• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritik

2. Kredit

a. Pengertian kredit

Menurut UU no. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU no. 7 tahun 1992 tentang perbankan disebutkan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir, 2004:92).

Dari pengertian kredit tersebut terdapat tiga unsur, yaitu:

1). Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. 2). Persetujuan atau kesepakatan.

3). Peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah kreditnya. Imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

b. Sasaran pokok pemberian kredit

Kegiatan kredit pada Bank prinsipnya dapat dibagi dalam tiga sasaran pokok yaitu sebagai berikut:

1). Untuk memenuhi kebutuhan kredit oleh masyarakat yang merupakan tugas dari Bank.

2). Untuk menciptakan dan atau memperkuat hubungan nasabah dengan membiayai usaha-usaha yang memenuhi syarat atau kredit. 3). Kegiatan perkreditan merupakan sumber utama dari hasil usaha

bank (Siamat 1993: 204).

c. Pengelompokan kredit

Pengelompokan kredit dapat berdasarkan atas jangka waktu kredit, jangka waktu kredit atau maturity of loan yaitu pembagian kredit berdasarkan jangka jatuh temponya. Jangka waktu kredit dapat dibedakan sebagai berikut:

1). Kredit Jangka Pendek

Kredit jangka pendek atau short-term loan yaitu kredit yang jangka waktu jatuh temponya kurang dari satu tahun, misalnya kredit modal kerja.

2). Kredit Jangka Menengah

Kredit jangka menengah atau intermediate-term loan yaitu kredit jangka menengah yang jangka waktunya melebihi kredit jangka pendek, tapi kurang dari kredit jangka panjang.

3). Kredit Jangka Panjang

Kredit jangka panjang atau Long-term loan adalah kredit yang jangka waktunya melebihi jangka jangka waktu kredit jangka menengah (Siamat 1993: 204-205).

d. Jaminan Kredit

Kredit berdasarkan jaminan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: kredit dengan jaminan (secured loan) dan kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan):

1). Kredit dengan jaminan

Kredit dengan jaminan menurut Siamat yaitu kredit yang diberikan dengan penyerahan barang jaminan oleh nasabah disebut secured loan atau kredit dengan jaminan. Jenis barang jaminan sangat bergantung dengan jenis kredit yang diberikan. (Siamat 1993: 205)

Kredit dengan jaminan menurut Kasmir (1994:101) yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya jaminan kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

Jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon nasabah adalah sebagai berikut:

a) Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti:

(1) Tanah (2) Bangunan (3) Kendaraan bermotor (4) Mesin-mesin/peralatan (5) Barang dagangan (6) Tanaman/kebun/sawah

b) Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-surat yang dijadikan jaminan seperti:

(1) Sertifikat saham (2) Sertifikat obligasi (3) Sertifikat tanah (4) Sertifikat Deposito

(5) Rekening tabungan yang dibekukan (6) Rekening giro yang dibekukan (7) Promes

(9) dan surat tagihan lainnya c) Jaminan orang

Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang diberikan jaminan itulah yang akan menanggung resiko.

2) Kredit tanpa Jaminan

Kredit tanpa Jaminan menurut Siamat (1993: 207) yaitu kredit yang diberikan tanpa penyerahan suatu barang jaminan apapun disebut unsecured loan atau kredit dengan tanpa jaminan. Pemberian kredit tanpa jaminan ini dilakukan spanjang prinsip-prinsip penilaian kredit lainnya menurut analis kredit terpenuhi.

Kredit tanpa jaminan menurut Kasmir (2004:101) merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan character serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

e. Prinsip Pemberian Kredit

Prinsip atau kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. Adapun penjelasan untuk analisis kredit dengan 5C dan adalah sebagai berikut:

1) Character

Character menurut Kasmir (2004: 104) merupakan suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan

diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini dapat tercermin dari latar belakang sinasabah baik yang bersifat latar belakang maupun yang bersifat pribadi

Character atau watak berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan “willingness to pay” atau kemauan untuk membayar kembali nasabah untuk kredit yang dinikmatinya. (Siamat 1994: 212)

Character merupakan sifat calon debitur yang merupakan unsur pertama yang perlu dipelajari dalam analisis kredit. Kelancaran pengembalian kredit sebagian besar sangat dipengaruhi oleh unsur character atau sifat dari calon peminjam. Menurut korbid. KBI Semarang (2003:6)

2) Capacity

Capacity merupakan sarana untuk melihat nasabah dan calon nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan- ketentuan pemerintah. (Kasmir 2004:104-105)

