i
PENERAPAN SENAM ASMA UNTUK MENGATASI MASALAH OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA
Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Disusun oleh Ayu Juniarti
A01401863
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
v
MOTTO
”Kegagalan bukan akhir dari segalanya,
kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda”
“Pengalaman dan kegagalan akan membuat orang lebih bijak”
“Selama ada keyakinan, semua akan menjadi mungkin”
“Kekasih yang setia adalah kasih yang selalu menutup pintu
buat cintanya orang lain”
“Berangkat dengan
penuh keyakinan, berjalan dengan penuh
keikhlasan, istikomah dalam menghadapi cobaan.
YAKIN,IKHLAS,ISTIKOMAH
”
“Janga
nlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain. Siapa
yang cari kesalahan orang lain, Allah akan
mencari-cari kesalahannya, dan siapa yang menmencari-cari-mencari-cari kesalahannya,
vi Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017
Ayu Juniarti 1), Bambang Utoyo 2)
ABSTRAK
PENERAPAN SENAM ASMA UNTUK MENGATASI MASALAH OKSIGENASI PADA PASIEN ASMA
Latar Belakang: Data Word Health Organization tahun 2011(WHO) menunjukan 300 juta orang di dunia terdiagnosa asma dan diperkirakan akan meningkat menjadi 400 juta orang di tahun 2025. Asma yang tidak terkontrol akan menyebabkan penyakit tersebut semakin berat. Senam asma sesuai dengan namanya merupakan terapi terhadap penyakit asma. Jika dilakukan secara rutin, ini akan meningkatkan kekuatan otot-otot pernafasan, kapasitas, dan efeisiensi dalam proses respirasi.
Tujuan Penulisan: Melakukan penerapan senam asma untuk mengatasi masalah oksigenasi pada pasien asma.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (Case Study).
Partisipannya adalah 2 orang klien asma. Instrumen dalam studi kasus ini berupa (standar operasional prosedur) SOP senam asma dan lembar observasi masalah oksigenasi.
Hasil: Setelah menerapkan senam asma hasil spirometri tidak ada perubahan nialai,terjadi penurunan nilai RR, dan suara nafas ngik ngik/wheezing berkurang. Tindakan: Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah oksigenasi pada pasien asma, penulis melakukan tindakan senam asma.
Evaluasi: Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan adanya sekret teratasi sebagian. Penerapan senam ASMA efektif mengatasi masalah oksigenasi pada pasien ASMA.
Kata Kunci: oksigenasi, pasien asma, senam asma
vii
D III PROGRAM OF NURSING DEPARTMENT
MUHAMMADIYAH HEALTH SCIENCE INSTITUTE OF GOMBONG Scientific Paper, July 2017
Ayu Juniarti 1), Bambang Utoyo 2)
ABSTRACT
THE APPLICATION OF ASTHMA GYMNASTICS TO OVERCOME OXYGENATION PROBLEM ON ASTHMA PATIENT
Background: The data of World Health Organization (WHO) in 2011 shows that based on the diagnosis there are 300 million people in the world suffer from asthma and estimated to increase to be 400 million by 2025. Uncontrolled asthma may cause it severe. Asthma gymnastics as the name suggests is a therapy for asthma. Regular asthma gymnastics can increase the strength of respiratory muscles, capacity and efficiency in the respiration process.
Objective: To apply the asthma gymnastics to overcome the oxygenation problem of asthma patient.
Method: This study is an analytical descriptive with case study approach. The participants were 2 clients with asthma. The instruments were Procedural Operation Standard of asthma gymnastics and oxygenation observation sheet. Result: After applying asthma gymnastics, there was no value change of
spirometry, there was a decrease in respiratory value and in wheezing.
Intervention: Applying asthma gymnastics to overcome oxygenation problems of asthma patient.
Evaluation: The ineffectiveness of airway clearance associated with secretion was partially resolved. The application of asthma gymnastics is effective to overcome the oxygenation problem of asthma clients.
