai kreditur.Laporan tersebut juga harus mengungkapkan perkembangan yang tidakdiinginkan atau penyimpangan-penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Fungsi audit internal meliputi penilaian dan pemeriksaan kelayakan dan efektivitas pengendalian internal yang telah ditetapkan, serta penilaian mengenai petugas yang melaksanakan pengendalian internal. Hal tersebut diarahkan untuk menunjang efektivitas pengendalian internal pemberian kredit. Selanjutnya, manasjemen akan mengandalkan hasil audit internal ini sebagai alat analisis yang obyektif atas pengendalian internal yang sedang dijalankan perusahaan.

Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan pada pemberian kredit, maka auditor internal dan manajemen terus menerus mengevaluasi dan menilai pelaksanaan pemberian kredit pada Bank Sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Agar tujuan audit internal tercapai maka kegiatan audit internal yang dijalankan pada dasarnya harus mencakup verifikasi, compliance, dan evaluasi.

Tujuan audit bagi suatu perusahaan tidak hanya sekedar untuk mengamati dan mengecek kegiatan secara fisik saja, tetapi juga untuk melaksanakan suatu fungsi yang sangat berguna dalam melakukan pengecekan secara perioditerhadap catatan-catatan dan untuk menetapkan kebenaran catatan tersebut mengevaluasi pengendalian internal dan mengecek adanya ketaatan pada prosedur yang telah ditetapkan. Audit internal merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu pengendalian disuatu perusahaan. Audit internal membantu manajemen dalam menjalankan pengendalian di perusahaan, sehingga bila ada penyelewengan- penyelewengan dapat dideteksi lebih dini. Dapatlah dipahami bahwa audit internal mempunyai peranan penting didalam mengefektifkan pengendalian internal atas kredit investasi, karena melalui fungsi ini kesepadanan serta keefektifan pengendalian internal selalu dikaji atau dinilai secara kontinyu dan tidak memihak (independent), sehingga pengendalian internal atas kredit investasi dapat dijaga agar tetap memadai dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Dokumen terkait