• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

G. KRITERIA EVALUASI 1.Evaluasi struktur

a. Tersedianya pre planning b. Tersedianya perlengkapan c. Kontrak waktu dengan peserta 2. Evaluasi proses

a. Peserta memperhatikan kegiatan b. Peserta mengajukan pertanyaan c. Peserta antusias saat penyuluhan 3. Evaluasi hasil

No Materi

2 Peserta mampu menyebutkan minimal 3 dari 4 penyebab asma 3 Peserta mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda dan pencegahan asma

LAMPIRAN MATERI A. Pengertian

Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas yang ditandai serangan berulang berupa sesak nafas dan mengi, keadaan tersebut berfariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Gejala asma berulang sering menyebabkan gangguan sulit tidur ,rasa lelah keesokan harinya, tingkat aktivitas berkurang, prestasi sekolah dan absensi kerja buruk (Ftriani et al,2011 ).

B. Penyebab ( Etiologi )

Asma terkait pencetus adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fenotip asma pada suatu keluarga, yang timbulnya asma disebabkan oleh suatu pencetus atau zat iritan. Terminologi ini mencangkup asma alergik, asma okupasional, asma akibat aspirin, asma terkait kehamilan/menstruasi dan asma akibat aktivitas fisik. (Margaret Varnell Clark. 2013)

1)Faktor Predisposisi a. Keturunan

Dalam setiap penyakit, terutama jenis penyakit kronis tidak menular biasanya faktor keturunan atau genetik memiliki andil untuk menyebabkan suatu penyakit, termasuk asma. tetapi besarnya andil untuk menjadi penyebab asma tentunya berbeda-beda antara orang satu dengan orang yang lain, tergantung besarnya kekuatan genetik yang diturunkan dari generasi sebelumnya. Jadi jika orang tua kakek nenek Anda mempunyai riwayat penyakit asma, maka Anda mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita asma dari pada orang yang tidak ada riwayat penyakit asma sama sekali di keluarganya. Faktor genetik ini biasanya berpengaruh terhadap reaksi autoimun tubuh, dimana pada penderita asma memiliki saluran pernafasan yang sangat sensitif terhadap lingkungan atau paparan zat-zat tertentu.

2)Faktor presipitasi a. Alergik

Asma alergik mungkin merupakan tipe asma yang paling sering dijumpai. Tipe asma ini dapat muncul pada semua usia, meskipun biasanya muncul pada masa awal kanak-kanak. Adanya riwayat keluarga asma dan pajanan dini terhadap alergen dianggap sebagai etiologi asma yang paling sering. Pada intinya, asma alergik didefinisikan sebagai munculnya gejala asma akibat paparan terhadap alergen yang bersifat iritan. Asma alergik biasanya disebabkan oleh inflamasi jalan nafas, meskipun definisi pasti yang menyebabkan asma alergik belum diketahui dengan pasti. Beberapa orang menyebutkan bahwa pada asma alergik harus dijumpai adanya IgE spesifik baik melalui uji cukit kulit yang positif atau uji

radiollergosorbent dan terdapat riwayat gejala alergi setelah terpapar dengan suatu pencetus.

a) Reaksi alergen pada subtansi tertentu (bulu binatang, debu,dll)

Pencetus alergenadalah setiap subtansi yang dapat mencetuskan reaksi atopi (diantarai IgE) di dalam tubuh. Alergen yang paling sering adalah jamur (mold), protein hewan (dari kulit atau saliva), tungau debu rumah,partikel kecoa dan serbuk bunga.

b) Populasi Udara

Lingkungan yang tercemar atau polusi udara juga dapat menjadi penyebab asma. Polusi udara dapat berupa asap yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, asap pabrik, asap pembakaran sampah, atau kebakaran hutan, serta banyaknya debu yang berterbangan. Polusi udara ini dapat mengkontaminasi ketika anda keluar rumah maupun di dalam rumah. Rumah atau kamar yang jarang dibersihkan dapat menghasilkan polusi berupa debu yang mudah sekali untuk memicu timbulnya asma. Polusi udara ini bersifat iritan sehingga jika dihirup maka saluran pernafasan akan menjadi sensitif dan menyempit sehingga beresiko menyebabkan asma.

c) Aktifitas fisik

Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling

mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas tersebut. C. Patofisiologi

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara. D. Klasifikasi

Klasifikasi asma dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala yang muncul, derajat penyempitan saluran napas dan variabilitas fungsi paru. Berdasarkan kategori-kategori ini, asma dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori yaitu intermiten, persisten ringan,persisten sedang atau persisten berat. Amerika Serikat mengeluarkan pedoman terapi mengenai rekomendasi spesifik berdasarkan kelompok usia untuk setiap klasifikasi derajat keparahan ini. Kelompok usia tersebut adalah 0-4 tahun: anak usia 5-10 tahun; dan remaja usia ≥12 tahun serta dewasa. Pada bab berikutnya akan dibahas rekomendasi spesifik pada setiap kelompok usia secara lebih lengkap.

parsial dan tidak terkontrol. Mereka mengutamakan bahwa tujuan terapi harus tercapai dan menjadi control asma dalam jangka waktu yang lebih lama. (Margaret Varnell Clark. 2013)

E. Tanda dan Gejala

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau dileher. Batuk kering dimalam hari atau ketika melakukan olahraga juga bisa merupakan gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat sehingga timbul rasa cemas. Sebagai eaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara. Kebingungan,

letari (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tertidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali), dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Kadang, beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di Sekitar sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita. Secara spesifik, gejala asma adalah sebagai berikut : 1)Napas berbunyi “ngik-ngik”

2)Batuk-batuk

3)Dahak yang bertambah banyak atau berbau dan warna kuning pada terjadinya serangan dan kuning saat terjadi infeksi.

4)Sesak dada

5)Susah berbicara dan berkonsentrasi 6)Pundak membungkuk

7)Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari mulut. (Sunarti, Septi Shinta, 2011).

Secara umum tanda dan gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngikngik (mengi) dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.

Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang

menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut. Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: Asma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergi terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti: tepung, debu, bulu binatang, susu, telur, ikan, obat-obatan, serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asma intrinsik (non atopi) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti: Udara dingin, zat kimia yang bersifat sebagai iritan seperti: ozon, eter, dan nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. (Nurafiatin A, et all).

F. Manisfestasi Klinik

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

G. Pentalaksanaan

1)Penatalaksanaan medis

a) Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel) b)Metilxantiin

c) Kortikosteroid

d)Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven) (Muttaqin, 2008) 2)Pentalaksanaan keperawatan

a) Kaji status respirasi pasien dengan memonitor keparahan gejala, suara nafas, peak flow, oksimetri nadi dan tanda-tanda vital.

b)Kaji riwayat alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi. c) Identifikasi medikasi yang diberikan pasien.

d)Berikan medikasi sesuai dengan yang diresepkan dan memonitor respons pasien terhadap medikasi tersebut mungkin mencakup pasien jika pasien lebih dahulu mengalami infeksi pernafasan.

e) Berikan terapi cairan jika mengalami dehidrasi.

ASMA

Disusun oleh

Dokumen terkait