Keywords: Oxygenation, asthma client, asthma gymnastics 1. Student
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Penerapan Senam Asma Untuk Mengatasi Masalah Oksigenasi Pada Pasien Asma”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga tercinta, bapak Kosod dan ibu Sri Sumariyah tersayang, kakak Daning Ambar Sari serta adek Bagus Tri Atmoko tersayang yang telah memberikan doa serta dukungan dalam menyusun proposal karya tulis ilmiah ini.
2. Herniyatun, S. Kp., M.Kep Sp., Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.
3. Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong
4. Bambang Utoyo, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Ibu Diyah Astutiningrum, M. Kep selaku pembimbing akademik
6. Seseorang yang selalu dihati penulis (A.A), yang senantiasa selalu memberikan semangat dan senantiasa menemani penulis dalam menyelesaiakn laporan ini.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
8. Rekan-rekan seperjuangan Kelas A Program Studi DIII Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong yang senantiasa selalu memberikan semangat satu sama lain dalammenyusun proposal karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari. Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin.
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMANORISINALITAS ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
x
1 gangguan sulit tidur, rasa lelah keesokan harinya, tingkat aktivitas berkurang, prestasi sekolah dan absensi kerja buruk.
Menurut (Karinna Haq & Rosma 2008) serangan asma umumnya timbul karena adanya paparan terhadap faktor pencetus, gagalnya upaya pencehan, atau gagalnya tata laksana asma jangka panjang. Penderita ini mengalami gejala berupa batuk, sesak nafas, wheezing, rasa dada tertekan yang timbul dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa. Rengganis (2008) mengatakan ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah wheezing. Ciri-ciri utama fisiologis asma adalah episode obstruksi saluran nafas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada ekspirasi, sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan adalah inflamasi saluran nafas yang kadang disertai dengan perubahan struktur saluran nafas.
2
dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasma otot polos bronkiolus, sehingga menyebakan inflamasi saluran nafas. Pada alergi fase cepat, obstruksi saluran nafas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah paparan allergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam paparan allergen dan bertahan selam 16-24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Pada pasien ini kekambuhan yang terjadi adalah sering batuk, pilek, dan sesak nafas sejak usia 4 bulan. keluhan ini timbul jika di dalam rumah ada yang menderita batuk dan pilek tanpa demam dan pasien tampak sesak dengan bunyi nafas wheezing. Pada keadaan seperti ini menyebabkan diagnosis pada penyakit asma dan terjadi kekambuhan yang berulang-ulang pada tingkatan waktu, dampaknya pasien mengalami kesulitan dalam bernafas, dan lelah bila ingin berbicara atau posisi yang tidak nyaman.
Data repost Word Healt Organitation tahun 2011 (WHO) menunjukan 300 juta orang di dunia terdiagnosa asma dan diperkirakan akan meningkat menjadi 400 juta orang di tahun 2025. Serta kematian asma mencapai 250.000 orang per tahun. Di Amerika Serikat prevalensi asma mencapai 8,4% pada tahun 2009 dan terus meningkat hingga mencapai 17,8% pada tahun 2011. Di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat sari 5,4% pada tahun 2003 menjadi 5,7% di tahun 2013 (dari total penyakit tidak menular) dan pasien di Indonesia usia terbanyak berumur < 40 tahun. (RIKESDAS,2013). Penderita asma di Kabupaten Kebumen berjumlah 2085 kasus (Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen, 2015)
3
Ikawati (2008) mengatakan Obat-obat asma yang digunakan antara lain bronkodilator (simpatomimetika: salbutamol, metilsantin: teofilin, antikolinergik: apratropium bromide), kortikosteroid (prednisolon, budesonida,dll) dan obat-obatan lain seperti ekspektoran (guaifenesin), mukolitik (bromheksin), antihistamin (ketotifen), dan antileukotrien (zafirlukast). Sedangkan terapi non-farmakologi meliputi 2 komponen utama yaitu edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma dan control terhadap faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan antara lain debu, polusi, merokok, olahraga, perubahan temperature secara ekstrim, dll. Termasuk penyakit-penyakit yang sering mempengaruhi kejadia asma seperti rhinitis, sinusitis, gastro esophageal refluks disease (GERD), dan infeksi virus.