Capacity berkaitan dengan kemampuan nasabah untuk meluansi kewajiban-kewajibannya yang meliputi pokok pinjaman plus bunga. Untuk penilaian kemampuan, bank terutama harus meneliti tentang keahlian debitur dalam bidang usahanya dan atau kemampuan

manajemen debitur (Siamat 1994: 212). Unsur lain untuk menilai capacity nasabah yaitu:

a) Proyeksi arus kas

b) Proyeksi laporan keuangan c) Pusat informasi kredit d) Kemampuan manajemen e) Kemampuan pemasaran f) Kemampuan teknis

g) Kewajiban-kewajiban pada pihak lain

Menurut korbid. KBI Semarang (2003 : 7) capacity merupakan penilaian terhadap kemampuan calon debitur dalam memenuhi kewajibannya. Kemampuan untuk mencari dan mengkombinasikan sumber daya yang terkait dengan bidang usahanya. Penilaian terhadap kapasitas ini memiliki tujuan apakah calon nasabah ini memiliki kemampuan untuk melunasi kredit termasuk membayar bunganya yang pada dasarnya memiliki empat aspek:

(1) Aspek Pembelanjaan Operasi Perusahaan

Dari pembelanjaan operasi perusahaan akan dapat diketahui kebiasaan dan tingkat efisiensi calon debitur dalam pengaturan dana perusahaan yang dimiliki.

(2) Aspek Likuiditas

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam memanajemeni kas perusahaan sehingga bank bisa

meyakini usaha ini dan bisa membayar utang sesuai jadwal yang ditentukan sesuai perjanjian.

(3) Aspek aktivitas

Pemberian kredit memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas usaha secara lebih efisien. Peningkatan aktivitas tanpa dibarengi dengan efisiensi akan mengakibatkan terhamburnya dana yang seterusnya bisa mengurangi kemampuan membayar kredit.

(4) Aspek Profitabilitas

Kredit yang akan diterima calon nasabah apakah mampu meningkatkan volume usaha calon nasabah yang sekaligus meningkatkan laba. Semakin besar laba yang diperoleh akan semakin besar pula peluang untuk membayar angsuran kredit serta bunganya (korbid. KBI semarang 2003: 8).

3) Capital

Capital digunakan untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukutan seperti dari segi likuiditas, solvablitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini (Kasmir 2004:105).

Capital atau modal berkaitan dengan nilai kekayaan yang dimiliki calon nasabah yang biasanya diukur dari modal sendiri atau

networth yaitu total aktiva dikurangi total kewajiban. Penilaian tersebut dapat memberikan gambaran kekayaan bersih peminjam (Siamat 1993: 213).

Capital bertujuan untuk memastikan kemampuan calon debitur menyediakan dana sendiri untuk mendampingi kredit yang akan diberikan oleh bank (korbid. KBI semarang 2003: 8).

4) Collateral

Collateral merupakan jaminan yang akan diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. (Kasmir 2004:105)

Sementara itu menurut Siamat (1993: 213-214) collateral adalah setiap aktiva atau barang-barang yang diserahkan peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diperoleh dari bank. Menurut pasal 8 UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan disebutkan bahwa “dalam pemberian kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutang- hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”

Collateral merupakan suatu jaminan kredit yang dapat menambah tingkat keyakinan bank bahwa calon debitur dengan usaha

yang dimilikinya akan mampu melunasi kredit (korbid. KBI Semarang 2003: 10).

5) Condition

Kasmir (2004: 105) dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor usaha yang ia jalankan.

Siamat (1993:215) conditions berkaitan dengan keadaan perekonomian, secara umum dimana perusahaan tersebut beroperasi. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi kegiatan dan prospek usaha peminjam.

Condition of Ekonomi menurut korbid KBI (2003:10) merupakan kondisi yang dipersyaratkan adalah kegiatan usaha calon debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi baik dalam maupun luar negeri.

Kemudian penilaian kredit menurut Kasmir dengan metode analis 7P adalah sebagai berikut:

1) Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2) Party

Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta

karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan kedalam golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas yang berbeda dari bank.

3) Purpose

Purpose yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4) Prospect

Prospect yaitu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek atau tidak.

5) Payment

Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.

6) Profitability

Profitability untuk menganalisis bagaimana dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7) Protection

Tujuan protection adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi (Kasmir 2004: 106- 107).

Kemudian menurut korbid KBI adanya analisis 5P adalah sebagai berikut:

1) People

People merupakan penilaian terhadap calon debitur termasuk orang atau lembaga yang mendukung kegiatan usahanya seperti mitra usaha, penyandang dana, pemasok juga pelanggan yang dianggap penting.

2) Pupose

Purpose merupakan penilaian terhadap tujuan permohonan kredit calon debitur yang diajukan kepada bank agar penggunaan kredit tersebut terarah, aman, produktif, membawa manfaat bagi debitur, masyarakat, bank, serta bagi pengembangan daerah.

