• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

4. Kriteria Investas

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran- ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986).

Tingkat suku bunga ditentukan melalui Opportunity Cost of Capital

(OCC) karena sumber modal yang diperoleh merupakan kombinasi antara modal sendiri dan modal pinjaman. Kriteria investasi yang digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present Value (NPV),

Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C),

Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Net Present Value

atau NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.

Payback Period atau PP adalah periode ketika jumlah total pengeluaran sama dengan total pemasukan.

1. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur usaha tersebut pada tingkat discount rate tertentu.

Kriteria perhitungan NPV menurut Bagodenta (2013) sebagai berikut: a. NPV > 0 (nol) maka usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan.

b. NPV < 0 (nol) maka usaha/proyek tidak layak (no feasible) untuk dilaksanakan.

c. NPV = 0 maka usaha/proyek berada dalam keadaan Break Even Point

(BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value. 2. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2010).

3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010).

4. Internal Rate Of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari

opportunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al. 2010). 5. Payback Period (PP)

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan

payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al.2010).

Jenis – Jenis Risiko Usaha

Risiko dapat didefinisikan sebagai “uncertainty concerning the occurrence of a loss” (ketidakpastian yang berkaitan dengan terjadinya suatu kerugian). Perusahaan harus melakukan identifikasi terhadap berbagai risiko di masa depan yang dapat memengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, sehingga perusahaan terhindar dari kebangkrutan (Solihin 2007). Menurut Johan (2011) jenis-jenis risiko yang mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Perubahan kondisi politik

Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi setiap bisnis sehingga kita selaku pelaku bisnis perlu melakukan antisipasi terhadap perubahan kebijakan pemerintah.

2) Perubahan kondisi ekonomi

Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan di sebuah negara maupun di sebuah daerah juga mempengaruhi usaha.

3) Perubahan kondisi sosial budaya

Masyarakat mengalami perubahan sosial budaya, dibandingkan pada saat permulaan kita memulai sebuah usaha. Pada saat awal, masyarakat mungkin tidak sensitif terhadap suatu hal, tetapi pada saat ini, sensitivitas usaha meningkat.

4) Perubahan harga bahan baku

Semakin tinggi harga bahan baku maupun bahan penunjang, kita juga harus mengantisipasi akan perubahan bahan baku maupun bahan penunjang.

5) Perubahan harga jual

Setiap industri pasti ada kompetisi, pada umumnya kompetisi harga merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar. Menimbang harga merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat konsumen.

6) Masuknya kompetisi

Sebagaimana harga, kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dihindari, dengan semakin menguntungkan sebuah industri atau pasar, akan semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar. Masuknya pemain baru, akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

7) Perubahan teknologi

Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan pangsa pasar.

8) Perubahan budaya organisasi

Setiap organisasi memiliki budaya organisasi. Keberhasilan pada masa lalu, akan membawakan kesombongan organisasi, akibatnya kemampuan mengantisipasi persaingan menjadi melambat.

9) Perubahan karakteristik sumber daya manusia

Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya manusia menjadi faktor krusial, karena mudahnya faktor ini untuk berpindah dari satu usaha ke usaha lainnya.

10)Ketergantungan pada supplier

Memproduksi produk tertentu dimana bahan bakunya hanya dijual oleh sekelompok supplier, maka risiko muncul kalau supplier tersebut bertindak sewenang-wenang dengan tidak mensuplai bahan baku ke kita dan memilih pesaing kita.

11)Ketergantungan pada konsumen

Khususnya untuk produk industri, ketergantungan pada satu konsumen atau kelompok konsumen besar terjadi. Risiko disini adalah jika konsumen tersebut memilih untuk tidak membeli lagi barang kita dan pindah ke pesaing kita. 12)Compliance/Good Corporate Governance

Beberapa perusahaan juga membentuk bagian Compliance/Good Corporate Governance dengan tujuan memastikan semua proses yang berjalan didasarkan pada integritas dan proses yang tidak ada konflik kepentingan antara pengambil keputusan dengan implikasi keputusan yang diambil.

Empat metode yang dapat digunakan perusahaan untuk mengelola risiko. Keempat metode tersebut adalah: Pertama, menghindari risiko yang memiliki makna bahwa kerugian tertentu tidak akan diperoleh perusahaan karena perusahaan sudah menghindari risiko tersebut. Kedua, mencegah kerugian menunjukkan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mencegah timbulnya kerugian. Ketiga, mengurangi kerugian menunjukkan berbagai langkah yang digunakan perusahaan untuk mengurangi beban kerugian, apabila kerugian itu terjadi. Keempat, transfer risiko merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan mentransfer risiko kerugian yang mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi (Solihin 2007).

Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian dilatarbelakangi ketersediaan hasil buah-buahan grade terendah yang belum dimanfaatkan karena kurang diminati dan tidak laku di pasaran. Buah belimbing merupakan buah segar yang tidak tahan lama dan apabila tidak dimanfaatkan akan menyebabkan kerusakan buah. Buah belimbing manis varietas dewa dari Kota Depok memiliki keunggulan dari segi bentuk yang lebih besar, rasa yang manis dan memiliki warna yang menarik dan buah belimbing dewa telah menjadi icon Kota Depok sejak tahun 2007. Buah belimbing dewa grade C sebanyak 20% dari total panen, tidak laku dan kurang diminati di pasaran, sehingga harga jual buah belimbing dewa grade C cukup rendah antara Rp8 000 – Rp10 000 ditingkat petani.

Total panen buah belimbing dewa grade C yang besar dapat memberikan peluang untuk pengusaha mengolah buah belimbing dewa menjadi produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah dari buah belimbing. Produk olahan makanan dari buah belimbing dewa yang dapat dikembangkan salah satunya adalah selai belimbing. KUB Harapan Sejahtera Abadi yang berdiri pada tahun 2009 mengolah buah belimbing grade C menjadi dodol dan jus belimbing, kemudian memiliki rencana pengembangan usaha dengan mengolah buah belimbing grade C menjadi selai belimbing, didukung dengan adanya peluang pasar ekspor selai menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Usaha selai belimbing di Kota Depok juga memiliki potensi dan peluang bisnis yang masih terbuka karena usaha pengolahan buah belimbing manis di Kota Depok relatif sedikit. Bahan baku berupa buah belimbing dewa grade C tersedia dalam jumlah besar, buah belimbing dewa merupakan icon Kota Depok. Selanjutnya, usaha pengolahan buah belimbing di Kota Depok khususnya selai belimbing hanya diproduksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi.

KUB Harapan Sejahtera Abadi memiliki kendala dalam memproduksi makanan dan minuman olahan dari buah belimbing yaitu pasokan buah belimbing dewa dari petani, sering sulit untuk didapatkan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi, proses produksi yang dilakukan oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi masih manual, serta informasi mengenai tempat pemasaran produk olahan belimbing masih kurang, sehingga peran seorang wirakoperasi dalam rencana pengembangan usaha selai belimbing, yaitu meningkatkan jumlah produksi selai belimbing dengan menggunakan teknologi modern, meningkatkan harga buah belimbing

ditingkat petani, serta memperluas pasar di dalam negeri maupun di luar negeri. Rencana pengembangan usaha selai belimbing akan dibentuk badan usaha koperasi dan disusun menggunakan pendekatan wirakoperasi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan KUB Harapan Sejahtera Abadi.

Rencana pengembangan usaha selai belimbing ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap permintaan pasar di luar negeri. Perkembangan volume ekspor selai tahun 2009 – 2013 menurut sumber dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, volume ekspor selai dari negara Indonesia ke negara Malaysia terus meningkat dari tahun 2009 hingga tahun 2012 walaupun pada tahun 2013 volume ekspor selai negara Malaysia turun, namun tidak terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan negara East Timor, Taiwan dan United States sehingga selai belimbing yang di produksi oleh KUB Harapan Sejahtera Abadi akan direncanakan untuk dipasarkan ke negara Malaysia.

Menilai rencana pengembangan usaha selai belimbing diperlukan penilaian terhadap rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya manusia, rencana kemitraan, serta rencana keuangan yang mengkaji penyusunan arus kas (cash flow), proyeksi laporan laba/rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit- Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return

(IRR), Payback Period (PP). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan usaha dan sebagai alat untuk mendapatkan dana untuk pengembangan usaha selai belimbing pada KUB Harapan Sejahtera Abadi. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi

 Ketersediaan buah belimbing manis grade C di Kota Depok

 Buah belimbing segar tidak tahan lama dan mudah rusak

 Tingkat harga buah belimbing di petani cukup rendah

Rencana pengembangan usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi

pada KUB Harapan Sejahtera Abadi Peran

Wirakoperasi

KUB Harapan Sejahtera Abadi mengolah selai belimbing untuk meningkatkan nilai tambah buah belimbing dewa grade C

 Kota Depok merupakan sentra penghasil buah belimbing dewa

 Adanya teknologi modern pada industri olahan makanan

 Peluang pasar ekpor selai di luar negeri yang meningkat

Kota depok

Pemasaran Produksi Manajemen

dan Sumber daya manusia

Kemitraan Keuangan

Usaha selai belimbing melalui pendekatan wirakoperasi pada KUB Harapan Sejahtera Abadi

Dokumen terkait