Menurut Oemeti (2010) pasien asma harus dapat mengontrol penyakitnya. Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan gejala bertambah berat, sehingga penderita memerlukan bantuan medis atau harus di bawa ke unit gawat darurat di rumah sakit. Meski jarang dilaporkan asma dapat menyebabkan kematian. Penelitian di Asia Pasifik bahwa pasien asma yang menganggap penyakit terkontrol, ternyata yang terkontrol penuh sebanyak 5% dan yang terkontrol sebagian 35%, hanya 105 yang menggunakan inhalasi steroid untuk mengontrol asmanya sedangkan yang menggunakan bronkodilator sebanyak 68%. Prevalensi penyakit asma di Indonesia pada provinsi Jawa Timur dilaporkan sebanyak 4265 penderita yang didapat dari dinas kesehatan Jawa Timur 2007.
Aris Pribadi (2011) mengatakan pada penyakit ini sering terjadi secara episodic cenderung pada malam hari atau dini hari, musiman atau pada saat setelah aktifitas fisik. Asma menurut cirri-ciri klinis, fisiologis, dan patologis adalah yang dominan dengan riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang disertai batuk dengan pemeriksaan fisik adanya tanda yang sering ditemukan yaitu wheezing.
4
Beberapa Negara melaporkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita asma. Hal ini antara lain disebabkan karena kurang tepatnya penatalaksanaan atau kepatuhan penderita. Bertambahnya pengetahuan dalam pathogenesis asma mempunyai dampak positif terhadap penatalaksanaan asma. Ketika asma dianggap hanya sebagai suatu penyakit alergi, anti histamine dan kortikosteroid merupakan obat yang selalu digunakan dalam penatalaksanaan asma.
Senam yang teratur akan mengurangi penumpukan asam laktat dalam darah sebagai efek metabolisme anaerob dan mengurangi kebutuhan ventilasi selama senam. Dengan senam pun dapat mengurangi gejala dypsnoe dan kelelahan selama senam. Kerja dari otot-otot pernapasan dibutuhkan untuk proses ventilasi. Pada saat inspirasi diafragma dan otot interkostal eksternal berkontraksi sehingga akan terjadi pembesaran rongga dada, tekanan alveolar menjadi lebih kecil dari tekanan atmosfer, sehingga udara mengalir ke paru-paru. Otot-otot asesoris inspirasipun yaitu otot otot scalenus dan sternocleidomastoid membantu proses inspirasi. Sedangkan proses ekspirasi terjadi akibat otot-otot pernapasan mengalami relaksasi sehingga rongga dada mengecil dan mengakibatkan tekanan alveolar lebih besar dari tekanan atmosfer dan udarapun bergerak ke luar paru-paru (Black and Hawks, 2007). Weiner, P et al, (2013) menyatakan pasien dengan asma akan mengalami kelemahan pada otot-otot pernapasan, hal ini disebabkan karena sering terjadi dypsnoe dan adanya pembatasan aktivitas. Melatih otot pernapasan dapat meningkatkan fungsi otot respirasi, mengurangi beratnya gangguan pernapasan, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan menurunkan gejala dypsnoe.
5
penyandang asma. Penelitian yang dilakukan oleh Anwar, J. et al. (2008), yang dikutip oleh Sehat tentang pengaruh senam asma terhadap penyandang asma, dimana dengan senam asma yang dilakukan selam dua bulan didapatkan terjadi penurunan serangan asma, mudah batuk dan ekspetorasi, mudah mengatasi serangan asma, asma lebih cepat terkontrol, aktifitas fisik normal atau mendekati normal, dan kualitas hidup lebih baik, dari hasil penelitian-penelitian tersebut terdapat penjelasan bahwa factor-faktor penyebab penurunan kualitas hidup dapat ditekan melalui senam asma. Manfaat dari senam asma ini antara lain melatih cara bernafas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernafasan, melatih ekspetorasi yang efektif meningkatkan VO2 maks, pengurangan pemakaian obat, pengurangan frekuensi serangan, serta peningkatan kualitas hidup.