3) Payment

Payment merupakan penilaian terhadap sumber-sumber dana primer maupun sekunder untuk mengetahui proporsi pelunasan kredit sebagai bahan penetapan kebijakan baik oleh debitur maupun bank. 4) Protection

Protection sebagai antisipasi terjadinya one prestation atau kegagalan dalam pelunasan kredit perlu adanya penilaian agunan yang mungkin bisa dikuasai dengan pengikatan yuridis sesuai ketentuan yang berlaku.

5) Perspective

Perspective seperti condition dalam prinsip 5C, yang dimaksud dengan perspective adalah penilaian terhadap kemampuan usaha dalam mengikuti kondisi perekonomian termasuk keuangan dan fiskal pada masa depan (korbid KBI Semarang 2003:11-12).

f. Aspek Penilaian Kredit

Beberapa aspek yang perlu dilakukan penilaian atau dianalisis secara tepat dan akurat menurut Siamat:

1) Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran produk perlu diketahui bank mengenai kemungkinan pangsa pasar yang dapat diperoleh atau direbut oleh produk tersebut terutama oleh produk-produk baru.

2) Aspek Manajemen

Penilaian aspek manajemen perusahaan dimaksudkan untuk melakukan penilaian mengenai kemampuan dan kecakapan manajemen perusahaan.

3) Aspek Teknis

Tujuan penilaian aspek teknis ini antara lain adalah untuk mengetahui kemampuan dan kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya. Penilaian aspek ini meliputi:

a) Tersedianya tenaga yang terlatih b) Alat-alat produksi

c) Proses produksi meliputi rencana dan supervisi serta terjaminnya bahan baku secara kontinyu

d) Letak lokasi proyek. 4) Aspek Keuangan

Penilaian aspek keuangan meliputi analisis laporan keuangan meliputi arus kas, rasio-rasio keuangan dan modal kerja perusahaan. 5) Aspek Hukum

Analisis aspek hukum pada prinsipnya untuk menilai pemenuhan ketentuan-ketentuan legalitas oleh perusahaan antara lain kelengkapan dokumen perusahaan yaitu anggaran dasar atau akte pendirian yang telah disahkan, legalitas izin usaha, legalitas barang-barang jaminan dan sebagainya.

6) Aspek Sosial dan Ekonomi

Aspek ini berkaitan dengan dampak lingkungan tempat proyek tersebut berlokasi meliputi reaksi masyarakat setempat atas proyek yang dibiayai dan kemungkinan kesempatan kerja (prinsip constraints) (Siamat, 1993: 217-218).

Kemudian aspek-aspek penilaian kredit menurut Kasmir (2004:109-110):

1) Aspek Yuridis

Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit.

Kemudian meneliti keabsahan perusahaan seperti: Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

2) Aspek Pemasaran

Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang. 3) Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usaha dan bagaimana penggunaan dana tersebut. 4) Aspek Teknis/operasi

Aspek ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, dll. 5) Aspek Manajemen

Dalam aspek ini dinilai sumberdaya manusia yang ada dalam perusahaan. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.

6) Aspek sosial Ekonomi

Menganalisis dampak terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti:

a) Meningkatkan ekspor barang b) Mengurangi pengangguran. Dll. 7) Aspek Amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika proyek usaha tersebut dijalankan (Kasmir, 2004:109-110).

g. Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Kemungkinan kredit macet selalu ada, hal ini disebabkan oleh dua unsur yaitu:

1) Dari pihak perbankan

Dari pihak perbankan artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang akan terjadi tidak terprediksi sebelumnya.

2) Dari pihak nasabah

Dari pihak nadsabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu:

a) Adanya unsur kesengajaan b) Adanya unsur tidak sengaja

Penyelamatan terhadap kredit macet dapat dilakukan dengan cara: 1) Rescheduling

a) Memperpanjang jangka waktu kredit b) Memperpanjang jangka waktu angsuran 2) Reconditioning

a) Kapitalisasi bunga, yaitu bunga yang dijadikan hutang pokok b) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu

c) Penurunan suku bunga d) Pembebasan bunga

3) Restructuring

a) Dengan menambah jumlah kredit b) Dengan menambah equity

4) Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas. 5) Penyitaan Jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya (Kasmir, 2004: 116).

Sedangkan menurut Siamat (1999, 222) penyelamatan kredit macet dapat dilakukan dengan cara:

1) Rescheduling (penjadwalan ulang)

Rescheduling (penjadwalan ulang) yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit.

2) Recoditioning (persyaratan ulang)

Reconditioning (persyaratan ulang) yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya.

3) Restructuring (penataan ulang)

Restructuring (penataan ulang) yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut:

a) Penambahan dana bank atau

b) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau

c) Konversi seluruh atau sebagian kredit dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan.

4) Liquidation (likuidasi)

Liquidation (likuidasi) yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan hutang (Siamat, 1993:222).

Dokumen terkait