Presetyo (2010) mengatakan Senam asma sesuai dengan namanya merupakan terapi terhadap penyakit asma. Senam ini pertama kali dikembangkan di daratan Amerika. Dalam gerakan menggabungkan berbagai gerakan senam pernafasan dari seluruh belahan dunia. Senam ini mempunyai gerakan yang variatif dan berkembang sesuai dengan daerahnya. Di Indonesia sendiri senam asma belum begitu populer. Senam ini berkembang mempunyai tujuan-tujuan untuk menyembuhkan asma dengan car a terapi fisik yang berkelanjutan. Program terapi latihan atau fisioterapi yang umumnya dilakukan dengan gerakan senam asma ini adalah latihan pernafasan. Latihan pernafasan (breathing exercise) berbeda dengan gymnastik respirasi, meskipun didalamnya juga terdapat latihan-latihan yang bertujuan memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma.
6
Senam Asma adalah satu cara untuk melatih teknik bernafas yang efektif pada pasien asma, juga merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma yang dikonsumsi, namun juga oleh faktor gizi dan olahraga. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk melakukan penerapan senam asma untuk mengatasi masalah oksigenasi pada pasien asma.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan senam asma untuk mengatasi masalah oksigenasi pada pasien asma ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan penerapan senam asma untuk mengatasi masalah oksigenasi pada pasien asma.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah oksigenasi pada pasien asma. b. Mengetahui penerapan senam asma pada pasien asma
D. Manfaat 1. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat senam asma pada penderita asma.
2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar dan mengajar asuhan keperawatan tentang penerapan senam asma pada penderita asma. 3. Pendidikan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Aaron, Chandra, Conley and Kern. (2010). Epidemiology of Nasal Polyps in Nasal Polyposis. T.M.Onerci & B.J. Ferguson (eds), Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Black, J.M., and Hawks, J.H. (2007). Medical Surgical Nursing Clinical Mnagement for Positive Outcomes. elseveir Saunders.
Brunner and Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta EGC
Clark, M.V. (2013). Asma: Panduan Penatalaksanaan Klinis. Penerjemah :Aryana D. Jakarta: EGC.
Erlina, D. (2008). Hubungan Senam Asma dengan Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Penderita Asma. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fitriani, F., Yunus, F., Rasmin, M. (2011). Prevalence of Asthma In a Group of 13-14 Years Old Students Using The ISAAC Written Questionnaire and Bronchial Provocation Test in South Jakarta. Jurnal Respirologi Indonesia. 31:2. Guyton, A.C., John, E.H. (2009). Pernapasan, Ventilasi Paru. Dalam: Luqman YR,
Huriawati H, Andita N, Nanda W, penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC
Henneberger, P.K. et al. (2011). The incidence of respiratory symptoms and diseases among pulp mill workers with peak exposures to ozone and other irritant gases. Chest 2011.
Herdman, T.H. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi&Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Ikawati, Z. (2008). Farmakoterapy Penyakit Sistem Pernapasam. Yogyakarta: Pustaka Adipura.
Rengganis, I. (2008). Diagnosa dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran. Volume 58.
Jennifer, M.G. and Jones, G.R. (2009). Understanding and Managing Organizational Behavior. 4th Edition. New Jersey: Pearson Prantice Hall.
Karinna, R.H. (2008). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Serangan Asma Pada Penderita Asma Bronkhial Di BP4 Semarang. Staf Pengajar Program Studi D-III Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Kozier, B., and Erb, G. (2008). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier dan Erb, edisi kelima. Jakarta : EGC
Larson, J.L., Covey, K., Margareth., Corbridge., and Susan. (2012). Inspiratory Muscle Strenght In Cronic Obstruktive Pulmonary Deseases. USA: University of Maryland School of Nursing.
Maramis, W.F., and Maramis, A.A. (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga.
Matondang, C.S. (2013). Diagnosis Fisik Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Mogar, S.P. (2008). Self-Management Mahasiswa Penderita Asma Yang Tinggal Di Kost. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Muchid, A. (2007). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nurafiatin, A. (2007). Asma. Jakarta: Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas
Indonusa Esa Unggul.
Weiner, P. et al. (2013). Comparison of specific expiratory inspiratory and combiner muscle training program in COPD.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2009). Asma: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Potter, P.A. and Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk.
Jakarta: EGC.
Prasetyo, B. (2010). Seputar Masalah Asma. Jogjakarta: Penerbit Diva Press.
Pribadi, A. (2011). Serangan Asma Berat Pada Asma Episodik Sering. Jakarta: PPDS Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
Rengganis, I. (2008). Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkial. Majalah Kedokteran Indonesia vol 58 no 11 nov
JUDUL SOP :
SENAM ASMA
1. PENGERTIAN Merupakan salah satu upaya untuk pengobatan dan pencegahan asma bagi penderita asma
2. TUJUAN 1. Melatih cara bernapas yang benar
2. Melenturkan dan memperkuat otot pernapasan 3. Melatih ekspektorasi yang efektif
4. Meningkatkan sirkulasi
5. Mempercepat asma yang terkontrol 6. Mempertahankan asma yang terkontrol 7. Kualitas hidup lebih baik
3. INDIKASI 1. Pasien Asma namun namun tidak dalam keadaan serangan asma
2. Tidak dalam serangan jantung
3. Tidak dalam stamina menurun (flu, kurang tidur, baru sembuh)
4. KONTRAINDIKASI 1. Pasien dalam keadaan serangan asma 2. Pasien dalam keadaan serangan jantung 3. Pasien dalam keadaan stamina yang menurun
(flu, kurang tidur, baru sembuh)
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Identifikasi klien dengan memeriksa identitas, riwayat kesehatan, penyakit dan keluhan klien secara cermat.
klien secara cermat.
3. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
1. Jelaskan pada klien lansia bahwa tindakan akan segera dilakukan 2. Atur posisi klien lansia senyaman mungkin
3. Periksa alat dan bahan yang akan digunakan 4. Putar pemutar musik/laptop yang akan digunakan
5. Minta klien untuk mengikuti gerakan yang dilakukan perawat a. Gerakan pertama
Ayunkan kedua lengan ke depan setinggi bahu (2 x 8 hitungan) b. gerakan kedua
ayunkan kedua lengan kesamping lebih tinggi dari bahu (2 x 8 hitungan )
c. Gerakan ketiga
Ayunkan kedua tangan ketas kemudian ayunkan kembali kebelakang (2 x 8 hitungan)
d. Gerakan keempat
Langkahkan kaki kanan kedepan sedangkan tangankiri kedepan, kemudian kembali ke posisi semula (ulangi dengan berlawanan kaki dan tangan (2 x 8 hitungan)
e. Gerakan kelima
f. Gerakan keenam
Pertemukan kedua telapak tangan kedepan, kemudian buka perlahan kea rah samping sejajar bahu, lalu setukan kembali kedua telapak tangan dengan posisi ke bawah (2 x 8 hitungan )
g. Gerakan ketujuh diletakkan ke pinggang 2x (2 x 8 hitungan )
i. Gerakan kesembilan
Bungkukkan badan 2x dan tegakkan badan sambil menyondongkan pinggang kedepan dengan posisi tangan di pinggang 2x (2 x 8 hitungan )
j. Gerakan kesepuluh
Lakukan gerakan seperti gerakan keempat (2 x 8 hitungan) k. Gerakan kesebelas
Ulurkan kedua tangan kearah atas samping kanan 2x, kemudian samping kiri 2x dengan posisi kaki sejajar bahu. Setelah itu ulangi gerakan dengan posisi kaki yang di tarik kesalah satu sisi tubuh (2 x 8 hitungan)
l. Gerakan keduabelas
Ulurkan kedua tangan kearah depan 2x, kemudian samping kiri 2x dengan posisi kaki lurus dengan diangkat salah satu kaki. Setelah itu ulangi gerakan dengan posisi kaki yang di tarik kesalah satu sisi tubuh (2 x 8 hitungan)
m. Gerakan ke tigabelas
n. Gerakan ke empatbelas
Lakukan gerakan melompat keatas dengan posisi kedua tangan diarahkan keatas sambil menarik nafas dalam, kemudian mendarat dengan posisi kaki kanan berada di depan (2 x 8 hitungan)
6. Setelah selesai beritahu bahwa tindakan telah dilakukan 7. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
8. Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya 9. Berikan reinforcement positif pada klien 10.Buat kontrak pertemuan selanjutnya 11.Akhiri kegiatan dengan baik
8. HASIL :
a. Perhatikan wajah klien setelah melakukan senam asma. Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh, respon klien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana.
b. Senam asma sebaiknya dilakukan rutin 3-4 kali seminggu ± 30 menit. Senam asma akan memberikan hasil bila dilakukan selama 6-8 minggu. 9. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP ) ASMA
AYU JUNIARTI A01401863
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP ) ASMA
Pokok bahasan : Keperawatan penyakit dalam Sub pokok bahasan : Asma
Sasaran : Pasien dengan asma beserta keluarga
Target : Ny.p dan Tn. S dengan asma beserta keluarga Hari/tanggal : Sabtu, 8 Juli 2017
Waktu : 20 menit
Tempat : Rumah pasien
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan lebih tentang penyakit asma dan memberi penyuluhan pencegahan , keterampilan pasien dalam mengatasi penyakit asma.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan pengetahuan lebih kepada pasien tentang penyakit asma yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dan cara mengatasi.
b. Memberikan penyuluhan pencegahan, keterampilan pasien dalam mengatasi penyakit asma supaya pasien dapat mengatasinya agar tidak menjadi lebih parah.
B. METODE PELAKSANAAN
Ceramah dan tanya jawab. C. SASARAN DAN TARGET
Sasaran : Pasien dengan asma
Target : Ny.P dan Tn.S beserta keluarganya D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tgl : Sabtu, 8 Juli 2017 Pukul : 11.00 WIB Tempat :Minhos
F. SUSUNAN ACARA
No Acara Waktu Kegiatan Evaluasi
1 Pembukaan 5 mnt a. Mengucap salam dan terimakasih b. Mengulangi kontrak dan
menyampaikan tujuan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dsb.
b. Memberi pertanyaan sebagai evaluasi
Peserta mengaju kan pertanyaan dan mejawab per tanyaan
4 Penutup 5 mnt a. Menyimpulkan hasil penyuluhan b. Member saran-saran
c. Memberi salam dan meminta maaf bila ada kesalahan
d. Mengucap terimakasih dan memberi salam c. Kontrak waktu dengan peserta 2. Evaluasi proses
a. Peserta memperhatikan kegiatan b. Peserta mengajukan pertanyaan c. Peserta antusias saat penyuluhan 3. Evaluasi hasil
No Materi
2 Peserta mampu menyebutkan minimal 3 dari 4 penyebab asma 3 Peserta mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda dan pencegahan asma
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran nafas yang ditandai serangan berulang berupa sesak nafas dan mengi, keadaan tersebut berfariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Gejala asma berulang sering menyebabkan gangguan sulit tidur ,rasa lelah keesokan harinya, tingkat aktivitas berkurang, prestasi sekolah dan absensi kerja buruk (Ftriani et al,2011 ).
B. Penyebab ( Etiologi )
Asma terkait pencetus adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan fenotip asma pada suatu keluarga, yang timbulnya asma disebabkan oleh suatu pencetus atau zat iritan. Terminologi ini mencangkup asma alergik, asma okupasional, asma akibat aspirin, asma terkait kehamilan/menstruasi dan asma akibat aktivitas fisik. (Margaret Varnell Clark. 2013)
1)Faktor Predisposisi a. Keturunan
2)Faktor presipitasi a. Alergik
Asma alergik mungkin merupakan tipe asma yang paling sering dijumpai. Tipe asma ini dapat muncul pada semua usia, meskipun biasanya muncul pada masa awal kanak-kanak. Adanya riwayat keluarga asma dan pajanan dini terhadap alergen dianggap sebagai etiologi asma yang paling sering. Pada intinya, asma alergik didefinisikan sebagai munculnya gejala asma akibat paparan terhadap alergen yang bersifat iritan. Asma alergik biasanya disebabkan oleh inflamasi jalan nafas, meskipun definisi pasti yang menyebabkan asma alergik belum diketahui dengan pasti. Beberapa orang menyebutkan bahwa pada asma alergik harus dijumpai adanya IgE spesifik baik melalui uji cukit kulit yang positif atau uji
radiollergosorbent dan terdapat riwayat gejala alergi setelah terpapar dengan suatu pencetus.
a) Reaksi alergen pada subtansi tertentu (bulu binatang, debu,dll)
Pencetus alergenadalah setiap subtansi yang dapat mencetuskan reaksi atopi (diantarai IgE) di dalam tubuh. Alergen yang paling sering adalah jamur (mold), protein hewan (dari kulit atau saliva), tungau debu rumah,partikel kecoa dan serbuk bunga.
b) Populasi Udara
Lingkungan yang tercemar atau polusi udara juga dapat menjadi penyebab asma. Polusi udara dapat berupa asap yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, asap pabrik, asap pembakaran sampah, atau kebakaran hutan, serta banyaknya debu yang berterbangan. Polusi udara ini dapat mengkontaminasi ketika anda keluar rumah maupun di dalam rumah. Rumah atau kamar yang jarang dibersihkan dapat menghasilkan polusi berupa debu yang mudah sekali untuk memicu timbulnya asma. Polusi udara ini bersifat iritan sehingga jika dihirup maka saluran pernafasan akan menjadi sensitif dan menyempit sehingga beresiko menyebabkan asma.
c) Aktifitas fisik
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas tersebut. C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara. D. Klasifikasi
Klasifikasi asma dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala yang muncul, derajat penyempitan saluran napas dan variabilitas fungsi paru. Berdasarkan kategori-kategori ini, asma dapat diklasifikasikan kedalam empat kategori yaitu intermiten, persisten ringan,persisten sedang atau persisten berat. Amerika Serikat mengeluarkan pedoman terapi mengenai rekomendasi spesifik berdasarkan kelompok usia untuk setiap klasifikasi derajat keparahan ini. Kelompok usia tersebut adalah 0-4 tahun: anak usia 5-10 tahun; dan remaja usia ≥12 tahun serta dewasa. Pada bab berikutnya akan dibahas rekomendasi spesifik pada setiap kelompok usia secara lebih lengkap.
parsial dan tidak terkontrol. Mereka mengutamakan bahwa tujuan terapi harus tercapai dan menjadi control asma dalam jangka waktu yang lebih lama. (Margaret Varnell Clark. 2013)
E. Tanda dan Gejala
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau dileher. Batuk kering dimalam hari atau ketika melakukan olahraga juga bisa merupakan gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat sehingga timbul rasa cemas. Sebagai eaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara. Kebingungan,
letari (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tertidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali), dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Kadang, beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di Sekitar sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita. Secara spesifik, gejala asma adalah sebagai berikut : 1)Napas berbunyi “ngik-ngik”
2)Batuk-batuk
3)Dahak yang bertambah banyak atau berbau dan warna kuning pada terjadinya serangan dan kuning saat terjadi infeksi.
4)Sesak dada
5)Susah berbicara dan berkonsentrasi 6)Pundak membungkuk
7)Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari mulut. (Sunarti, Septi Shinta, 2011).
Secara umum tanda dan gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang berbunyi ngikngik (mengi) dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.
menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut. Berdasarkan etiologinya, asma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: Asma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergi terhadap pencetus-pencetus spesifik yang dapat diidentifikasi seperti: tepung, debu, bulu binatang, susu, telur, ikan, obat-obatan, serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asma intrinsik (non atopi) ditandai dengan mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti: Udara dingin, zat kimia yang bersifat sebagai iritan seperti: ozon, eter, dan nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik yang berlebih, ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. (Nurafiatin A, et all).
F. Manisfestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
G. Pentalaksanaan
1)Penatalaksanaan medis
a) Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel) b)Metilxantiin
c) Kortikosteroid
d)Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven) (Muttaqin, 2008) 2)Pentalaksanaan keperawatan
b)Kaji riwayat alergi terhadap obat sebelum memberikan medikasi. c) Identifikasi medikasi yang diberikan pasien.
d)Berikan medikasi sesuai dengan yang diresepkan dan memonitor respons pasien terhadap medikasi tersebut mungkin mencakup pasien jika pasien lebih dahulu mengalami infeksi pernafasan.
e) Berikan terapi cairan jika mengalami dehidrasi.